Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

DHF ( DENGUE HAEMORHAGIC FEVER )

OLEH

FEBRIYANI LITCLARISTA GONGGUS

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEPERAWATAN

SMK YARSI MATARAM

2021
A.      Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)(Resti, 2014)
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain
yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (PADILA, 2012)

B.       Etiologi
Virus dongue serotype 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti.
Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vector yang
kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup
terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.
(Smeltzer & Suzanne, 2001)

C.      Klasifikasi
Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :
1.      Derajat I ( ringan )
Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang tidak khas dan uji
turniquet (+).
2.      Derajat II ( sedang )
Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan pada kulit misal di
temukan adanya petekie, ekimosis,  pendarahan,
3.      Derajat III ( berat )
Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin gelisah tensi menurun
manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)
4.      Derajat IV ( DIC )
Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba.
(Smeltzer & Suzanne, 2001)

D.      Patofisiologi
Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes
dan menginfeksi pertama kali member gejala DF. Pasien akan mengalami gejala viremia, sakit
kepala, mual, nyei otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorokkan, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pasa RES seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan
limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe
virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbullah the secondary heterologous infection atau
sequential infection of hypothesis. Re- infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik
antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus
antibody) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai berikut:

A. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang berakibat


dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel
dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
B. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami
metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan
dimusnahkan oleh system retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat
dan perdarahan. Pada keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan vasokoaktif
(histamine dan serotonin) yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan
melepaskan trombosit factor III yang merangsang koagulasi intravascular.

Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir terjadinya
pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan
penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivasi akan
merangsang system kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dindin
pembuluh darah. (PADILA, 2012)

E. Pathway
Virus Dengue

Viremia

Hipertermia Hepatomegali Depresi sum-sum Permebilitas


tulang kapiler meningkat

Manifestasi
Permebilitas kapiler
- Anoreksia
- Muntah perdarahan meningkat

Kehilangan Plasma

Ketidakseimbangan nutisi < Resti Kekurangan


keb tubuh Volume cairan Hipovolemi

Resiko tjd Efusi pleura asites


perdarahan hemokonsentrasi
Resiko syok
hipovolemia

Ketidakefektifan
Syok perfusi jaringan perifer

Kematian
F. .   Manifestasi klinis
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa klinis dan
laboratories. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnose klinis dan
laboratories:
a.       Diagnose klinis
           Demam tinggi 2 sampai 7 hari (38-40̊ C)
           Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie (bintik merah
pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit), ekimosis, perdarahan konjungtiva
(perdarahan pada mata), epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan gusi, hematemesis
(muntah darah), melena (BAB darah) dan hematusi (adanya darah dalam urin).
           Perdarahan pada hidung
           Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah
           Pembesaran hati (hepatomegali)
           Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang, tekanan sistolik
sampai 80mmHg atau lebih rendah
           Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu makan),
lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
b.      Diagnose laboratories
           Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit hingga
100.000/mmHg
           Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau lebih
(Resti, 2014)

G.   Pemeriksaan diagnostic
a.      Darah lengakap
           Leukpenia pada hari ke 2-3
           Trombositopenia dan hemokonsentrasi
           Masa pembekuan normal
           Masa pedarahan memanjang
           Penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII
b.      Kimia darah
           Hipoproteinemia, hiponatriam, hipodorumia
           SGOT/SGPT meningkat
           Umum meningkat
           pH darah meningkat
c.       Urinalis
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
d.      Uji sum-sum tulang
Pada awal sakit biasanya hipaseluler kemudian menjadi hiperseluler
 (Doenges, 2000)
H.   Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak .
3. Pemberian cairan melalui infus.

Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan
cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4
mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
4. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,
5. Anti konvulsi jika terjadi kejang
6. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
7. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9.      Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari

I.  Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a.              Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit
dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi
vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan
nyeri perut yang hebat.
b.             Shock atau renjatan.
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan
tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari
tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam
maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
c.              Effuse pleura
d.             Penurunan kesadaran.
(Resti, 2014)

I.         Asuhan Keperawatan
1.             Pengkajian
a.       Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya DHF
b.      Riwayat kesehatan
           Keluhan utama
Panas
           Riwayat kesehatan sekarang
Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual, sakit kepala, sakit
pada saat menelan, lemah, nyeri pada efigastrik, penurunan nafsu makan,perdarahan
spontan.
           Riwayat kesehatan dahulu
Pernah menderita yang sama atau tidak
           Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan adanya
penyakit herediter (keturunan).
c.       Aktivitas
           Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, malaise Gangguan pola tidur
           Sirkulasi
Tanda : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat Tekanan darah normal/sedikit
di bawah jangkauan normal. Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik);
lemah/lembut/mudah hilang, takikardia ekstrem (syok), nadi lemah Suara jantung :
disritmia dan perkembangan S3 mengakibatkan disfungsi miokard, efek dari
asidosis/ketidak seimbangan elektrolit. Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada
ujung hidung, jari dan kaki
           Integritas ego
Tanda : gelisah
           Eliminasi
Gejala : diare
           Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, haus, sakit saat menelan Mual,muntah Perubahan berat badan akhir-
akhir (meningkat/turun)
Tanda : penurunan berat badan, penurunan massa otot (malnutrisi) Kelemahan, tonus
otot dan turgor kulit buruk Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
           Hygiene
Tanda : ketidakmapuan mempertahankan perawatan diri Bau badan Lidah kotor
           Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala Nyeri tekan epigastrik Nyeri pada anggota badan, punggung, sendi
           Perdarahan
Tanda : perdarahan di bawah kulit (petekie), perdarahan gusi, epistaksis sampai
perdarahan yang hebat berpa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena,
hematuria
d.      Pemeriksaan fisik
           System pernapasan
Sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding dada, perkusi, auskultasi
           System cardivaskular
  Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni.
  Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia), penurunan
tekanan darah (hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari.
  Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
           System neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien gelisah dan
terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS
           System perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat
kencing, kencing berwarna merah
           System pencernaan
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada
epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan nyeri
tekan tanpa diserta dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual,
muntah, nyeri saat menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).
           System integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular, pada
grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh tubuh/
perdarahan dibawah kulit (petikie), pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada
kulit.
e.       Pemeriksaan penunjang
           Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai
1.        Ig.G dengue positif
2.        Trombositopenia
3.        Hemoglobin meningkat
4.        Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
5.        Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
  hipoproteinemia
  hiponatremia dan
  hipokalemia
Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia, peningkatan
limposit, monosit dan basofil
1.        SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
2.        Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
3.        Waktu pendarahan memanjang
4.        Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO2 < 35
– 40 mm Hg, HCO3 rendah
           Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara
haemaglutination nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen pada
pemeriksaan serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau
demam dan masa penyembuhan (104 minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk
pemeriksaan serologi ini di ambil darah vena 2 – 5 ml.
Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai pleural
effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali

2.             Diagnosa Keperawatan
a.         Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
b.         Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
c.         Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
d.        Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
, mual dan muntah.
e.         Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
f.          Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik
g.          Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
h.         Defisiensi pengetahuan berhubungan degan kurang familier dengan sumber informasi.

3.             Intervensi keperawatan

No Diagnose keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


{ NOC } { NIC }
1.   Hipertermi Setelah dilakukan
Fever Treatment :
berhubungan dengan tindakan          Observasi tanda-tanda
keperawatan          Tanda-tanda vital
proses infeksi virus. selama ... x 24 jam, vital tiap 3  jam. merupakan acuan untuk
pasien akan :          Beri kompres hangat mengetahui keadaan
     Menunjukkan suhu pada bagian lipatan umum pasien.
tubuh dalam rentang tubuh ( Paha          Kompres hangat dapat
dan
normal. aksila ). mengembalikan suhu
     TTV normal.          Monitor intake dan normal memperlancar
output sirkulasi.
         Berikan obat          Untuk
anti mengetahui
piretik. adanya
ketidakseimbangan cairan
tubuh.
         Dapat menurunkan
demam

Temperature
Regulation          Peningkatan suhu tubuh
         Beri banyak minum ( ± akan menyebabkan
1-1,5 liter/hari) sedikit penguapan tubuh
tapi sering meningkat sehingga perlu
         Ganti pakaian klien diimbangi dengan asupan
dengan bahan tipis cairan yang banyak.
menyerap keringat.          Pakaian yang tipis
menyerap keringat dan
membantu mengurangi
penguapan tubuh akibat
dari peningkatan suhu
dan dapat terjadi
konduksi.
2.   Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan Fluid Managemen
berhubungan dengan tindakan          Kaji keadaan umum
keperawatan          Mengetahui dengan
kehilangan volume selama ... x 24 jam, klien dan tanda-tanda cepat penyimpangan dari
cairan aktif. pasien akan : vital. keadaan normalnya.
     Menunjukkan          Kaji input dan output
         Mengetahui balance
keseimbangan elektrolit cairan. cairan dan elektrolit
dan asam basa          Observasi adanya dalam tubuh/homeostatis.
     Menunjukkan tanda-tanda syok          Agar dapat segera
keseimbangan cairan          Anjurkan klien untuk dilakukan tindakan jika
     Turgor kulit baik banyak minum. terjadi syok.
     Tanda-tanda vital dalam
         Kolaborasi          Asupan
dengan cairan sangat
batas normal dokter dalam diperlukan untuk
pemberian cairan I.V. menambah volume cairan
tubuh
         Pemberian cairan I.V
sangat penting bagi klien
yang mengalami deficit
volume cairan untuk
memenuhi kebutuhan
cairan klien.
3.   Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Pain management
dengan proses patologis tindakan          Lakukan
keperawatan          Mengetahui nyeri yang
pengkajian
penyakit. selama ... x 24 jam, nyeri secara dialami pasien sehingga
pasien akan : kompherensif. perawat dapat
     Dapat mengontrol nyeri          Kaji faktor-faktor yang menentukan cara
     Mengetahui tingkat nyeri mempengaruhi reaksi mengatasinya.
     Ekspresi wajah rileks. pasien terhadap nyeri.          Dengan mengetahui
         Berikan posisi yang faktor-faktor tersebut
nyaman dan ciptakan maka perawat dapat
suasana ruangan yang melakukan intervensi
tenang. yang sesuai dengan
         Berikan suasana  masalah klien.
gembira bagi pasien          Posisi yang nyaman dan
situasi yang tenang dapat
membuat perasaan yang
nyaman pada pasien.
         Dengan suasana gembira
pasien dapat
sedikit mengalihkan
perhatiannya terhadap
nyeri.
Analgetic
administration
         Berikan          Obat
analgesik analgesik dapat
sesuai tipe dan beratnya menekankan rasa nyeri.
nyeri .
4.   Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Nutrition managemen
nutrisi kurang dari tindakan          Kaji keadaan umum
keperawatan
kebutuhan tubuh selama ... x 24 jam, klien          Memudahkan untuk
berhubungan dengan pasien akan :          Beri makanan sesuai intervensi selanjutnya
anoreksia , mual dan      Menunjukkan kebutuhan kebutuhan tubuh klien.         Merangsang nafsu
muntah. nutrisi terpenuhi.          Anjurkan orang tua makan klien sehingga
     Memperlihatkan adanya klien untuk memberi klien mau makan.
selera makan          Makanan
makanan sedikit tapi dalam porsi
sering. kecil tapi sering
         Anjurkan orang tua memudahkan organ
klien memberi pencernaan dalam
makanan TKTP dalam metabolisme.
bentuk lunak          Makanan dengan
komposisi TKTP
berfungsi membantu
mempercepat proses
Nutrition Monitoring penyembuhan.
         Timbang berat badan
klien tiap hari.          Berat badan merupakan
         Monitor mual dan salah satu indicator
muntah pasien pemenuhan nutrisi
berhasil.
         Untuk mengetahui status
nutrisi pasien.
5.   Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Activity Therapy
berhubungan dengan tindakan          Kaji
keperawatan hal-hal          Mengetahui
yang tingkat
ketidakseimbangan selama ... x 24 jam, mampu dilakukan ketergantungan klien
antara suplai dan pasien akan : klien. dalam memenuhi
kebutuhan oksigen.      Dapat          Bantu klien memenuhi kebutuhannya.
berpartisipasi
dalam aktivitas fisik          Bantuan
kebutuhan aktivitasnya sangat
     Dapat melakukan sesuai dengan tingkat diperlukan klien pada
aktivitas sehari-hari keterbatasan klien saat kondisinya lemah
     TTV normal          Beri penjelasan tentang dalam pemenuhan
hal-hal yang dapat kebutuhan sehari-hari
membantu dan tanpa mengalami
meningkatkan kekuatan ketergantungan pada
fisik klien. orang lain.
         Libatkan          Dengan
keluarga penjelasan,
dalam pemenuhan ADL pasien termotivasi untuk
klien kooperatif selama
         Jelaskan pada keluarga perawatan terutama
dan klien tentang terhadap tindakan yang
pentingnya bedrest dapat meningkatkan
ditempat tidur. kekuatan fisiknya.
         Keluarga merupakan
orang terdekat dengan
klien
         Untuk mencegah
terjadinya keadaan yang
lebih parah
6.   Resiko syok Setelah dilakukan Syok prevention
berhubungan dengan tindakan          Monitor
keperawatan          Memantau kondisi klien
keadaan
hipovilemik selama ... x 24 jam, umum klien. selama masa perawatan
pasien akan :          Observasi tanda-tanda terutama saat terjadi
     TTV dalam batas normal vital perdarahan sehingga
     Natrium serum, kalium
         Monitor input dan tanda pra syok, syok
serum, kalsium serum, output pasien dapat ditangani.
         Anjurkan pada pasien/
magnesium serum dalam          Tanda vital dalam batas
batas normal. keluarga untuk segera normal menandakan
     Hematokrit dalam batas melapor jika ada tanda- keadaan umum klien baik
normal  tanda perdarahan.          Mengetahui balance
cairan dan elektrolit
dalam
         Keterlibatan keluarga
untuk segera melaporkan
jika terjadi perdarahan
terhadap pasien sangat
membantu tim perawatan
untuk segera melakukan
tindakan yang tepat

         untuk acuan melakukan


tindak lanjut terhadap
Syok managemen perdarahan.
         Cek          Untuk
hemoglobin, mengetahui
hematokrit, trombosit adanya asodosis
         Monitor gas darah dan metabolik.
oksigenasi
7.   Ansietas berhubungan Setelah dilakukan Anxiety Reduction
dengan perubahan tindakan          Kaji tingkat kecemasan
keperawatan          Mengetahui kecemasan
status kesehatan          Jelaskan
selama ... x 24 jam, prosedur orang tua klien dan
pasien akan : pengobatan perawatan. memudahkan
     Mampu mengidentifikasi
         Beri kesempatan pada menentukan intervensi
dan mengungkapkan orang tua untuk selanjutnya.
gejala cemas bertanya          Untuk
tentang menambah
     TTV normal kondisi pasien. pengetahuan dan
     Menunjukkan          Beri penjelasan tiap informasi kepada klien
teknik
untuk mengontrol cemas prosedur/ tindakan yang dapat mengurangi
yang akan dilakukan kecemasan orang tua.
terhadap pasien          Untuk
dan memperoleh
manfaatnya bagi pasien informasi yang lebih
         Beri dorongan banyak dan
spiritual. meningkatkan
pengetahuan dan
mengurangi stress.
         Memberikan penjelasan
tentang proses penyakit,
menjelaskan tentang
kemungkinan pemberian
perawatan intensif jika
memang diperlukan oleh
pasien untuk
mendapatkan perawatan
yang lebih optimal
         Memberi ketenangan
kepada klien dengan
berserah diri kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
8.   Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan Teaching: Disease
berhubungan degan tindakan keperawatan Proses
         Kaji
kurang familier dengan selama ... x 24 jam,          Sebagai
tingkat data fdasar
sumber informasi. pasien akan : pengetahuan pemberian informasi
     Pasien dan keluarga klien/keluarga tentang selanjutnya.
menyatakan pemahaman penyakit DHF          Untuk memberikan
         Kaji
tentang penyakit , kondisi latar belakang penjelasan sesuai dengan
, prognosisdan program pendidikan klien/ tingkat pendidikan klien/
pengobatan keluarga. keluarga sehingga dapat
     Mampu          Jelaskan tentang proses dipahami.
melaksanakan
yang dijelaskan secara penyakit,          agar
diet, informasi dapat
benar perawatan dan obat- diterima dengan mudah
obatan pada klien dan tepat sehingga tidak
dengan bahasa dan terjadi kesalahpahaman.
         Dengan
kata-kata yang mudah mengetahui
dimengerti. prosedur / tindakan yang
         Jelaskan semua akan dilakukan dan
prosedur yang akan manfaatnya, klien akan
dilakukan dan kooperatif dan
manfaatnya pada klien. kecemasannya menurun.
         Berikan          Mengurangi kecemasan
kesempatan
pada klien/ keluarga dan memotivasi klien
untuk menanyakan hal- untuk kooperatif.
hal yang ingin
diketahui sehubungan
dengan penyakit yang
diderita klien.

Anda mungkin juga menyukai