Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ANANDA BAGUS WIRAHADI KUSUMA

NIM : 18105020039
FILSAFAT ISLAM DAN AQIDAH
Pada Dinasti Abbasiyah, Islam mencapai puncak kejayaan. Para ulama dan
cendekiawan muslim mulai melakukan penerjemahan terhadap naskah-naskah Yunani,
Romawi, dan lain-lain. Pada masa Harun al-Rasyid banyak buku berbahasa Yunani yang
diterjemahkan, dmikian juga pengiriman ilmuan ke kerajaan Romawi untuk membeli
manuskrip dan diterjemahkan dalam bahasa Arab. Puncaknya pada masa Al-Makmun yang
berhasil mendirikan perpustakaan. Alasan umat Islam menerjemah buku-buku berbahasa
asing adalah agar melindungi Islam dari serangan non-Islam yang menggunakan wacana
berpikir. Karena itu para cedekiawan berkesimpulan untuk menguasai filsafat agar bisa
mengatasi serangan-serangan yang berupa argumen keilmuan. Para cedekiawan
memanfaatkan materi filsafat Yunani, seperti Plato, Aristoteles, Pitagoras, Demokritus, dan
Plotinus. Serta menggabungkan filsafat-filsafat tersebut dengan ruh Islam yaitu Al-Quran dan
Hadist.
Al-Kindi yang merupakan tokoh awal filsafat Islam memadukan agama dan filsafat.
Menurutnya filsafat adalah pengetahuan yang benar, sedangkan Al-Quran membawa
argumen yng lebih meyakinkan. Bertemunya antara kebenaran dan kebaikan menurut Al-
Kindi adalah tujuan filsafat adan agama. Bagi Al-Kindi orang yang menolak filsafat adalah
orang yang menolak kebenaran, termasuk pengetahuan tentang Tuhan. Filsafat Al-Kindi
mengarah pada ilmu al-Insani Wa Ilmu al-Illahi yang merupakan segala upaya untuk
menyerupai segala perbuatan Tuhan sesuai dengan batas kemampuan manusia.
Sedangkan Al-Farabi memaknai filsafat sebagai ilmu yang mengkaji alam fisika
sebagaimana keberadaannya. Menurutnya tujuan filsafat adalah mengetahui Tuhan sebagai
Dzat yang Esa dan Tuhan merupakan sebab utama segala sesuatu. Dalam pemikiran Al-
Farabi sedikit banyak dipengaruhi Aristoteles yang juga mengatakan bahwa Tuahn adalah
yang menggerakkan dan tidak digerakkan. Dalam disiplin ilmu filsafat Al-Farabi
menekankan filsafat analisis.
Yang terakhir dalam pembahasan kali ini adalah Ibnu Sina yang memaknai filsafat
sebagai kretivitas pemikiran dan dengan filsafat manusia memperoleh pengetahuan atas
dirinya. Sehingga manusia bisa berpikir logis sesuai dengan alam fisika yang membuat
manusia menjadi makhluk yang mulia dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat sesuai
dengan batas kemampuannya.
Dalam pandangan terhadap filsafat tersebut, banyak kaum muslim yang menentang
dan menganggapnya bid’ah.
Filsafat Islam dan Aqidah

Oleh: Bahrul Ulum, Peneliti InPAS

Ketika Islam mencapai kejayaannya, para ulama dan cendekiawan Muslim mulai  melakukan
penerjemahan terhadap naskah-naskah berbahasa Yunani, Romawi dan lain-lainnya.

Terjemahan itu dilakukan pada masa permulaan kejayaan Dinasti Abbasiyah. Di bawah
pemerintahan Harun al Rasyid, buku-buku bahasa Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Demikian juga banyak ilmuwan yang dikirim ke kerajaan Romawi di Eropa untuk membeli
manuskrip, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Usaha terjemahan itu mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Al-Makmun (198-218
H/813-833 M). Perpustakaan-perpustkaan yang dibangun oleh penguasa maupun para hartawan
dipenuhi dengan buku-buku terjemahan.

Awalnya, terjemahan difokuskan pada pengetahuan tentang kedokteran. Namun dalam


perkembangannya, para ilmuwan Islam juga menerjemahkan pengetahuan-pengatahuan lain
seperti  filsafat.

Alasan umat Islam menerjemahkan ilmu dari Yunani ini, karena ketika itu masih banyak
masyarakat non-Islam di daerah taklukkan Islam yang berusaha menghancurkan Islam.
Kelompok ini secara terang-terangan tidak berani menghadapi umat Islam karena jumlah mereka
sedikit dan secara militer tidak memiliki kekuatan.

Cara mereka menyerang Islam yaitu dengan menggunakan argumen-argumen berdasarkan


falsafat Yunani.

Oleh sebagian cendekiawan Islam, gejala ini dinilai sangat berbahaya bagi aqidah kaum
Muslimin, khususnya mereka yang baru masuk Islam. Serangan tersebut tidak dapat ditangkis
kecuali dengan memakai argumen-argumen filosofis pula.
 

Akhirnya para cendekiawan Islam mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan Yunani yang
dikenal mengutamakan akal dan kekebebasanberfikir.

Dengan memanfaatkan materi filsafat dari para filsuf Yunani, seperti Plato, Aristoteles, Pitagoras,
Demokritos dan Plotinus, serta berpegang teguh pada ajaran al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW,
para filsuf Muslim membangun satu corak filsafat baru yang dikenal sebagai filsafat Islam.

Ilmu ini berkembang pesat di Baghdad dan  wilayah Islam bagian Timur.Selanjutnya, ia
berkembang ke wilayah Islam di Barat yaitu Spanyol pada abad ke-4 H. Di wilayah ini,
kegandrungan umat islam mempelajari filsafat juga tidak kalah dengan wilayah Timur. 

Hal ini karena dorongan dan bantuan dari pihak penguasa, terutama pada masa pemerintahan
khalifah Hakam II (350-366 H/ 937-953 M) di Andalusia Spanyol, sangat besar.

Berkembangnya ilmufilsafat di dunia Islam pada akhirnya melahirkan sejumlah filsuf terkenal
seperti Al-Kindi, Ar-Razi, Al-Farabi, Ibnu Maskawaih, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, Ibnu
Rusyd dan al-Ghazali.

Filsafat Islam di Persimpangan Jalan

Para filsuf Muslim di zaman klasik Islam dikenal sangat menghargai pemikiran dari tradisi filsafat
Yunani sejauh tidak bertentangan dengan ajaran pokok Islam.

Mereka mengembangkan pemikiran para filsuf Yunani sedemikian rupa, sehingga tersedia ruang
bagi tampilnya kebenaran asasi dalam Islam. Namun, yang kerap kali menjadi pertanyaan
adalah bagaimana mempertalikan serta menyelaraskan pemikiran para filsuf Yunani ini dengan
ajaran pokok Islam.

Al-Kindi berusaha memadukan (talfiq) antara agama dan filsafat. Menurutya filsafat adalah
pengetahuan yang benar (knowledgeoftruth). Al-Qur’an yang membawa argumen-argumen yang
lebih meyakinkan dan benar tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran yang dihasilkan
oleh filsafat.

Bertemunya agama dan filsafat dalam kebenaran dan kebaikan  menurut Al-Kindi  menjadi
tujuan  dari keduanya. Agama disamping berasal dari wahyu,  juga memerintahkan
menggunakan akal, dan filsafat juga menggunakan  akal.

Dengan demikian, orang yang menolak filsafat menurut Al-Kindi telah mengingkari kebenaran.
Disamping itu, pengetahuan tentang kebenaran termasuk pengetahuan tentang Tuhan, tentang
ke-Esaan-Nya, tentang apa yang baik dan berguna, dan juga sebagai alat untuk berpegang
teguh kepadanya dan untuk menghindari hal-hal sebaliknya.

Filsafat al-Kindi juga mengarah kepada al-Ilmu al-Insani Wa Ilmu al-Ilâhi, yang mana bagi al-
Kindi filsafat merupakan segala upaya untuk menyerupai segala perbuatan Tuhan sesuai
dengan batas kemampuan manusia. 

Sehingga dari pengertian tersebut al-Kindi mengatakan bahwa seorang filosof adalah sosok
yang menjadikan kesempurnaan dan kemuliaan Tuhan sebagai contoh atau sandaran utama.
Dengan demikian seorang filosof berusaha sekuat tenaga untuk menyerupai keutamaan dan
keunggulan Tuhan sehingga pada akhirnya mereka menjadi manusia sempurna.

Al-Farabi memaknai filsafat sebagai ilmu yang mengkaji tentang alam fisika sebagaimana
keberadaannya. Ia juga mengatakan bahwa tujuan filsafat adalah untuk mengetahui Tuhan
sebagai Dzat yang Esa dan tidak digerakkan dan Tuhan merupakan sebab utama bagi segala
sesuatu. 

Filsafat al-Farabi sedikit banyak dipengaruhi oleh Arestoteles yang mana ia juga mengatakan
bahwa adanya Tuhan adalah yang menggerakkan dan tidak digerakan, dalam hal ini filsafat al-
Farabi lebih ditekankan pada disiplin ilmu filsafat (analisis filsafat).

Ibnu Sina memaknai filsafat sebagai kreativitas pemikiran yang denganya manusia memperoleh
berbagai pengetahun tentang dirinya. Sehingga dengan pengetahuan dirinya tersebut manusia
bisa menentukan segala amal perbuatan yang seharusnya ia lakukan untuk menjadikan dirinya
sebagai manusia yang mulia, logis sesuai dengan alam fisika dan menyiapkan diri untuk meraih
kebahagian di akhirat sesuai dengan batas kemampuan manusia.

Pemikiran-pemikiran para filsuf Islam tersebut tidak sepenuhnya diterima oleh kaum Muslimin.
Sebagian ulama malah menentang dan menganggapnya bid’ah. 

Wallahu’alam

Editor : Azeza Ibrahim

Sumber : InPas Online


http://dakta.com/news/9613/filsafat-islam-dan-aqidah

Anda mungkin juga menyukai