1. ALYUHDI ARIFUDDIN AGUNG PRAMANA (2017.1108.1.03)
2. FIRMAN WAHYU FACHREZA (2017.1178.1.03) 3. MIZAN TRI RAHMAWAN (2017.1228.1.03) 4. R.YOHANES DHIMAS AGUNG WIJANARKO (2017.1271.1.03) 5. RIZKI CAHYOSHA (2017.1291.1.03)
PROGRAM STUDI D-IV MANAJEMEN TEKNOLOGI KEIMIGRASIAN
POLITEKNIK IMIGRASI ANGKATAN XX TAHUN 2019 I.Pendahuluan Telegram adalah sebuah aplikasi layanan pengirim pesan instan multiplatform berbasis Coud yang bersifat gratis dan nirlaba. Klien Telegram tersedia untuk perangkat telepon seluler (Android, iOS, Windows Phone, Ubuntu Touch) dan sistem perangkat komputer (Windows, OS X, Linux). Para pengguna dapat mengirim pesan dan bertukar foto, video, stiker, audio, dan tipe berkas lainnya. Telegram juga menyediakan pengiriman pesan ujung ke ujung terenkripsi opsional. Telegram dikembangkan oleh Telegram Messenger LLP dan didukung oleh wirausahawan Rusia Pavel Durov. Kode pihak kliennya berupa perangkat lunak sistem terbuka namun mengandung blob binari, dan kode sumber untuk versi terbaru tidak selalu segera dipublikasikan, sedangkan kode sisi servernya bersumber tertutup dan berpaten. Layanan ini juga menyediakan API kepada pengembang independen. Pada Februari 2016, Telegram menyatakan bahwa mereka memiliki 100 juta pengguna aktif bulanan, mengirimkan 15 miliar pesan per hari.
II.Kronologi Kasus Penipuan Pulsa Di Telegram
Modus Penipuan di Server Pulsa “Niki Reload” Terbaru Meminta Kode Verifikasi Login Telegram melalui SMS atau Panggilan dengan mengatas namakan Pihak Server atau mengaku pihak IT Telegram. Salah satu keunggulan telegram yang bisa multiple device login inilah yang digunakan untuk menipu orang awam. modusnya dengan cara hack telegram orang lain yang terdaftar menjadi agen-agen di server pulsa “Niki Reload” maupun server pulsa lainya.Dengan banyaknya informasi teman-teman mitra agen pulsa yang kena hack, rata-rata awal pertama kena hack adalah melalui telegram.
III.Undang-Undang Yang Dilanggar
Jikalau tersangka sudah terbukti melakukan penipuan pulsa akan dijerat dengan Pasal 105 Jo Pasal 9 UU No 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan yang berbunyi “Pelaku Usaha Distribusi yang menerapkan sistem skema piramida dalam mendistribusikan Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”.
Dalam penjelasan di Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan,
bahwa sistem piramida adalah istilah atau nama kegiatan usaha yang bukan dari hasil kegiatan penjualan barang. Biasanya, kegiatan usaha itu memanfaatkan peluang keikutsertaan mitra usaha untuk memperoleh imbalan atau pendapatan terutama dari biaya partisipasi orang lain yang bergabung kemudian atau setelah bergabungnya mitra usaha tersebut.Pelaku usaha distribusi dilarang menerapkan sistem piramida dalam kegiatan perdagangannya. Hal tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 Undang-Undang tentang Perdagangan, yang menyatakan bahwa pelaku usaha distribusi di larang menerapkan sistem skema piramida dalam mendistribusikan Barang. IV.Ancaman Sanksi Tersangka akan dikenakan sanksi dengan ancaman pidana penjara paling lama 10 tahun dan/atau denda paling banyak Rp10 miliar.Dengan adanya sanksi hukum tersebut,diharapkan akan menegakkan hukum terutama untuk bidang transaksi perdagangan dan mengurangi kasus kejahatan di bidang telekomunikasi maupun perdagangan seperti kasus penipuan pulsa ini.