Anda di halaman 1dari 2

Hijrah telah menjadi tren bagi sebagian kaum muslim di Indonesia.

Istilah hijrah sendiri


memiliki arti bergerak, arti ini bersandar pada perpindahan Nabi Muhammad SAW dari Mekah
ke Madinah karena mendapat ancaman dari suku Quraish yang menentang dakwah Nabi yang
menyeru pada Tauhid. Namun dalam fenomena sekarang, makna hijrah berubah menjadi
perilaku buruk menjadi perilaku baik. Jadi masyarkat sekarang ini mengartikan hijrah ke dalam
bentuk taubat yang penampilannya lebih ala timur tengah (Arab) yang identik dengan cadar,
jubah, janggut panjang1. Dalam masyarakat, orang-orang yang berhijrah mendapatkan citra
eksklusif atau bahkan radikal. Hal ini terjadi karena di dalam ajaran hijrah sendiri ada ajaran
untuk menjauhi dunia, atau yang lebih tepatnya benar-benar secara total menjauhi perbuatan
dosa dan menegakkan ajaran Tauhid yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Kelompok-
kelompok yang mendeklarasikan hijrah biasanya adalah kelompok Salafi Wahabi, HTI, FPI,
Jamaah Tabligh dan ustad-ustad yang terkenal dalam membumikan hijrah adalah Khalid
Basamalah, Felix Siau, Hanan Ataki sedangkan beberapa public figure yang didapati mengalami
proses hijrah adalah Shiren Sungkar, Oki Setiana Dewi, Irwansyah, Zaskia Sungkar.
Masyarakat kita adaah masyarakat beragama, hal inilah yang menjadi dasar merabaknya
fenomena hijrah di kalangan masyarakat. Faktor-faktornya adalah ingin mendekatkan diri pada
Tuhan dan pelarian hidup karena masalah sosial ekonomi. Seperti yang kita ketahui masalah
yang sering kita lihat dari fenomen hijrah adalah eksklusifisme dan radikalisme. Eksklusifisme
telah membuat seseorang yang menjalani proses hijrah sering kali melupakan aspek sosio
kultural dalam hidupnya, karena terlalu fokus pada ibadah mahdoh seperti yang dilakukan oleh
kelompok Salafi Wahabi lalu radikaisme merupakan fenomena yang sering menggemparkan
masyarakat, aksinnya yang terkesan keras, seperti yang dilakukan keompok FPI dalam menjarah
beberapa tempat yang dianggap maksiat, kelompok-kelompok tertentu yang rela mengebom
suatu tempat dengan alasan menegakkan Tauhid, dan aksi penegakan syariat Islam dari
kelompok HTI dalam upayanya mempropagandakan perubahan dasar NKRI.
Mode sosial hijrah menjadi menarik kita bahas karena telah mengubah sebuah ritus
personal menjadi ritus komunal2. Gejala sosial ini lahir dari kepulangan mahasiswa Indonesia
yang mengenyam pendidikan di Timur Tengah, khususnya Arab Saudi yang beraliran Salafi
(CNN:2019)3. Belakangan kita melihat mode hijrah telah memanfaatkan media sosial untuk
menyebarkan ideologinya. Hal itu bisa kita lihat dari youtube, instagram, facebook, twitter.
Dalam teori gerakan sosial (social movement) suatu gerakan memerlukan mobilisasi sumber
daya dan struktur-uang, tekhnologi komunikasi, tempat pertemuan, jejaring sosial, dan lain-lain
1
Musa, Tren Hijrah dan Isu Radikalisme dalam Meningkatkan Kualitas Masyarakat Islam, Jurnal Ilmiah Sustainable
Vol. 2 No. 2 Desember 2019. Hal: 246

2
Agnia Addini, Fenomena Gerakan Hijrah di Kalangan Pemuda Muslim Sebagai Mode Sosial, Jurnal of Islamic
Civilization, Vol.1 No.2 Oktober 2019. Hal: 110

3
Agnia Addini, Fenomena Gerakan Hijrah di Kalangan Pemuda Muslim Sebagai Mode Sosial, Jurnal of Islamic
Civilization, Vol.1 No.2 Oktober 2019. Hal: 111
yang manaseperangkat elemen-elemen tersebut digunakan untuk mengkoletifkan keluhan-
keluhan individual, mengorganisasikan, memimpin dan menggerakan perlawanan (Wictorowicz:
2018)4.
Dalam melihat perilaku sosial dari kelompok hijrah ini, kami contohkan dalm fenomena
hijrah dari kelompok Salafi Wahabi yang menamai diri kebagai kelompok kajian salaf di kota
Bojonegoro, Jawa Timur. Kelompok ini mempunyai sumber pasti selain al-Quran dan Hadis juga
dari kitab-kitab yang ditulis oleh syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan dari Arab Saudi. Kitab-
kitabnya seperti Syarh Kitab al-Tauhid, Mulakhas al-Fiqh, Syarh al-Aqidah al-Wasitiyyah.
Dalam dakwahnya bisa kita lihat dari beberapa institusi yang ada di Indonesia, seperti: Pondok
Pesantren Al-Furqan Gresik, Jawa Timur, STIBA Ar-Rayyah Sukabumi, Jawa Barat, STAI Ali,
Surabaya, Jawa Timur. Perilaku sosial di kelompok tersebut memang terkesan eksklusif, namun
ada yang terlupa dari pandangan masyarakat bahwa kelompok tersebut selalu memperhatikan
kondisi sosial ekonomi jamaahnya, terlebih pada jamaah memiliki kemampuanlebih dalam
urusan agama. Kegiatan sosialnya berupa mencarikan jodoh syar’i tanpa pacaran, memberi
shodaqoh, memberi lapangan pekerjaan, memberi beasiswa bagi para pelajar. Dari fenomena
tersebut memang mereka tidak sepenuhnya eksklusif, buktinya mereka masih memperhatikan
kondisi sosial ekonomi para jamaah. Sedangkan perilaku individu dalam masyarakat, mereka
masih menjaga kekerabatan bermasyarakat. Banyak dari mereka yang ikut gotong royong desa
seperti membangun jalan, memperbaiki jembatan, juga menjaga persaudaraan antar kelompok
Islam.

4
Agnia Addini, Fenomena Gerakan Hijrah di Kalangan Pemuda Muslim Sebagai Mode Sosial, Jurnal of
Islamic Civilization, Vol.1 No.2 Oktober 2019. Hal: 112

Anda mungkin juga menyukai