KONSEP EPIDEMIOLOGI
Oleh
KELOMPOK 4
ISMAWATI (025SYE19)
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu bedah didefinisikan sebagai salah satu disiplin ilmu yang berkaitan
dengan pengobatan dan penatalaksanaan berbagai macam penyakit dengan cara
pembedahan atau operasi. Penatalaksanaan pembedahan membutuhkan penanganan
yang intensif dengan meminimalkan kecacatan karena tindakan ini memiliki resiko
yang tinggi jika keperawatan bedah yang salah malah dapat menimbulkan kematian.
Oleh karena itu penting adanya mengetahui dasar-dasar epidemiologi terhadap
keperawatan bedah meliputi perencanaan dan evaluasi program intervensi,
mendeteksi segera dan pengobatan penyakit, serta meminimalkan kecacatan.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
PENDAHULUAN
Ilmu bedah didefinisikan sebagai salah satu disiplin ilmu yang berkaitan dengan
pengobatan dan penatalaksanaan berbagai macam penyakit dengan cara
pembedahan atau operasi.
Adapun berbagai macam penyakit-penyakit yang dikelompokkan sebagai
penyakit yang dapat ditangani dengan pembedahan adalah:
1. penyakit infeksi
Yaitu penyakit yang disebabkan oleh berbagai jenis jasad renik
(mikrooganisme) seperti: bakteri, virus, jamur dan parasit.
Contoh penyakit ini adalah:
a) appendictis ocuta atau apendictis chronica. Dalam bahasa umumnya
dikenal sebagai usus buntu.
b) abscess, dalam bahasa sehari-hari kita mengenalnya dengan nanah
2. Kongenital
Penyakit-penyakit kongenital yang dibawa sejak lahir yang dapat di obati
dengan pembedahan adalah:
a) cleft lips atau tukak bibir. Masyarakat mengenal penyakit ini dengan
sebutan bibir sumbing.
b) cleft palate. Hampir sama dengan cleft Lips tapi bedanya celah Cleft
Palate ini menembus langit-langit
c) hydrocepallus
d) polydactily
e) CTEV (congenital T alipes Equino Varus). Penyakit yang dalam sehari-
hari kita kenal dengan istilah pengkor.
3. Neoplasma
Adalah pertumbuhan sel diluar kontrol tubuh sedangkan tumor adalah setiap
pembengkakan yang abnormal didalam tubuh. Tumor ini dibagi menjadi dua
yaitu: benigna dan maligna. Maligna inilah yang dalam keseharian kita sebut
sebagai kanker. Contoh dari neoplasma ini adalah:
4. trauma/injuri/cedera
b. Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu burung.
3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early
diagnosis and prompt treatment)
a. Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak
terjadi komplikasi.
E. EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
Individu : Laporan Kasus (case report), Rangkaian Kasus (case series), Studi
Potong Lintang (Cross-sectional).
1. Bertujuan untukmenggambarkan
3. Hubungan sebab akibat hanya merupakan suatu perkiraan ataau semacam asumsi
a. Orang (Person)
Disini akan dibicarakan peranan umur, jenis kelamin, kelas sosial, pekerjaan,
golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan paritas.
b. Umur
Dengan cara ini orang dapat membacanya dengan mudah dan melihat pola kesakitan
atau kematian menurut golongan umur. Persoalan yang dihadapi adalah apakah umur
yang dilaporkan tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup
untuk tidak menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan atau kematian dan
apakah pengelompokan umur dapat dibandingkan dengan pengelompokan umur pada
penelitian orang lain.
Didalam mendapatkan laporan umur yang tepat pada masyarakat pedesaan yang
kebanyakan masih buta huruf hendaknya memanfaatkan sumber informasi seperti
catatan petugas agama, guru, lurah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak menjadi
soal yang berat dikala mengumpulkan keterangan umur bagi mereka yang telah
bersekolah.
c. Jenis Kelamin
Angka-angka dari luar negeri menunjukkan bahwa angka kesakitan lebih tinggi
dikalangan wanita sedangkan angka kematian lebih tinggi dikalangan pria, juga pada
semua golongan umur. Untuk Indonesia masih perlu dipelajari lebih lanjut. Perbedaan
angka kematian ini, dapat disebabkan oleh faktor-faktor intinsik.
Yang pertama diduga meliputi faktor keturunan yang terkait dengan jenis kelamin
atau perbedaan hormonal sedangkan yang kedua diduga oleh karena berperannya
faktor-faktor lingkungan (lebih banyak pria mengisap rokok, minum minuman keras,
candu, bekerja berat, berhadapan dengan pekerjaan-pekerjaan berbahaya, dan
seterusnya).
Sebab-sebab adanya angka kesakitan yang lebih tinggi dikalangan wanita, di Amerika
Serikat dihubungkan dengan kemungkinan bahwa wanita lebih bebas untuk mencari
perawatan. Di Indonesia keadaan itu belum diketahui. Terdapat indikasi bahwa
kecuali untuk beberapa penyakit alat kelamin, angka kematian untuk berbagai
penyakit lebih tinggi pada kalangan pria.
d. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah variabel yang sering pula dilihat hubungannya dengan angka
kesakitan atau kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang.
Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan,
penghasilan dan banyak contoh ditentukan pula oleh tempat tinggal. Karena hal-hal
ini dapat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan maka
tidaklah mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan dalam angka
kesakitan atau kematian antara berbagai kelas sosial.
Di Indonesia dewasa ini penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis pekerjaan
tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara kelas sosial
dan angka kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari pula dalam hubungan
dengan umur, dan jenis kelamin.
e. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan dapat berperan didalam timbulnya penyakit melalui beberapa jalan
yakni
b. Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress (yang telah dikenal sebagai faktor
yang berperan pada timbulnya hipertensi, ulkus lambung).
e. Penyakit karena cacing tambang telah lama diketahui terkait dengan pekerjaan
di tambang.
Penelitian mengenai hubungan jenis pekerjaan dan pola kesakitan banyak dikerjakan
di Indonesia terutama pola penyakit kronis misalnya penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, dan kanker.Jenis pekerjaan apa saja yang hendak dipelajari hubungannya
dengan suatu penyakit dapat pula memperhitungkan pengaruh variabel umur dan
jenis kelamin.
f. Penghasilan
Yang sering dilakukan ialah menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. Seseorang kurang
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada mungkin oleh karena tidak mempunyai
cukup uang untuk membeli obat, membayar transport, dan sebagainya.
g. Golongan Etnik
Berbagai golongan etnik dapat berbeda didalam kebiasaan makan, susunan genetika,
gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perbedaan-perbedaan didalam
angka kesakitan atau kematian.
h. Status Perkawinan
Dari penelitian telah ditunjukkan bahwa terdapat hubungan antara angka kesakitan
maupun kematian dengan status kawin, tidak kawin, cerai dan janda; angka kematian
karena penyakit-penyakit tertentu maupun kematian karena semua sebab makin
meninggi dalam urutan tertentu.
Diduga bahwa sebab-sebab angka kematian lebih tinggi pada yang tidak kawin
dibandingkan dengan yang kawin ialah karena ada kecenderungan orang-orang yang
tidak kawin kurang sehat. Kecenderungan bagi orang-orang yang tidak kawin lebih
sering berhadapan dengan penyakit, atau karena adanya perbedaan-perbedaan dalam
gaya hidup yang berhubungan secara kausal dengan penyebab penyakit-penyakit
tertentu.
i. Besarnya Keluarga
Didalam keluarga besar dan miskin, anak-anak dapat menderita oleh karena
penghasilan keluarga harus digunakan oleh banyak orang.
j. Struktur Keluarga
k. Paritas
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan kesehatan si ibu
maupun anak. Dikatakan umpamanya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu
yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara
tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu seperti asma bronchiale, ulkus
peptikum, pilorik stenosis dan seterusnya. Tapi kesemuanya masih memerlukan
penelitian lebih lanjut.
l. Tempat (Place)
4. Negara-negara
5. Regional
Didalam membicarakan perbedaan pola penyakit antara kota dan pedesaan, faktor-
faktor yang baru saja disebutkan diatas perlu pula diperhatikan. Hal lain yang perlu
diperhatikan selanjutnya ialah akibat migrasi ke kota atau ke desa terhadap pola
penyakit, di kota maupun di desa itu sendiri.
Migrasi antar desa tentunya dapat pula membawa akibat terhadap pola dan
penyebaran penyakit menular di desa-desa yang bersangkutan maupun desa-desa di
sekitarnya.
1. Susunan umur
2. Susunan kelamin
3. Kualitas data
Variasi geografis pada terjadinya beberapa penyakit atau keadaan lain mungkin
berhubungan dengan 1 atau lebih dari beberapa faktor sebagai berikut :
1. Lingkungan fisis, kemis, biologis, sosial dan ekonomi yang berbeda-beda dari
suatu tempat ke tempat lainnya.
2. Konstitusi genetis atau etnis dari penduduk yang berbeda, bervariasi seperti
karakteristik demografi.
Contoh-contoh penyakit lainnya yang terbatas pada daerah tertentu atau yang
frekuensinya tinggi pada daerah tertentu, misalnya Schistosomiasis di daerah dimana
terdapat vektor snail atau keong (Lembah Nil, Jepang), gondok endemi (endemic
goiter) di daerah yang kekurangan yodium.
m. Waktu (Time)
Pola perubahan kesakitan ini terlihat pada epidemi umpamanya epidemi keracunan
makanan (beberapa jam), epidemi influensa (beberapa hari atau minggu), epidemi
cacar (beberapa bulan).
Fluktuasi jangka pendek atau epidemi ini memberikan petunjuk bahwa :
1. Penderita-penderita terserang penyakit yang sama dalam waktu bersamaan atau
hampir bersamaan.
Perubahan secara siklus ini didapatkan pada keadaan dimana timbulnya dan
memuncaknya angka-angka kesakitan atau kematian terjadi berulang-ulang tiap
beberapa bulan, tiap tahun, atau tiap beberapa tahun. Peristiwa semacam ini dapat
terjadi baik pada penyakit infeksi maupun pada penyakit bukan infeksi.
Timbulnya atau memuncaknya angka kesakitan atau kematian suatu penyakit yang
ditularkan melalui vektor secara siklus ini adalah berhubungan dengan :
1. Ada tidaknya keadaan yang memungkinkan transmisi penyakit oleh vektor yang
bersangkutan, yakni apakah temperatur atau kelembaban memungkinkan
transmisi.
Sebagai salah satu sebab yang disebutkan ialah berkurangnya penduduk yang kebal
(meningkatnya kerentanan) dengan asumsi faktor-faktor lain tetap. Banyak penyakit-
penyakit yang belum diketahui etiologinya menunjukkan variasi angka kesakitan
secara musiman.
Diabetes mellitus
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan
kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal. Apabila dibiarkan tidak terkendali,
diabetus mellitus dapat menimbulkan komplikasi yang berakibat fatal, misalnya
terjadi penyakit jantung koroner, gagal ginjal, kebutaan dan lain-lain.
Epidemiologi dari penyakit ini adalah diperkirakan ada 197 juta jiwa
menderita diabetes dengan tingkat kematian 3,2 juta orang di dunia pada tahun 2003,
sedangkan di Indonesia pada tahun 2001 terdapat 4 juta jiwa menderita diabetes dan
diperkirakan ada 7 juta jiwa pada tahun 2020. Penyakit ini menyerang segala umur,
sosial dan ekonomi.
Karakteristik Orang
Pada tahun 2008 diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada
kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu
14,7%. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%.Prevalensi
nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun
diperkotaan 5,7%. Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia >= 15
tahun sebesar 10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional,
nasional Obesitas sentral pada penduduk Usia >= 15 tahun sebesar 18,8 % dan
ebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT
(Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk usia >15 tahun di perkotaan adalah
10.2% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional
Karakteristik tempat
Sekitar 2,5 juta jiwa atau 1,3 persen dari 210 juta penduduk Indonesia setiap tahun
meninggal dunia karena komplikasi sakit kencing manis (Diabetes Mellitus). Jumlah
penderita kencing manis di Indonesia kini mencapai lima juta jiwa atau lima persen
dari jumlah penduduk. Terbukti jumlah penderita Diabetes Mellitus saat ini terbesar
berada di daerah perkotaan mencapai 2,8 persen dan di pedesaan baru 0,8 persen dari
jumlah penduduk. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang menyebabkan
perubahan gaya hidup tidak sehat pada daerah perkotaan ,seperti makan berlebihan
(berlemak dan kurang serat) yang sekarang banyak didapat pada restoran cepat saji,
kurang aktivitas fisik dan lebih banyak bekerja sehingga jarang berolahraga, stress
akibat bawaan dari pekerjaannya.
Karakteristik waktu
Menurut data stastistik tahun 1995 dari WHO terdapat 135 juta penderita Diabetes
Mellitus di seluruh dunia. Tahun 2005 jumlah Diabetes Mellitus diperkirakan akan
meningkat mencapai sekitar 230 juta, dan diprediksi jumlah penderita Diabetes
Mellitus lebih dari 220 juta penderita di tahun 2010 dan lebih dari 300 juta di tahun
2025.
Dari data WHO di tahun 2002 diperkirakan terdapat lebih dari 20 juta penderita
Diabetes Mellitus di tahun 2025. Pada tahun 2030 bisa mencapai 21 juta penderita..
Saat ini penyakit Diabetes Mellitus banyak dijumpai penduduk Indonesia. Bahkan
WHO menyebutkan, jumlah penderita Diabetes Mellitus di Indonesia menduduki
ranking empat setelah India, China, dan Amerika Serikat.
Jumlah penderita diabetes di Indonesia hingga kini mencapai 14 juta orang. Rata-rata
50% dari jumlah pasien diabetes baru menyadari mereka menderita sakit gula setelah
memeriksakan ke dokter. Selain itu, hanya 30% saja pasien diabetes yang berobat.
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah
cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara
cukup. Penyakit Diabetes mellitus merupakan penyakit yang sering dijumpai
dimasyarakat terutama dikalangan masayarakat perkotaan. Penyebab utamanya
adalah perubahan gaya hidup akibat urbanisasi dan modernisasi. Salah satu upaya
pengendalian Diabetes mellitus dilakukan dengan pengaturan makanan, olahraga
teratur serta mengkonsumsi obat pengatur gula darah.
Selain pola makan yang tidak seimbang dan gizi lebih, aktivitas fisik juga
merupakan faktor risiko mayor dalam memicu terjadinya DM. Latihan fisik yang
teratur dapat meningkatkan kualitas pembuluh darah dan memperbaiki semua aspek
metabolik, termasuk meningkatkan kepekaan insulin serta memperbaiki toleransi
glukosa. Hasil penelitian di Indian Pima, orang-orang yang aktivitas fisiknya rendah
2,5 kali lebih berisiko mengalami DM dibandingkan dengan orang-orang yang 3 kali
lebih aktif.
Tetapi, di Jawa Timur angka itu tidak berbeda yaitu 1,43 % di daerah urban
dan 1,47% di daerah rural. Hal ini mungkin disebabkan tingginya prevalensi Diabetes
Melitus Terkait Malnutrisi (DMTM) atau yang sekarang disebut diabetes tipe lain di
daerah rural di Jawa Timur, yaitu sebesar 21,2% dan seluruh diabetes di daerah itu.
Penelitian terakhir antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Depok didapatkan
prevalensi DM Tipe 2 sebesar 14,7%, suatu angka yang sangat mengejutkan.
Demikian juga di Makasar, prevalensi diabetes terakhir tahun 2005 yang mencapai
12,5%.
Selain gaya hidup, terdapat pula contoh bahwa faktor lingkungan sangat
berpengaruh khususnya pada penderita DMTTI. Pada DMTTI yang meliputi lebih
90% dari semua populasi diabetes, faktor lingkungan sangat berperan. Prevalensi
DMTTI pada bangsa kulit putih berkisar antara 3-6% dari orang dewasanya. Angka
ini merupakan “Golden Standard” untuk membandingkan kekerapan diabetes antar
berbagai kelompok etnik di seluruh dunia.
Dalam sebuah penelitian di Wadena AS, mendapatkan bahwa prevalensi pada
orang kulit putih sangat tinggi dibandingkan dengan golden standard tadi (Eropa)
yaitu sebesar 23,2% untuk semua gangguan toleransi, terdiri dari 15,1% IGT dan
8,1% DMTTI. Dengan kenyataan ini dapat diambil kesimpulan bahwa faktor
lingkungan sangat berperan. Hal ini dapat dilihat pada studi Wadena tadi secara
genetik mereka sama-sama kulit putih, tetapi Eropa prevalensinya lebih rendah.
Disini jelas karena orang-orang di Wadena lebih gemuk dan hidupnya lebih santai.
Hal ini akan berlaku bagi bangsa-bangsa lain, terutama di negara yang tergolong
sangat berkembang seperti Singapura, Korea, dan Indonesia.
Faktor genetik
Pola hidup individu
Pola makan individu
Lingkungan tempat tinggal
Aktifitas fisik dan kegiatan individu
Obesitas
Status rural-urban
Penyebab dari Diabetes Mellitus menurut penyebabnya yaitu Diabetes Mellitus
primer dan Diabetes Mellitus sekunder (PERKENI, 2002). Penjelasan dari kedua
jenis Diabetes Mellitus tersebut adalah sebagai berikut :
a) Diabetes Primer
b) Diabetes Sekunder
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. Epidemiologi adalah Ilmu yang mempelajari keadaan dan sifat karakteristik
suatu kelompok penduduk tertentu,dengan memperhatikan berbagai
perubahan pada penduduk yang mempengaruhi derajat kesehatan dan
kehidupan sosialnya
b. Epidemiologi deskriptif adalah studi pendekatan epidemiologi yang bertujuan
untuk menggambarkan masalah kesehatan yang terdapat di dalam masyarakat
dengan menentukan frekuensi, distribusi dan determinan penyakit berdsarkan
atribut & variabel menurut segitiga epidemiologi (orang, Tempat, dan Waktu).
c. Epidemiologi analitik adalah pendekatan uji hipotesis yang digunakan untuk
mengkaji asosiasi di antara kejadian penyakit atau pajanan dan faktor resiko.
d. Epidemiologi dari penyakit ini adalah diperkirakan ada 197 juta jiwa
menderita diabetes dengan tingkat kematian 3,2 juta orang di dunia pada
tahun 2003
e. ilmu pengetahuan epidemiologi digunakan CHN sebagai alat meneliti dan
mengobservasi pada pekerjaan dan sebagai dasar untuk intervensi dan
evaluasi literatur riset epidemiologi.
f. Ilmu bedah didefinisikan sebagai salah satu disiplin ilmu yang berkaitan
dengan pengobatan dan penatalaksanaan berbagai macam penyakit dengan
cara pembedahan atau operasi.
g. penyakit-penyakit yang dikelompokkan sebagai penyakit yang dapat ditangani
dengan pembedahan adalah: penyakit infeksi, Kongenital, neoplasma,
trauma/injuri/cedera.
h. epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah
kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan maka epidemiologi
diharapkan mempunyai peranan dalam keperawatan bedah, baik pra maupun
pasca operasi dalam bidang kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA