Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KULIAH

ILMU GIZI DAUR HIDUP


Upaya Promotif dan Preventif Masalah Nutrisi pada Remaja

Oleh
Nathania Sheryl Sutisna
C175191001

Pembimbing
dr. Nurbaya Syam, M.Kes, Sp.GK

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS GIZI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I.
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa dimana terjadi perubahan baik pada tubuh maupun
psikososial seseorang dari remaja menuju dewasa. Pada masa remaja yang terjadi pada usia
11 sampai 21 tahun, tubuh seseorang berubah bentuk ke bentuk tubuh dewasa. Salah satu
contoh masalah tentang kebutuhan nutrisi pada remaja terkait dengan fisik adalah kurangnya
asupan kalsium. Padahal, masa remaja adalah puncak dari pertumbuhan massa tulang.
Tumbuh kembang pada remaja meningkatkan kebutuhan energi, protein, vitamin dan
mineral.
Hal yang menjadi perhatian berikutnya adalah aktivitas dan perubahan psikososial
pada remaja. Sering dijumpai banyaknya remaja tidak makan secara teratur. Adanya aktivitas
dan tekanan sebaya juga dapat menyebabkan seorang remaja mengkonsumsi makanan yang
kurang sehat seperti kurangnya asupan sayur dan buah, serta tingginya asupan makanan cepat
saji dan makanan ringan yang kurang bernutrisi. Selain itu, banyak juga ditemukan remaja
yang menjalani pola makan yang tidak sehat melalui diet-diet popular.(1)
Tujuan dari upaya promotif dan preventif pada remaja adalah untuk mendukung
tumbuh kembang seorang manusia agar bisa mencapai usia dewasa secara optimal. Survei di
Amerika menunjukkan bahwa hanya 38% remaja mendapatkan asuhan preventif.(2)
Oleh karena itu, seorang dokter spesialis gizi klinik perlu mendapatkan pengetahuan
yang cukup baik mengenai usaha promotif dan preventif dari nutrisi pada remaja agar dapat
meningkatkan kesehatan remaja terutama dalam hal nutrisi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kebutuhan Nutrisi pada Remaja


Berikut adalah konsep kunci dari nutrisi pada remaja:
 Kebutuhan nutrisi ditentukan dari kematangan seksual, bukan usia kronologis
 Kebiasaan makan tidak sehat pada remaja sering ditemukan. Contohnya: diet remaja
yang tidak sehat, makan tidak teratur dan tingginya konsumsi makanan yang tinggi
lemak dan gula seperti makanan siap saji, soft drink dan makanan ringan yang asin.
 Kemampuan memiliki pola pikir konkrit dan reasoning abstrak baru sepenuhnya
terbentuk pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa; oleh karena itu, usaha
edukasi perlu dilakukan secara sangat spesifik dan berdasarkan prinsip-prinsip
konkrit.
 Kebiasaan makan pada remaja dipengaruhi oleh banyak hal, seperti adanya tekanan
teman sebaya, teladan orang tua, ketersediaan makanan, pilihan makanan, biaya,
kenyamanan, kepercayaan personal dan budaya, media masa dan gambaran tubuh.
 Terjadi penurunan makanan keluarga saat remaja, hal ini merupakan faktor yang
penting untuk meningkatkan kualitas nutrisi pada remaja.
 Hanya sedikit remaja yang memenuhi kebutuhan untuk asupan buah, sayur, gandum
utuh dan kalsium. Pada saat yang bersamaan, banyak remaja juga konsumsi makanan
yang melebihi kebutuhan harian.
 Pesan nutrisi untuk remaja adalah perlunya fokus pada hal-hal yang penting dalam
hidupnya. Fokus pada saat ini dan bagaimana nutrisi yang baik dapat memberi
dampak positif terhadap penampilan, performa olahraga atau akademik. Lebih jauh
lagi bila berfokus pada pencegahan penyakit-penyakit jangka panjang.
 Asupan kalsium merupakan hal yang penting pada remaja karena saat remaja
merupakan puncak dari pertumbuhan tulang. Namun kebanyakan remaja konsumsi
kalsium hanya setengah dari kebutuhan. Partisipasi pada aktivitas fisik saat remaja
juga berperan pada pertumbuhan massa tulang.(1)

2.2 Perubahan Fisiologi dan Kebutuhan Nutrisi Remaja


2.2.1 Kebutuhan Fisiologi Remaja
Peningkatan berat badan tubuh yang signifikan terjadi pada saat remaja. Seorang remaja
wanita, pada rerata usia 12.5 tahun, dapat memiliki penambahan berat badan sebanyak 8.3 kg
per tahun dan kecepatan penambahan berat badan ini berkurang setelah menarke yaitu 6.3 kg
pada setengah perjalanan masa remaja. (1)

Perubahan komposisi tubuh remaja juga terjadi. Peningkatan massa lemak relatif terhadap
berat badan terjadi pada remaja wanita (16% ke 27%), dan peningkatan massa bebas lemak
terjadi pada remaja pria. Pada penelitian Rose Frisch ditemukan bahwa 17% lemak
dibutuhkan untuk menarke dan 25% lemak dibutuhkan untuk perkembangan dan rumatan
untuk memastikan siklus ovulasi yang normal. Perubahan ini merupakan hal fisiologis,
namun sering secara psikologis membuat remaja wanita tidak nyaman. (1)

Pada remaja pria, puncak dari kenaikan berat badan bersamaan dengan waktu puncak dari
kenaikan tinggi badan dan akumulasi massa otot. Pada saat puncak kenaikan berat badan,
remaja pria dapat meningkatkan berat badan dengan rerata 9 kg per tahun. Persentase lemak
tubuh pada remaja pria dapat turun hingga mencapai 12% pada akhir masa pubertas. (1)

2.2.2 Kebutuhan Energi dan Nutrisi pada Remaja


Kebutuhan energi dan nutrisi pada remaja Indonesia tertuang pada Angka Kecukupan Gizi
Republik Indonesia tertuang pada lampiran 1.(3)

2.2.2.1 Energi
Energi yang dibutuhkan pada remaja dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, kebutuhan energi
basal dan peningkatan kebutuhan untuk mendukung tumbuh kembang masa pubertas.
Kebutuhan energi basal sangat erat hubungannya dengan masa tubuh bebas lemak. Oleh
karena itu, remaja pria memiliki kebutuhan energi basal yang lebih tinggi. (1)

Kebutuhan energi paling terbaik diukur menggunakan kalorimetri indirek. Namun karena
berbagai keterbatasan, para peneliti membuat persamaan prediktif. Pada pasien bayi, anak
dan remaja, rumus FAO/WHO/UNU overestimasi 104% ± 14%, rumus Schofield (berat)
overestimasi 107.5 ± 14%, rumus Schofield (berat dan tinggi) overestimasi 106% ± 11% dan
Harris-Benedict oveerestimasi 182% ± 63%. Dengan demikian, penggunaan persamaan
Harris-Benedict sebaiknya tidak digunakan untuk pasien pada kelompok ini.(4)
Gambar 1. Tabel ringkasan persamaan prediksi yang digunakan untuk bayi-remaja (4)

Aktivitas fisik dengan intnensitas sedang sebaiknya dilakukan oleh anak dan remaja sebanyak
minimun 60 menit per hari. Aktivitas fisik yang rutin berhubungan dengan penurunan massa lemak
pada remaja pria dan wanita dan peningkatan massa bebas lemak setidaknya pada remaja pria.
Aktivitas fisik juga berhubungan dengan mineralisasi otot, densitas dan massa tulang yang lebih baik.
Level aktivas fisik (LAF) perlu dikalikan pada kebutuhan energi basal untuk mendapatkan kebutuhan
energi terkoreksi. Pada aktivitas rendah, LAF bernilai 1.5, pada aktivitas sedang 1.7 dan pada aktivitas
berat adalah 2.0. (4)

2.2.2.2 Protein
Kebutuhan protein pada remaja adalah 0.85 gram/kgBB/hari, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan
dewasa. Karena kebutuhan protein dapat bervariasi bergantung pada fase tumbuh kembang,
kebutuhan ini dapat meningkat atau menurun dan lebih akurat dibandingkan dengan rekomendasi
absolut berdasarkan usia kronologis. (1)

2.2.2.3 Karbohidrat dan Serat


Rekomendasi karbohidrat berkisar antara 45 – 65% dari kebutuhan energi. Pemanis dan gula
sebaiknya tidak lebih dari 21% asupan energi, termasuk di dalamnya adalah pemanis buatan
pada soft drinks dan makanan manis. (1)

2.2.2.4 Lemak
Tubuh manusia memerlukan lemak dari makanan serta asam lemak esensial untuk tumbuh
kembang yang normal. Rekomendasi saat ini menyatakan sebaiknya anak di atas usia 2 tahun
konsumsi lemak tidak lebih dari 25 – 35%, dimana tidak lebih dari 10% kalori berasal dari
lemak jenuh. (1)

2.3 Upaya Promotif dan Preventif pada Nutrisi Remaja


2.3.1 Masalah Nutrisi pada Remaja
Tekanana sebaya merupakan hal yang sangat kuat pada masa remaja awal, dimana mereka
berusaha untuk masuk dan diterima pada teman sebayanya. Keinginan ini dapat berhubungan
dengan pola makan. Contoh buruk yang dapat ditimbulkan adalah konsumsi makanan tidak
sehat dan diet popular yang salah dapat dilakukan oleh remaja agar dapat mencapai tujuan
diterima di kalangan sebayanya. Contoh lain adalah banyaknya remaja yang memulai
kebiasaan “dewasa” seperti merokok dan minum alkohol. (1)

Pola makan remaja secara individu dapat mempengaruhi status nutrisi. Hal-hal yang
mempengaruhi pola makan remaja dapat dilihat pada bagan 1.

Gambar 2. Konsep model dari faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan remaja

2.3.1 Obesitas
Obesitas lebih dari sekadar penumpukan lemak yang berlebihan pada seseorang. Kelebihan
lemak tubuh dikaitkan dengan komplikasi metabolik yang merugikan, serta masalah fisik dan
psikososial jangka pendek dan jangka panjang yang signifikan yang harus dimasukkan dalam
konsep yang sama. Saat ini, tidak ada konsensus tentang batas persentase massa lemak untuk
mendefinisikan obesitas pada remaja. Khususnya pada masa remaja ini, jumlah lemak dapat
sangat bervariasi dalam hubungannya dengan usia, jenis kelamin dan perkembangan
pubertas. Dengan tidak adanya titik penentu yang jelas, persen massa lemak paling konsisten
untuk definisi kelebihan lemak tubuh pada remaja wanita berkisar antara 30 dan 35%. Tidak
seperti wanita, adipositas pada remaja pria menurun seiring dengan bertambahnya usia dan
perkembangan seksual. Oleh karena itu, batas %massa lemak yang dipilih untuk kelebihan
lemak tubuh pada pria adalah 25-30% untuk remaja berusia 10-15 tahun, dan 20-25% ketika
subjek hingga usia 18 tahun dapat dipertimbangkan.(5)

Beberapa upaya preventif pada obesitas remaja antara lain mulai dari edukasi nutrisi pada
kesehatan masyarakat hingga pencegahan komplikasi. Obesitas yang berat pada anak-anak
dan remaja hingga dewasa muda berhubungan dengan peningkatan faktor risiko
kardiometabolik, khususnya pada anak laki-laki dan pria muda.(6)

2.3.1.1 Intervensi Perilaku


Perbaikan profil kardiometabolik dan penurunan berat badan dicapai pada intervensi dengan
intensitas tinggi. Intervensi perilaku sebaiknya diberikan setidaknya pada 26 kontak-jam
selama 2 – 12 bulan oleh tim interdisiplin seperti spesialis anak, dietisien, terapis latihan
dan/atau psikolog. Edukasi nutrisi yang diberikan antara lain penurunan jumlah makanan
yang diproses, minuman dan makanan manis, asupan tinggi buah, sayur, serat dan lebih
banyak makan dengan keluarga. Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah setidaknya 60 menit
aktivitas fisik dengan 20 menit di antaranya sebaiknya memiliki intensitas sedang ke berat.
Sebaiknya aktivitas fisik ini dipilih yang disukai oleh remaja.(7)

2.3.1.2 Farmakoterapi
Dua obat yang disetujui oleh Food and Drug Association di Amerika terkait dengan obesitas
pada remaja adlaah orlistat dan phenetermine. Orlistat adalah sebuah penyekat lipase untuk
penggunaan jangka panjang (usia 12 tahun ke atas). Efek samping yang paling umum dari
orlistat adalah gejala gastrointestinal seperti steatorrhea, rasa ingin buang air besar dan buang
angin berminyak. Phentermine adalah penyekat reuptake norepinefrin untuk jangka pendek
(usia 17 tahun ke atas). Efek samping yang dapat terjadi pada konsumsi Phentermine adalah
takikardia, hipertensi, cemas, insomnia dan sakit kepala. (7)

2.3.1.3 Operasi
Operasi bariatrik adalah tata laksana yang efektif untuk remaja dengan obesitas berat. Pada
penelitian ditemukan penurunan indeks massa tubuh (IMT) 29% pada jangka waktu 3 tahun
paska operasi bypas lambung dengan Roux-en-Y. Salah satu risiko yang timbul dan harus
diantisipasi oleh dokter adalah adanya defisiensi mikronutrien spesifik dan perlunya prosedur
bedah lainnya. (7)

2.3.2 Anemia Defisiensi Besi (ADB)


Anemia defisiensi besi merupakan defisiensi mikronutrien (zat besi) yang paling banyak
terjadi pada remaja. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, sekitar 17.3%
remaja usia 13 – 18 tahun yang tinggal di perkotaan mengalami ADB.(8)

Remaja pada usia 10 – 19 tahun memiliki risiko yang tinggi terkena defisiensi besi dan
anemia karena adanya peningkatan kebutuhan besi, asupan besi yang buruk, tingginya angka
infeksi, salah satunya adalah kecacingan, serta adanya kehamilan pada masa remaja. Puncak
kebutuhan ini ada pada usia 14 – 15 tahun pada remaja wanita dan 1 – 2 tahun kemudian pada
remaja pria. Kebutuhan besi dapat meningkat hingga 2 – 3 kali lipat.(9)

Kelompok umur Besi


(mg)
Laki-laki
10-12 tahun 13
13-15 tahun 19
16-18 tahun 15
Perempuan
10-12 tahun 20
13-15 tahun 26
16-18 tahun 26
Tabel 1. Kebutuhan Zat Besi pada Remaja menurut Angka Kecukupan Gizi untuk Bangsa Indonesia

Kebutuhan zat besi meningkat tajam karena adanya peningkatan massa tubuh bebas lemak,
volume darah dan sel darah merah, yang membutuhkan besi untuk pembentukan myoglobin
dan hemoglobin. Pada remaja wanita, perdarahan saat menstruasi dapat menyebabkan
berkurangnya zat besi sebanyak 12.5 – 15 mg per bulan. Selain itu, ketidakcukupan asupan
dapat terjadi apabila adanya kurangnya asupan besi akibat kurangnya asupan buah, sayur dan
daging. Terakhir, tingginya angka infeksi juga dapat menyebabkan defisiensi besi. (9)

Penyebab yang berkontribusi terhadap terjadinya ADB di Indonesia antara lain:


 Rata-rata asupan zat besi kurang dari dua per tiga dari Angka Kecukupan Gizi
 Makanan pokok nasi memiliki bioavailabilitas yang buruk pada besi
 Banyaknya kebiasaan makan tidak teratur
 Infeksi cacing dan sanitasi yang buruk
 Pernikahan usia dini(9)

Terdapat tiga garis besar strategi untuk pencegahan dan kontrol defisiensi besi dan ADB,
yaitu:
 Strategi berbasis makanan
o Diversifikasi makanan, edukasi penambahan makan makanan sumber zat besi
dan mengurangi makanan yang kurang bernutrisi (contoh: makanan ringan
yang tinggi karbohidrat)
o Fortifikasi makanan dengan zat besi
 Suplementasi
o Suplementasi zat besi. Sediaan zat besi yang beredar mengandung ferrous
sulphate, ferrous gluconate, ferrous fumarate dan ferrous succinate.
o Suplementasi zat besi dan asam folat. Asam folat dapat meningkatkan utilisasi
zat besi dalam metabolismenya(10). Keuntungan pemberian asam folat
mingguan pada remaja ditemukan efektif secara finansial dalam mencegah
anemia defisiensi besi. Adapun WHO merekomendasikan dosis mingguan
yang kombinasi ini adalah 60 mg besi elemental dengan 2800 μg asam folat
pada kondisi tidak hamil. Setelah konfirmasi kehamilan, kombinasi yang
direkomendasikan adalah 60 mg besi elemental dengan 400 μg asam folat.
 Peningkatan pelayanan kesehatan dan sanitasi(9)

Dosis yang direkomendasikan untuk tata laksana (pengobatan) ADB memiliki rentang antara
3 – 6 mg / kgBB / hari besi elemntal yang diberikan 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan.
(11)
BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN

Beberapa masalah nutrisi yang timbul pada remaja antara lain karena kurangnya asupan
akibat peningkatan kebutuhan makronutrien dan mikronutrien pada proses peralihan fisiologi
anak-anak menjadi dewasa. Kurangnya asupan ini dapat disebabkan karena cara diet yang
salah (berhubungan juga dengan psikologis akibat perubahan bentuk fisik), makan tidak
teratur, tingginya asupan makanan dan minuman yang kurang bernutrisi (contoh: makanan
siap saji, makanan proses, dan minuman ringan) yang mengurangi asupan sayur, buah dan
daging.

Obesitas dan defisiensi besi yang menyebabkan anemia (ADB) merupakan masalah nutrisi
yang sering ditemukan pada remaja. Keduanya memerlukan intervensi nutrisi baik pada fase
promotif maupun preventif. Pada kondisi fisiologis, kecukupan AKG sebaiknya dipenuhi,
atau disesuaikan dengan fase pertumbuhan seseorang, untuk menghindari masalah-masalah
nutrisi pada remaja.
REFERENSI
1. Brown JE, Isaacs JS, Krinke B, Latchenberg E, Murtaugh M. Nutrition Through
Lifecycle. 4 ed. United States: Cengage Learning; 2010.
2. Neumark-sztainer D. Adolescent Nutrition. Prim Heal Care. 2006;16(8):4–4.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan
Bagi Bangsa Indonesia. Indonesia; 2013.
4. Butte NF. Energy requirements of infants, children and adolescents. World Rev Nutr
Diet. 2015;113:34–40.
5. Blay MG, Blay VA, Sarría A, Bueno M. Body composition in adolescents:
Measurements and metabolic aspects. Int J Obes. 2004;28:S54–8.
6. A.C. S, E.M. P, L.A. M, J.A. S. Cardiometabolic risks and severity of obesity in
children and young adults. N Engl J Med [Internet]. 2015;373(14):1307–17. Tersedia
pada:
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMoa1502821%5Cnhttp://ovidsp.ovid.com/o
vidweb.cgi?T=JS&PAGE=reference&D=emed13&NEWS=N&AN=2015417758
7. Cardel MI, Jastreboff AM, Kelly AS. Treatment of Adolescent Obesity in 2020.
JAMA - J Am Med Assoc. 2019;322(17):1707–8.
8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar. Jakarta: adan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2013.
9. World Health Organization. Prevention of iron deficiency anaemia in adolescents.
Role Wkly Iron Folic Acid Supl. 2011;50.
10. Juarez-Vazquez J, Bonizzoni E, Scotti A. Iron plus folate is more effective than iron
alone in the treatment of iron deficiency anaemia in pregnancy: a randomised, double
blind clinical trial. BJOG An Int J Obstet Gynaecol. 2002;109(9):1009–14.
11. Özdemir N. Iron deficiency anemia from diagnosis to treatment in children. Turk
Pediatr Ars. 2015;50(1):11–9.
LAMPIRAN 1
Angka Kecukupan Gizi Remaja
Kelompok umur BB* TB* Energi Protein Lemak Karbohidrat Serat (g) Air
(kg) (cm) (kkal) (g) (g) (g) (mL)
Total n-6 n-3
Laki-laki
10-12 tahun 34 142 2100 56 70 12,0 1,2 289 30 1800
13-15 tahun 46 158 2475 72 83 16,0 1,6 340 35 2000
16-18 tahun 56 165 2675 66 89 16,0 1,6 368 37 2200
Perempuan
10-12 tahun 36 145 2000 60 67 10,0 1,0 275 28 1800
13-15 tahun 46 155 2125 69 71 11,0 1,1 292 30 2000
16-18 tahun 50 158 2125 59 71 11,0 1,1 292 30 2100

Kelompok Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin Vitamin B5 Vitamin Folat Vitamin Biotin Kolin Vitamin
umur A D E K B1 B2 B3 B6 (mcg) B12 (mcg) (mg) C
(Pantotenat)
(mcg) (mcg) (mg) (mcg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mcg) (mg)
(mg)
Laki-laki
10-12 tahun 600 15 11 35 1,1 1,3 12 4,0 1,3 400 1,8 20 375 50
13-15 tahun 600 15 12 55 1,2 1,5 14 5,0 1,3 400 2,4 25 550 75
16-18 tahun 600 15 15 55 1,3 1,6 15 5,0 1,3 400 2,4 30 550 90
Perempuan
10-12 tahun 600 15 11 35 1,0 1,2 11 4,0 1,2 400 1,8 20 375 50
13-15 tahun 600 15 15 55 1,1 1,3 12 5,0 1,2 400 2,4 25 400 65
16-18 tahun 600 15 15 55 1,1 1,3 12 5,0 1,2 400 2,4 30 425 75

Kelompok umur Kalsium Fosfo Magnesium Natriu Kalium Mangan Tembaga Kromium Besi Iodium Seng Seleniu Fluor
(mg) r (mg) m (mg) (mg) (mcg) (mcg) (mg) (mcg) (mg) m (mg)
(mg) (mg) (mcg)
Laki-laki
10-12 tahun 1200 1200 150 1500 4500 1,9 700 25 13 120 14 20 1.7
13-15 tahun 1200 1200 200 1500 4700 2,2 800 30 19 150 18 30 2.4
16-18 tahun 1200 1200 250 1500 4700 2,3 890 35 15 150 17 30 2.7
Perempuan
10-12 tahun 1200 1200 155 1500 4500 1,6 700 21 20 120 13 20 1.9
13-15 tahun 1200 1200 200 1500 4500 1,6 800 22 26 150 16 30 2.4
16-18 tahun 1200 1200 220 1500 4700 1,6 890 24 26 150 14 30 2.5

Anda mungkin juga menyukai