Dari prasasti yang ditemukan hanya menyebutkan tentang upacara pengorbanan yang berasal
dari abad ke 4 M. Selain prasasti, juga terdapat 7 buah yupa yang menjadi sumber utama bagi
para ahli dalam menginterpretasikan sejarah kerajaan Kutai. Yupa merupakan tugu batu yang
memiliki fungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para brahman atas kedermawanan
Raja Mulawarman yang telah mendermakan sebanyak 20000 sapi kepada kaum brahmana.
Dalam agama Hindu sapi merupakan hewan yang disucikan dan tidak boleh disembelih
seperti kurbannya umat Islam .
Kerajaan Kutai berakhir pada masa pemerintahan Maharaja Dharma Setia yang tewas dalam
peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke 13 Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.
Yang peru diingat, kerajaan Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan kerajaan Kutai
Kartanegara yang saat itu beribukota di Kutai Lima (Tanjung Kite).
Baca Juga: Kerajaan Kutai : Sejarah, Raja, Dan Peninggalan, Beserta Kehidupan
Politiknya Secara Lengkap
2. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu di Jawa Barat yang didirikan pada tahun
450 M. Nama Tarumanegara berasal dari kata “taruma” yang merupakan nama sebuah
sungai yang membelah Jawa Barat yaitu sungai Citarum dan “negara” yang berarti kerajaan
atau negara.
Ditemukannya komplek percandian yang luas yaitu percandian batujaya dan percandian
cibuaya pada muara citarum diduga merupakan peradaban peninggalan kerajaan
Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara dipimpin oleh seorang raja yang bernama
Pernawarman.
3. Kerajaan Kalingga
Kalingga, Kaling atau Ho-ling (dalam sebutan Tiongkok) merupakan sebuah kerajaan
bercorak Hindu yang didirikan di Jepara, Jawa Tengah pada tahun 674 Masehi atau pada
abad ke 6 Masehi. Mengenai letak pasti kerajaan Kalingga, sampai saat ini masih belum jelas.
Kemungkinan terletak di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara
sekarang. Sumber sejarah mengenai kerajaan ini kebanyakan berasal dari sumber catatan
Cina, tradisi kisah setempat, serta naskah cerita parahyangan yang disusun pada beberapa
abad kemudian tepatnya pada abad ke 16 yang menyinggung secara singkat mengenai ratu
Shima dan kaitannya dengan kerajaan Galuh.
Selain itu, sumber catatan Tiongkok hanya menyebut kerajaan Kalingga telah ada pada abad
ke 6 Masehi dan diperintah oleh seorang ratu bernama Ratu Shima. Ratu Shima dikenal
memiliki peraturan potong tangan bagi yang kedapatan mencuri. Selain Ratu Shima, disebut
juga seorang pendeta yang terkenal yang bernama Jhanabhadara
4. Kerajaan Sriwijaya
Salah satu kerajaan yang terbesar di Nusantara adalah kerajaan Sriwijaya yang berdiri di
Sumatra tepatnya di Sumatera Selatan. Sriwijaya merupakan kemaharajaan bahari yang
sangat berpengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan meliputi Kamboja, Thailand
selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat, dan kemungkinan Jawa Tengah.
Sriwijaya dalam bahasa sansekerta berasal dari dua kata sri yang berarti bercahaya
dan jaya yang berarti gemilang. Jadi kata Sriwijaya berarti kemenangan yang gilang
gemilang.
Mengenai bukti keberadaan kerajaan sriwijaya diketahui dari seorang pendeta tiongkok I
Tsing yang hidup pada abad ke 7 Masehi. Dalam tulisannya, pendeta I Tsing menyebut
bahwa ia mengunjungi sriwijaya pada tahun 671 dan tinggal disana selama 6 bulan. Selain
itu, terdapat pula prasasti tertua yang diketahui berasal dari abad ke 7. Prasasti tertua yang
dikenal dengan nama prasasti Kedukan Bukit itu ditemukan di Palembang dan bertarikh 682.
Kerajaan sriwijaya mulai mengalami kemunduran akibat dari berbagai peperangan yang
beruntun. Seperti serangan Rajendra Chola 1 dari Koromandel, India dan serangan dari Raja
Kertanegara dari Singosari pada tahun 1025. Selanjutnya pada tahun 1183 kekuasaan
sriwijaya berada dibawah kendali kerajaan Dharmasraya.
Sri Jayanaga
Balaputradewa
Sri Sangrawijayatunggawarman.
5. Kerajaan Melayu
Kerajaan Melayu berdiri hampir bersamaan dengan kerajaan Sriwijaya. Namun pada tahun
692 Kerajaan Melayu dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya.
Sanna
Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Ratu Sanjaya
Rakai Panangkaran, yang bergelar Syailendra Sri Mahraja Dyah Pancapana Rakai
Panangkarana
Pada masa Rakai Panangkaran, Mataram terpecah menjadi dua, Mataram Hindu yang
berkuasa di sekitar pegunungan Dieng dan Mataram Budha yang berkuasa di Jawa Tengah
Selatan. Mataram kembali bersatu setelah Mataram dipimpin oleh Rakai Pikatan.
8. Kerajaan Kediri
Kerajaan Kediri merupakan kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Sri
Samarawijaya. Kerajaan Kediri selalu berebut kekuasaan dengan Jenggala atau Singosari
sampai tahun 1520. Selnjutnya kedua kerajaan tidak pernah disebut lagi dalam sejarah.
Hingga pada tahun 117 kerjaan Kediri muncul kembali dengan raja-rajanya sebagai berikut:
Pada masa itu, kitab Baharata Yudha di gubah oleh Mpu sedah dan di lanjutkan Mpu Panuluh
(Mpu Sedah meninggalkan sebelum kitabnya selesai). Mpu Penuluh juga menulis buku
Hariwangsa dan Gatutkacasraya
Sri Aryeswara
Kameswara, bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawarata
Pada tahun 1222 Ken Arok menyerang Kediri sekaligus mengakhiri masa kejayaan Kediri.
9. Kerajaan Bali
A. Raja-raja Wangsa Warmadewa Salah satu wangsa terkenal yang memerintah di Bali ialah
Wangsa Warmadewa.
Udayana, berputra tiga orang yaitu : Airlangga, yang menjadi menantu Raja Dharmawangsa,
dan kemudian menjadi raja Kahuripan (kerajaan wangsa Isyana). Marataka, yang
menggantikan Udayana (tetapi tidak terkenal). Anak Wungsu, yang menggantikan tahta
Marataka tahun 1049.
Dari pemerintahan Anak Wungsu di tinggalkan 28 buah prasasti Singkat, yang antara lain di
temukan di goa Gajah, Gunung Kawi (Tampak Siring), Gunung Panulisan, dan Sangit.
B. Raja-Raja Lain di Bali Sesudah pemerintahan wangsa Warmadewa, Pulau Bali di perintah
oleh raja-raja lain yang berganti-ganti, dan yang terkenal di antaranya :
Ken Arok. Ken Arok menjadi raja Singasari setelah membunuh Tumapel Tunggul
Ametung dan menaklukkan Kerajaan Kediri tahun 1222 di Ganter. Ken Arok sebagai
pendiri dan raja pertama di Singasari yang bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang
Amurwabhumi, kemudian keturunannya terkenal dengan sebutan wangsa Rajasa.
Anusapati (anak Tunggul Ametung – Ken Dedes). Anusapati menjadi raja Setelah
membunuh Ken Arok (ayah tirinya), dengan menyuruh seorang pengalasan (budak).
Tohjaya (anak Ken Arok – Ken Umang). Tohjaya menjadi raja setelah membunuh
Anusapati. Tahun 1248 timbul pemberontakan yang dilancarkan oleh: Ranggawuni
(anak Anusapati) dan Mahisa Campaka (anak Mahisa Wongaleleng atau cucu Ken
Arok dan Ken dedes).
Baca Juga: “Kerajaan Singasari” Sejarah & ( Awal Berdiri – Silsilah – Kejayaan –
Keruntuhan )
Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya (anak Lembu Tal atau cucu Mahisa
Campaka) pada tahun 1292 setelah memperdayai bala tentara Kubilai Khan dan Cina yang
bermaksud menghukum Raja Jawa yang telah menghina utusannya yaitu Meng Ki pada masa
pemerintahan Kertanegara di Singasari.
Karena Kertanegara telah dihancurkan oleh Jayakatwag dari Kediri, maka bala tentara
Kubilai Khan menghancurkan Kediri. Yang selanjutnya atas siasat Raden Wijaya di bantu
oleh Arya Wiraraja, bala tentara Cina dapat dihancurkan oleh Raden Wijaya. Akhirnya Raden
wijaya menjadi Raja Majapahit pertama dengan gelar Kertarejasa Jayawardhana. Raden
Wijaya memperistri 4 orang putri Kertanegara, yaitu :
Jayanegara wafat tidak meninggalkan putra, maka Gayatri atau Rajapatni berhak menjadi
raja. Karena Gayatri telah menjadi bhiksuni (pendeta agama Buddha), maka diwakilkan
kepada Sri Gitarya, Bhre Kahuripan yang bergelar Tribuwanatunggadewi
Jayawisnuwardhana. Timbul pemberontakan Sadeng, yang dapat dipadamkan oleh Gajah
Mada, karena jasanya pada tahun 1331 Gajah Mada diangkat menjadi perdana menteri, yang
pada saat pelantikannya mengucapkan Sumpah Palapa.
Tahun 1350 Gayatri atau Rajapatni wafat, Tribuwana yang mewakilinya menyerahkan
kekuasaan itu pada anaknya bernama, Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk naik tahta pada usia 16 tahun, bergelar Rajasanegara, merupakan raja terbesar
dalam sejarah Majapahit dengan Gajah Mada sebagai Mahapatih. Kekuasaannya meliputi
seluruh Kepulauan Nusantara, bahkan masih ditambah dengan Tumasik (Singapura) dan
Semenanjung Melayu. Karya sastra yang terkenal diantaranya :
Tahun 1364 Gajah Mada wafat, kedudukannya diganti oleh 4 orang menteri. Tahun 1389
Hayam Wuruk Wafat.
Hayam Wuruk dengan permaisurinya hanya mempuyai seorang putri yaitu Kusumawardhani
yang selanjutnya memerintah bersama suaminya Wikramawudhana yang masih saudara
sepupunya. Bhre Wirabumi, anak dari selir diberi kekuasaan memerintah daerah
Blambangan, merasa tidak puas, dan merasa lebih berhak atas tahta Majapahit.
Tahun 1401 – 1406 timbul perang saudara antara Bhre Wirabumi dan Wikramawardhana.
Bhre Wirabumi gugur (Perang Paregreg). Tahun 1429 Wikramawurdhana wafat, Majapahit
telah menjadi kerajaan kecil akibat dari satu persatu daerahnya melepaskau diri. Tahun 1478
Bhatara Prabu Girindrawardhana raja Daha merebut Majapahit dari Raja Kertabumi (Raja
Majapahit yang terakhir).
Raja-rajanya ialah :
Pati Unus (1518 – l 521) Pati Unus terkenal dengan sebutan pangeran sabrang Lor, hanya tiga
tahun menjadi raja.
Sultan Trenggana (1521 – 1546) Sultan Trenggana adalah menantu Pati Unus. Tahun 1522
mempercayai seorang ulama dari Pasai (Faletehan) untuk memimpin armada Demak merebut
Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon dari Pajajaran. Tahun 1546 Sultan Trenggana gugur
dalam usahanya menaklukan Pasuruan. Setelah itu timbul perebutan kekuasaan antara Sunan
Prawata (putra sulung Sultan Trenggana) dengan Pangeran Sekar (adik Sultan Trenggana).
Sunan Prawata naik tahta setelah membunuh Pangeran Sekar, tak lama kemudian Sunan
Prawata dibunuh oleh Arya Penangsang (anak Pangeran Sekar).
Baca Juga: Kerajaan Demak : Sejarah, Raja, Dan Peninggalan, Beserta Masa
Kejayaannya Secara Lengkap
Kerajaan Mataram pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya,
termasuk Madura. Negeri ini pernah memerangi VOC di Batavia untuk mencegah semakin
berkuasanya firma dagang itu, namun ironisnya malah harus menerima bantuan VOC pada
masa-masa akhir menjelang keruntuhannya.
Mataram merupakan kerajaan berbasis agraris/pertanian dan relatif lemah secara maritim. Ia
meninggalkan beberapa jejak sejarah yang dapat dilihat hingga kini, seperti kampung
Matraman di Batavia/Jakarta, sistem persawahan di Pantura Jawa Barat, penggunaan
hanacaraka dalam literatur bahasa Sunda, politik feodal di Pasundan, serta beberapa batas
administrasi wilayah yang masih berlaku hingga sekarang.
Baca Juga: Kerajaan Mataram Islam : Sejarah, Raja, Dan Peninggalan, Beserta
Kehidupan Politiknya Secara Lengkap
Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang
luar biasa, yang diwaktu bersamaan penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan
pengaruhnya. Perang saudara, dan persaingan dengan kekuatan global memperebutkan
sumber daya maupun perdagangan, serta ketergantungan akan persenjataan telah
melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan
Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol
kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan pada masa-masa akhir pemerintanannya, para
Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.
Raja-rajanya ialah :
Paramisora, pelarian dari Majapahit, yang telah masuk lslam, yang telah diganti nama
Sultan Iskandar Syah
Sultan Mansyur Syah
Sultan Mahmud Syah
Sultan Ibrahim. Aceh melepaskan diri dari Kerajaan Pedir. Aceh semakin maju karena
Malaka di kuasai oleh Portugis, sehingga pedagang Islam dari Arab dan Gujarat
mengalihkan perdagangannya ke Aceh.
Sultan Iskandar Muda (1607-1639). Pada pemerintahannya Aceh mencapai puncak
ketayaannya.
Baca Juga: Kerajaan Ternate & Tidore : Sejarah, Raja, Dan Peninggalan Beserta
Kehidupan Politiknya Secara Lengkap
Raja Goa Daeng Manribia dengan gelar Sultan Alaudin. Mangkubuninya adalah raja
Tailo Karaeng Matoaya bergelar Sultan Abdullah
Sultan Hasanuddin, masa pemerintahannya mencapai puncak kejayaan