Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ILMU HADITS DIRAYAH

Mata Kuliah: Ulumul Hadits

Dosen Pengampu: M. Nasrullah, MSI.

Disusun oleh:

Rizki Agustina (2319020)

Dewi Zahrotul Afida (2319029)

Kinanthi Riski Apriliani (2319145)

Ifada Islamiyah (2319147)

KELAS E

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

IAIN PEKALONGAN

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Ilmu Hadits Dirayah ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ulumul
Hadits. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Hadits Dirayah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Nasrullah, MSI. Selaku


dosen Ulumul Hadits yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Penulis
tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca dari makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.

Demikian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis


mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya berharap supaya makalah yang telah
saya buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Pekalongan, 03 Maret 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................1

C. Tujuan Penulisan........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Ilmu Dirayah............................................................................3

B. Cabang-cabang Ilmu Dirayah....................................................................4

C. Objek Kajian Ilmu Dirayah.......................................................................6

D. Urgensi Mempelajari Hadits Dirayah.......................................................7

BAB III PENUTUP................................................................................................9

A. Kesimpulan..................................................................................................9

B. Saran............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mempelajari proses belajar mengajar hadis merupakan ilmu pengetahuan


yang penting dalam kehidupan kita, karena hadis merupakan sumber hukum
kedua seteelah Al-Quran. Hadits merupakan ilmu pengetahuan yang
membicarakan cara-cara persambungan hadis sampai kepada Rasulullah
SAW. Dari segi hal ihwal para perawinya, yang menyangkut kedabitan dan
keadilannya dari berbagai segi bersambung dan terputusnya sanand dan
sebagainya.

Para ulama hadits itu menggunakan dua pendekatan, yaitu kritik sanad dan
matan, sehingga melahirkan teori-teori yang berkaitan dengannya. Kedua
pendekatan tersebut bukan suatu yang baru dalam pendekatan studi hadits.
Sejara garis besar menurut kajian muta’khirun ilmu hadits terbagi menjadi
dua, yaitu imu hadis dirayah dan ilmu hadis riwayah. Ilmu hadis dirayah ilmu
untuk mengetahui hakikat periwayatan, syarat-syarat, macam-macam, dan
hukum-hukumnya. Serta untuk mengetahui keadaan para rawi, baik syarat-
syaratnya, macam-macam hadis yang diriwayatkan, dan segala yang berkaitan
dengannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ilmu dirayah?
2. Apa saja dan jelaskan cabang-cabang ilmu dirayah?
3. Bagaimana objek kajian ilmu dirayah?
4. Apa Pentingnya mempelajari ilmu dirayah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian ilmu dirayah

1
2. Untuk mengetahui cabang-cabang yang ada pada ilmu dirayah
3. Untuk mengetahui objek kajian ilmu dirayah
4. Untuk mengetahui Pentingnya mempelajari ilmu dirayah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Dirayah


Menurut bahasa, dirayah berarti pengetahuan. Ilmu hadits dirayah
juga sering disebut sebagai pengetahuan tentang ilmu hadits atau tentang
pengantar ilmu hadits. Ilmu hadits dirayah adalah ilmu pengetahuan
tentang rawi dan yang diriwayahkan atau sanad dan matannya baik juga
berkaitan dengan pengetahuan tentang syarat-syarat periwayahan, macam-
macamnya atau hukum-hukumnya. Ulama lain berpendapat, ilmu hadits
diraya adalah ilmu yang dapat mengetahui keadaan sanad dan matannya.
Menurut Imam Imam Assyuthi, Ilmu Hadits mereka, macam-macam
periwayatan, dan hal-hal yang bekaitan dengannya.
Ilmu hadits Dirayah biasa juga disebut Ilmu Mustalahalul hadits,
Dirayah adalah Ilmu yang mempelajari tentang hakikat periwayatan,
syarat-syaratnya, macam-macamnya, dan hukum-hukumny, keadaan para
perawi, syarat-syarat Ilmu Usul al-Hadits, dan Qawaid at-Tahdits, at-
Turmuzi menta’rifkan ilmu hadits dirayah adalah Undang-undang atau
kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan sanad dan matan, cara menerima
dan meriwayatakan, sifat-sifat perawi, dan lain-lain. Ibnu al-Kafani
mendefinisakan ilmu ini ialah, sebagai ilmu pengetahuan untuk
mengetahui hakikat periwayatan, syarat-syarat, macam-macam dan
hukum-hukumnya serta untuk mengetahui keadaan para perawi, baik
syarat-syaratnya, macam-macam hadits yang diriwayatkan dan segala
yang berkaitan dengannya. Secara rinci, dijelaskan sebagai berikut:
1. Hakikat periwayatan adalah penukilan hadits dan penyandarannya
kepada sumber hadits dan sumber berita.
2. Syarat-syarat periwayatan ialah penerimaan perawi terhadap hadits
yang diriwayatkan dengan bermacam-macam cara penerimaan, seperti

3
melalui as-Sima (pendengaran), al-qiraah (pembacaan), al-wasiah
(berwasiat), al-ijazah (pemberian izin dari perawi).
3. Macam-macam periwayatan ialah membicarakan sambung dan
teputusnya periwayatan.
4. Hukum-hukum periwayatan ialah pembicaraan sekitar diterima atau
ditolaknya suatu hadits.
5. Keadaan para perawi ialah pembicaraan sekitar keadilan, kecacatan
para perawi, dan syarat-syarat mereka dalam menerima dan
meriwayatkan hadits.1

B. Cabang-cabang Ilmu Dirayah


1. Ilmu Jarh wa Ta’dil
Ilmu Jarh wa Ta’dil yaitu ilmu yang menerangakan tentang hal cacat-
cacat yang dihadapkan kepada para perawi dan tentang tentang
penta’dilannya (memandang adil para perawi) dengan memakai kata-kata
yang khusus dan tentang martabat0martabat kata-kat itu.2 Ilmu Jarh wa
Ta’dil itu sangat bermanfaaat untuk menetapkan apakah periwayatan
seorang perawi itu dapat diterima atau harus ditolak saam sekali. Apabila
seorang perawi dinilai oleh para ahli sebagai seorang perawi yang cacat,
periwayatannya harus ditolak, dan apabila seorang perawi dipuji sebagai
seorang yang adil, niscaya periwayatannya diterima, selama syarat-syarat
yang lain untuk menerima hadits terpenuhi. Seandainya ilmu al-jarh wa at-
ta’dil ini tidak dipelajari, maka seluruh orang yang meriwayatkan hadits
dinilai sama. Padahal, perjalanan hadits semenjak Nabi Muhammad SAW.
Samapai dibukukan mengalami perjalanan yang begitu panjang, dan
diwarnai oleh situasi dan kondisi yang tidak menentu, setelah wafatnya
Rasulullah SWA., kemungkinan sebuah hadits perlu mendapat penelitian
secara seksama.

1
Asep Herdi, Memahami Ilmu Hadis, (Bandung: Tafakur, 2014), hlm37.
2
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Hadis,(Yogyakara:Pustaka Al-
Kautsar,2005)hlm 82-83.

4
2. Ilmu Rijal al-Hadis
Ilmu Rijal al-hadis dinamakan juga denga ilmu Tarikh Ar-Ruwwab
(Ilmu sejarah perawi) adalah ilmu yang diketuai dengan keadaan setiap
perawi hadis, dari segi kelahirannya, wafatnya, guru-gurunya, orang yang
meriwayatkan dirinya, negeri dan tanah air mereka, dan yang selain itu yag
ada hubungannya dengan sejarah perawi dan keadaan mereka. Ulama
peratam akali yang memperkenalkan dan mempelajari secara serius ilmu
ini ialah Al-Bukhori (256 H) kemudian usaha itu dilanjutkan oleh
Muhammad ibn Sa’id (230 H), selanjutnya menyusul Ibn Abd Allbar (463
H) denga kitabnya Al-Isti’ab. Pada awal abad ke-7 Hijriyah menyusul
‘Izzudin Ibn Al-Adsir (630 H), kitab ini memuat uraian tenang para
sahabat Nabi SAW. Atau Rijal Al-Hadis pada Thaqabah pertama,
meskipun didalamnya terdapat nama-nama yang bukan sahabat.3
Kegiatan penelitian ini tidak hanya ditujukan kepad apa yang ada
materi berita hadis itu saja, atau lebih dikenal matan hadis, tetapi juga
kepada berbagai hal yang berhubungan dengan istilah sanad.
3. Thabaqath
Thabaqat menurut bahasa adalah suatu kaum yang memiliki kesamaan
dalam suatu sifat. Menurut istilah muhadditsin adalah Thabaqat yaitu
suatu kaum yang hidup dalam satu masa dan memiliki
Thabaqat yaitu ilmu yang membahas tingatan para perawi, klasifikasi
para perwai atau generasi para perawi dan periode angkatnnya.
4. Ilmu Asbab al-Wurud
Ilmu yang menjelaskan tentang sebab-sebab turunnya hadis, dalam
ilmu asbab al-wurud ini akan dibahas sebab nabi menurunkan hadis dan
masa-masanya, singkatnya ilmu asbab al-wurud ialah ilmu yang mengkaji
latar belakang historis timbulnya hadis dari nabi. Menurut Muhammad
‘Ajjaj Al-Khatib, terdapat hubungan yang erat antara ilmu Al-Nasikh wa
Al-Mansukh dengan ilmu asbab wurud karena dengan mengetahui asbab

3
Alfatih Suryadilaga dkk, Ulumul Hadis, (Yogyakarta: Teras, 2013), hlm 310

5
wurud ini dapat diketahui hadis yang mana sah dan yang dinasakh, hadis
yang terdahulu dan kemudian.
Ilmu ini mempunyai kaidah-kaidah yang menerangkan tentang latar
belakang dan sebab-sebab adanya hadis.Mengetahui peristiwa yang
menjadi latar belakang disampaikannya suatu hadis sangat penting untuk
membantu mendapatkan pemahaman hadis secara sempurna.Pemahaman
hadis dilihat dari segi sabab wurud, dikalnagan ulama ada yang
mendahulukan sebab atau latar belakang tetapi ada pula yang
mendahulukan keumuman redaksi (Lafal) hadis.

C. Objek Kajian Ilmu Dirayah

Objek kajian ilmu hadits dirayah adalah bagaimana cara menerima,


menyampaikan hadits kepada orang lain, dan memindahkan atau mentadwin-
kan. Dalam meriwayatkan hadits atau mentadwin-kannya hanya disebutkan
apa adanya baik berkaitan sanad maupun matan. Ilmu ini tidak membicarakan
tentang syads (kejanggalan) atau ‘illat’ (cacat) matan hadits. Demikian pula,
ilmu ini tidak membahas tentang kualitas para periwayat baik keadilan,
kedhabitan, atau kefasikan mereka. Dengan kata lain, objek ilmu hadits
iniadalah membicarakan bagaimana cara menerima hadits, menyampaikan
kepada orang lain, memindahkan, dan mentadwin-kan hadits. Dalam
menyampaikan dan membukukan hadist hanya disebutkan apa adanya, baik
yang berkaitan dengan sanad maupun matannya. Ilmu ini bersifat deskriptif
dalam meriwayatkan dan memaparkan hadits-hadits nabi, tidak membicarakan
hadits dari dari sisi kualitasnya seperti tentang keadilan dan kedhabitan
periwayat, ada tidaknya syads atau ‘illat’ pada sanad maupun matan. 4 Adapun
objek kajian atau bahasan Ilmu Hadits Dirayah ini adalah sanad dan matan
Hadits. Pembahasan tentang sanad meliputi:

1. Segi persambungan sanad (ittishal al-sanad), yaitu bahwa suatu


rangkaian sanand hadits haruslah bersambung mulai dari sahabat

4
Idri, Studi Hadits, (Jakarta: Kencana,2019),hlm56.

6
sampai kepada periwayat terakhir yang menuliskan atau membukukan
hadits tersebut oleh karyanya, tidak dibenarkan suatu rangkaian sanad
tersebut yang twerputus, tersembunyi tidak diketahui identitasnya atau
tersamar.
2. Segi kepercayaan sanand (tsiqat al-sanand), yaitu bahwa setiap perawi
yang terdapat di dalam sannad suatu hadits harus memiliki sifat hadits
atau dhabith (kuat dan cermat hafalan atau dokumentasi haditsnya).
3. Segi keselamatannya dari kejanggalan (syadz)
4. Keselamatan dari cacat (i’llat)
5. Tinggi dan rendahnya martabat suatu sanad.

Sedangkan pembahasan mengenai matan adalah meliputi segi


keshahihan atau ke dha’ifannya. Hal ini dapat terlihat melalui kesejalanannya
dengan makna dan tujuan yang terkandung dalam Al-Qur’an atau selamatnya:

a. Dari kejanggalan redaksi (rakyat al-faz).


b. Dari cacat atau kejanggalan pada maknanya (lafaz al-ma’an),
karena bertentangan dengan akal dan pancaindera, atau dengan
fakta sejarah.
c. Dari kata-kata asing (gharib), yaitu kata-kata yang tidak bisa
dipahami berdasarkan maknanya yang umum dikenal.5
D. Urgensi Mempelajari Hadits Dirayah
1. Mengetahui pertumbuhan dan perkembanga hadis dan ilmu hadis dari
masa ke masa sejak zaman Nabi SAW. Hingga sekarang.
Hadis dan ilmu hadis telah mengalami sejarah perkembangan yang
cukup signifikan sejak masa awal islam hingga masa sekarang
2. Dapat mengeatahui tokoh-tokoh serta usaha-usaha yang telah mereka
lakukan .
Para tokoh hadis ini dalam mengumpulkan, memelihara dan
meriwayatkan hadis baik sebagai periwayat hadis, kritikus periwayat

5
Syuhudi Ismail, Ilmu Hadis, (Bandung: Angkasa,1991), hlm62-63

7
hadis, maupun para periwayat sekaligus menghimpun hadis dalm kitab
hadis.
3. Mengetahui kaidah-kaidah yang digunakan oleh para ulama dalam
mengklasifikasikan hadis lebih lanjut.
Kaidah dan teori-teori yang berkembang dalam ilmu hadis sangat
bervariasi yang mengakibatkan hadis-hadis dapat diklasifikasikan
kedalam beberapa kategori baik dari segi kuantitas dan kualitas sanad,
kuantitas dan kualitas matan, dan sebagainya.
4. Dapat mengetahui istilah-istilah, nilai-nilai dan kriteria hais sebagi
pedoman dalam beristinhad.
5. Dapat melakukan penelitian hadis da melakukan penilaian terhadap
kualitas hadis tertentu.
Penelitian hadis sudah dilakukan oleh para ulama semenjak dahulu dan
sampai saat ini penelitian hadis masih relevan untuk menentukan
kualitas hadis sebagai sumber ajaran islam.
6. Dapat melakukan klarifikasi kritik ulang terhadap suatu hadis yang
kualitasnya masih diperselisihkan. Tidak sedikit hadis yang dalam
rentang waktu cukup lama diperselisihkan kualitasnya dikalanagan
para ulama dan memerlukan klarifikasi sebab serta kritik ulang
sehingga diketahui suatu hadis yang sesungguhnya.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ilmu hadis dirayah adalah ilmu pengetahuan tentang rawi dan yang
diriwayatkan atau sanad dan matannya baik juga berkaitan dengan
pengetahuan tentang syarat-syarat periwayahan, amacam-macamnya atau
hukum-hukumnya, obyek atau sasaran ilmu hadis dirayah adalah sanad
dan matan hadis, sehubungannya dengan kesahihan, hasan, dhaifnya.

Ilmu hadits dirayah inilah yang pada masa selanjutnya secara umum
dikenal dengan Ulumul Hadits, Mushthalah al-Hadits, atau Ushul Al-
Hadits. Keseluruhan nama tersebut meskipun bervariasi, namun
mempunyai arti dan tujuan yang sama, yaitu Ilmu yang membahasa
tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui keadaan perwai (sanad) dan
marwi (matan) suatu hadits, dari segi diterima , dan ditolaknya. Para ulama
membagi Ilmu hadits dirayah ini kepada beberapa macam, berdasarkan
kepada permasalahan yang dibahas padanya, seperti pembahasan tentang
pembagian Hadits Shahih, Hasan, dan Dhaif, serta macaam-macamnya,
pembahasan tentang tata cara penerimaan (tahammul) dan periwayatan
(adda’) hadits, pembahasan al-jarih dan al-ta’dil serta tingkatan-
tingkatannya, pembahasan tentang perawi, latar belakang kehidupannya,
dan pengklasifikasiannya antara yang tsiqat dan dha’if, dan pembahasa
lainnya

B. Saran

9
Umat islam agar kiranya untuk lebih memahami ulumul hadis lebih
mendalam agar bertambah pula iman kita. Dan mengamalkan ajaran-
ajaran yang terkandung dalam Al-Quran dan Al- Hadis.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alfatih, S. (2013). Ulunul Hadis. Yogyakarta: Teras.

Asep, H. (2014). Memahami Ilmu Hadis. Bandung: Tafakur.

Idri. (2019). Studi Hadits. Jakarta: Kencana.

Ismail, Syuhudi. (1991). Ilmu Hadits. Bandung: Angkasa

Syaikh, A.-Q. (2005). Pengantar Studi Ilmu Hadis. Yogyakarta: Pustaka Al-
Kausar.

11

Anda mungkin juga menyukai