TUGAS 2 PREEKLAMSI KEL.3 PSIK 4A TRUE 1 Dikonversi
TUGAS 2 PREEKLAMSI KEL.3 PSIK 4A TRUE 1 Dikonversi
Dosen Pengampu :
Semester 4A
TAHUN 2019-2020
1
KATA PENGANTAR
Kelompok 3
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI....................................................................................... 3
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan status gizi
dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan
kesehatan terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan masa nifas. Penyebab
tingginya angka kematian ibu juga terutama disebabkan karena faktor non medis
yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, demografi serta faktor agama. Sebagai
contoh banyak kaum ibu yang menganggap kehamilan sebagai peristiwa alamiah
biasa padahal kehamilan merupakan peristiwa yang luar biasa sehingga perhatian
terhadap kesehatan ibu hamil harus diperhatikan. Rendahnya pengetahuan ibu
terhadap kesehatan reproduksi dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan juga
menjadi sebab tingginya kematian ibu selain pelayanan dan akses mendapatkan
pelayanan kesehatan yang buruk. (Prawiroharjo, 2010).
World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan
meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan, proses kelahiran dan aborsi
yang tidak aman. Sekitar satu perempuan meninggal setiap menit. (WHO,2004).
Negara - negara di Asia termasuk Indonesia adalah negara dimana warga
perempuannya memiliki kemungkinan 20-60 kali lipat dibanding negara-negara
Barat dalam hal kematian ibu karena persalinan dan komplikasi kehamilan. Di
negara-negara yang sedang berkembang, angka kematian ibu berkisar 350 per
10.000 kematian. Angka kematian ibu di Indonesia adalah 470 per 100.000
kelahiran. Angka yang sangat mengkhawatirkan karena meningkat dari angka
yang tercatat peda beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun 1997, AKI mencapai
397 orang per 100.000 kelahiran yang berarti bertambah sekitar 73 orang.
Dari lima juta kelahiran yang terjadi di Indonesia setiap
tahunnya,diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan atau
persalinan. Dengan kecenderungan seperti ini, pencapaian target MDG untuk
menurunkan AKI akan sulit bisa terwujud kecuali apabila dilakukan upaya yang
lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya.
4
Data menunjukkan sebagian besar kematian terjadi pada masyarakat miskin dan
mereka yang tinggal jauh dari Rumah Sakit. Penyebab kematian ibu yang utama
adalah perdarahan, eklampsia, partus lama, komplikasi aborsi, dan infeksi.
Kontribusi dari penyebab kematian ibu tersebut masing-masing adalah
perdarahan 28 %, eklampsia 13 %, aborsi yang tidak aman 11%, serta sepsis 10
%. Salah satu penyebab kematian tersebut adalah Preeklampsia dan eklampsia
yang bersama infeksi dan pendarahan, diperkirakan mencakup 75 - 80 % dari
keseluruhan kematian maternal. Kejadian preeklampsi - eklampsi dikatakan
sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila CFR PE-E mencapai 1,4%-1,8%.
(Zuspan F.P, 2010 dan Arulkumaran ,2010).
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas Keperawatan Maternitas II, tentang Preeklampsi.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi preeklampsi
2. Untuk mengetahui etiologi preeklampsi
3. Untuk mengetahui faktor resiko preeklampsi
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala preeklampsi
5. Untuk mengetahui patofisiologi preeklampsi
6. Untuk mengetahui pathway preeklampsi
7. Untuk mengetahui komplikasi preeklampsi
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan non medis preeklampsi
9. Untuk mengetahui pengkajian preeklampsi
10. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan preeklampsi
11. Untuk mengetahui rencana keperawatan preeklampsi
5
BAB II
KONSEP TEORI
6
h. Kehamilan ganda/lebih.
i. Jarak yang terlalu lama dari kehamilan sebelumnya (>10 tahun).
j. Memiliki kondisi medis tertentu, seperti diabetes tipe 2, penyakit
ginjal, atau lupus.
k. Kehamilan yang terjadi dengan bantuan (inseminasi atau bayi tabung).
4. Tanda dan Gejala Pereeklampsi
Preeklamsi merupakan kumpulan dari gejala-gejala kehamilan yang di
tandai dengan hipertensi dan odem. Gambaran klinik preeklampsia mulai
dengan kenaikan berat badan diikuti edema kaki atau tangan, kenaikan tekanan
darah, dan terakhir terjadi proteinuria. (Griffin, 2011).
Tanda gelaja yang biasa di temukan pada preeklamsi biasanya yaitu
sakit kepala hebat. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh
perdarahan atau edema atau sakit karena perubahan pada lambung dan
gangguan penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur bahkan kadang-
kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan penyempitan pembuluh darah
dan edema (Lowermilk, 2004).
5. Patofisiologi Preklamsi
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler
terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan
kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme
menurunkan diameter pembuluh darah kesemua organ, fungsi-fungsi organ
seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40-60%. Gangguan
plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi
IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas terhadap
oksitosin meningkat (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan
glomerulus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air
ditahan, tekanan osmotik plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler,
menyebabkan hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah dan edema
jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada preeklamsia berat terjadi
penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat
(Maryunani & Yulianingsih, 2010).
7
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar
dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri
epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi, tetapi
merupakan komplikasi yang hebat dari preeklamsia, enzim-enzim hati seperti
SGOT dan SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan aliran
darah ke retina menimbulkan symtom visual skotama dan pandangan kabur.
Patologi yang sama menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta
peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus
pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek). Edema paru dihubungkan
dengan edema umum yang berat, kompliksai ini biasanya disebabkan oleh
dekompensasi kordis kiri (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
6. Komplikasi Preklampsi
Bergantung pada derajat preklamsia yang dialami. Namun, yang termasuk
komplikasi antara lain sebagai berikut (Prawirohardjo, 2010). :
a) Pada ibu
1. Eklampsia
2. Solusio plasenta
3. Perdarahan subkapsula hepar
4. Kelainan pembekuan darah (DIC)
5. Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low
platelet count).
6. Ablasio retina
7. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b) Pada janin
1. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2. Prematur
3. Asfiksia neonatorum
4. Kematian dalam uterus
5. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
8
7. Penatalaksannaan medis dan non medis Preklampsi
1. Medis (Mitayani,2012)
1) Pre-eklampsi ringan dan sedang
a. Pantau tekanan darah, proteinuria, reflex dan kondisi janin.
b. Lebih banyak istirahat.
c. Diet biasa.
d. Tidak perlu diberi obat-obatan.
e. Jika rawat jalan tidak mungkin, segera rawat di rumah sakit :
• Diet biasa.
• Pantau tekanan darah 2x sehari, proteinuria 1x sehari.
• Tidak perlu obat-obatan.
• Tidak perlu diuretic,kecuali jika terdapat edema
paru,dekompensasi kordisatau gagal ginjal akut.
• Jika tekanan diastolic turun sampai normal pasien dapat
dipulangkan :
• Berikan nasehat untuk istirahat, tidak terlalu banyak
beraktifitas dan perhatikan tanda-tanda preeclampsia berat.
• Kontrol 2x seminggu.
• Jika tekanan diastolic naik lagi rawat kembali.
• Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan tetap dirawat.
• Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin
terhambat,pertimbangkan terminasi kehamilan. Pengobatan
hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka
penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang
yang lebih sering,
2) Pre-eklampsia berat
Pre-eklamsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu. Jika janin
belum menunjukan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan
rasio L/S, maka penanganannya adalah sebagai berikut :
a. Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr intramusuler
kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap
(selama tidak ada kontraindikasi).
9
b. Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus
dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai criteria pre-
eklamsi ringan (kecuali ada kontraindikasi).
c. Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor,
serta berat badan ditimbang seperti pada pre-eklamsi ringan, sambil
mengawasi timbulnya lagi gejala.
d. Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi
kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung
keadaan.
e. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru
janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan
diatas 37 minggu.
Pre-eklampsi berat pada kehamilan diatas 37 minggu Penanganan umum :
1. Jika tekananan diastolic >110 mmHg,berikan anti hipertensi,sampai
tekanan diastolic diantara 90-100 mmHg.
2. Pasang infus ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge atau >)
3. Ukur keseimbangan cairan,jangan sampai terjadi overload
4. Kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria
5. Jika jumlah urin <30 ml/jam:
▪ Infus cairan dipertahankan 8 jam
▪ Pantau kemungkinan edema paru
6. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat
mengakibatkan kematian ibu dan janin
7. Observasi TTV,refleks,dan DJJ setiap jam
8. Auskulatasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru. Krepitasi
merupakan tanda edema paru.jika ada edema paru,stop pemberian
cairan,dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg IV
9. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jika
pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit,kemungkinan terdapat
koagulopati.
10. Anti hipertensi obat pilihan adalah :
10
a) Hidralazin,yang diberikan 5mg IV pelan-pelan selama 5menit
sampai tekanan darah menurun
b) Jika perlu pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam,atau
12,5mg IM setipa 2jam
c) Jika hidralazin tidak tersedia,dapat diberikan:
➢ Nifedipine 5mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah
10 menit,beri tambahan 5mg sublingual.
➢ Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah 10
menit,diberikan lagi labetolol 20 mg IV.
11. Anti konvulsan magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat
pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia
dan eklampsia.
1) Dosis awal :
❖ MgSO4 4g I.V. sebagai larutan 40% selama 5 menit
❖ Segera dilanjutkan dengan pemberian 10g larutan MgSO4
50%, masing-masing 5g dibokong kanan dan kiri secara IM.
Ditambah 1 ml lignokain 2% pada semprit yang sama. Pasien
akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO4.
❖ Jika kejang berulang setelah 15 menit, berikan MgSO4 2g
(larutn 40%) IV selama 5 menit.
2) Dosis pemeliharaan :
❖ MgSO4 (50%) 5g + lignokain 2% 1ml IM setiap 4 jam.
❖ Lanjutkan sampai 2 jam pasca persalinan atau kejang
terakhir.
Sebelum pemberian MgSO4, periksa :
▪ Frekuensi perafasan minimal 16/menit
▪ Refleks pattela (+)
▪ Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir.
▪ Stop pemberian MgSO4, jika :
▪ Frekuensi pernafasan <16/menit
▪ Refleks pattela (-)
11
▪ Urin < 30 ml/jam
▪ Siapkan anti dotum : Jika terjadi henti nafas : bantu
dengan ventilator, beri kalsium glukonat 2g (20 ml dalam
larutan 10%) IV perlahan-lahan sampai pernafasan mulai
lagi.
12. Alternatif lain adalah diazepam, dengan resiko terjadinya depresi
neonatal.
Pemberian IV :
a) Dosis awal
❖ Diazepam 10 mg IV pelan-pelan selama 2 menit
❖ Jika kejang berulang, ulangi dosis awal
b) Dosis pemeliharaan
❖ Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan RL per infus
❖ Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis >30
mg/jam
❖ Jangan berikan >100 mg/24 jam
Pemberian melalui rektum :
a) Jika pemberian IV tidak mungkin, diazepam dapat diberikan
per rektal, dengan dosis awal 20 mg dalam samprit 10 ml
b) Jika masih terjadi kejang, beri tambahan 10 mg/jam
c) Dapat pula diberikan melalui kateter urin yang dimasukkan
kedalam rektum.
b. Non Medis (Sabattani, 2012)
1) Preklampsia ringan dan sedang
a. Bisa rawat jalan dengan anjuran untuk banyak istirahat/ tirah
baring.
b. Diet rendah garam dan tinggi protein.
c. Pasien preeklamsia ringan yang dilakukan rawat inap, bila penyakit
membaik dapat dilakukan rawat jalan; sedangkan jika penyakit
menetap atau memburuk, kehamilan dapat diakhiri pada usia
kehamilan 37 minggu.
12
2) Preklampsia Berat (PEB)
a. Perawatan konservatif (usia kehamilan <36 minggu) :
❖ Tirah baring.
❖ Diet rendah garam dan tinggi protein (diet preeklamsia)
❖ Pasang kateter tetap (bila perlu).
b. Perawatan aktif (terminasi kehamilan), yaitu pada keadaan-keadaan
di bawah ini :
❖ Umur kehamilan >36 minggu.
❖ Terdapat tanda-tanda impending eklamsia atau eklamsia
❖ Gawat janin.
❖ Sindroma HELLP.
❖ Kegagalan perawatan konservatif, yakni setelah 6 jam perawatan
tidak terlihat tanda-tanda perbaikan penyakit.
3) Eklampsi
Secara prinsip kehamilan dengan eklamsia harus segera
dilakukan terminasi (diakhiri), sedangkan perawatan/pengobatan yang
dilakukan adalab untuk stabilisasi kondisi pasien dalam rangka
terminasi kehamilan tersebut.
13
BAB III
Asuhan Keperawatan Preklampsi
1. Pengkajian Preklampsi
Pengkajian yang dilakukan pada ibu dengan preeklampsia/eklampsia antara lain
sebagai berikut :
1) Identitas umum ibu.
2) Data riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
❖ Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
❖ Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada kehamilan
terdahulu.
❖ Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
❖ Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal kronis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
❖ Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
❖ Terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrum.
❖ Gangguan virus : penlihatan kabur, skotoma, dan diplopia.
❖ Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
❖ Gangguan serebral lainnya : terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan
tidak tenang.
❖ Edema pada ekstremitas.
❖ Tengkuk terasa berat.
❖ Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu.
c. Riwayat kesehatan keluarga : Kemungkinan mempunyai riwayat
preeklamsia dan eklamsia dalam keluarga.
d. Riwayat perkawinan : Biasanya terjadi pada wanita yang menikah
dibawah usia 20 tahun atau diatas 35 tahun.
3) Pemeriksaan fisik biologis
a. Keadaan umum : lemah.
b. Kepala : sakit kepala, wajah edema.
c. Mata : konjungtifa sedikit anemis, edema pada retina.
14
d. Abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual
muntah
e. Ektremitas : oedema pada kaki juga pada tangan dan jari-jari
f. Sistem persyarafan : hiperrefleksia, klonus pada kaki.
g. Genituorinaria : oligura, proteinuria.
h. Pemeriksaan janin : bunyi detak janin tidak teratur, gerakan janin
melemah.
4) Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
➢ Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% ).
➢ Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ).
➢ Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
2. Urinalisis : Ditemukan protein dalam urine.
3. Pemeriksaan Fungsi hati :
➢ Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ).
➢ LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
➢ Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
➢ Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N= 15-
45 u/ml).
➢ Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat (N=
<31 u/l).
➢ Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ).
➢ Tes kimia darah : Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl ).
4. Radiologi
❖ Ultrasonografi : Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra
uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan
volume cairan ketuban sedikit.
❖ Kardiofotografi : Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
❖ USG : untuk mengetahui keadaan janin
15
5. Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
6. Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada otak
7. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
16
derajat yang h. Hitung input &
sedang menjadi output cairan.
tidak terdapat i. Kolaborasi
edema. dengan tenaga
• Nadi dalam batas kesehatan dalam
normal 60-100 ( memberikan
skor 3 menjadi terapi obat.
skor 5), nadi
menyimpang
sedang dari
batas normal
menjadi berada
dalam batad
normal.
• Intake dan output
cairan dalam 24
jam seimbang.
• CRT dalam batas
normal (<2
detik)
Tissue integrity :
skin & mucouse
membran.
•Temperatur
ekstremitas
tidak teraba
dingin.
Tissue perfussion :
peripheral.
• CRT dalam batas
normal (<2 detik)
• TD dalam batas
17
normal (skor 3
menjadi skor 5),
TD menyimpang
sedang dari batas
normal menjadi
berada dalam batas
normal.
• Tidak terdapat
edema perifer
18
sedang menjadi tidak pitting odema.
terdapat edema. h. Kolaborasi
Hydration : dalam
• Jumlah cairan yang di pemberian
konsumsi sesuai terapi.
dengan jumlah yang
dibutuhkan.
Fluid overload
saverity:
• Tidak mengalami
edema perifer (skor 3
menjadi skor 5),
terdapat edema perifer
pada derajat yang
sedang menjadi tidak.
terdapat edema
•.Output urin
bertambah
19
• Ibu mengerti nafas dalam
penyebab nyerinya. bila HIS
• Ibu mampu timbul.
beradaptasi terhadap d. Bantu ibu
nyerinya. dengan
mengusap/mas
sage pada
bagian yang
nyeri.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
Lampiran Pathway Preeklampsi
22