Anda di halaman 1dari 9

MODEL KOMUNIKASI DUA TAHAP

STUDI KASUS BESERTA KETERKAITAN DENGAN NEW MEDIA

Oleh:
Alyuhdi Arifuddin Agung Pramana
2017.1108.1.03 / Absen 05
Manajemen Teknologi Keimigarasian

ABSTRAK
Kehidupan antar bermasyarakat membutuhkan suatu media untuk
penyampaian komunikasi. Semakin berkembangnya zaman maka media komunikasi
semakin beragam. Dengan diluncurkannya Web 2.0, maka semakin banyak media
sosial bermunculan dan semakin tinggi pula paparan teknologi. Sehingga penggunaan
media sosial, sebagai bagian dari Web 2.0 dan new media, juga semakin meningkat
pesat. Komunikasi melalui media sosial menjadi salah satu jenis media komunikasi
yang populer pada dekade terakhir ini. Tujuan ditulisnya artikel ini adalah untuk
menganalisa keterkaitan new media dengan contoh dari studi kasus Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Utara akan sosialiasi Peraturan Daerah mengenai kawasan tanpa
rokok Melalui media massa dan media sosial. Metode yang digunakan dalam
penulisan ini adalah metode deskriptif, fakta yang telah dideskripsikan kemudian
disajikan dan dianalisis. Hasil yang diperoleh yakni Penyampaian informasi tersebut
melalui perantara dan media infomasi. Media informasi yang digunakan adalah media
sosial yang tergolong dalam kategori new media ( media komunikasi visual di era
baru) dan media massa.

Kata Kunci: Komunikasi, Pemuka Pendapat, New Media, Media Massa, Media Sosial
ABSTRACT
Inter-community life requires a medium for communication delivery. The more
development era, the more diverse communication media. With the launch of Web 2.0, more
and more social media have sprung up and higher technology exposure. So the use of social
media, as part of Web 2.0 and new media, is also increasing rapidly. Communication
through social media has become one of the most popular types of communication media in
the last decade. The purpose of writing this article is to analyze the relationship of new
media with examples from the case study of the North Tapanuli Regency Government on the
socialization of regional regulations on non-smoking areas through mass media and social
media. The method used in this paper is a descriptive method, the facts that have been
described are then presented and analyzed. The results obtained namely the delivery of this
information through intermediaries and information media. The information media used are
social media classified in the new media category (visual communication media in the new
era) and mass media.
Keywords: Communication, Opinion Leader, New Media, Mass Media, Social Media
I. PENDAHULUAN

Nilai-nilai dasar Pancasila menyebabkan sistem komunikasi Indonesia berbeda dari


sistem komunikasi negara-negara lain, baik yang berhaluan liberalisme maupun komunisme
(Kurniasih, 2012). Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalensi perokok aktif
yang tinggi, menempati posisi nomor 5 di dunia dalam hal jumlah perokok terbanyak.
Prevalensi perokok meningkat selama kurun waktu dari tahun 1995 - 2013 pada pria dan
wanita disemua kelompok umur. Sementara itu banyak penyakit bersumber dari rokok. Dari
hasil temuan riset kesehatan dasar pada tahun 2007, sekitar 85 persen perokok di Indonesia
merokok di dalam rumah saat berada disekitar keluarga dan anak - anak. Dan juga merokok
di lingkungan perkantoran yang merupakan kawasan bebas merokok yang diatur oleh Perda
Kota Medan. Tingkat Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan masih dibilang rendah. Hal
ini diambil contoh dengan masih banyaknya orang yang merokok meskipun membahayakan
kesehatan. Pada tahun 2013, jumlah perokok di Provinsi Sumatera Utara mencapai 28,4%
dari total jumlah penduduk (Provinsi Mana dengan Jumlah Perokok Terbanyak? | Databoks,
n.d.). Data ini cukup besar jika dibandingkan dnegan rata-rata nasional.

Masalah merokok, tidak hanya merugikan perokok aktif itu sendiri tetapi juga dapat
merugikan perokok pasif. Perokok pasif merupakan orang - orang yang tidak terimbas
langsung dari racun yang dikeluarkan rokok. Hal tersebut, menyebabkan semakin banyaknya
perokok pasif yang mengalami gangguan kesehatan yang disebabkan asap rokok. Asap rokok
juga menjadi polusi udara yang membuat tempat umum menjadi tidak nyaman untuk kaum
non perokok. Hal ini yang menjadi pertimbangan pihak pemerintah Kabupaten Tapanuli
Utara untuk merancang dan melakukan persetujuan bersama Bupati Tapanuli Utara dan
DPRD tentang Ranperda kawasan tanpa rokok (KTR) menjadi sebuah Peraturan Daerah.
Akan tetapi keputusan ini masih menunggu evaluasi dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara
. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara kemudian akan menginfokan peraturan daerah ini
melalui media massa dan media sosial. Dan diharapkan nantinya para pejabat dibawahnya
seperti pejabat di tingkat kecamatan dan desa dapat menjadi penyampai informasi dan
pemuka pendapat (opinion leader) kepada masyakarat daerah agar mematuhi peraturan
daerah tersebut.
Membahas peran opinion leader dalam sistem komunikasi daerah bisa menjadi suatu hal
yang menarik. Indonesia sebagai negara yang memiliki struktur yang cukup kompleks mulai
dari tingkat pemerintahan hingga ke desa, tentu saja juga memiliki sistem-sistem komunikasi
tertentu dengan banyak model komunikasi di dalamnya. Sistem komunikasi Indonesia
memang menarik. Tak heran bila kemudian salah satu hal yang menarik yaitu adanya opinion
leader di dalam sebuah sistem komunikasi pedesaan. Kita tentu perlu menilik kembali
mengenai apa yang dimaksud dengan opinion leader. Opinion leader merupakan seorang
pemuka pendapat. Ia lebih dikenal sebagai seseorang yang bisa dipercaya dalam memberikan
sebuah informasi. Pada tulisan ini akan disajikan suatu contoh kasus yang menggunakan
media massa dan media sosial sebagai alat penyampaian informasi.
II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seorang pengirim pesan atau yang
disebut sebagai komunikator kepada penerima pesan atau sasaran yang disebut sebagai
komunikan baik secara langsung, melalui lisan, maupun secara tidak langsung dengan
menggunakan media. Komunikasi ini bertujuan untuk mempengaruhi pemikiran orang lain,
mengubah sikap, dan mempengaruhi orang lainuntuk melakukan sesuatu. Komunikasi juga
dapat disebut sebagai proses pertukaran pesan antara dua orang atau lebih, baik secara
langsung maupun melalui media. Media komunikasi dapat berupa media cetak (koran,
majalah, pamflet, banner, dll), dan media elektronik (radio, televisi, internet). Proses
komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, karena pada saat seseorang
merenung pun dia sedang menjalankan proses komunikasi dengan dirinya sendiri. Dapat
diartikan pula bahwa komunikasi adalah suatu proses transaksional yang melibatkan pikiran,
lisan, tangan, hati, serta syaraf motorik yang terdapat dalam diri kita. Komunikasi dilakukan
baik sendiri ataupun kelompok yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain,komunikasi
ini disampaikan terutama lewat prilaku nonverbal (Mulyana, 2007) .

B. Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) juga bisa disebut juga sebagai komunikasi
media massa (mass media communication). Maka dari itu, komunikasi massa jelas berarti
sebuah cara berkomunikasi atau penyampaian informasi yang dilakukan melalui media massa
(communicating with media). Ciri khas dari komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang
ditujukan kepada orang banyak atau masyarakat luas melalui perantara media massa. Jika
mendengar kata massa, maka kita dapat mengartikan dengan hal yang berkaitan dengan kata
jamak, massive, serta dalam jumlah yang sangat banyak. Defisini dari komunikasi massa
yang paling umum adalah cara penyampaian pesan yang sama, kepada sejumlah besar orang,
dan dalam waktu yang serempak melalui media massa. Komunikasi massa dapat dilakukan
melalui keseluruhan media massa yang ada, yaitu media cetak, media elektronik, serta media
online. Tidak ada batasan media dalam penggunaan komunikasi massa ini.

C. Pengertian New Media

New media merupakan sebuah terminologi untuk menjelaskan konvergensi


antara teknologi komunikasi digital yang terkomputerisasi serta terhubung ke
dalam jaringan. Contoh dari media yang sangat merepresentasikan media baru
adalah Internet. Program televisi, film, majalah, buku, suratkabar, dan jenis media
cetak lain tidak termasuk media baru.Menurut Marshall McLuhan media baru atau
new media adalah perkembangan teknologi komunikasi yang dalam sejarahnya telah
memperluas jangkauan komunikasi manusia. Disisi lain, McLuhan menggunakan
istilah media baru untuk mengartikan sesuatu yang sangat mirip dengan yang
dimaksudkan saat ini. Sejak zaman McLuhan, istilah media baru muncul dan bertahan
serta mempunyai banyak definisi yang bisa disesuaikan dengan konteks
penggunaanya.

Pada buku Encyclopedia of New Media (2003), tidak ada satupun jawaban
pasti mengenai definisi media baru bahkan media lama atau tradisional pernah juga
disebut media baru, tetapi media baru sendiri secara konsisten terus berubah dan
berkembang. Ronal Rice (1984) mendefinisikan media baru sebagai teknologi
komunikasi yang memfasilitasi dan memungkinkan untuk terjadinya interaktivitas
antara pengguna dan informasi. Interaktivitas sendiri pun sebagian besarnya
merupakan karakteristik dari media baru. Saat ini, media baru dipahami sebagai
istilah yang memayungi penjelasan mengenai kondiri teknologi digital dan internet
teraktual, dan dampaknya terhadap budaya di sekitarnya (dapat disebut revolusi
digital). Contoh dari media baru adalah internet dengan penggunaan social media
sebagai alat komunikasi untuk penyebaran informasi.

D. Pengertian Model Komunikasi Dua Tahap


Model komunikasi dua-tahap adalah salah satu dari model komunikasi massa, teori
komunikasi massa, dan teori efek media massa yang lahir sebagai respon terhadap model
komunikasi satu-tahap atau model peluru atau teori jarum hipodermik. Model komunikasi
satu-tahap menyatakan bahwa khalayak secara langsung dipengaruhi oleh media massa.
Namun sebaliknya, model komunikasi dua-tahap menyatakan bahwa sebagian besar khalayak
membentuk pendapat mereka karena pengaruh pemuka pendapat yang sebelumnya
dipengaruhi oleh media massa. Karena demikian, beberapa ahli juga menempatkan model
komunikasi dua-tahap sebagai salah satu perspektif komunikasi pada opini publik yang
mengacu pada perkembangan teori efek komunikasi dalam komunikasi massa.
Dalam model komunikasi dua-tahap, arus pesan bergerak dari media massa kepada
pemuka pendapat dan kemudian dari pemuka pendapat kepada khalayak luas. Dari berbagai
kritik yang dilontarkan oleh para ahli, model komunikasi dua-tahap telah membuka pintu
bagi berkembangnya model komunikasi banyak tahap atau model komunikasi alir banyak
tahap dan teori difusi inovasi. Studi-studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa di
kebanyakan negara berkembang (termasuk Indonesia), proses penyebaran informasi melalui
media massa ke khalayak luas memang cenderung mengikuti pola “komunikasi dua tahap”.

E. Pengertian Penggunaan Media Sosial


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penggunaan memiliki arti proses, cara
perbuatan memakai sesuatu, atau pemakaian. Penggunaan merupakan kegiatan dalam
menggunakan atau memakai sesuatu seperti sarana atau barang. Menurut Ardianto
dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Massa, tingkat penggunaan media dapat
dilihat dari frekuensi dan durasi dari penggunaan media tersebut.

Menurut Lometti, Reeves, dan Bybee penggunaan media oleh individu dapat
dilihat dari tiga hal, yaitu:

a. Jumlah waktu, hal ini berkaitan dengan frekuensi, intensitas, dan durasi yang
digunakan dalam mengakses situs;

b. Isi media, yaitu memilih media dan cara yang tepat agar pesan yang ingin
disampaikan dapat dikomunikasikan dengan baik.

c. Hubungan media dengan individu dalam penelitian ini adalah keterkaitan pengguna
dengan media sosial.

Media sosial sendiri didefinisikan sebuah media online, dengan para


penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi
blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki
merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di
seluruh dunia.

F. Contoh Studi Kasus Model Komunikasi Dua Tahap

Persetujuan Bersama Bupati Tapanuli Utara dan DPRD tentang Ranperda kawasan tanpa
rokok(KTR) menjadi sebuah Peraturan Daerah menunggu evaluasi dari Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara (Pemvropsu). Menurut Bupati Nikson Nababan, adanya beberapa
penyempurnaan terhadap ranperda KTR sesuai hasil pembahasan ditingkat komisi DPRD dan
di Badan Pembentukan Peraturan Daerah oleh pemerintah daerah telah mencatat dan
melakukan penyempurnaan terhadap beberapa pasal dari ranperda dengan tidak bertentangan
dari perundang-undangan, untuk selanjutnya dilakukan evaluasi oleh Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara. Tentunya, kata Bupati Nikson Nababan dalam paripurna belum lama ini,
setelah ranperda ditetapkan menjadi peraturan daerah, pemerintah Tapanuli Utara melalui
perangkat daerah, perangkat desa, perangkat desa yang membidangi kesehatan akan bersifat
aktif menerapkan atau menginplementasikan perda secara persuasif. Dengan segera
menyusun rancangan Peraturan Bupati secara bertahap sesuai skala prioritas kawasan tanpa
rokok,seperti kawasan pelayanan kesehatan dan kawasan proses belajar mengajar.
Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara melakukan sosialisasi KTR dikawasan prioritas
melalalui kegiatan sosial, melalui media cetak maupun media massa. Kemudian menyusun
rencana strategis lainnya menetapkan secara bertahap KTR sesuai dengan rancangan perda.
Tidakan preventif dilakukan melalui perangkat daerah yang membidangi penegakan
peraturan daerah. Berupa penerapan sanksi administrarif dan sanksi pidana sebagaimana
dimaksud dalam rancangan perda KTR, tentu setelah dilakukannya kaidah pendekatan
persuasif. Masih penjelasan bupati, sesuai ketentuan pasal 15 ayat (1) ranperda KTR
menegaskan, pengelola, pimpinan atau penanggungjawab menyediakan tempat khusus
merokok dengan mekanisme persyaratan ruang terbuka dimana udara bersikulasi dengan
baik. Dengan tegas, dihadapan dewan, bupati Tapanuli Utara menyatakan komitmen
menyediakan sarana khusus tempat merokok sesuai persyaratan. Sesuai ketentuan pasal 52
peraturan pemerintah nomor 109 tahun 2012, tentang pengamanan bahan yang mengandung
zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehatan menegaskan, pemerintah daerah wajib
menetapkan kawasan tanpa rokok diwilayahnya dengan peraturan daerah. Diharapkan
nantinya para pejabat di tingkat kecamatan dan desa dapat menjadi penyampai informasi dan
pemuka pendapat (opinion leader) kepada masyakarat luas
G. Analisa Contoh Studi Dengan Keterkaitan New Media Sebagai Media Komunikasi
Visual Di Era Baru

Contoh kasus sosialiasi peraturan daerah mengenai kawasan tanpa rokok melalui media
massa dan media sosial di Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu model
komunikasi dua tahap. Hal ini dikarenakan pemerintah kabupaten sebagai perancang
kebijakan memerlukan pemerintah desa melalui pejabat desa sebagai pemuka pendapat atau
opinion leader. Pejabat desa seperti Kepala Desa bertindak sebagai tokoh masyrakat di
pedesaan yang menyampaikan lagi kepada masyarakat lebih luas terkait dengan peraturan
daerah baru mengenai kawasan tanpa rokok. Sehingga, dapat kita ketahui bersama bahwa
contoh kasus ini masuk dalam model komunikasi dua tahap melihat asas yang sangat sesuai.
Dapat dilihat dari media yang digunakan adalah media massa yang kemudian diteruskan oleh
para pemuka pendapat yakni para pejabat desa yang meneruskan pesan atau informasi
mengenai peraturan daerah ini ke masyarakat lebih luas.
Peranan pemuka pendapat di dalam model komunikasi dua tahap ini sangat penting.
Pemuka pendapat memiliki peran menyampaikan informasi secara tepat dan akurat kepada
khalayak lebih luas. Selain itu, pemuka pendapat juga dapat membuka forum diskusi untuk
membahas kebijakan yang diberikan atasan yang disiarkan atau disebarkan melalui media
massa dan media sosial. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara memberikan sosialisasi
melalui media massa dan media sosial ini juga untuk menyasar kalangan yang lebih luas.
Seperti yang sudah kita ketahui, bahwa para golongan muda lebih suka untuk membaca portal
berita secara online daripada media massa konvesional, dan sebaliknya para golongan tua
lebih suka membaca media massa konvesional daripada media sosial sebagai new media
dikarenakan tingkat melek teknologi. Namun demikian, Pemerintah Kabupaten Tapanuli
Utara masih mempercayakan dan memerintahkan para opinion leader untuk mengawal poin-
poin sosialisasi melalui medi massa dan media social tadi supaya tidak salah sasaran dan
tidak terjadi kesalahpahaman kepada masyarakat.
Komunikasi visual merupakan salah satu bentuk komunikasi yang berfokus pada
penggunaan salah satu dari panca indra, yaitu penglihatan. Komunikasi visual tidak
terlepas dari proses persepsi visual yang merupakan sebuah proses untuk menentukan
pengalaman dan reaksi terhadap stimuli yang dimulai dengan diterimanya stimuli yang
menjadi pusat perhatian oleh indra penglihatan audiens sehingga terbentuk pengalaman
sensorik yang kemudian dimaknai berdasarkan pengalaman audiens sendiri
(Goldstein,2010). Peran new media sebagai media komunikasi visual di era baru sebagai
sudah berdampak positif terhadap khalayak umum. Para generasi muda sebagai generasi
yang melek teknologi ini mendapatkan informasi-informasi baru melalui media sosial.
Hal ini dikarenakan media social memiliki daya Tarik visual dan memberi kemudahan
akses kepada khalayak tertentu. Tak terkecuali yang terjadi di Kabupaten Tapanuli Utara,
media social dapat membantu Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara untuk menyebarkan
informasi secara cepat. Hal ini setelah penulis analisis lebih lanjut sejalan dengan tujuan
dari new media yakni untuk mengkonstruksi realitas yang direkayasa oleh sebuah media
demi mendapatkan keuntungan tertentu dari orang-orang yang menggunakan segala
komiditi yang ditawarkan oleh media tersebut. Penggunaan media sosial (new media)
sebagai alat penyebaran informasi oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara juga
sejalan dengan manfaat dari penggunaan new media diantaranya :

1. Media baru dapat diibaratkan sebagai sumber informasi sehingga manfaat ini
dapat dirasakan oleh pelajar ataupun mahasiswa, Dengan adanya media baru akan
mempermudah mereka dalam mengakses informasi yang akan mereka cari, selain itu
penggunaan media baru mempermudah mereka dalam mendapatkan ebook atau jurnal
online.
2. Media baru sangat membantu seseorang dalam menyelesaikan pekerjaan
secara cepat, adanya media surat elektronik maka akan mempermudah seseorang
dalam bertukar informasi tanpa harus bertatap muka terlebih dahulu.
3. Kemunculan media baru juga dibarengi dengan kemunculan jejaring sosial
yang dapat menghubungkan satu individu dengan individu lainnya walaupun mereka
tidak berada dalam satu lokasi yang sama.
tes masuk perusahaan secara online.

III. KESIMPULAN
Dari keseluruhan uraian di artikel ini, maka penulis mencoba untuk memberikan
kesimpulan sebagai intisari dari seluruh substansi penulisan ini, diantaranya :
1. Dirancangnya peraturan daerah mengenai “kawasan tanpa rokok” ini dikarenakan jumlah
perokok di Sumatera Utara khususnya di Tapanuli Utara yang tinggi, sehingga dapat menjadi
pertimbangan serius mengenai dampak kesehatan terhadap masyarakat non perokok dan
dampak lingkungan terkait dengan polusi udara dan limbah sisa rokok.
2. Model komunikasi yang digunakan dalam sosialiasi peraturan daerah mengenai kawasan
tanpa rokok melalui media massa dan media sosial di Kabupaten Tapanuli Utara adalah
menggunakan komunikasi 2 tahap. Dengan bentuk komunikasi kelompok yang sifatnya
persuasif. Sementara pada masyarakat menggunakan 2 bentuk komunikasi yaitu komunikasi
interpersonal dan komunikasi kelompok. Hal ini diperkuat dengan arahan Bupati Tapanuli
Utara untuk menugaskan pejabat daerah terutama di pejabat desa untuk menjadi komunikator
lebih lanjut (pemuka pendapat) kepada masyarakat luas di daerah yang dipimpinnya.
3. Faktor yang mendukung dirancangnya peraturan daerah mengenai Kawasan Tanpa Rokok
ada 3 meliputi: Pertama, peran perangkat desa sebagai pemuka pendapat meliputi 4 yaitu:
melakukan controlling, mengadakan pertemuan intensif kepada masyarakat, pemberian
informasi lebih detail dan adanya sanksi jika ada yang melanggar; Kedua, partisipasi aktif
masyarakat, yaitu berupa menaati peraturan daerah baru yang disahkan mengenai Kawasan
tanpa rokok. Ketiga, faktor peningkatan kualitas udara dan pengurangan polusi dan resiko
penyakit akibat asap rokok.
4. Penggunaan media sosial (new media) sebagai salah satu alat penyebaran informasi dalam
studi kasus sosialiasi peraturan daerah mengenai kawasan tanpa rokok melalui media massa
dan media sosial di Kabupaten Tapanuli Utara selaras terhadap manfaat dan tujuan
penggunaan new media. Hal ini juga berdampak positif terhadap kinerja Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Utara.
5. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara tetap mengamanahkan opinion leader untuk
mengawal poin-poin penting sosialisasi melalui medi massa dan media sosial supaya tidak
salah sasaran dan tidak terjadi kesalah pahaman kepada masyarakat yang menerima
informasi.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, D. (2007). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. In Edisi Revisi (pp. 1–466).
Kurniasih, N. (2012). Sistem Komunikasi Indonesia. Jurnal Sosioteknologi.
Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Dua Tahap? - Sosial / Komunikasi - Dictio
Community. (n.d.). Retrieved March 26, 2020, from https://www.dictio.id/t/apa-yang-
dimaksud-dengan-komunikasi-dua-tahap/8952/2
Model Komunikasi Dua Tahap (Two Step Flow Theory). (n.d.). Retrieved March 26, 2020,
from http://ilkom.unida.gontor.ac.id/teori-komunikasi-dua-tahap/
Pemkab Taput akan Sosialisasi KTR - Realitas Online. (n.d.). Retrieved March 26, 2020,
from https://realitasonline.com/berita/sumut/pemkab-taput-akan-sosialisasi-ktr /
Provinsi Mana dengan Jumlah Perokok Terbanyak? | Databoks. (n.d.). Retrieved March 26,
2020, from https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/23/provinsi-mana-
dengan-jumlah-perokok-terbanyak

Anda mungkin juga menyukai