Anda di halaman 1dari 17

MODUL PRINSIP ASUHAN GIZI DAN DIETETIK

(NUT329)

MODUL SESI SEPULUH


MODIFIKASI DIET
(PAGT)

DISUSUN OLEH
KHAIRIZKA CITRA PALUPI, S.Gz, M.S, RD

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 17
MODIFIKASI DIET
A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan:
Mahasiswa mampu menguraikan Prinsip Asuhan Gizi pada aspek Intervensi
Preskripsi Diet yaitu Modifikasi Diet.
B. Uraian dan Contoh
Arti Penting Terapi Diet dan Modifikasi Diet
Mahasiswa jurusan gizi program khusus, selamat berjumpa lagi dalam
modul 2 tentang modifikasi diet dan dukungan gizi. Telah diuraikan di modul
1 bahwa pemberian diet yang adekuat pada penderita yang dirawat di rumah
sakit sangat penting. Sebanyak 50 % pasien yang dirawat di rumah sakit
menderita malnutrisi dengan derajat yang bervariasi. Malnutrisi pada pasien
yang dirawat berhubungan dengan meningkatnya lama hari rawat inap, biaya,
komplikasi/morbiditas dan mortalitas (Fatimah, 2002).
Pemberian terapi diet pada orang sakit bukan semata-mata memberikan
makanan yang adekuat saja, melainkan mempertimbangkan faktor lain seperti
bagaimana kemampuan mencerna dan menyerap makanan, kondisi
penyakitnya, dan faktor psikologisnya. Secara umum pemberian terapi diet
sebaiknya bervariasi dan sedikit mungkin mendekati kebiasaan makan pada
saat pasien sehat. Oleh karena faktor makanan kesukaan dan pola makan
sehari-hari sebaiknya dijadikan pertimbangan selain kondisi sosial ekonomi,
agama, budaya, dan lingkungan. Penentuan diet individual pasien dapat
mengacu pada pedoman gizi seimbang dan angka kecukupan gizi yang
dianjurkan secara umum, namun secara spesifik tetap memperhatikan
fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor patologis seperti adanya
penyakit tertentu yang menganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan
gizi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam
memenuhi kebutuhan gizinya. Dengan kata lain pemberian terapi diet tetap
memberikan diet yang adekuat tetapi harus melakukan berbagai modifikasi
sehingga diet yang telah disediakan dapat diterima seusuai dengan kondisi
pasien. Kadang-kadang dalam melakukan modifikasi diet perlu agresif
terutama dalam meredam terjadinya malnutrisi agar tidak terjadi proses

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 17
katabolisme yang hebat yang dapat memperburuk kondisi pasien yang dikenal
dengan istilah pemberian dukungan gizi. Dalam modul ini, Anda diajak untuk
mempelajari konsep dasar modifikasi diet secara konsepsional, dan kapan
serta bagaimana prinsip penyediaan dukungan gizi . Dengan harapan sesudah
mengkaji materinya Anda akan memahami dengan baik tentang modifikasi
diet termasuk prinsip penyediaan dukungan gizi. Modul ini terdiri atas 3
kegiatan belajar, yaitu: 1. Prinsip dasar modifikasi diet. 2. Diet atau makanan
Rumah sakit. 3.Prinsip dasar dukungan gizi.
Selanjutnya setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu
menjelaskan konsep dasar modifikasi diet dan dukungan gizi Sedangkan
secara khusus, kompetensi yang diharapkan Anda mampu menjelaskan:
1. Arti penting terapi diet dan modifikasi diet.
2. Prinsip dan dasar modifikasi diet.
3. Cara melakukan modifikasi diet
4. Diet Rumah Sakit dan Persyaratannya.
5. Tiga Standar diet di RS.
6. Arti penting memahami pentingnya dukungan gizi.
7. Langkah-langkah dalam penyediaan dukungan gizi.
8. Prinsip dan ruang lingkup makanan enteral.
9. Prinsip dan ruang lingkup makanan parenteral

Prinsip Dasar Modifikasi Diet


Apa yang dimaksud dengan terapi diet? Memberikan makanan dengan
tujuan pengobatan penyakit. Ada 3 jenis terapi yang diberikan pada pasien
yaitu terapi perawatan, terapi medikamentosa dan terapi gizi atau terapi diet.
Adapun tujuan memberikan terapi diit diantaranya: mempertahankan atau
mencapai gizi optimal, mengoreksi kekurangan gizi yang mungkin terjadi,
memberikan istirahat organ atau tubuh karena adanya penyakit, menyesuaikan
dengan kemampuan sistem pencernaan pasien, menyesuaikan makanan
dengan kemampuan tubuh memetabolisme zat gizi, mengoreksi penambahan
BB jika diperlukan, mengatasi atau mencegah edema dan menghindari bahan
makanan yang diduga sebagai penyebab.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 17
a. Faktor yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Mempelajari Terapi Diet
Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mempelajari terapi diet
diantaranya kondisi penyakit yang mendasari, lama sakit, faktor makanan
yang perlu dikurangi untuk mengatasi kondisi pasien dan bagaimana toleransi
pasien terhadap makanan. Perhatian terhadap penyakit yang mendasari
merupakan hal yang utama yaitu patofisiologi sehingga makanan yang
disiapkan sesuai. Sebagai contoh makanan untuk penyakit infeksi adalah
makanan Tinggi Energi dan Protein (TETP). Hal tersebut dikarenakan
makanan selain untuk memenuhi kebutuhan tubuh sendiri diperlukan juga
untuk menggertak penyebab infeksi tubuh keluar dari tubuh, hal tersebut
memerlukan energi untuk kekukatan dan protein sebagai senjata imunitas.
Disamping zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral yang sebagai
penunjangnya. Lama sakit juga mempengaruhi pemberian terapi diet, sebagai
contoh, seseorang yang sakit kronik seperti penyakit TB maka penyediaan
makanan tinggi energi sebaiknya terus dilakukan sampai berat badan normal
tercapai, karena biasanya indikator keberhasilan terapi TB adalah terjadinya
kenaikan berat badan normal.
Pemilihan bahan makanan perlu disesuaikan dengan kondisi penyakit,
sebagai contoh, ada gangguan saluran cerna di bagian bawah misalnya sering
terjadi konstipasi. Berdasarkan kajian awal ternyata pasien tersebut menyukai
minum manis lebih dari 3 kali sehari, tetapi tidak pernah mengkonsumsi buah,
dan mengkonsumsi sayur hanya wortel dan labu putih. Oleh karena itu anjuran
untuk mengurangi kebiasaan minum manis perlu dilakukan atau meningkatkan
asupan sayur seperti buncis, kacang panjang, bayam dan lain yang mempunyai
serat lebih tinggi. Dengan asumsi serat yang ada dalam sayuran akan
meningkatkan volume feses, sehingga memudahkan feses meninggalkan
saluran cerna bawah, sehingga konstipasi dapat dihindari.

b. Prinsip Modifikasi Diet


Pada dasarnya pengaturan diet pada pasien adalah 3 prinsip yaitu ada
kebebasan, individual dan sederhana (simple). Dengan demikian dapat
diartikan bahwa dalam melakukan modifikasi diet ada kebebasan atau toleran

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 17
untuk berubah. Namun perubahan tetap difokuskan pada kebutuhan tubuh
akan zat gizi esensial yang diperlukan sesuai dengan penyakitnya. Prinsip
yang kedua adalah individual artinya makanan yang direncanakan sebaiknya
disesuaikan dengan kebiasaan makan terutama asupan makanan, kesukaan,
status ekonomi, agama, dan faktor lingkungan termasuk sarana dan prasarana
pengolahan makanan. Sebagai contoh kalau dia dirumah tidak ada fasilitas
membakar bahan makanan, jangan sampai regimen yang dianjurkan harus
dibakar. Prinsip yang ketiga adalah sederhana, maksudnya adalah regiman
yang dianjurkan sebaiknya tidak memberatkan penyediaannya sehingga
mudah untuk dilaksanakan. Sebagai contoh, menu keluarga sehari-hari adalah
sayur asem, ikan pepes, tempe bacem. Anjuran yang disarankan untuk diet
tinggi energi dan protein adalah menu tetap hanya porsi lauk ditingkatkan
jumlahnya atau ditambah dengan 1 menu lauk lagi. Dengan demikian regimen
yang disarankan kemungkinan dilaksanakan dan bagi pasien tidak merasa
berbeda dengan anggota keluarga.

c. Dasar dan Cara Modifikasi Diet


Ada 2 hal utama yang perlu diperhatikan dalam modifikasi diet disamping
prinsip modifikasi seperti diatas adalah dasar modifikasi dan berbagai jenis
modifikasi.
1. Dasar modifikasi diet
Dasar utama modifikasi diet adalah kebutuhan gizi individu dari pasien
yang dilayani. Secara kuantitas adalah jumlah energi dan zat gizinya
disesuaikan dengan kebutuhan pasien dengan memperhatikan usia, jenis
kelamin, aktifitas dan kondisi lain-lain. Kondisi lain yang perlu diperhatikan
adalah status gizi sebelum sakit, status gizi saat ini, dan bagaimana sebaiknya
status gizi berikutnya, apakah perlu ditangkatkan atau diturunkan, atau
dipertahankan. Berbagai penelitian menyatakan bahwa status gizi baik adalah
berkorelasi positif dengan lama rawat dan proses penyembuhan (Budiningsari
dan Hamam Hadi 2004, dan Chima CS, Barco K, Dewitt ML, et al.1997).
Faktor pertimbangan lain-lainya yang perlu dipertimbangkan adalah
patofisiologi penyakit, prediksi lama sakit, jumlah dan jenis zat gizi yang

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 17
mungkin hilang selama sakit, toleransi pasien terhadap makanan, kondisi
sosial ekonomi, budaya, agama, kesukaan dan lain-lain.
Namun secara kualitatif modifikasi diet dapat mengacu pedoman gizi
seimbang yang dicanangkan oleh pemerintah yaitu berupa tumpeng/piramida
gizi seimbang atau dapat digunakan panduan piring makanku memenuhi gizi
seimbang yaitu:
a) ½ dari piring makan terdiri dari sayur dan buah-buahan. Maksimalkan
dengan konsumsi dari beragam jenis dan warna.
b) ¼ dari piring diisi dengan protein. Dapat memilih ikan, ayam atau
kacang-kacangan. Penggunaan daging merah ataupun daging olahan
seperti sosis dikurangi.
c) ¼ dari piring makan dipenuhi dengan biji-bijian utuh dari beras,
gandum atau pasta. Kandungan gula dari roti atau beras berwarna putih
tergolong tinggi, sebaiknya berhati-hati untuk yang memiliki masalah
dengan gula darah.
d) Lengkapi sedikit minyak, seperti minyak zaitun, minyak kedelai,
minyak jagung dan lain-lain. Hindari minyak hidrogenasi yang
mengandung lemak jenuh.
e) Konsumsi air putih, teh, atau kopi. Batasi susu dan produk turunannya,
hanya sekitar 1-2 kali per hari, jus sekitar satu gelas per hari dan
hindari minuman dengan kandungan gula tinggi.
2. Jenis Modifikasi Diet
Modifikasi diet dapat dilakukan dengan berbagai jenis diantaranya
modifikasi konsistensi, modifikasi nilai gizi, modifikasi pemberian.
Modifikasi konsistensi adalah mengubah bentuk dan konsistensi dari regimen
atau makanan yang diberikan pada pasien. Dasar modifikasi bentuk atau
konsistensi tetap pada kebutuhan gizi pasien, jika kebutuhan gizi tidak tercapai
dengan konsistensi tersebut, maka perlu ada beberapa pertimbangan.
Misalnya, makanan itu hanya diberikan 1-2 hari saja atau diberikan dengan
modifikasi lainnya, sebagai contoh modifikasi pemberian yaitu oral dan
enteral. Yang termasuk modifikasi konsistensi adalah makanan lunak,
makanan saring, makanan cincang dan makanan cair. Makanan cair sendiri

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 17
ada makanan cair jernih, makanan cair penuh dan makanan cair semi
solid/kental.
Jenis yang kedua adalah modifikasi nilai gizi. Nilai gizi yang dimaksud
bisa berupa modifikasi energi, modifikasi zat gizi seperti protein, karbohidrat,
vitamin, mineral dan serat.Contoh modifikasi nilai gizi adalah diet tinggi
energi tinggi protein (diet TETP), diet rendah kalori (diet RK), diet rendah
garam (diet RG).
Jenis yang ketiga adalah modifikasi pemberian yaitu oral, enteral dan
parenteral. Contoh makanan enteral adalah makanan cair kental yang
dikembangkan sendiri atau komersial seperti entrasol, ensure, diabetasol,
peptamen dan lain-lain. Sedangkan contoh makanan parenteral komersial
adalah cernevit, minofusin paed, dan clinimixN9GI5E.

Studi Kasus
Seorang wanita Ny A usia 40 tahun, pendiidkan S1, bekerja di bagian
administrasi suatu perusahaan makanan ringan. Berat badan saat ini 74 Kg dan
tinggi badan 155 cm. Ia sudah berkeluarga dan memiliki 2 orang anak yang sudah
remaja. Suaminya bekerja sebagai akuntan di suatu bank. Kegiatan fisik Ny A
termasuk ringan karena lebih banyak duduk di depan komputer dengan 8 jam
kerja/hari. Akhir-akhir ini ia sering mengeluh sesak napas setelah beraktivitas.
Ny A melakukan pemeriksaan ke dokter, diketahui ia tidak mempunyai
riwayat penyakit sebelumnya. Hasil pemeriksaan tekanan darah 120/80 mmHg
dan kadar kolesterol total 189 mg/dl. Dokter menganjurkan Ny A untuk
menurunkan berat badan dan merujuknya kepada Ahli Gizi agar dilakukan
konseling gizi.
Hasil anamnesa gizi diketahui Ny A biasa makan 3 kali sehari makanan
utama dan 2-3 kali makanan selingan sehari. Konsumsi sayur atau buah: 2-3
kali/minggu. Sehari-hari ia memilih jenis makanan siap saji karena lebih
praktis. Makanan selingan yang disukai berupa kue-kue manis, roti isi manis
dan jus buah. Kebiasaan malam hari menjelang tidur, Ny A masih
mengonsumsi roti atau kue manis dan segelas teh manis. Hasil recall 1x24 jam
didapatkan asupan energi total = 2858,0 kkal.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 17
Saudara sebagai calon Ahli Madya Gizi diminta melakukan asuhan gizi
kepada Ny A menggunakan 4 langkah PAGT meliputi asesmen gizi, diagnosis
gizi, intervensi gizi, dan monitoring evaluasi gizi.
Untuk memudahkan saudara berlatih asuhan gizi pada kasus obesitas
dewasa tersebut, beberapa hal berikut ini menjadi panduan mengerjakan kasus,
sebagai berikut:
1) Membaca kasus obesitas dewasa dengan teliti.
2) Membuat asesmen gizi dari kasus tersebut.
3) Menetapkan diagnosis gizi dari kasus tersebut.
4) Membuat rencana intervensi gizi untuk kasus tersebut.
5) Membuat rencana monitoring dan evaluasi untuk kasus tersebut

Mari kita ikuti tahapan cara penyelesaian kasus obesitas dewasa pada
praktik kali ini, diawali dengan membaca kasus secara teliti.
1) Membaca kasus obesitas dewasa dengan teliti.
Setelah saudara membaca kasus di atas dengan teliti, mulailah
mengingat kembali materi yang sudah disampaikan sebelumnya
tentang langkah-langkah asuhan gizi terstandar, mulai dari asesmen
gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi dan monitoring & evaluasi. Kita
akan menerapkan penyelesaian kasus menggunakan langkah-langkah
PAGT tersebut.
2) Membuat asesmen gizi dari kasus tersebut
Mari kita mulai melakukan asesmen gizi. Pada langkah asesmen gizi
ini terdapat 5 komponen (domain) yang akan kita kumpulkan datanya
dan dikelompokkan menjadi data riwayat terkait gizi dan makanan,
antropometri, biokimia, data fisik klinis terkait gizi dan data riwayat
klien. Saudara dapat menggunakan buku terminologi gizi dan uraian
terminologi gizi yang disusun oleh teman-teman ahli gizi RSUP dr.
Hasan Sadikin Bandung untuk memudahkan pengelompokan data pada
asesmen gizi.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 17
Sebaiknya data riwayat klien kita sampaikan terlebih dahulu agar dari awal
kita sudah memahami gambaran personal kasus dengan baik meliputi informasi
saat ini dan masa lalu terkait riwayat personal, medis, keluarga dan sosial. Oleh
karena itu kita mulai melakukan asesmen gizi dari data riwayat klien.
Data riwayat klien (CH) : meliputi data personal, riwayat medis pasien dan
keluarga, terapi atau pengobatan, dan riwayat sosial.

CH.1. Data Personal


Nama : Ny A
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : perempuan
CH.2. Riwayat medis atau kesehatan pasien / klien dan keluarga
CH.2. 1. Riwayat medis pasien atau kesehatan terkait gizi dari pasien dan
keluarga
CH.3. Riwayat sosial:
Pendidikan : S1

Setelah selesai mengelompokkan data riwayat klien di atas, selanjutnya


kita akan melengkapi data riwayat terkait gizi dan makanan (FH), sebagai berikut:
Data riwayat terkait gizi dan makanan (FH) :
FH.1. Asupan makanan dan zat gizi
FH.1.1. Asupan energi

Asupan energi total : hasil recall 24 jam = 2858,0 kkal


FH.1.2. Asupan makanan dan minuman
FH.1.2.1. Asupan cairan / minuman

Teh manis atau jus buah


FH.1.2.2. Asupan makanan
Jumlah makanan : asupan energi total = 2858,0 kkal
Jenis makanan : makanan yang manis-manis, mengandung energi tinggi.
Pola makan / snack : 3 kali makanan utama / 2-3 kali snack
Variasi makanan : kurang konsumsi sayur dan buah (2-3 kali/minggu)
FH.2. Pemberian makanan dan zat gizi
FH.2.1. Riwayat diet
Bentuk makanan : makanan biasa
FH.3 Penggunaan obat-obatan
Tidak ada informasi

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 17
FH.4. Pengetahuan / kepercayaan / sikap
Kesukaan makanan : makanan siap saji, makanan dan minuman manis
FH.7. Aktifitas dan fungsi fisik
Aktifitas fisik dari kasus termasuk kategori ringan.

Saudara baru saja menyelesaikan asesmen data riwayat terkait gizi dan
makanan (FH), selanjutnya saudara akan melakukan asesmen untuk data
antropometri (AD). Data antropometri (AD):
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 74 kg
2
IMT : 74 / 1,55 = 30,83 (IMT normal : 18,5 – 29,9). Interpretasi data IMT kasus
adalah termasuk kategori obesitas karena lebih dari 30. Setelah selesai melakukan
data antropometri, selanjutnya saudara melakukan asesmen terhadap data
biokimia (BD), sebagai berikut:

Data biokimia (BD):


Kadar kolesterol total 189 mg/dl (Normal : < 200 mg/dl). Interpretasi data
kadar kolesterol dari kasus termasuk normal karena masih kurang dari 200 mg/dl.
Selanjutnya saudara melakukan asesmen untuk data fisik klinis terkait gizi (PD),
sebagai berikut:
Data fisik klinis terkait gizi (PD):
Tekanan darah 120 / 80 mmHg (Normal : 120 / 80 mmHg ). Interpretasi
data tekanan darah masih termasuk normal.
Langkah terakhir pada asesmen gizi adalah saudara menetapkan standar
pembanding (CS). Standar pembanding ini digunakan untuk membandingkan
asupan zat gizi kasus dengan kebutuhan zat gizinya. Dari hasil membandingkan
ini dapat diinterpretasikan apakah asupan zat gizi kasus melebihi atau kurang dari
kebutuhan energi sehari. Sekarang mari kita menetapkan standar pembanding
untuk kebutuhan energi.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 17
Standar Pembanding (CS):
Saudara dapat menggunakan salah satu rumus Resting Energy Expenditure
(REE) yaitu Harris Benedict atau Mifflin-St.Jeor. Pada latihan ini, mari kita hitung
REE menggunakan rumus Harris Benedict untuk perempuan.
REE = 655,1 + 9,56 W + 1,85 H – 4,68 A
655,1 + 9,56 (74) + 1,85 (155) – 4,68 (40)
1462,09 kkal

Setelah diperoleh nilai REE sebesar 1462,09 kkal, kemudian menghitung


Total Energy Expenditure (TEE) dengan cara : REE x Aktivitas Fisik (AF) kasus
yang termasuk kategori ringan, yaitu 1,55
Maka TEE = REE x AF = 1462,09 x 1,55 = 2266,23 kkal
Selanjutnya kita interpretasikan asupan energi total kasus berdasarkan
hasil recall 2858,0 kkal dengan cara membandingkan dengan kebutuhan energi
sehari yaitu = 2266,23 kkal. Interpretasinya adalah asupan energi melebihi
kebutuhan energi sehari sebesar 126,11%.

Menetapkan diagnosis gizi dari kasus tersebut:


Akhirnya saudara telah selesai melakukan asesmen gizi untuk seluruh 5
komponen (domain) data di atas. Seluruh data yang terkumpul di asesmen gizi
merupakan sign atau symptom yang dapat saudara telusuri untuk kemungkinan
adanya masalah atau problem gizi saat menetapkan diagnosis gizi. Pada tahap ini
saudara diminta berpikir kritis agar dapat menetapkan sign atau symptom yang
mana yang lebih tepat menandakan adanya masalah gizi pada kasus. Baiklah, mari
kita menetapkan diagnosis gizi berdasarkan hasil interpretasi seluruh data asesmen
gizi di atas. Tetapi ingat, pernyataan dignosa gizi wajib menggunakan format baku
Problem - Etiologi - Sign/Symptom (PES) seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Pikirkan juga apakah problem gizi tersebut termasuk pada domain
asupan, klinis, atau perilaku.
Diagnosis gizi:
Domain asupan:
NI.1.3. Kelebihan asupan energi berkaitan dengan konsumsi makanan
mengandung energi tinggi ditandai dengan asupan energi 126,11%.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 / 17
Domain klinis:
NC.3.3. Kelebihan berat badan atau obesitas berkaitan dengan
asupan energi berlebih dan aktivitas fisik kurang ditandai
dengan IMT = 30,83
Domain perilaku:
NB.1.7. Pemilihan makanan yang salah berkaitan dengan kurang terpaparnya
informasi gizi dan makanan ditandai dengan konsumsi makanan siap saji, jenis
makanan selingan yang manis-manis, kurang konsumsi sayur & buah.

Membuat rencana intervensi gizi untuk kasus tersebut


Berdasarkan diagnosis gizi yang sudah saudara tetapkan di atas, mari kita
buat Bersama intervensi gizi untuk kasus tersebut. Intervensi gizi mencakup
perencanaan dan implementasinya. Kita mulai dari perencanaan intervensi gizi
sebagai berikut: Perencanaan intervensi gizi:
Hal yang pertama dilakukan adalah menetapkan tujuan intervensi yang
mengarah pada masalah gizi yang dihadapi kasus seperti yang tercantum pada
diagnosis gizi. Tujuan intervensi gizi mengurangi asupan energi secara bertahap,
menurunkan berat badan secara bertahap, memperbaiki pemilihan makanan yang
salah.
Untuk mencapai tujuan intervensi gizi tersebut, kita tetapkan strateginya
untuk pemberian makanan dan zat gizi sebagai berikut:
 Diet yang diberikan adalah diet energi rendah, tetapi mengandung zat gizi
seimbang.
 Energi diberikan sesuai kebutuhan energi sehari, dikurangi 500 – 1000 kkal /
hari.
 Protein diberikan 15-20% dari kebutuhan energi total.
 Lemak diberikan sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total.
 Karbohidrat diberikan rendah, yaitu 55-65% atau sisa dari perhitungan
persentase protein dan lemak. Utamakan karbohidrat kompleks, batasi
karbohidrat sederhana, makanan dan minuman manis.
 Vitamin dan mineral diberikan cukup.
 Serat diberikan cukup dengan meningkatkan asupan sayur dan buah.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 11 / 17
 Cairan diberikan cukup

Kemudian kita akan menghitung kebutuhan energi dan zat gizi lainnya. Pada
standar pembanding di bagian asesmen gizi, sebenarnya kita sudah menghitung
kebutuhan energi sehari untuk kasus yaitu 2158 kkal, tetapi belum dilanjutkan
dengan menghitung kebutuhan zat gizi makro lainnya yaitu protein, lemak dan
karbohidrat. Oleh karena itu, mari kita selesaikan bersama.
Kebutuhan energi yang sudah dihitung sebesar 2266,23 kkal. Kita akan
mengurangi asupan energi secara bertahap 500 kkal / hari, sehingga kebutuhan
energi sehari untuk kasus = 2266,23 kkal – 500 kkal = 1766,23 kkal atau
dibulatkan menjadi 1700 kkal. Kebutuhan protein = 15% x 1700 kkal = 255 kkal :
4 (konversi ke berat protein) = 63,75 gram. Kebutuhan lemak = 20% x 1700 kkal
= 340 kkal : 9 (konversi ke berat lemak) = 37,77 gram Kebutuhan karbohidrat =
65% x 1700 kkal = 1105 kkal : 4 (konversi ke berat karbohidrat) = 276,25 gram.

Selanjutnya, merujuk pada strategi intervensi gizi yang sudah kita tetapkan di
atas, mari kita buat preskripsi dietnya agar lebih jelas dalam implementasi
intervensi gizi. Preskripsi diet:
 Energi = 1700 kkal
 Protein = 63 gram
 Lemak = 37 gram
 Karbohidrat = 276 gram
 Vitamin dan mineral diberikan cukup sesuai AKG
 Serat = 25 gram
 Cairan = 8-10 gelas / hari
 Bentuk makanan : biasa
 Frekuensi makan : 6 kali pemberian (3 kali makanan utama, 3 kali
snack)
 Rute pemberian : oral

Selanjutnya kita membuat standar makanan sesuai preskripsi diet di atas


dengan menggunakan bahan makanan penukar.
Standar makanan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 / 17
K
No. Gol Bahan Makanan Penukar E P L H
1 Nasi / penukar 5 875 20 0 200
2 Protein hewani lemak sedang 3 225 21 15 0
3 Protein nabati /penukar 3 225 15 9 21
sekehend
4 Sayuran A ak
5 Sayuran B 1,5 37,5 1,5 0 7,5
6 Sayuran C 1 50 3 0 10
7 Buah 4 200 0 0 48
8 Minyak 2 100 0 10 0
Total 1712,5 60,5 34 286,5

Berdasarkan standar makanan tersebut, mari kita buat distribusi makanan


sehari sebagai panduan menggunakan bahan makanan dalam penyusunan menu
sehari. Distribusi makanan sesuai dengan rencana pemberian makanan yaitu 6 kali
sehari terdiri dari 3 kali makanan utama dan 3 kali snack yaitu makan pagi, snack
pagi, makan siang, snack siang, makan malam, dan snack malam.

Distribusi makanan sehari

Setelah selesai membuat standar makanan dan distribusi makanan sehari


dalam perencanaan intervensi gizi, kita lanjutkan dengan menyusun implementasi
intervensi gizi. Implementasi intervensi gizi:
Pada implementasi intervensi gizi ini saudara menyusun menu sehari
sesuai preskripsi diet, standar menu dan distribusi bahan makanan sehari yang
sudah ditetapkan di atas. Perhatikan hidangan sesuai bentuk makanan dan
menggunakan bahan makanan atau makanan yang dianjurkan untuk diet energi

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 / 17
rendah tetapi mengandung zat gizi seimbang. Saudara dapat menggunakan buku
resep masakan untuk memilih hidangan yang tepat sehingga menjadi satu
rangkaian menu untuk kasus obesitas dewasa.
Berikut ini adalah susunan menu sehari sebagai berikut:

Membuat rencana monitoring dan evaluasi untuk kasus tersebut


Setelah kita selesai melakukan intervensi gizi, langkah selanjutnya adalah
membuat rencana monitoring dan evaluasi terhadap hasil intervensi gizi tersebut.
Mari kita mengingat kembali diagnosis gizi yang telah ditetapkan.
Domain asupan:
NI.1.3. Kelebihan asupan energi berkaitan dengan konsumsi makanan
mengandung energi tinggi ditandai dengan asupan energi 126,11%..
Domain klinis:
NC.3.3. Kelebihan berat badan/obesitas berkaitan dengan asupan energi berlebih
dan aktivitas fisik kurang ditandai dengan IMT = 30,83 dan penampilan tubuh
tampak gemuk.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 14 / 17
Domain perilaku:
NB.1.7. Pemilihan makanan yang salah berkaitan dengan kurang terpaparnya
informasi gizi dan makanan ditandai dengan konsumsi makanan siap saji, jenis
makanan selingan yang manis-manis, kurang konsumsi sayur & buah
Saudara perhatikan Sign atau symptom yang ada pada diagnosis gizi di atas.
Kita dapat menggunakannya sebagai indikator atau parameter dalam monitoring
evaluasi. Untuk memudahkan, mari kita buat dalam bentuk matrik:

Latihan
1) Sebutkan dan jelaskan tujuan memberikan terapi diet?
2) Sebutkan dan jelaskan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam terapi
diet?
3) Sebutkan dan jelaskan prinsip mengatur diet pasien/pasien!

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 / 17
Daftar Pustaka
1. Kementerian Kesehatan RI (2017) 'Dietetik Penyakit Infeksi'

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 16 / 17

Anda mungkin juga menyukai