Anda di halaman 1dari 14

TUGAS

KEPERAWATAN MATERNITAS 1
“LAKTASI”

Disusun ole

KELOMPOK 2

1. Adella Violia ( SK 118002 )


2. Ayu Nurul Hidayah ( SK 118010 )
3. Dimas Abdul Rohman ( SK 118016 )
4. Henny Mufidatun Nahar ( SK 118014 )
5. Luvi Retmawati ( SK 118028 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
TAHUN 2018/2019
A. Pengertian Laktasi

Berdasarkan pocket Oxford Dictionary, laktasi di defenisikan


sebagai Secretion of milk atau suckling, atau dengan kata lain, laktasi
adalah proses sintesis atau produksi serta pengeluaran ASI dari payudara.

Proses sintesis dan pengeluaran ASI ini melibatkan 2 (dua) macam


hormon yaitu hormon prolaktin dan oksitosin. Hormon prolaktin
membantu menstimuli produksi susu, produksi hormon prolaktin sangat
dipengaruhi oleh frekuensi, intensitas dan durasi anak menstimuli puting
melalui isapan, semakin sering anak menyusui, maka level hormon ini
semakin meningkat dan tentu saja berdampak positif terhadap produksi
ASI. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan pada bagian ini adalah
ketepatan posisi anak saat menyusui serta posisi pelekatan mulut pada
payudara ibu.

Sedangkan hormon oksitosin membantu proses pengeluaran susu


ke puting. Berbeda dengan hormon prolaktin, hormon ini dipengarui oleh
kondisi fisik dan mental si ibu. Produksi hormon ini meningkat saat ibu
berada dalam situasi atau perasaan yang nyaman, aman dan tidak stress.
Perasaan bahwa ASI kurang harus dihindari, ibu harus terus optimis
bahwa ia mampu untuk menyusui dan produksi ASInya cukup, yang
bertujuan untuk merangsang penegluaran hormon ini.

B. Pengaruh Hormonal

Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun


hormon-hormon yang berperan adalah :

1. Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran


alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah
melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran.
2. Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar.
Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk
beberapa bulan selama tetap menyusui. Sebaiknya ibu menyusui
menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat
mengurangi jumlah produksi ASI.
3. Follicle stimulating hormone (FSH)
4. Luteinizing hormone (LH)
5. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan.
6. Oksitosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain
itu, pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus di
sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin
berperan dalam proses turunnya susu let-down/ milk ejection reflex.
7. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan,
plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam
pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan.

Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap


memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa kehamilan
(induced lactation).

C. Proses Pembentukan Laktogen

Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut:

1. Laktogenesis I

Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobulus-alveolus.


Terjadi pada fase terakhir kehamilan. Pada fase ini, payudara
memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental kekuningan dan
tingkat progesteron tinggi sehingga mencegah produksi ASI.
Pengeluaran kolustrum pada saat hamil atau sebelum bayi lahir, tidak
menjadikan masalah medis. Hal ini juga bukan merupakan indikasi
sedikit atau banyaknya produksi ASI.
2. Laktogenesis II

Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya


kadar hormon progesteron, esterogen dan HPL. Akan tetapi kadar
hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI
besar-besaran.

Apabila payudara dirangsang, level prolaktin dalam darah


meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali
ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon
prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI,
dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian
mengemukakan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila
produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi,
namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.

Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga


terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum
diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses
laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi
biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam
(2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI
sebenarnya tidak langsung keluar setelah melahirkan.

Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya.


Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi
daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level
immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang
masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. IgA ini juga
mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama setelah
melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI
sebenarnya.
3. Laktogenesis III

Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI


selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.
Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan
memproduksi ASI banyak. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila
payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan
taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat
dipengaruhi seberapa sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan
juga seberapa sering payudara dikosongkan.

Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:

 Kurang sering menyusui atau memerah payudara


 Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain
akibat: struktur mulut dan rahang yang kurang baik; teknik perlekatan
yang salah.
 Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
 Jaringan payudara hipoplastik
 Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat
mencerna ASI
 Kurangnya gizi ibu

D. Keadaan yang dapat meningkatkan hormon oksitosin

Beberapa keadaan yang dianggap dapat mempengaruhi


(meningkatkan) produksi hormon oksitosin :

 Perasaan dan curahan kasih sayang terhadap bayinya.


 Celotehan atau tangisan bayi
 Dukungan ayah dalam pengasuhan bayi, seperti menggendong bayi ke
ibu saat akan disusui atau disendawakan, mengganti popok dan
memandikan bayi, bermain, mendendangkan bayi dan membantu
pekerjaan rumah tangga
 Pijat bayi

E. Beberapa keadaan yang dapat mengurangi produksi hormon


oksitosin

 Rasa cemas, sedih, marah, kesal, atau bingung


 Rasa cemas terhadap perubahan bentuk pada payudara dan bentuk
tubuhnya, meniggalkan bayi karena harus bekerja dan ASI tidak
mencukupi kebutuhan bayi.
 Rasa sakit terutama saat menyusui

F. Keberhasilan menyusui

Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui


selama 6 bulan pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar
sukses menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain :

1. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama


dalam 1 jam pertama (inisiasi dini), karena bayi baru lahir sangat aktif
dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan
tertidur. Bayi mempunyai refleks menghisap (sucking reflex) sangat
kuat pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi kaisar juga
dapat melakukan hal ini (bila kondisi ibu sadar, atau bila ibu telah
bebas dari efek anestesi umum). Proses menyusui dimulai segera
setelah lahir dengan membiarkan bayi diletakkan di dada ibu sehingga
terjadi kontak kulit kulit. Bayi akan mulai merangkak untuk mencari
puting ibu dan menghisapnya. Kontak kulit dengan kulit ini akan
merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi
serta perkembangan bayi.
2. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi
bayi anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu
formula) yang diberikan, karena  akan menghambat keberhasilan
proses menyusui. Makanan atau cairan lain akan mengganggu
produksi dan suplai ASI, menciptakan bingung puting, serta
meningkatkan risiko infeksi
3. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia
akan melepaskan puting dengan sendirinya. 

G. Keterampilan menyusui

Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu


harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari
payudara ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik
meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. 

Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi


berbaring atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan
perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan
ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu
(perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi
duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring.

H. FAKTOR-FAKROE YANG MEMPENGARUHI LAKTASI

Keluarnya ASI sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor


utama yang mempengaruhinya adalah faktor hormonal, yaitu prolaktin
yang berperan dalam produksi ASI dan oksitosin yang berperan
merangsang keluarnya ASI.

Hormon prolaktin diproduksi oleh kelenjar pituari yang berada di


dalam otak dan berpengaruh terhadap berbagai fungsi fisioligis tubuh

Jumlah hormon prolaktin dipengaruhi oleh jumlah nutrisi yang


dikonsumsi ibu, serta dipengaruhi juga oleh frekuensi hisapan bayi.
Sehingga semakin sering bayi menghisap, maka hormon yang yang
diproduksi pun akan semakin banyak.

Sementara hormon oksitosin yang merangsang keluarnya ASI,


sering disebut sebagai hormon cinta, karena hormon ini dipengaruhi oleh
suasana hati ibu.

Oleh karena itu, penting sekali bagi ibu yang menyusui untuk
menjaga suasana hati dan jiwa agar tetap dalam kondisi baik dan bahagia.
Keadaan ibu yang lelah dan stress akan mempengaruhi hormon oksitosin,
dan akan menghambat lancarnya ASI.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi produksi dan lancarnya ASI:

1. Asupan makanan

Produksi ASI sangant dipengaruhi oleh makanan yang


dikonsumsi oleh ibu. Oleh karena itu ibu perlu menyantap
makanan yang mengandung gizi seimbang secara teratur.

2. Kondisi psikis

Keadaan psikis ibu tak kalah pentingnya dalam proses


kelancaran ASI. Karena refleks keluarnya ASI sangat dikontrol
oleh perintah yang dikirim oleh hipotalamus. Bila ibu dalam
keadaan stress, cemas, khawatir, tegang dan sebagainya, ASI
tidak akan turun dari alveoli menuju puting. Umumnya hal ini
terjadi pada hari-hari pertama menyusui.

Reflek pengaliran susu dapat berfungsi baik bila ibu


merasa tenang dan rileks, serta tidak kelelahan. Oleh karena itu
peran keluarga, terutama suami, sangat penting menjaga
kondisi psikis ibu agar tetap tenang dan nyaman.
3. Perawatan payudara

Perawatan payudara yang benar akan memperlancar


produksi ASI. Oleh karena itu sebaiknya perawatan payudara
dilakukan saat ibu masih dalam masa kehamilan.

4. Frekuensi bayi menyusu

Frekuensi bayi menyusui secara langsung maupun dengan


memerah ASI mempengaruhi produksi dan kelancaran
keluarnya ASI.

5. Bayi kurang bisa menghisap ASI

Terkadang ada juga bayi yang tidak dapat menghisap ASI


secara benar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di
antaranya struktur mulut dan rahang bayi yang kurang baik.

6. Pengaruh obat-obatan

7. Alat kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu yang menyusui


dapat memengaruhi jumlah produksi ASI.

I. Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi merupakan upaya yang dilakukan untuk


mencapai keberhasilan dalam menyusui. Manajemen laktasi sebaiknya
sudah dilakukan sejak awal kehamilan, hingga selama masa menyusui.

1. Persiapan Menyusui Sejak Masa Kehamilan


Secara alami, manajemen laktasi sudah dimulai sejak
awal kehamilan. Hal ini ditandai dengan payudara yang mulai
membesar, areola yang terlihat lebih gelap, serta puting yang
menjadi tegak.

Selain perubahan fisik pada payudara, perubahan


hormon sebagai rangkaian persiapan menyusui juga akan
terjadi. Kadar hormon prolaktin dan oksitosin yang berperan
dalam mempersiapkan laktasi akan mengalami peningkatan
semasa kehamilan.

Peningkatan kadar hormon prolaktin bermanfaat dalam


menunjang produksi air susu. Sementara hormon oksitosin,
bertanggung jawab terhadap keluarnya air susu. Efek kedua
hormon ini juga membuat Bunda tetap tenang, santai, serta siap
mengurus dan menyusui bayi.

2. Saat-Saat Mulai Menyusui

Tahap berikutnya dalam manajemen laktasi adalah


tahap menyusui. Proses menyusui sudah dapat langsung
dilakukan sejak beberapa menit setelah bayi dilahirkan.

Air susu yang pertama kali keluar merupakan


kolostrum. Kolostrum mengandung gizi terbaik bagi bayi baru
lahir, sehingga penting untuk diberikan.

Pada awal menyusu, bayi secara naluri sudah bisa


mengisap puting ibu. Namun, penting untuk melatih bayi agar
bisa menyusu pada payudara dengan posisi perlekatan yang
baik, agar proses menyusui dapat berjalan lancar.

Melatih bayi menyusu memang bukan hal yang mudah.


Agar prosesnya berjalan lancar, ciptakan suasana yang lebih
santai dan pastikan Bunda berada pada posisi yang nyaman.
Setelah itu, letakkan Si Kecil di antara payudara sampai
kulitnya menempel pada kulit Bunda. Ketika ia merasa
nyaman, maka proses pemberian ASI pertama kali sudah bisa
dimulai.

Dalam proses manajemen laktasi ini, biarkan bayi yang


berinisiatif untuk menyusu pada payudara. Jika bayi tidak lapar,
maka dengan sendirinya dia akan tetap tidur di dada Bunda.

Namun jika bayi merasa lapar, ia akan mulai menggerak-


gerakkan kepalanya. Apabila mata bayi mulai terbuka dan ia
menaruh kepalan tangannya ke mulut, maka ini waktu yang tepat
untuk bayi menyusu.

3. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan saat Menyusui

Setelah bayi sudah mampu menyusu, beberapa hal berikut


ini perlu diperhatikan agar manajemen laktasi dapat terus berjalan
dengan lancar:

1. Frekuensi pemberian ASI

Disarankan untuk memerhatikan frekuensi


pemberian ASI, yaitu sekitar 8-12 kali dalam 24 jam.
Tujuannya bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi bayi, tetapi juga membantu menjaga produksi ASI
agar terus bertambah banyak.

Beberapa hari setelah dilahirkan, umumnya bayi


akan menyusu setiap 1-2 jam di siang hari dan beberapa
kali saja di malam hari. Rata-rata durasi menyusu adalah
15-20 menit untuk tiap payudara.
2. Tanda kecukupan ASI yang diberikan

Pahami juga tanda-tanda bayi sudah cukup ASI atau


belum. Jika asupan air susu memadai, air seni bayi akan
berwarna kuning jernih. Setelah bayi menyusu dengan
cukup dan kenyang, payudara ibu akan terasa lebih
lunak, dan bayi akan terlihat puas.

Selain tanda-tanda tersebut, perhatikan juga


kenaikan berat badan Si Kecil. Berat badan bayi yang
sehat cenderung bertambah sekitar 18-28 gram setiap
hari, selama tiga bulan pertama usianya.

3. Asupan makanan yang dikonsumsi ibu

Beberapa jenis makanan dianggap dapat memicu


reaksi negatif pada bayi, yaitu cokelat, bumbu rempah,
jeruk, kubis, bunga kol, dan brokoli. Namun, tidak semua
bayi memiliki reaksi yang sama.

Ibu menyusui perlu membatasi konsumsi


makanan dan minuman berkafein. Selain itu, hindari
mengonsumsi minuman maupun makanan yang
mengandung alkohol, untuk mencegah masuknya
alkohol ke dalam ASI.

4. Masalah saat menyusui

Waspadai beragam masalah yang sering timbul


saat menyusui, seperti nyeri payudara, luka pada puting,
penyumbatan air susu, mastitis, dan abses payudara.
Bunda disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter
kandungan secara berkala, agar masalah ini dapat
dicegah dan ditangani sejak dini.
5. Kondisi kesehatan Bunda

Agar proses laktasi berjalan lancar, Bunda perlu


menjaga kesehatan dengan baik. Caranya adalah dengan
menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi
makanan bergizi seimbang, beristirahat dan minum air
putih yang cukup, serta mengelola stres.

Jika Bunda sedang sakit, proses menyusui


sebenarnya tetap bisa dilakukan. Namun bila Bunda
terkena penyakit menular, seperti flu, hindari berada di
dekat Si Kecil untuk sementara waktu, agar ia tidak
tertular. Setidaknya, gunakan masker penutup hidung
dan mulut, serta selalu cuci tangan sebelum menyusui Si
Kecil.

Pada ibu menyusui yang perlu menjalani


pengobatan khusus, terutama pengobatan jangka
panjang, misalnya dengan kemoterapi, radioterapi, obat
antiansietas, atau obat antimigrain, sebaiknya
konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui efek
sampingnya terhadap bayi.

Beberapa cara di atas merupakan cara manajemen laktasi yang bisa


dimulai sejak awal kehamilan. Bunda yang memiliki masalah dalam
manajemen laktasi dapat berkonsultasi dengan konsultan laktasi atau
dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Alfarisi, (2008). Fisiologi Laktasi. Diunduh, 16 oktober 2019; pukul 12:00 WIB

Burgio, et al. (2016). Breastfeeding Education: Where Are We Going? A


Systematic Review Article. Journal of public health, 45(8), 970–977.
American Pregnancy Association (2017). Challenges Associated with
Breastfeeding.

Clare, H. Baby Centre UK (2018). Is it normal for my breasts to leak during


pregnancy?

Health Central. Breastfeeding. Stoppler, M. C. Medicine Net (2017).


Breastfeeding and Formula Feeding. Reeks, A. Parenting. Your Amazing Breasts.

Anda mungkin juga menyukai