Oleh:
Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat-Nya maka laporan kasus dengan topik “Nutrisi Parenteral di
Intensive Care Unit” ini dapat selesai pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Semoga laporan kasus ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah
kesehatan dan memberi manfaat bagi masyarakat.
Penulis
i
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................
i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
ABSTRAK .............................................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................
1 BAB II TINJAUAN
PUSTAKA ............................................................................. 3 2.1 Nutrisi
Parenteral .................................................................................. 3
2.2 Tujuan Nutrisi Parenteral ...................................................................... 4
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Nutrisi Parenteral .....................................
5
2.4 Sediaan Nutrisi Parenteral .....................................................................
7
2.5 Metode Pemberian Nutrisi Parenteral ...................................................
9
2.6 Komplikasi Nutrisi Parenteral ...............................................................
9
BAB III LAPORAN KASUS ..............................................................................
11
BAB IV DISKUSI KASUS .................................................................................
22
BAB V SIMPULAN ........................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
26
ABSTRAK
i
ii
merupakan kunci utama untuk pemeliharaan seluruh fase penyembuhan luka.
Pentingnya nutrisi terutama pada perawatan pasien kritis menyebabkan klinisi
perlu mengetahui lebih lanjut tentang pemberian nutrisi perioperatif khususnya
pada pasien dengan sakit kritis di Ruang Terapi Intensif.
Pada pasien ini, asupan nutrisi melalui enteral yaitu dextrose 5% 500 ml
per 24 jam pada hari kelima rawat ICU, sementara untuk nutrisi parenteral pasien
mendapat Kabiven 1440 ml. Pasien diberikan Ringer Laktat 500 ml setiap 24 jam
selama di rawat di Ruang ICU. Penilaian nutrisi pasien menggunakan skor SGA.
Skor SGA pasien adalah B yaitu Gizi Kurang hingga Sedang. Kebutuhan energi
pasien berdasarkan BMI nya yang 22,05 kg/m2 adalah 1.169,55 kkal dengan
protein sebesar 43,9 gram, lemak sebesar 32,5 gram, dan karbohidrat sebesar
175,4 gram.
i
v
BAB I PENDAHULUAN
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
3
Pemberian nutrisi parenteral hanya efektif untuk pengobatan gangguan
nutrisi bukan untuk penyebab penyakitnya. Status nutrisi basal dan berat
ringannya penyakit memegang peranan penting dalam menentukan kapan
dimulainya pemberian nutrisi parenteral. Sebagai contoh pada orang-orang dengan
malnutrisi yang nyata lebih membutuhkan penanganan dini dibandingkan dengan
orang-orang yang menderita kelaparan tanpa komplikasi.4
Pasien-pasien dengan kehilangan zat nutrisi yang jelas seperti pada luka
dan fistula juga sangat rentan terhadap defisit zat nutrisi sehingga membutuhkan
nutrisi parenteral lebih awal dibandingkan dengan pasien-pasien yang kebutuhan
nutrisinya normal.9 Berdasarkan cara pemberian Nutrisi Parenteral dibagi atas :
1) Nutrisi Parenteral Sentral
a) Diberikan melalui central venous bila konsentrasi > 10% glukosa.
b) Subclavian atau internal vena jugularis digunakan dalam waktu singkat
sampai < 4minggu.
c) Jika > 4 minggu diperlukan permanent cateter seperti implanted
vascular access device.
2) Nutrisi Parenteral Perifer
a) Nutrisi Parenteral Perifer diberikan melalui peripheral vena.
b) Nutrisi Parenteral Perifer digunakan untuk jangka waktu singkat 5 -7
hari dan ketika pasien perlu konsentrasi kecil dari karbohidrat dan
protein.
c) Nutrisi Parenteral Perifer digunakan untuk mengalirkan isotonic atau
mild hypertonic solution. High hypertonic solution dapat menyebabkan
sclerosis, phlebitis dan bengkak.
2.2 Tujuan Nutrisi Parenteral
Adapun tujuan pemberian nutrisi parenteral adalah sebagai berikut:8,10
1. Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak
memungkinkannya saluran cerna untuk melakukan proses pencernaan
makanan.
2. Total Parenteral Nutrition (TPN) digunakan pada pasien dengan luka bakar
yang berat, pancreatitis, inflammatory bowel syndrome, inflammatory bowel
disease, ulcerative colitis, acute renal failure, hepatic failure, cardiac
disease, pembedahan dan kanker.
4
3. Mencegah lemak subcutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk melakukan
katabolisme energy.
4. Mempertahankan kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh.
Pemberian dari nutrisi parenteral didasarkan atas beberapa dasar fisiologis, yakni:8
1. Apabila di dalam aliran darah tidak tercukupi kebutuhan nutrisinya,
kekurangan kalori dan nitrogen dapat terjadi.
2. Apabila terjadi defisiensi nutrisi, proses glukoneogenesis akan berlangsung
dalam tubuh untuk mengubah protein menjadi karbohidrat.
3. Kebutuhan kalori kurang lebih 1500 kalor per hari,diperlukan rata-rata dewasa
untuk mencegah protein dalam tubuh untuk digunakan.
4. Kebutuhan kalori menigkat terjadi pada pasien dengan penyakit
hipermetabolisme, demam, trauma membutuhkan kalori sampai dengan
10.000 kalori per hari.
5. Nutrisi parenteral menyediakan kalori yang dibutuhkan dalam konsentrasi
yang langsung ke dalam sistem intravena yang secara cepat terdilusi menjadi
nutrisi yang tepat sesuai toleransi tubuh
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Nutrisi Parenteral
Adapun indikasi nutrisi parenteral sebagai berikut:11
1. Sebagai pengganti untuk oral nasogastrik, jika oral nasogastrik ini tidak
efektif, tidak memungkinkan dan berbahaya. Nutrisi parenteral total
digunakan dalam kondisi sebagai berikut: Pasien dengan muntah yang
kronis, kanker, radioterapi, Anorexia nervosa
2. Sebagai supplemen untuk pasien yang kehilangan banyak nitrogen
(pasien dengan luka bakar, kanker metastatik, radiasi dan kemoterapi).
3. Mengistirahatkan gastrointestinal :
a) Gastrointestinal fistula, Extensive inflammatory bowel disease,
Intestinal resection, Intestinal obstruction, multiple gastro intestinal
surgery, gastro intestinal trauma, intolerance enteral feeding yang
berat.
b) Gangguan absorpsi makanan seperti pada fistula enterokunateus,
atresia intestinal, kolitis infektiosa, obstruksi usus halus.
5
c) Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pankreatitis
berat, status preoperatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal,
stenosis arteri mesenterika, diare berulang.
d) Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan,
pseudo-obstruksi dan skleroderma.
e) Kondisi dimana jalur enteral tidak dimungkinkan seperti pada
gangguan makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik,
hiperemesis gravidarum.
Hal-Hal yang perlu dihindari dalam pemberian nutrisi parenteral antara lain :4
a) Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat
Osmolritas plasma 300 mOsmol. Vena perifer dapat menerima sampai
maksimal 900 mOsmol. Makin tinggi osmolaritas (makin hipertonis) maka
makin mudah terjadi tromphlebitis, bahkan tromboembli. Untuk cairan
>900-1000 mOsm, seharusnya digunakan vena sentral (vena cava,
subclavia, jugularis) dimana aliran darah besar dan cepat dapat
mengencerkan tetesan cairan NPE yang pekat hingga tidak dapat sempat
merusak dinding vena. Jika tidak tersedia kanula vena sentral maka
sebaiknya dipilih dosis rendah (larutan encer) lewat vena perifer, dengan
demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE harus memeriksa
tekanan osmolaritas cairan tersebut (tercatat disetiap botol cairan). Vena
pada kaki tidak boleh digunakan karena sangat mudah menyebabkan deep
vein trombosis dengan resiko teromboemboli yang tinggi.
6
b) Memberikan protein tanpa kalori karbohidrat yang cukup
Sumber kalori yang utama dan harus selalu ada adalah dektrose. Otak dan
eritrosit mutlak memerlukan glukosa setiap saat. Jika tidak tersedia terjadi
glukoneogenesis dari subtrat lain. Kalori mutlak harus dicukupi terlebih
dahulu. Diperlukan deksrose 6 gram/kgBB per hari (300 gr) untuk
kebutuhan energi basal 25 kcal/kg. Asam amino dibutuhkan untuk
regenerasi sel, sintesis ensim dan viseral protein. Tetapi pemberian asam
amino harus dilindungi kalori, agar asam amino tersebut tidak dibakar
menjadi energi (glukoneogenesis). Tiap gram nitrogen harus dilindungi
150 kcal berupa karbohidrat. Satu gram Nitrogen setara 6,25 gram
protetin. Protein 50 gr memerlukan (50 : 6,25) x 150 kkal = 1200 kcal atau
300 gram karbohidrat. Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam
perhitungan kebutuhan kalori. Tidak disarankan memberikan asam amino
jika kebutuhan kalori belum dipenuhi.
7
Drug Administration (FDA) melarang penambahan rutin vitamin K ke
nutrisi parenteral total karena kekhawatiran efek sampingnya, dan
pemberian rutin akan mengacaukan penggunaan antikoagulan seperti
warfarin pada pasien yang membutuhkan terapi tersebut konsentrasi
albumin serum biasanya meningkat dalam beberapa hari sampai minggu
seiring respon stress mereda dan jika pasien menerima bantuan nutrisi
yang adekuat. Pemberian suplemen albumin tidak diperlukan jika tidak ada
gejala atau tanda-tanda hipoalbuminemia, yang biasanya tidak muncul
sampai konsentrasi albumin serum kurang dari 2,4 g/dL.4
Emulsi lemak (Intralipid) dapat diberikan secara terpisah atau
bersama-sama dengan glukosa dan asam amino untuk membentuk cairan
nutrisi parenteral total 3-in-1, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi bakteri, cairan nutrisi
parenteral totaldisiapkan secara aseptik dibawah penutup aluran udara
yang berlapis-lapis, didinginkan, dan diberikan dalam 24 sampai 48 jam.12
10
kembung. Keluhan disertai mual namun tidak disertai muntah. Riwayat
kehilangan berat badan yang signifikan disangkal pasien. Riwayat demam dan
BAB hitam disangkal oleh pasien. Produksi kencing dikatakan normal.
- -
11
+ + 3.4 Pemeriksaan
Penunjang Darah Lengkap (03/10/2019)
Elektrolit (03/10/2019)
Na 143 mmol/l (136-145)
K 4,16 mmol/l (3,5-5,1)
Cl 115 mmol/l (94-110)
Albumin 2,20 mmol/L (3,4 – 4,8)
12
3.5 Permasalahan dan Kesimpulan Permasalahan
Aktual :
- Geriatri
- Sepsis
- Peritonitis Generalisata et causa perforasi gaster Permasalahan Potensial :
Infeksi, perdarahan
Kesimpulan : Status Fisik ASA III
➢ Durante operasi
Hemodinamik : TD 110-100/ 80-70 mmHg, Nadi 70-80x/menit, RR
14-16x/menit, SpO2 99-100%
Cairan masuk : RL 1200 ml, darah tidak ada.
Cairan keluar : Urin 400 ml, perdarahan 50 ml
Lama operasi : 1 jam 33 menit
➢ Post Operasi
Perawatan : Rawat ICU
- Observasi tanda vital
- Manajemen nyeri pasca operasi
3.8 Manajemen Pasien
• Hari 1 (3 Oktober 2019)
Feeding : E : Puasa 3 hari
P : - RL 500 ml/24 jam iv
- Kabiven 720 ml
Analgesia : - Morphine 20 mg + ketamine 20 mg dalam 20 ml
NaCl 0,9% kecepatan 0,6 cc per jam
- Paracetamol 1 gr/8 jam iv
Sedation : Midazolam iv titrasi
Trombus Profilaksis : -
Head of the bed up : - Head up 30-45derajat
14
Ulcer gaster protektif : - Omeprazole 40 mg tiap 12 jam
Glucose control :-
Terapi lain : - Ceftriaxone 2 gr/24 jam iv
- Metronidazole 500 mg tiap 8 jam
17
• Ada perubahan ? 1. [ v ] ya
2. [ ] tidak
• Perubahan dan jumlah asupan 1. [ ] asupan cukup dan tidak ada A
perubahan B
2. [ ] asupan menurun tapi tahap ringan
dari pada sebelum sakit C
3. [ v ] asupan tidak cukup dan menurun
tahap berat daripada sebelum sakit.
A
• Lamanya dan derajat perubahan 1. [ ] < 2 minggu, sedikit atau tanpa B
asupan makanan
perubahan C
2. [ ] > 2 minggu , perubahan ringan
sampai sedang
3. [ v ] tidak bisa makan, perubahan
drastis
Keterangan :
1. Jika beberapa gejala, tidak ada gejala, sebentar-sebentar A
2. Jika ada beberapa gejala > 2 minggu B
3. Jika lebih dari satu atau semua gejala setiap hari/teratur > 2 minggu C
Deskripsi Jawaban Skor SGA
18
4. Kapasitas Fungsional
• Ada perubahan kekuatan/stamina 1. [ v ] ya
tubuh ? 2. [ ] tidak
19
3. Edema a. [ ] b. [ ] sedang A B C
4. Ascites tidak ada b. [ ] sedang A B C
a. [ v]
tidak ada
a. [v ]
tidak ada
B : Gizi Kurang –Sedang (tidak terindikasi jelas pada “A” atau “C”
C : Gizi Buruk (skor “C” pada >50% kategori, tanda-tanda fisik
signifikan B
20
Pasien perempuan usia 60 tahun dengan peritonitis generalisata oleh
karena perforasi gaster dan sepsis yang telah dilakukan laparotomi dengan repair
gaster omental plaque, appendisektomi, dan cuci caecum abdomen. Tindakan
pembedahan ini memiliki risiko perdarahan tinggi. Oleh karena itu, memerlukan
perhatian khusus, terutama dalam terapi nutrisi pada pasien sebelum, selama, dan
sesudah operasi.1
Pada pasien ini memiliki status ASA III, dilakukan pemeriksaan fisik yaitu
monitoring tekanan darah, nadi, suhu laju nafas dan pemeriksaaan fisik rutin
meliputi pemeriksaan tinggi, berat, keadaan umum serta kesadaran umum.
Penilaian global subyektif (Subjective Global Assessment/SGA)
digunakan sebagai penentuan status nutrisi pada pasien ini karena
mempertimbangkan kebiasaan makan, kehilangan berat badan yang baru ataupun
kronis, gangguan gastrointestinal, penurunan kapasitas fungsional dan diagnosis
yang dihubungkan dengan asupan yang buruk. Hal ini sesuai dengan teori yang
menjelaskan bahwa status nutrisi adalah fenomena multidimensional yang
memerlukan beberapa metode dalam penilaian, termasuk indikator-indikator yang
berhubungan dengan nutrisi, asupan nutrisi dan pemakaian energi, seperti Body
Mass Index (BMI), serum albumin, prealbumin, hemoglobin, magnesium dan
fosfor.1,2
Cara pemberian nutrisi pada pasien kritis ada 2 jalur yaitu enteral dan
parenteral. Selama sistem pencernaan masih berfungsi atau berfungsi sebagian
dan tidak ada kontraindikasi maka nutrisi enteral harus dipertimbangkan, karena
nutrisi enteral lebih fisiologis. Nutrisi enteral merupakan pilihan utama untuk
pemberian nutrisi dan lebih direkomendasikan daripada nutrisi parenteral. 2,10
Pasien kritis yang memerlukan nutrisi enteral biasanya memerlukan pemasangan
selang makanan.2 Nutrisi enteral harus dimulai sedini mungkin pada semua pasien
jika tidak ada kontraindikasi, sebaiknya dalam 24 jam pembedahan. Nutrisi
parenteral dipertimbangkan sebagai suplemen pada pasien yang tidak bisa
mencapai kebutuhan nutrisi penuh dengan nutrisi enteral.10 Pada pasien yang
memerlukan nutrisi pasca-operatif, nutrisi enteral atau kombinasi enteral dan
parenteral suplemen adalah pilihan pertama.7 Nutrisi parenteral diberikan jika
nutrisi enteral tidak terindikasi. Pada pasca operatif pemberian nutrisi enteral
selalu harus dipertimbangkan lebih dahulu daripada parenteral dan selama tidak
21
ada kontraindikasi sebaiknya diberikan dalam 24 jam pembedahan. 8 Pada pasien
ini, asupan nutrisi melalui enteral yaitu dextrose 5% 500 ml per 24 jam, sementara
untuk nutrisi parenteral pasien mendapat Kabiven 1440 ml.
Level albumin yang rendah merefleksikan status nutrisi penderita yang
dihubungkan dengan proses penyakit dan atau proses pemulihan. Pada pasien
kritis terjadi penurunan síntesa albumin, pergeseran distribusi dari ruangan
intravaskular ke interstitial, dan pelepasan hormon yang meningkatkan dekstruksi
metabolisme albumin.12 Teori ini sesuai dengan pasien yang mengalami
hipoalbumin yaitu dengan kadar albumin 2,20 g/dL yang dimana kadar normalnya
berkisar antara 3,5 hingga 5,9 g/dL.6
Pasien merupakan pasien pasca operasi laparotomi yang dimana tindakan
tersebut merupakan tindakan bedah mayor. Berdasarkan literatur menyatakan
hipoalbuminemia bukan suatu indikasi untuk pemberian albumin karena
hipoalbuminemia tidak berhubungan langsung dengan plasma dan volume cairan
lainnya, tetapi disebabkan oleh kelebihan dan defisit cairan di intravaskular yang
disebabkan dilusi, penyakit, dan faktor distribusi.9
Nutrisi parenteral saat praoperatif diberikan sejak MRS. Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyebutkan bahwa nutrisi parenteral diberikan sejak
praoperatif untuk mempertahankan kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh tubuh,
meskipun pasien dipuasakan untuk operasi.8 Sementara nutrisi enteral dan
parenteral pasca operatif diberikan dalam 24 jam pembedahan dimana ini sesuai
dengan sumber literature yang disebutkan bahwa pemberian nutrisi enteral
sebaiknya 24 jam pembedahan selama tidak ada kontraindikasi, nutrisi parenteral
diberikan sebagai suplemen pada pasien yang tidak bisa mencapai kebutuhan
nutrisi penuh dengan nutrisi enteral.9
Kebutuhan energi pasien berdasarkan BMI nya yang 22,05 kg/m2 adalah
1.169,55 kkal dengan protein sebesar 43,9 gram, lemak sebesar 32,5 gram, dan
karbohidrat sebesar 175,4 gram. Dalam literature disebutkan pemantauan terapi
nutrisi pada penyakit kritis adalah bertujuan untuk memastikan bahwa dukungan
nutrisi yang tepat dipilih dan diberikan sesuai rencana dan resep, untuk
memastikan bahwa perkiraan kebutuhan energi dan protein terpenuhi, untuk
menghindari atau mendeteksi sejak dini segala kemungkinan komplikasi;untuk
menilai respons terhadap pemberian makanan, untuk mendeteksi defisiensi
22
elektrolit atau mikronutrien spesifik pada pasien yang berisiko akibat kehilangan
khusus (misalnya saluran pembuangan, terapi penggantian ginjal), atau patologi
(misalnya pada luka bakar mayor).10
BAB V SIMPULAN
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Mangku G & Senapathi TGA. Buku ajar ilmu anestesia dan reanimasi. PT
Indeks, 2018.
2. Morgan GE & Mikhail MS. Nutrition in perioperative & critical care. In:
Clinical Anesthesiology, 5th ed. Lange Medical Books/McGraw-Hill
Education, 2013, p. 1193-1198.
3. Wiryana, M. Nutrisi pada penderita sakit kritis. J Peny Dalam, 2007; 8(2):
176-186.
4. Cohen DA. Neoplastic Disease. In: Nelms M, Sucher KP, Lacey K, Roth
SL, editor. Nutrition Therapy and Pathophysiology, 2nd ed. Wadsworth:
Cengage Learning, 2010: p. 702-734.
5. Weimann A, Braga M, Carli F, Higashiguchi T, Hubner M, Klek S, Laviano
A, Ljungqvist O, Lobo DN, Martindale R, Waitzberg DL, Bischoff SC,
Sienger P. Espen guideline: clinical nutrition in surgey. Clinical nutrition,
2017; 36: 623-650.
6. Braga M, Ljungqvist O, Soeters P, Fearon K, Weimann A, Bozzeti F.
ESPEN guidelines on Parenteral Nutrition: Surgery. Clinical Nutrition,
2009; 28: 378-386.
7. Fukatsu K. Role of nutrition in gastroenterological surgery. Ann
Gastroenterol Surg, 2019;3:160-168.
8. Hartono A. Terapi Gizi & Diet Rumah Sakit. Edisi 2. EGC, 2010.
9. Singer P, Berger MM, Berghe GV, Biolo G, Calder P, Forber A, et al.
ESPEN Guidelines on Parenteral Nutrition: Intensive Care. European
Society for Clinical Nutrition and Metabolism, 2009.
10. Torgersen Z & Balters M. Perioperative nutrition. Surg Clin N Am, 2015;
95:255-267.
11. Marian M & Roberts S. Cancer cachexia. In: Clinical Nutrition for
Oncology Patients. Jones and Bartlett Publishers, 2010.
12. Rahardjo E. Dukungan kombinasi Nutrisi parenteral, 4nd Symposium life
support & critical care on trauma & emergency patients. Surabaya, 2008.
25