Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN AKHLAK

Hak, Kewajiban, dan Keadilan

Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh

Dosen pengampu :

Galuh Nasrullah Kartika Mayangsari, K. M. R, S. Ag.

Disusun Oleh :

1. Dina Rahmita (190101090302)


2. Musdalifah (190101090272)

PROGRAM STUDI TADRIS KIMIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

MARET 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Aqidah
tentang Hak, Kewajiban, dan Keadilan.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
baik dari segi-segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami meminta segala saran dan kritik kepada pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Pendidikan Aqidah tentang Hak, Kewajiban,
dan Keadilan dapat memberikan manfaat dan pembelajaran terhadap pembaca.

Banjarmasin, 10 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Hak ..................................................................................................2
B. Kewajiban .......................................................................................4
C. Keadilan ..........................................................................................7
D. Hubungan Hak, Kewajiban, dan Keadilan.......................................8
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan......................................................................................12
B. Saran.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hak adalah semacam milik, kepunyaan, yang tidak hanya benda saja, melainkan
pula tindakan, pikiran dan hasil pikiran itu. Didalam Al-Qur’an kita jumpai kata al-haqq
yang merupakan terjemahan dari kata hak yang berarti milik atau orang yang
menguasainya.
Kewajiban merupakan suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual.
Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Sejalan dengan
adanya hak, dan kewajiban tersebut, maka timbul pula keadilan, yaitu pengakuan dan
perlakuan terhadap hak (yang sah). Sedangkan dalam literature islam, keadilan dapat
diartikan istilah yang digunakan untuk menunjukkan pada persamaan atau bersikap
tengah-tengah atas dua perkara. Mengingat hubungan hal, kewajiban, dan keadilan
demikian erat, maka dimana ada hak, maka ada kewajiban, dan dimana ada kewajiban,
maka ada keadilan, yaitu menerapkan dan melaksanakan hak sesuai dengan tempat,
waktu dan kadarnya yang seimbang. Dengan terlaksananya hak, kewajiban, dan keadilan,
maka sendirinya akan mendukung terciptanya perbuatan yang akhlaqi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hak, Kewajiban, dan Keadilan?
2. Apa Hubungan Hak, Kewajiban, dan Keadilan dengan Akhlak?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Hak
a. Pengertian Hak
Sesuatu yang musti bagi manusia ialah hak, dan apa yang diberatkan kepadanya
disebut wajib, keduanya bersambung antara satu dengan yang lainnya ; maka tiap-tiap
hak adalah wajib bahkan dua kewajiban ; pertama wajib bagi manusia supaya
menghormati hak orang lain dan tidak mengganggunya, dan kedua wajib bagi yang
mempunyai hak agar mempergunakan haknya untuk kebaikan dirinya dan kebaikan
manusia. Kewajiban yang kedua ini pada umumnya kurang mendapat perhatian, karena
pandangan mereka ditujukan kepada wajib menurut undang-undang dan bukan wajib
menurut etika (akhlak).1
Didalam Al-Qur’an kita jumpai kata al-haqq yang merupakan terjemahan dari
kata hak yang berarti milik atau orang yang menguasainya. Pengertian alhaqq dalam Al-
Qur’an sebagaimana dikemukakan al-Raghib al-Asfahani adalah al-mutabaqah wa al-
muwafaqah artinya kecocokan, kesesuaian dan kesepakatan.
Dalam perkembangan selanjutnya kata al-haqq dalam Al-Qur’an digunakan untuk
empat pengertian. Diantaranya ;
1) Pertama, untuk menunjukkan terhadap pelaku yang mengadakan sesuatu yang
mengandung hikmah. Seperti adanya Allah yang disebut sebagai al-haqq karena Dia-
lah yang megadakan sesuatu yang mengandung hikmah dan nilai bagi kehidupan.
Dapat juga dijumpai pada contoh ayat QS. Al-An’am 6:62.
2) Kedua, kata al-haqq digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang diadakan yang
mengandung hikmah. Misalnya Allah SWT. Menjadikan matahari dan bulan dengan
al-haqq, yakni mengandung hikmah bagi kehidupan.
3) Ketiga, kata al-haqq digunakan untuk menunjukkan keyakinan (I’tiqad) terhadap
sesuatu yang cocok dengan jiwanya. Seperti keyakinan seseorang terhadap adanya
kebangkitan di akhirat, pahala, siksaan, surga, dan neraka.

1
Ahmad Amin, ETIKA (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 173
4) Keempat, kata al-haqq digunakan untuk menunjukkan terhadap perbuatan atau
ucapan yang dilakukan menurut kadar atau porsi yang seharusnya dilakukan sesuai
keadaan waktu dan tempat.

b. Macam-macam Hak
1) Hak Hidup (Haqq Al-Hayat)
Setiap manusia mempunyai hak hidup. Hak hidup itu adalah hak yang suci yang
tidak dapat diberikan untuk keperluan sesuatu yang lain. Hak hidup merupakan hak
asasi setiap manusia. Hak hidup membawa kepada dua kewajiban.
Pertama, wajib bagi setiap orang menjaga Hak hidupnya dan mempergunakan
hidupnya untuk kebaikan dirinya dan kebaikan orang lain. Kedua, wajib bagi setiap
orang menjaga hak hidup orang lain. Barangsiapa yang mengganggu hak hidup orang
lain dengan cara melakukan pembunuhan atau gangguan lainnya, maka ia mendapat
hukuman. Hukuman itu dapat berupa hukuman mati, yang berarti bahwa ia harus
dilenyapkan Hak hidupnya.
2) Hak Kemerdekaan (Haqq Al-Hurriyyah)
Kata merdeka adalah kata samar-samar yang dipergunakan di dalam beberapa arti
yang berbeda-beda. Kebebasan manusia berbuat menurut kehendaknya. Kebebasan
yang dimaksud disini bukan kebebasan yang mutlak. Tetapi kebebasan yang terbatas.
Kebebasan yang dimiliki manusia tidak boleh mengurangi atau mengganggu
kebebasan orang lain. Kebebasan manusia ada batasannya, yaitu dibatasi oleh
undang-undang atau aturan moral, misalnya kemerdekaan berfikir dan berpendapat.
3) Hak Memiliki (Haqq Al-Malik)
Hak memiliki itu hampir menjadi bagian yang menyempurnakan hak
kemerdekaan. Oleh karena itu maka dibutuhkan adanya hak memiliki sesuatu. Hak
milik dapat dibedakan menjadi dua macam ;
Pertama, hak milik perseorangan yaitu hak milik yang dimiliki secara penuh oleh
seseorang, seperti pakaian, rumah, alat rumah tangga, buku-buku, dan sebagaianya.
Kedua, hak milik umum, yaitu hak milik yang dimiliki Negara dan diserahkan kepada
badan, atau institusi untuk mengaturnya. Misalnya sarana/alat transportasi umum,
perusahaan listrik, perusahaan air minum, dan sebagainya.
4) Hak Memperoleh Pendidikan (Haqq Al-Tarabbi)
Setiap manusia mempunyai hak memperoleh pendidikan sesuai dengan
kemampuannya. Pendidikan adalah alat untuk mencapai kemajuan. Kemajuan
manusia dalam berbagai bidang, ekonomi, sosial, kesehatan, dan sebagainya, sangat
ditentukan oleh pendidikan. Seorang yang berpendidikan dapat memperoleh
kebutuhan hidupnya lebih baik dari apa yang diperoleh orang yang tak berpendidikan.
Keluarga yang terpelajar dapat menjaga kesehatannya lebih baik dari keluarga yang
tak terpelajar. Hak memperoleh pendidikan memberikan konsekuensi kewajiban bagi
Negara untuk menyediakan sarana agar warga Negara memperoleh pendidikan
sebaik-baiknya.
5) Hak-hak Perempuan
Kaum perempuan sampai hari ini belum mencapai hak-hak kaum laki-laki
meskipun telah berjalan menuju kesitu, beberapa langkah yang amat luas.
Kebanyakan ahli fikir menyatakan bahwa kaum perempuan akan berjalan terus
sehingga mencapai hasil. Kaum perempuan akan berjalan cepat didalam
menghasilkan hakhaknya, selama dapat membuktikan bahwa mereka dapat
mempergunakan hak-haknya dengan sebaik-baiknya.2

2. Kewajiban
a. Pengertian Kewajiban
Sebagian ahli-ahli etika mengatakan bahwa “wajib itu ialah perbuatan ahklak
yang ditimbulkan oleh suara hati.” Mereka, ulama akhlak berselisih cara bagaimana
membagi-bagi wajib. Diantara mereka ada yang menyatakan bahwa wajib itu dapat
dibagi menjadi :
1) Kewajiban perseorangan yakni kewajiban seorang kepada dirinya seperti
keberhasilan dan keperwiraan, antara; makan dan minum, berpakaian, menjaga,
kebersihan dan kesehatan, dll.
2) Kewajiban kemasyarakatan, berarti kewajiban seseorang kepada masyarakatnya,
seperti adil, dan berbuat baik.

2
Ahmad Amin, ETIKA (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 174 - 187
3) Kewajiban kepada Allah, seperti ta’at
Kewajiban terhadap Allah sangatlah penting agar setiap orang dapat
mengetahui setiap kewajiban yang harus dilakukan dalam upaya untuk meraih
kebahagiaan yang dicita-citakannya. Dengan demikian apabila seseorang dapat
melakukan semua kewajibannya dengan baik, maka akan dapat tercipta hubungan
yang baik antara dirinya dengan orang lain maupun dengan mahkluk yang lain
serta hubungan yang baik dengan Allah SWT. Adapun kewajiban manusia
terhadap Allah, antara lain ;
- Beriman kepada Allah
- Beribadah dengan ikhlas hanya kepada Allah
- Tidak menyekutukan Allah dengan apapun
- Bersyukur kepada Allah
- Meminta ampun dan bertaubat
- Taqwa kepada Allah
- Tawakkal kepada Allah

Didalam ajaran islam, kewajiban ditempatkan sebagai salah satu hukum


syara’, yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapat pahala dan
jika ditinggalkan mendapatkan siksa. Dengan kata lain, kewajiban dalam agama
berkaitan dengan pelaksanaan hak yang diwajibkan oleh Allah, seperti shalat
lima waktu, zakat, dan sebagainya.

Kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual.


Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Salah
satu sifat khas utama manusia adalah manusia mampu mengemban kewajiban
untuk mengikuti ajaran agama. Manusia saja yang dapat hidup dalam kerangka
hukum, makhluk lain hanya dapat mengikuti hukum alam yang sifatnya
memaksa. Kondisi manusia dibebankan pada kewajiban apabila ;

- Akil baligh
- Sehat rohani
- Tahu dan sabar
4) Memiliki kebebasan memilih, berkehendak dan berbuat
Manusia sebagai mahkluk ciptaan Allah juga mempunyai kewajiban,
terhadapnya kewajiban manusia hanyalah beribadah kepada Allah. Prinsip dasar
beribadah inilah menjadi kewajiban bagi manusia sebagai makhluk Allah,
penyembahan yang dilakukan oleh manusia, bukan semata-mata untuk
kepentingan Allah, namun justru sebaliknya untuk keselamatan dirinya sendiri.
Bagi Allah tidak ada masalah apabila manusia tidak mau melaksanakan
kewajiban, terhadapnya konsekuensinya sebenarnya terletak pada manusia
sebagai makhluk Allah, sebagaimanapun alasannya, jika manusia ingin mencari
keselamatan, mau tidak mau harus melaksanakan kewajiban tersebut.

3. Keadilan
a. Pengertian Keadilan
Keadilan berasal dari kata dasar adil dengan mendapat imbuhan ke-an, menjadi
keadilan. Adil ialah sama berat/tidak berat sebelah/tidak memihak, berpihak kepada
yg benar/berpegang pada kebenaran, sepatutnya/tidak sewenang-wenang. Keadilan
berarti dapat menempatkan sesuatu secara profesional dan persamaan hak sesuai
kapasitas dan kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan. Menurut bahasa
keadilan adalah seimbang antara berat dan muatan sesuai antara hak dan kewajiban,
sesuai antara pekerjaan dan hasil yang diperoleh, sesuai dengan ilmu, sesuai dengan
pendapatan dan kebutuhan.
Keadilan dalam Islam dapat diartikan istilah yang digunakan untuk menunjukan
pada persamaan atau bersikap tengah-tengah atas dua perkara. Yang mengatur semua
segi kehidupan manusia secara seimbang dan menyeluruh. Keadilan dalam Islam
tidak memecahkan persoalan-persoalan di dalamnya secara acak dan terpisah antara
satu dengan yang lain. Hal ini karena islam memiliki konsep yang menyeluruh, Islam
pun juga tidak mempermasalahkan tentang derajat manusia satu dengan manusia yang
lainnya, karena semua manusia itu sama di hadapan Sang Khaliq-Nya. Yang
membedakan manusia itu hanyalah ketakwaan seorang hamba terhadap Rabb-Nya.

b. Macam wujud keadilan


Menurut Aristoteles – Notonegoro, ada 4 macam wujud keadilan:
1) Keadilan tukar-menukar
Yaitu suatu kebajkan tingkah laku manusia untuk selalu memberikan
kepada sesamanya, sesuatu yang menjadi pihak lain atau sesuatu yang sudah
semestinya harus diterima oleh pihak lain itu. Dengan adanya keadilan tukar
menukar, terjadilah saling memberi dan saling menerima. Keadilan itu timbul
didalam hubungan antar manusia sebagai orang-orang terhadap sesamanya
didalam masyarakat.
2) Keadilan distributif atau membagi
Yaitu suatu kebijakan tingkah laku masyarakat dan alat penguasanya
untuk selalu membagikan segala kenikmatan dan beban bersama, dengan cara
rata dan merata, sifat menurut keselarasan dan tingkat perbedaan jasmani dan
rohani. Keadilan dalam membagi ini terdapat dalam hubungannya antara
masyarakat dengan warganya.
3) Keadilan social
Yaitu suatu kebajikan tingkah laku manusia didalam hubungan dengan
masyarakat, untuk senantiasa memberikan dan melaksanakan segala sesuatu yang
menunjukan kemakmuran dan kesejahteraan bersama sebagai tujuan akhir
masyarakat atau negara.
4) Keadilan Negara
Yaitu mengatur hubungan antara anggota dan kesatuannya untuk bersama-
sama selaras dengan kedudukan dan fungsinya untuk mencapai kesejahteraan
umum.

4. Hubungan hak, kewajiban, dan keadilan


Telah dikemukakan bahwa akhlak adalah perbuatan yang telah dilakukan dengan
sengaja, mendarah daging, sebenarnya dan tulus ikhlas karena Allah. Hubungan dengan
hak dapat dilihat pada arti dari hak yaitu sebagai milik yang dapat digunakan oleh
seseorang tanpa ada yang menghalanginya.
Akhlak yang mendarah daging itu kemudian menjadi bagian dari kepribadian
seseorang yang dengannya timbul kewajiban untuk melaksanakannya tanpa merasa berat.
Dengan telaksananya hak, kewajiban, dan keadilan, maka dengan sendirinya akan
mendukung terciptanya perbuatan yang akhlaki.
Dimana hak maka ada kewajiban, dan dimana ada kewajiban ada keadilan. Yaitu
menetapkan dan melaksanakan hak sesuai dengan tempat, waktu dan kadarnya yang
seimbang.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hak dapat diartikan wewenang atau kekuasaan yang secara etis seseorang dapat
mengerjakan, memiliki, meninggalkan, mempergunakan atau menuntut sesuatu.
Poendjawijata mengatakan bahwa yang dimaksud hak ialah semacam milik, kepunyaan
yang tidak hanya benda kan saja, melainkan pula tindakan, pikiran, dan hasil pemikiran
itu. Sedangkan kewajiban adalah suatu tindakan yang harus dilakukan manusia dalam
memenuhi hubungan sebagai makhluk individu, sosial dan Tuhan. Dan keadilan
merupakan tingkat tertinggi dalam menentukan segala bentuk permasalahan yang ada
hubungannya dengan kepentingan orang banyak. Perintah berlaku adil pun mesti
ditegakan dalam keluarga dan masyarakat muslim itu sendiri, bahkan kepada orang kafir
pun umat islam diperintahkan berlaku adil. Dengan terlaksananya hak, kewajiban dan
keadilan, maka dengan sendirinya akan mendukung terciptanya perbuatan yang akhlaki.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Maka diharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR PUSTAKA

 http://kbbi.web.id/adil

Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2007, hlm.137-
138

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali pers, 2012) ,144

Charis Zubair, Ahmad. 1995. Kuliah Etika. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Amin, Ahmad. 1975. ETIKA (Ilmu Akhlak). Jakarta: Bulan Bintang.

Anda mungkin juga menyukai