Samih ‘Athir al-Zain, Thariq al-Iimân, 1983, Dâr al-Kitâb al-Libnâniy, Beirut, hal. 283-284
Riwaqisme
1. Didirikan oleh Zenon (sekitar 264 SM).
2. Manusia tidak memiliki free will.
3. Manusia tidak bebas dan terikat dengan apa yang telah ditetapkan pada
diri mereka.
4. Kebahagiaan terletak pada keutamaan, dan manusia tidak akan
mengalami kebahagiaan, karena sesuatu yang didapatkannya, dan ia tidak
akan mengalami kesedihan karena kehilangan sesuatu
5. Sebab, manusia merupakan bagian dari entitas jagad raya. Semua yang
terjadi di bumi ini sudah ditentukan berdasarkan ketetapan yang telah
diatur sejak zaman azali. Atas dasar itu, manusia dipaksa dan ia tidak
bisa keluar dari ketetapan yang telah ditetapkan kepadanya
Mu’tazilah
Kelompok Mu’tazilah sering menyebut dirinyanya dengan ahl al-‘adl wa al-
tauhid (penganut paham keadilan dan tauhid)
Mereka berpendapat bahwa manusia bebas dalam melakukan perbuatannya.
Dengan alasan itulah, manusia disiksa karena perbuatannya sendiri.
Inilah yang mereka sebut sebagai keadilan Allah.
Mereka disebut sebagai penganut paham tauhid karena mereka telah
menafikan sifat-sifat Allah swt, dan menganggap pendirian semacam ini
sebagai bentuk pengagungan kepada Allah swt
selalu membangun prinsip keyakinannya berdasarkan dalil-dalil ‘aqliyyah
(rasionalitas)
Didirikan oleh Washil bin ‘Atha’ (Abu Hudzaifah tahun 131 H/748 M).
Di antara pandangan-pandangan Mu’tazilah
yang paling terkenal adalah konsep tentang al-
hasan wa al-qabiih (terpuji dan tercela). Menurut
mereka, akal mampu mengetahui baik dan
buruknya sesuatu. Akal juga sanggup
memahami hukum Allah yang baik yang
manusia dituntut untuk melaksanakannya, dan
hukum Allah yang buruk yang manusia dituntut
untuk meninggalkannya.