Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN ANALISIS HASIL SURVEY

KEMITRAAN/KERJASAMA DALAM UMKM

“Dibuat dalam rangka memenuhi salah satu tugas UAS Mata Kuliah Manajemen Koperasi dan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan dosen pengampu Ibu Sri Hidayati, S.Ag., M.Ed.”

Oleh:

Salsabillah Vintayana 11180810000034


Novia Permata Sari 11180810000123
M. Rafdi Syawaldin 11180810000127

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu mesin penggerak
yang memiliki peran krusial dan strategis dalam perkembangan dan pertumbuhan perekonomian
Indonesia. UMKM juga merupakan aktor penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal
dan pemberdayaan masyarakat. Dengan adanya sektor UMKM, pengangguran akibat angkatan
kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Hal ini tentu menjadi perhatian
bagi pemerintah. Pemerintah pun tak tinggal diam dengan membantu pelaku UMKM untuk
mempercepat gerak mereka dalam mengembangkan usaha, seperti dukungan dari segi regulasi,
perpajakan, mempermudah perizinan, jangkauan akses pasar yang luas dan pendanaan dengan
bunga ringan.

Dalam era revolusi industri 4.0 ini, pola kemitraan adalah hal yang penting. di era yang
semakin mengglobal dan dewasa ini tidak ada entitas yang bisa sendirian dalam
upaya survive dan berkembang. Era ini ditandai dengan perkembangan teknologi informasi yang
luar biasa yang mempengaruhi berbagai segi kehidupan masyarakat termasuk selera konsumen.
Di era ini siapa yang lincah dalam mengantisipasi perkembangan teknologilah yang akan survive
dan berkembang.

Dalam menjalankan usahanya, UMKM tentu perlu bekerja sama dan membangun
kemitraan dengan pihak lain. Hubungan kemitraan yang terjalin harus di landasi prinsip saling
membutuhkan, saling mempercayai, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Dalam
bermitra, apalagi di masa pandemi Covid-19 ini yang membuat rata – rata UMKM beralih ke
basis digital dan tidak sedikit diantara mereka yang bermitra dengan artis/selebgram sebagai
ajang promosi, guna memperluas jaringan pemasaran serta memperoleh kepercayaan dari calon
konsumen. Sebenarnya pola kemitraan UMKM tidak hanya sekedar untuk memasarkan produk
saja. Namun, ada banyak seperti bermitra dengan lembaga pemerintah, usaha besar, investor,
portal digital network, keluarga, sesama UMKM, iklan media sosial, artis/selebgram, dll.

Dalam situasi pandemi saat ini, banyak UMKM yang bermitra dengan artis/selebgram,
dan banyak juga yang belum atau tidak. Untuk yang bermitra dengan artis/selebgram khususnya,
tentu mereka akan sangat terbantu untuk menjangkau lebih luas konsumen terutama fans atau
followers dari artis/selebgram tersebut, serta memperoleh trust lebih. Namun, bagi yang belum
bermitra, tentu harus lebih ekstra mempromosikan produk mereka secara mandiri.

Namun, rata – rata UMKM yang bermitra dengan artis/selebgram memperoleh


keuntungan tersendiri diantaranya produk lebih cepat dikenal, meningkatkan penjualan produk,
menambah followers profil bisnis, menjangkau pasar yang lebih luas, serta meningkatkan
kredibilitas bisnis.

Oleh karena itu kami memilih kemitraan/kerjasama sebagai topik pembahasan dalam
membuat laporan analisa dari hasil survey yang sudah dilakukan kepada UMKM berbasis online
yang pernah di endorse atau bermitra dengan artis/selebgram.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan UMKM di Indonesia?
2. Bagaimana bentuk kemitraan/kerjasama yang dilakukan oleh UMKM saat ini?
3. Bagaimana pengaruh kemitraan endorse sebagai ajang promosi terhadap UMKM?
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Review Jurnal
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau UMKM adalah sebuah usaha ekonomi produktif
yang memiliki jumlah kekayaan dan penjualan tahunan tertentu dan hal tersebut diatur dalam
Undang-Undang untuk menentukan kategori usaha tersebut.1 Menurut UU No.9 Tahun 1999 dan
karena keadaan perkembangan yang semakin dinamis dirubah ke Undang-Undang No.20 Pasal 1
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah maka pengertian UMKM adalah sebagai
berikut:2
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.
Semakin hari banyak pengusaha yang memulai bisnisnya dari skala kecil. Di Indonesia
sendiri UMKM semakin berkembang. Hal ini dapat terlihat dari semakin banyaknya merk
dagang di sekitar kita dengan berbagai jenis produk yang ada. Perkembangan UMKM di
Indonesia ini menghasilkan dampak yang positif. Supriyanto (2006:1) menyimpulkan dalam
penelitiannya ternyata UMKM mampu menjadi solusi penanggulangan kemiskinan di Indonesia.

1
Nabila Ghassani, “KEMITRAAN PENGEMBANGAN UMKM” (Studi Deskriptif Tentang Kemitraan PT. PJB
(Pembangkit Jawa Bali) Unit Gresik Pengembangan UMKM Kabupaten Gresik), Kebijakan dan Manajemen Publik,
Volume 3, Nomor 2, Mei-Agustus 2015, Hal. 142
2
Yuli Rahmini Suci, PERKEMBANGAN UMKM (USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH) DI INDONESIA,
Ilmiah Cano Ekonomos Vol. 6 No. 1 Januari 2017, Hal. 54.
Penanggulangan kemiskinan dengan cara mengembangkan UMKM memiliki potensi yang cukup
baik, karena ternyata sektor UMKM memiliki kontribusi yang besar dalam penyerapan tenaga
kerja, yaitu menyerap lebih dari 99,45% tenaga kerja dan sumbangan terhadap PDB sekitar
30%.3
Dengan semakin bertambahnya jumlah UMKM yang ada di Indonesia, maka mengakibatkan
semakin ketatnya persaingan antara UMKM. Oleh karena itu, banyak pelaku UMKM yang
melakukan kemitraan dengan pihak-pihak lain. Upaya peningkatan UMKM melalui pola
kemitraan, diatur dalam Keppres RI, No. 127 tahun 2001, tentang UMKM dan Kemitraan, yang
menyebutkan bahwa perlu adanya jenis usaha yang dicadangkan untuk usaha kecil dan
kesempatan terbuka bagi kinerja usaha menengah atau besar dengan syarat kemitraan. Kemitraan
adalah kerja sama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai
pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan usaha besar dengan memperhatikan
prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.4
Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi dan media sosial. Bentuk kemitraan kini
sudah berkembang pesat. Yang semula sebuah kemitraan hanya bisa dibangun dengan kerjasama
yang dilakukan oleh usaha kecil dengan usaha besar, sekarang kemitraan bisa dilakukan dengan
bentuk celebrity endorse. Celebrity endorser merupakan pendukung iklan atau tokoh aktor,
penghibur, atau atlet yang dikenal masyarakat karena prestasinya di dalam bidang-bidang yang
berbeda dari golongan produk yang didukung (Shimp, 2003).5 Dengan bentuk kemitraan ini,
pihak UMKM bisa meningkatkan citra merk dagang serta sebagai media promosi barang dagang
untuk meningkatkan jumlah penjualan produk.

3
Ibid, Hal. 52
4
Nur Qomariah, PENGARUH PROGRAM KEMITRAAN, LINGKUNGAN KERJA DAN MOTIVASI TERHADAP
KINERJA KARYAWAN UMKM DI KECAMATAN BANGIL, Riset Ekonomi dan Manajemen, Volume 16, No. 1,
Januari – Juni(Semester I) 2016, Hal. 147.
5
Cynthia G. Pangemanan, dkk, “ANALISIS PENGARUH CELEBRITY ENDORSE, CITRA MEREK DAN PERSEPSI
NILAI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL TOYOTA ALL NEW SIENTA DI MANADO”, Jurnal
EMBA, Vol.6 No.4 September 2018, Hal. 3439.
BAB III
PEMBAHASAN
Hasil survey menunjukkan:
a. Data Demografi
b. Data Kemitraan
Upaya UMKM untuk tetap menjalankan bisnisnya ditengah Pandemi Covid-19 ini sangat
menarik untuk kita kupas, salah satu cara yang paling mudah dilakukan agar bisnis mereka tetap
eksis adalah dengan menggunakan jasa endorse artis/selebgram untuk mempromosikan produk
atau toko mereka kepada masyarakat terkhusus followers artis yang mereka endorse. Kita akan
mengulas upaya UMKM ini dengan menggunakan data dari para responden yaitu pemilik dari
UMKM tersebut dan juga dengan Teori Social Capital.

Teori social capital pertama kali didiskusikan pada tahun 1916 (Lin, 2001). Social
capital yang komtemporer ditawarkan pertama kali oleh Bourdie (1986) yang mengatakan social
capital merupakan keseluruhan sumber konsep aktual atau potensial, yang dihubungkan dengan
kepemilikan dari suatu jaringan yang tahan lama atau lebih kurang hubungan timbal balik antar
institusi yang dikenalnya. Dari berbagai poin bisnis yang penting, social capital sama dengan,
sumber informasi. Gagasan, kesempatan bisnis, modal keuangan, power, dukungan emosional,
kepercayaan dan kerjasama yang disediakan oleh individu dan jaringan kerja bisnis (Baker,
2000).

Cohen dan Prusak (2001) mendefinisikan bahwa social capital merupakan suatu
kesediaan melakukan hubungan aktif antara seseorang meliputi: kepercayaan, kerjasama yang
saling menguntungkan, berbagi nilai dan perilaku yang mengikat setiap anggota jaringan dan
kemasyarakatan juga kemungkinan membuat kerjasama. Akdere, (2005) membagikan dalam tiga
bentuk social capital, yaitu macro level, meso level dan micro level. Namun, karena yang kita
bahas adalah UMKM maka kita hanya akan terfokus pada bentuk social capital level mikro.

Pada tingkatan social capital micro level ini menekankan kemampuan individu untuk
mengerahkan sumber daya melalui institusi jaringan lokal seperti organisasi sosial
kemasyarakatan yang didasarkan pada kekeluargaan. Banyak ahli menekankan micro level pada
sebuah organisasi berhubungan dengan pengenalan, kooperasi dan kerjasama, kesetiakawanan,
kesetiaan, reputasi dan akses informasi yang informatif. Di samping itu, social capital micro
level ini mempunyai kaitan dengan fitur demografi karyawan, lamanya pekerjaan, dan human
capital. Secara keseluruhan, social capital micro level berhubungan ego dengan orang lain,
pengembangan individu dan pertumbuhan pribadi.
c. Pembahasan Data Demografi

Dari survey yang dilakukan, dengan responden yang mencapai 314 UMKM, kita dapat
melihat data usia, pendidikan, profesi pebisnis, dan media sosial yang paling sering digunakan
untuk bisnis mereka.

Usia

Dari data usia tersebut terlihat kalau usaha ini dikuasai oleh rentang usia lebih dari 20
sampai 30 tahun sebanyak 56,4%, disusul oleh usia lebih dari 30 – 40 tahun sebanyak 26,1%,
lalu ada usia kurang dari 20 tahun sebanyak 12,4%, dan sisanya diatas 40-50 tahun dan lebih dari
50 tahun. Usaha UMKM ini memang akhir-akhir ini sedang booming di kalangan milenial
(generasi 90an) dan Generasi Z (generasi 2000an) terbukti dengan data dari 314 responden
56,4% umur 20-30 adalah yang paling banyak dalam menjalankan bisnis umkm dan yang paling
sedikit adalah usia 40 – diatas 50 tahun.

Profesi

Data dari 314 responden menunjukan kalau 44,5% dari mereka menjalankan usaha
mereka sebagai pekerjaan utama, 42% menjalankan usaha mereka sebagai pekerjaan sampingan.
Dari data tersebut kita bisa melihat kalau potensi UMKM ini dijadikan sebagai bisnis utama
sangatlah besar kita bisa lihat dari data tersebut 44,5% menjadikan bisnis ini sebagai pekerjaan
utama, namun juga tidak menutup kemungkinan bisnis ini untuk dijadiin bisnis sampingan atau
tambahan terbukti dengan angka yang juga cukup besar diantara para responden yaitu 42%.

Sosmed yang paling sering digunakan

Menurut dari 314 responden, 89,2% paling sering menggunakan Instagram untuk bisnis
mereka, lalu 9,2% menggunakan WhatsApp untuk bisnis mereka. Kita bisa lihat dari data
tersebut kalau mayoritas responden menggunakan Instagram untuk membantu bisnis mereka, hal
tersebut tentu ada alasan nya. Kenapa mereka menggunakan Instagram yang pertama adalah
karena Instagram adalah sosial media paling populer setelah facebook dan banyak artis-artis atau
selebgram disana, lalu juga algoritma Instagram sangat memudahkan bagi para pembeli karena
algoritma Instagram adalah yang akan sering ditampilkan adalah hal yang paling sering kita cari
di sosial media tersebut. Jadi sangat wajar kalau Instagram menjadi salah satu pilihan utama para
pebisnis UMKM untuk menjalankan bisnis mereka.

d. Pembahasan Data Kemitraan

Dari survey yang dilakukan, dengan responden yang mencapai 314 UMKM/, kita dapat
melihat data dengan siapa saja para UMKM ini menjalin kerjasama untuk promosi secara digital,
signifikansi bekerja sama dengan artis/selebgram untuk promosi, bagaimana para UMKM bisa
bekerja sama dengan artis/selebgram, dan pilihan artis untuk diajak kerjasama.

Dengan Siapa Saja?

Dari 314 responden 62,4% dari mereka melakukan kerjasama untuk promosi secara digital
dengan artis/selebgram, 20,4% dari mereka dengan Instagram Ads/Facebook Ads, dan 8,9%
tidak dengan siapapun. Dari data tersebut bisa dilihat kalau para UMKM ini lebih banyak
menggunakan jasa endorse artis/selebgram untuk mempromosikan produk mereka, kenapa
demikian? Karena cara tersebut lebih mudah dan murah daripada harus menggunakan promosi
konvensional.

Signifikansi

Dari 314 responden menjawab kalau kerjasama diatas cukup signifikan untuk 37,9% untuk
meningkatkan omset/penjualan, 28% untuk menambah pelanggan baru, 14,3% untuk
meningkatkan kunjungan ke toko online, 14,3% untuk meningkatkan jumlah follower. Cara
promosi dengan jasa endorse ini terbukti cukup signifikan dari meningkatkan omset/penjualan,
untuk menambah pelanggan baru, untuk menambah kunjungan ke toko, bahkan meningkatkan
jumlah follower dari para umkm tersebut yang kemungkinan kedepannya mereka akan membeli
produk dari umkm tersebut. Kenapa cara ini cukup signifikan ? karena promosi dari
artis/selebgram tersebut biasanya memiliki fans militan yang memiliki kemungkinan membeli
produk yg mengendorse artis yang mereka sukai, dan juga cara endorse ini memungkinan para
umkm untuk menjangkau lebih banyak pelanggan yang juga follower dari artis/selebgram
tersebut.

Bagaimana cara agar bisa bekerjasama dengan artis/selebgram?


Dari 314 responden menjelaskan bagaimana kerjasama dengan artis/selebgram tersebut
bisa terlaksana, 41,% melakukan kontak langsung ke artis/selebgram, 31,8% melakukan kontak
dengan manajer artis/sebelgram, 20,7% melakukan lainnya. Caranya tentu sangat mudah karena
di Instagram sendiri ada fitur DM (Direct Message) yang memungkinkan para UMKM untuk
mengontak langsung artis/selebgram tersebut, lalu juga ada fitur biodata di Instagram yang
biasanya para artis/selebgram tersebut menuliskan Contact Person yang biasanya manajer dari
artis/selebgram tersebut. Lalu setelah berhasil mengontak langsung artis/selebgram tersebut
ataupun manajernya mereka bisa melakukan kesepakatan untuk melakukan endorse tersebut.

Pilihan Artis/Selebgram Untuk Diajak Kerjasama

Dari 314 responden memperlihatkan pilihan artis/selebgram untuk mengendorse produk


mereka, 45,2% dari mereka memilih artis/selebgram yang memiliki imej baik, 36,3% memilih
artis dengan jumlah follower banyak, 13,1% memilih artis yang memiliki fans militan. Tentu saja
para UMKM ini tidak sembarangan dalam memilih artis/selebgram untuk mereka endorse karena
mereka tentu menginginkan hasil terbaik dalam kerjasama ini. Lalu untuk mencegah
mendapatkan hasil yang kurang baik, para UMKM ini biasanya memilih selebgram dengan imej
yang baik, lalu juga memilih artis/selebgram yang memilih followers yang banyak, dan juga
memilih artis/selebgram yang memiliki fans militant mereka sendiri. Kriteria-kriteria tersebut
adalah salah satu penambah/penunjang agar produk mereka bisa laku, dan UMKM mereka bisa
tetap eksis.
BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan

Dengan semakin bertambahnya jumlah UMKM yang ada di Indonesia, maka


mengakibatkan semakin ketatnya persaingan antara UMKM. Oleh karena itu, banyak pelaku
UMKM yang melakukan kemitraan dengan pihak-pihak lain. Sebenarnya pola kemitraan
UMKM tidak hanya sekedar untuk memasarkan produk saja. Namun, ada banyak seperti
bermitra dengan lembaga pemerintah, usaha besar, investor, portal digital network, keluarga,
sesama UMKM, iklan media sosial, artis/selebgram, dll.

Dari latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa rata – rata UMKM yang
bermitra dengan artis/selebgram memperoleh keuntungan tersendiri diantaranya produk lebih
cepat dikenal, meningkatkan penjualan produk, menambah followers profil bisnis, menjangkau
pasar yang lebih luas, serta meningkatkan kredibilitas bisnis. Hal itu sesuai dengan pembahasan
hasil survey yang menyatakan bahwa sekitar 62,4% UMKM bermitra dengan artis/selebgram
sebagai ajang promosi usaha mereka. Memang sudah tidak dipungkiri lagi bahwa artis atau
selebgram mampu membuat value tersendiri bagi produk yang mereka endorse. Selain itu,
bahwa signifikansi dari endorse ini adalah sekitar 39% untuk meningkatkan omset penjualan.
Dan kemudahan dalam melakukan jasa endorse ini karena bisa dilakukan dengan beberapa cara,
salah satunya yang paling banyak dilakukan oleh UMKM adalah dengan menghubungi artis
tersebut. Kebanyakan UMKM memilih artis dengan imej baik, tujuannya adalah agar produk
mereka yang di promosikan artis/selebgram tersebut juga akan terlihat baik.

UMKM saat ini di dominasi oleh kaum milenial yang terus berusaha menciptakan inovasi
– inovasi. Dan kebanyakan dari mereka menjadikan UMKM sebagai pekerjaan utama mereka.
Karena saat ini Instagram merupakan media sosial yang sangat hits, kebanyakan UMKM
menggunakan instagram untuk menjadi media utama dalam berbisnis, meskipun ditunjang juga
dengan media lainnya seperti e-commerce, dll.

Oleh karena itu, menurut kami, bahwa kemitraan UMKM dengan artis/selebgram
memberikan dampak positif terhadap kelangsungan hidup UMKM. Dimana kedua pihak saling
diuntungkan. Dengan semakin banyaknya orang yang tahu mengenai produk mereka, membuat
peluang bagi mereka untuk terus berprogressif.

b. Saran dan Rekomendasi

Saran dan rekomendasi dari kami adalah pilihlah artis/selebgram yang memiliki real
account, maksudnya bukan akun yang di setting memilki followers banyak namun dengan
engagement yang tidak mendukung. Selain itu, perhitungkan juga biaya yang harus dikeluarkan
untuk endorse, jangan sampai biaya untuk endorse malah tidak bisa kembali modal.
DAFTAR PUSTAKA

Akdere, Mesut, 2005. „Social Capital Theory and Implications for Human Resource
Development‟, Singapore Management Review, Volume 27 No 2

Baker, W, 2000. Achieving Success through Social Capital: Tapping the Hidden Resources in
Your Personal and Business Networks. San Francisco: Jossey-Bass

Bourdieu P, 1986. “The Forms of Capital”. In JG Richardson (ed), Handbook of Theory and
Research for the Sociology of Education. Westport, CT: Greenwood Press.

Cohen D dan L Prusak, 2001. In Good Company: How Social Capital Makes Organisations
Work. Boston: Harvard Business School Press.

Ghassani, Nabila. 2015. “KEMITRAAN PENGEMBANGAN UMKM” (Studi Deskriptif Tentang


Kemitraan PT. PJB (Pembangkit Jawa Bali) Unit Gresik Pengembangan UMKM
Kabupaten Gresik). Kebijakan dan Manajemen Publik, 3 (2), 142 – 151.
Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), September 2010, Hal. 174 – 182 Vol. 17, No. 2 ISSN: 1412-
3126 174

Lin N, 2001. Social Capital: A Theory of Social Structure and Action. Cambridge, New York:
Cambridge University Press.

Pangemanan, Cynthia G., dkk. 2018. ANALISIS PENGARUH CELEBRITY ENDORSE, CITRA
MEREK DAN PERSEPSI NILAI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL
TOYOTA ALL NEW SIENTA DI MANADO. EMBA, 6 (4), 3438 – 3447.
Qomariah, Nur. 2016. PENGARUH PROGRAM KEMITRAAN, LINGKUNGAN KERJA DAN
MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN UMKM DI KECAMATAN BANGIL.
Riset Ekonomi dan Manajemen, 16 (1), 145 – 159.
Suci, Yuli Rahmini. 2017. PERKEMBANGAN UMKM (USAHA MIKRO KECIL DAN
MENENGAH) DI INDONESIA. Ilmiah Cano Ekonomos, 6 (1), 51 – 58.

Anda mungkin juga menyukai