Anda di halaman 1dari 58

Panduan Teknis dan

Prinsip – Prinsip
Aksesibilitas
Universal di Kawasan
Perkotaan
MATERI CAPACITY BUILDING
DESAIN UNIVERSAL KOTAKU
<BULAN>, 2020

1
Tujuan
Peserta memahami prinsip umum desain universal pada
kawasan perkotaan, tujuan, dan elemen – elemen yang
dapat dimodifikasi untuk mencapai tujuan desain universal

Agenda dan Kegiatan Pelatihan


• Paparan

Konten • Kerja kelompok


• Presentasi peserta

Modul 2B
• Diskusi

Durasi
• 2 JPL (90 menit)

Referensi Utama
• Peraturan Menteri PUPR No. 14 tahun 2017. Sumber:
https://jdih.pu.go.id/detail-dokumen/2228/1
• Peraturan Menteri PUPR No. 03 tahun 2014. Sumber:
https://jdih.pu.go.id/detail-dokumen/377/1
• City of New York. (2013). Active Design: Shaping the Sidewalk
Experience., from:
https://www1.nyc.gov/assets/planning/download/pdf/plans-
studies/active-design-sidewalk/active_design.pdf
Daftar Isi
A. Aplikasi Desain Universal Secara
Komprehensif di Berbagai Skala
Lingkungan Perkotaan
B. Prinsip – Prinsip Desain
/Aksesibilitas Universal (AU) untuk
Lingkungan Perkotaan
C. Panduan Integrasi Aksesibilitas
Universal pada Jalan dan Lingkungan
Perkotaan
Aplikasi Desain
Universal Secara
Komprehensif di
Berbagai Skala
Lingkungan
Perkotaan

4
Tujuan Akhir Desain/ Aksesibilitas Infrastruktur jalan,

Universal: Kota Inklusif terutama, merupakan


komponen penting
kota yang
 “sebuah kota inklusif adalah kota yang menghubungkan
menghargai seluruh warga (semua orang), Inklusi Spasial: individu dengan
beserta kebutuhan mereka dengan Akses terhadap tanah, layanan – layanan
setara”1., dan dengan demikian, semestinya rumah, dan layanan publik
perkotaan,
mengakomodasi seluruh golongan warga kesempatan ekonomi,
perkotaan (terlepas gender, usia, disabilitas, dan ruang sosial
dll)
 Infrastruktur berperan penting dalam Inklusi Sosial: Inklusi Ekonomi:
memastikan akses dan inklusi spasial, sosial Akses bagi Akses
dan ekonomi dalam lingkungan kota. individu untuk kesempatan
Misalnya melalui: berpartisipasi kerja,
 Penyediaan akses jalan dari tempat tinggal dalam pendidikan,
menuju tempat kerja kehidupan sumber
 Penyediaan layanan air bersih dan sanitasi bermasyarakat pembiayaan
umum, dll
1. Commentary: What We Mean By ‘Inclusive Cities’ – The Informal City Dialogues. (2013, January 28). Retrieved 20 June 2020, from https://nextcity.org/informalcity/entry/commentary-what-wemean-by-inclusive-cities
2. Sumber gambar: dimodifikasi dari The World Bank. (2015). World Inclusive Cities Approach Paper. Retrieved 20 June 2020, from: http://documents.worldbank.org/curated/en/402451468169453117/pdf/AUS8539-REVISED-
WP-P148654-PUBLIC-Box393236B-Inclusive-Cities-Approach-Paper-w-Annexes-final.pdf
Kebutuhan Implementasi Aksesibilitas Universal
(AU) Pada Infrastruktur di Berbagai Skala Kota
• Temuan dan rekomendasi dari forum
ahli PBB, di antaranya,
Skala kota merekomendasikan hal – hal berikut,
untuk mencapai tujuan kota inklusif1:
• Perumahan dan infrastruktur
terbangun yang aksesibel sebagai
Skala kawasan/ elemen kunci dari kota yang inklusif
dan berkelanjutan
lingkungan • Transportasi, ruang public, dan
layanan public yang aksesibel
• Dalam konteks program rehabilitasi
permukiman dan infrastruktur
Skala bangunan/ persil pendukungnya, kontribusi dapat
dilakukan melalui aplikasi AU pada ketiga
skala pembangunan di samping

Sumber: https://www.un.org/development/desa/dspd/2016/10/good-practices-of-accessible-urban-development/ 6
Mengapa dibutuhkan AU pada berbagai skala kota?
Studi Kasus – Profil dan Aktivitas Sehari - hari Ibu “Z”
Ibu “Z” membutuhkan sepatu khusus untuk kaki bengkok, namun sejauh ini baru Waktu Aktivitas
menerima bantuan berupa kruk, dikarenakan harga sepatu khusus yang (06.00 – 08.00) Aktivitas pribadi di rumah (mandi – memasak –
cenderung tidak terjangkau olehnya sarapan)
(08.00 – 08.30) Keluar rumah, berangkat menuju tempat kerja
dengan mengendarai angkot

Aktivitas Sehari – hari: (08.30 – 12.00) Bekerja sebagai penjahit di pasar kota

• Persiapan di rumah (12.00 – 13.00) Istirahat makan siang di ruang public dekat pasar
• Menjahit di tempat (13.00 -15.30) Bekerja sebagai penjahit di pasar kota
kerja
(15.30 – 16.00) Perjalanan pulang ke rumah
Nama Ibu Z • Membaca, bergaul
Jenis Kelamin Perempuan melalui media sosial (16.00 – 16.30) Persiapan di rumah untuk berlatih tolak peluru,
perjalanan menuju lokasi latihan
• Berlatih lempar
Usia 25 tahun (16.30 – 18.00) Latihan lempar lembing
lembing (atlet
Pekerjaan Pegawai swasta (penjahit) Paralympic daerah) (18.00 -18.30) Perjalanan pulang dan makan malam
Status Lajang • Melakukan perjalan (18.30 – 21.00) Belanja kebutuhan kecil sehari – hari di warung
Keluarga 2 Kakak laki – laki, keduanya dan menginap ke
(21.00 -23.00) Aktivitas pribadi di rumah, dan persiapan untuk
sudah berkeluarga rumah kakaknya esok hari

Tempat tinggal Rumah sendiri (orang tua (alm)) (Lihat table jadwal aktivitas) (23.00 – 06.00) Tidur/ Istirahat malam
Studi Kasus – Rute Perjalanan Satu Hari Ibu “Z”
pada Hari Kerja
Waktu Aktivitas

(06.00 – 08.00) Aktivitas pribadi di rumah (mandi – memasak –


sarapan)
(08.00 – 08.30) Keluar rumah, berangkat menuju tempat kerja
A dengan mengendarai angkot
(08.30 – 12.00) Bekerja sebagai penjahit di pasar kota

B (12.00 – 13.00) Istirahat makan siang di ruang public dekat pasar

(13.00 -15.30) Bekerja sebagai penjahit di pasar kota


C
B A (15.30 – 16.00) Perjalanan pulang ke rumah
C
(16.00 – 16.30) Persiapan di rumah untuk berlatih tolak peluru,
D perjalanan menuju lokasi latihan
E F
(16.30 – 18.00) Latihan lempar lembing
D
E (18.00 -18.30) Perjalanan pulang dan makan malam

(18.30 – 21.00) Belanja kebutuhan kecil sehari – hari di warung


F
(21.00 -23.00) Aktivitas pribadi di rumah, dan persiapan untuk
Lingkungan esok hari
perumahan ibu Z (23.00 – 06.00) Tidur/ Istirahat malam
Studi Kasus – Moda Transportasi dan Kondisi
Medan yang Ditempuh Ibu “Z”
Waktu Aktivitas
A C
(06.00 – 08.00) Aktivitas pribadi di rumah (mandi – memasak –
sarapan)
(08.00 – 08.30) Keluar rumah, berangkat menuju tempat kerja
A dengan mengendarai angkot
(08.30 – 12.00) Bekerja sebagai penjahit di pasar kota

B (12.00 – 13.00) Istirahat makan siang di ruang public dekat pasar

(13.00 -15.30) Bekerja sebagai penjahit di pasar kota

(15.30 – 16.00) Perjalanan pulang ke rumah


C
B D E F (16.00 – 16.30) Persiapan di rumah untuk berlatih tolak peluru,
D perjalanan menuju lokasi latihan
(16.30 – 18.00) Latihan lempar lembing

E (18.00 -18.30) Perjalanan pulang dan makan malam

(18.30 – 21.00) Belanja kebutuhan kecil sehari – hari di warung


F
(21.00 -23.00) Aktivitas pribadi di rumah, dan persiapan untuk
esok hari
(23.00 – 06.00) Tidur/ Istirahat malam
Kesimpulan: Desain/ Aksesibilitas Universal
Dibutuhkan Pada Setiap Skala Pembangunan (1)
Waktu Aktivitas

Skala kota (06.00 – 08.00)

(08.00 – 08.30)
Aktivitas pribadi di rumah (mandi – memasak –
sarapan)
Keluar rumah, berangkat menuju tempat kerja
A dengan mengendarai angkot
(08.30 – 12.00) Bekerja sebagai penjahit di pasar kota

Skala kawasan/ B (12.00 – 13.00)

(13.00 -15.30)
Istirahat makan siang di ruang public dekat pasar

Bekerja sebagai penjahit di pasar kota

lingkungan C (15.30 – 16.00) Perjalanan pulang ke rumah

(16.00 – 16.30) Persiapan di rumah untuk berlatih tolak peluru,


D perjalanan menuju lokasi latihan

Skala bangunan/ E
(16.30 – 18.00)

(18.00 -18.30)
Latihan lempar lembing

Perjalanan pulang dan makan malam

persil F
(18.30 – 21.00) Belanja kebutuhan kecil sehari – hari di warung

(21.00 -23.00) Aktivitas pribadi di rumah, dan persiapan untuk


Aktivitas yang membutuhkan AU pada skala kota dan lingkungan esok hari
Aktivitas yang membutuhkan AU pada skala bangunan/ persil (23.00 – 06.00) Tidur/ Istirahat malam
Kesimpulan: Desain/ Aksesibilitas Universal
Dibutuhkan Pada Setiap Skala Pembangunan (2)
Tanpa A C D E Waktu Aktivitas

(06.00 – 08.00) Aktivitas pribadi di rumah (mandi – memasak –


sarapan)
(08.00 – 08.30) Keluar rumah, berangkat menuju tempat kerja
A dengan mengendarai angkot
(08.30 – 12.00) Bekerja sebagai penjahit di pasar kota

B (12.00 – 13.00) Istirahat makan siang di ruang public dekat pasar

(13.00 -15.30) Bekerja sebagai penjahit di pasar kota


Tanpa B Tanpa
(15.30 – 16.00) Perjalanan pulang ke rumah
C
(16.00 – 16.30) Persiapan di rumah untuk berlatih tolak peluru,
D perjalanan menuju lokasi latihan
(16.30 – 18.00) Latihan lempar lembing

E (18.00 -18.30) Perjalanan pulang dan makan malam

(18.30 – 21.00) Belanja kebutuhan kecil sehari – hari di warung


F
(21.00 -23.00) Aktivitas pribadi di rumah, dan persiapan untuk
Aktivitas yang membutuhkan AU pada skala kota dan lingkungan esok hari
Aktivitas yang membutuhkan AU pada skala bangunan/ persil (23.00 – 06.00) Tidur/ Istirahat malam
Penjelasan
Prinsip –
Prinsip Desain
/Aksesibilitas
Universal (AU)
untuk
Lingkungan
Perkotaan

12
Beberapa Peraturan yang Relevan untuk
Aksesibilitas Universal di Kota – Kota Indonesia
Sumber Peraturan Peraturan
Pemerintah Nasional • Undang-undang No. 19 tahun 2011 tentang pengesahan Convention on the
Rights of Persons with Disabilities (CRPD)(Konvensi Mengenai Hak-Hak
Penyandang Disabilitas)
• Undang-undang No. 8 tahun 2016 tentang penyandang Disabilities
Kementerian Pekerjaan Umum • Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03 tahun 2014 tentang pedoman
dan Perumahan Rakyat (PUPR) perencanaan, penyediaan, dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan
pejalan kaki di kawasan perkotaan
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14 tahun 2017 tentang persyaratan
kemudahan bangunan gedung

Kementerian Transportasi • Peraturan Menteri Transportasi No. 98 tahun 2017 tentang penyediaan
aksesibilitas pada pelayanan jasa transportasi public bagi pengguna jasa
berkebutuhan khusus
Standar Nasional Indonesia • SNI 03-1733-2004 tentang tata cara perencanaan lingkungan perumahan di
perkotaan
• SNI 03-2443-1991 tentang spesifikasi trotoar
Kilas Balik – Definisi Desain Universal (UN-
CRPD) & KemenPUPR
Definisi Internasional Definisi Nasional

“Desain Universal’ berarti desain “’Desain Universal’ (universal


produk, lingkungan, program dan design) adalah rancangan
pelayanan dapat digunakan oleh bangunan gedung dan fasilitasnya
semua orang, sejauh mungkin, tanpa yang dapat digunakan oleh semua
memerlukan adaptasi atau desain
orang secara bersama – sama
khusus. ‘Desain Universal’ tidak akan
tanpa diperlukan adaptasi atau
mengecualikan alat bantu untuk
kelompok tertentu yang perlakuan khusus”
membutuhkan saat dibutuhkan “
PermenPUPR No. 14 tahun 2017,
Konvensi PBB tentang Hak Pasal 1, poin 11
penyandang Disabilitas (UN-CRPD),
20061
1. Sumber: https://www.un.org/disabilities/documents/convention/convoptprot-e.pdf 14
Prinsip – Prinsip Desain Universal Dalam
Perancangan Bangunan dan Lingkungan
Pemerintah Indonesia, Prinsip 1 Kesetaraan penggunaan ruang
•Desain bangunan dan lingkungan harus dapat digunakan oleh setiap penggunanya tanpa diskriminasi
melalui Kementerian
PUPR telah menyusun Prinsip 2 Keselamatan dan keamanan bagi semua
•Desain bangunan dan lingkungan harus meminimalkan bahaya dan konsekuensi yang merugikan bagi semua orang
prinsip – prinsip desain
universal dalam: Prinsip 3 Kemudahan akses tanpa hambatan
•Desain bangunan dan lingkungan harus menjamin kemudahan akses ke, dari dan di dalam bangunan gedung yang bebas hambatan (barrier free) secara
fisik, dan non-fisik dan mudah dipahami terlepas dari tingkat pengalaman, pengetahuan, keterampilan Bahasa, atau konsentrasi pengguna

Prinsip 4 Kemudahan akses informasi


Peraturan Kementrian •Desain bangunan dan lingkungan harus menjamin kemudahan akses informasi yang komunikatif bagi semua, terlepas dari kondisi dan kemampuan
PUPR No. 14 tahun sensorik penggunanya

Prinsip 5 Penggunaan ruang secara mandiri


2017 Lampiran 1 •Desain bangunan dan lingkungan harus memperhatikan beragam kemampuan penggunanya, sehingga dapat digunakan secara mandiri
Bagian A
Prinsip 6 Efisiensi upaya pengguna
•Desain bangunan gedung dan lingkungan harus dapat digunakan secara efisien dan nyaman dengan usaha minimal dari penggunanya

Prinsip 7 Ruang dan dimensi yang cocok secara ergonomis


•Ukuran dan ruang yang tepat disediakan untuk dicapai dan digunakan terlepas dari posisi tubuh, ukuran, postur, atau mobilitas pengguna
15
Mengapa berfokus pada prinsip, dan
bukan standar dimensi?
• Peraturan dan standar akan berubah (e.g. PermenPUPR No. 30 tahun 2006, yang
sekarang sudah digantikan PermenPUPR No. 14 tahun 2017)
• Aplikasi desain universal yang lebih lincah/ fleksibel dan efektif
• Batasan lahan, maupun fisik lainnya kemungkinan tidak akan selalu
memungkinkan interpretasi & aplikasi kaku dari standar
• Terlebih lagi pada konteks pasca-bencana, atau permukiman padat
• Fokus lebih banyak ditekankan pada kebutuhan penerima manfaat, daripada
pemenuhan standar bentuk/ dimensi
 PermenPUPR No. 14 tahun 2017, Lampiran 1, Bagian B menyatakan:

“Dalam hal kondisi bangunan gedung tidak dapat memenuhi ukuran dasar ruang
yang memadai, maka perencana konstruksi dapat melakukan penyesuaian ukuran
dasar ruang sepanjang prinsip Desain Universal terpenuhi serta mendapat
persetujuan TABG dan pemerintah daerah sehingga setiap Pengguna Bangunan
Gedung dan Pengunjung Bangunan Gedung masih dapat beraktivitas secara mudah,
aman, nyaman, dan mandiri”
16
Prinsip – Prinsip Desain Universal (1)
1. Kesetaraan penggunaan ruang
Meja taman yang
Handle pintu yang memiliki cukup
dapat dijangkau ruang kaki, untuk
Contoh Baik

semua orang untuk memudahkan


mengakomodasi pengguna kursi
ketinggian roda bergabung di
pengguna yang aktivitas sosial
berbeda) pada meja
Contoh Buruk

Seluruh pintu masuk bangunan belum menyediakan jalur


masuk yang ‘setara’ bagi penyandang disabilitas (ram) 17
Prinsip – Prinsip Desain Universal (2)
2. Keselamatan dan keamanan bagi semua
Ram masuk ke Jalur Pagar pengaman
halte pejalan (guard rail) pada
Contoh Baik

kendaraan kaki perbatasan jalur


umum dengan dengan pejalan kaki
kemiringan ubin
sesuai standar, pemandu
dan dilengkapi
railing

Kelompok pengguna jalur pejalan kaki lain yang Jalanan yang gelap
kemungkinan membutuhkan ruang maneuver lebih merupakan factor
luas resiko keamanan bagi
Contoh Buruk

semua pengguna
Pengguna jalur pejalan kaki yang sedang
jalan, tetapi
menggunakan gawai, dan memiliki konsentrasi dan
terutama kelompok –
perhatian yang lebih rendah terhadap jalan dan
kelompok gender
lingkungan sekitarnya
tertentu, anak –
Saluran terbuka pada jalan merupakan factor resiko anak, dll
yang dapat mengakibatkan terjerembab/ jatuh
18
Prinsip – Prinsip Desain Universal (3)
3. Kemudahan akses tanpa hambatan
Dari kiri ke kanan:
• Ubin pemandu dan trotoar
Contoh Baik

menerus
• Desain kerb pada
persimpangan jalan
Sirkulasi • Desain persimpangan
Kendaraan pejalan kaki dan mobil

Dari kiri ke kanan:


• Pintu kamar mandi yang tidak cukup lebar
Contoh Buruk

untuk dilewati kursi roda


• Parkir persil memakan jalur pejalan kaki
• Tiang listrik di tengah jalur pejalan kaki

19
Prinsip – Prinsip Desain Universal (4)
4. Kemudahan akses informasi
Peta informasi Papan
bangunan timbul, penunjuk jalan
penanda arah dengan
Contoh Baik

bagi pejalan
symbol standar & kaki dengan
timbul, dan system ukuran tulisan
pengumuman audio yang baik
membuat informasi
lebih aksesibel

(Kiri) Penunjuk arah


tanpa informasi tujuan
arah yang ditunjuk
Contoh Buruk

(Kanan) Kontras yang


buruk pada papan
informasi menyulitkan
pembacanya, terutama
dengan low-vision 20
Prinsip – Prinsip Desain Universal (5)
5. Penggunaan ruang secara mandiri
Keluar – masuk, dan aktivitas di dalam taman
(pantai) dapat dilakukan secara mandiri, tanpa
Contoh Baik

bantuan orang lain

Desain bangunan dan linkungan yang masih


mempersyaratkan bantuan dari orang lain dalam
Contoh Buruk

akses/ penggunaannya belum bisa disebut sebagai


desain universal

21
Prinsip – Prinsip Desain Universal (6)
6. Efisiensi upaya pengguna
Contoh proses dan upaya normal
perpindahan dari kursi roda menuju
Contoh Baik

bangku toilet duduk, dengan bantuan


pegangan rambat

Pengguna kursi Tanpa desain yang ergonomis,


roda berupaya dan fitur aksesibilitas seperti
Contoh Buruk

lebih untuk ram, penyandang disabilitas


bermanuver seringkali perlu mengeluarkan
menghindari upaya lebih untuk beraktivitas
hambatan
pada trotoar
pejalan kaki
22
Prinsip – Prinsip Desain Universal (7)
7. Ruang dan dimensi yang cocok secara ergonomis
Standar ukuran –
ukuran manusia.
Contoh Baik

Sumber:
PermenPUPR No.
14 tahun 2017,
lampiran 1

(Kiri) Ketinggian tangga yang tidak konsisten dapat


menyebabkan resiko tersandung/ terjatuh, terutama
Contoh Buruk

pada lansia. Sumber:


https://app.oxfordabstracts.com/events/123/sessio
ns/571/download

(Kanan) Ram yang terlalu curam, dan tidak


dilengkapi railing pengaman 23
Group Activity/
Quiz/ Game

24
Group Activity…?

25
Panduan
Integrasi
Aksesibilitas
Universal pada
Jalan
Lingkungan
Perkotaan

26
Fokus Prinsip Aksesibilitas Universal Pada Skala
Kawasan dan Lingkungan: Jalur Pejalan Kaki
• Mengapa focus kepada jalan? a a a
• Jalur pejalan kaki memegang fungsi
penting di dalam aksesibilitas di tingkat
lingkungan dan perkotaan1:
a. Sebagai penghubung antar fungsi
– fungsi krusial dalam lingkungan, Anak- anak bersepeda Halte transportasi umum pada Pembagian air di
dan layanan kota yang lebih luas menuju sekolah jalan perkotaan perumahan pada jalan
b. Sebagai ruang sosial, yang b b b
mengakomodasi jumlah dan
variasi pengguna paling banyak
• Karenanya, sebagian besar dari fitur – fitur
aksesibilitas di tingkat lingkungan dirancang
untuk aplikasi pada jalan Anak- anak berkumpul dan bermain di jalan Seorang ibu sedang Pasar malam, makanan
lingkungan bercenkerama di jalan di ruang jalan
1. (Kimley-Horn and Associates Inc, 2012). Broward Complete Streets Guidelines. Broward: Broward MPO - Metropolitan Planning Organization. Dipetik
1 16, 2020, dari http://www.browardmpo.org/index.php/broward-complete-streets-guidelines
27
Skala Lingkungan: Rute Pejalan Kaki yang
Aksesibel (Accessible Pedestrian Route – APR)
• Jalur pejalan kaki berperan
penting dalam memastikan
aksesibilitas terhadap fungsi –
fungsi perkotaan
• Mengikuti prinsip
implementasi desain universal
(APR) secara umum, desain APR
perlu direncanakan secara
menerus dan terintegrasi,
terutama terhadap:
• Lokasi layanan – layanan
public
Jalur transportasi umum
• Rute transportasi umum
• Fungsi – fungsi lain/
khusus dalam kawasan
• Jalur kendaraan bermotor

28
Skala Lingkungan: APR pada Segmen Jalan
Lingkungan/ Kawasan
Akses Pejalan Kaki (APR)

(APR)

• (Kiri) fitur peneduh dan guard


rail yang menerus, (Kanan)
Jalur transportasi umum jalur pemandu yang menerus
• Kontinuitas merupakan
elemen penting yang perlu
diterapkan pada fitur
aksesibilitas pada segmen –
segmen APR 29
Skala Lingkungan: APR pada Persimpangan
Jalan Lingkungan/ Kawasan
Noda/ Persimpangan APR

(APR)

Noda/ Persimpangan APR


Jalur transportasi umum
Noda/ persimpangan pada APR
seringkali memerlukan perhatian
(informasi) lebih, karena fungsinya
sebagai titik – titik transisi (e.g.
ketinggian, tujuan, persimpangan
antar-moda, dll)
Skala Jalan: Potongan Jalan – Profil “U”
Pada APR Perkotaan
• Dalam menerapkan fitur
aksesibilitas universal, pendekatan
Profil “U” pada jalan perkotaan
merupakan kerangka berpikir yang
mengenal jalan sebagai satu
bagian keseluruhan dari elemen –
elemen pembentuknya, yaitu:
• Permukaan horizontal
(jalan itu sendiri) beserta
komponennya, dan
• Bidang dan komponen
pembatas vertical (e.g.
pagar, dinding bangunan,
storefront, dll)
• Komponen – komponen ini
bergabung membentuk jalan
secara utuh
• Secara khusus, perhatikan
komponen – komponen
pembentuk APR 31
Bidang - Bidang Pembentuk APR Pada
Jalan Lingkungan Permukaan Tanah
Merupakan bidang tempat sebagian
Sisi Dalam
Pada umumnya berbatasan langsung
besar fitur aksesibilitas diaplikasikan. dengan ruang privat, dan merupakan
Permukaan yang rata, dengan lebar sisi yang paling terproteksi, baik
jalan dan tekstur yang sesuai dan secara fisik, maupun secara
tidak licin, serta bebas dari pengawasan informal. Karenanya, sisi
penghalang/ perubahan elevasi ini dapat berfungsi ganda juga sebagai
mendadak merupakan beberapa acuan orientasi bagi penyandang
persyaratan utama bidang ini. disabilitas, atau utilitas kota

Sisi Luar/ Jalan Kanopi


Sisi luar jalan pada umumnya Batas atas yang mendefinisikan
berbatasan langsung dengan jalan, ketinggian minimal bebas hambatan
maupun fitur lanskap lain (e.g: untuk pergerakan pejalan kaki. Selain
sungai). Karenanya, sisi ini pada itu, bidang ini juga dapat
umumnya mengakomodasi fitur – fitur mengakomodasi fitur – fitur
pengaman (misal: guard rail), dan peneduh, dan penerangan jalan, jika
furniture, atau fungsi public lainnya dibutuhkan.
(e.g.parkir) yang dapat
dikonfigurasikan menjadi pelindung
pejalan kaki.
Sumber: City of New York. (2013). Active Design: Shaping the Sidewalk Experience., from:
https://www1.nyc.gov/assets/planning/download/pdf/plans-studies/active-design-
sidewalk/active_design.pdf 32
Bidang - Bidang Pembentuk APR Pada
Jalan Lingkungan
Lebar jalan, serta
Permukaan Tanah tekstur yang tidak licin
dan permukaan relatif
Hal – hal umum untuk diperhatikan:
rata yang menerus.
Dalam kasus diperlukan
saluran utilitas,
pastikan saluran
tertutup, dan tetap
relative rata (dapat
pula difungsikan
sebagai area pejalan
kaki)

Area – area transisi


horizontal maupun
vertikal harus memiliki
fitur informasi (misal:
ubin pemandu/ lampu
lalu lintas) dan
pengaman, agar transisi
tidak terjadi secara
mendadak (misal
dengan desain ram
pada kerb trotoar).
Bidang - Bidang Pembentuk APR Pada
Jalan Lingkungan
Sisi Dalam
Hal – hal umum untuk diperhatikan: Sifat pembatas ruang public dan privat
Pagar Dinding Saluran
Teras hunian privat hunian bangunan utilitas

Terdapat pemisahan ruang yang Jika memungkinkan, Saluran utilitas


jelas antara ruang public dan penunjuk arah/ tekstur sebaiknya
privat (misal: melalui dapat diaplikasikan untuk dibuat
pembedaan material/ pagar membantu orientasi tertutup. Jika
rendah/ tanaman/ kerb trotoar, tidak
dll). memungkinkan,
beri fitur
Pastikan perubahan elevasi pengaman
antar ruang privat-publik tidak menerus (e.g.
terjadi secara mendadak railing)
Bidang - Bidang Pembentuk APR Pada
Jalan Lingkungan
Sisi Luar/ Jalan
Hal – hal umum untuk diperhatikan: Pemisahan antara ruang pejalan kaki,
dan kendaraan/ lanskap, fitur – fitur proteksi keselamatan, konfigurasi
furniture publik
Kegiatan Usaha Kecil
1 Formal (KUKF), jalur
hijau, jalur sepeda,
dan parkir pada
badan jalan dapat
berperan sebagai
penanda batas jalur
pejalan kaki dan
kendaraan

Furnitur public,
elemen jalan lainnya
dikonfigurasikan agar
melindungi pejalan
kaki/ menjadi
penghalang di jalur
pejalan kaki
1. Sumber: Peraturan Menteri PUPR No. 03 tahun 2014, Gambar 4.3. pp 48, dari: https://jdih.pu.go.id/detail-dokumen/377/1
Bidang - Bidang Pembentuk APR Pada
Jalan Lingkungan
Kanopi
Hal – hal umum untuk diperhatikan: Ruang bebas vertikal bagi pejalan kaki,
dan fitur – fitur peneduh dan penerangan kota
A B

(Atas) Sutarto, A. (2012). Alternatif Konsep Perancangan Fasilitas


Koridor Hijau Bagi Pejalan Kaki di Kampus Konservasi Unnes. Jurnal
Sains dan Teknologi. 10 (2). Doi: 10.15294/sainteknol.v10i2.5549

C D Gambar A – C. Alternatif elemen


peneduh pada jalan (A) Pohon, (B)
Atap pergola/ kanopi, (C)
Overstek atap bangunan sekitar.
Dalam setiap kasus, perlu
diperhatikan jarak bebas vertikal
pejalan kaki.
Gambar D. Integrasi penerangan
pada atap pergola
36
Contoh Skala kota
Aplikasi Prinsip
Aksesibilitas Skala kawasan/
Universal pada lingkungan
Lingkungan
Perkotaan Skala bangunan/ persil

37
Prinsip – Prinsip Desain Universal Dalam
Perancangan Bangunan dan Lingkungan
Pemerintah Indonesia, Prinsip 1 Kesetaraan penggunaan ruang
•Desain bangunan dan lingkungan harus dapat digunakan oleh setiap penggunanya tanpa diskriminasi
melalui Kementerian
PUPR telah menyusun Prinsip 2 Keselamatan dan keamanan bagi semua
prinsip – prinsip desain •Desain bangunan dan lingkungan harus meminimalkan bahaya dan konsekuensi yang merugikan bagi semua orang

universal dalam: Prinsip 3 Kemudahan akses tanpa hambatan


•Desain bangunan dan lingkungan harus menjamin kemudahan akses ke, dari dan di dalam bangunan gedung yang bebas hambatan (barrier free) secara
fisik, dan non-fisik dan mudah dipahami terlepas dari tingkat pengalaman, pengetahuan, keterampilan Bahasa, atau konsentrasi pengguna
Peraturan Kementrian Kemudahan akses informasi
Prinsip 4
PUPR No. 14 tahun •Desain bangunan dan lingkungan harus menjamin kemudahan akses informasi yang komunikatif bagi semua, terlepas dari kondisi dan kemampuan
sensorik penggunanya
2017 Lampiran 1 Penggunaan ruang secara mandiri
Bagian A Prinsip 5
•Desain bangunan dan lingkungan harus memperhatikan beragam kemampuan penggunanya, sehingga dapat digunakan secara mandiri

(Lihat juga lampiran 1 Prinsip 6 Efisiensi upaya pengguna


•Desain bangunan gedung dan lingkungan harus dapat digunakan secara efisien dan nyaman dengan usaha minimal dari penggunanya
pada ppt ini)
Prinsip 7 Ruang dan dimensi yang cocok secara ergonomis
•Ukuran dan ruang yang tepat disediakan untuk dicapai dan digunakan terlepas dari posisi tubuh, ukuran, postur, atau mobilitas pengguna
38
Contoh Skala kota
Aplikasi Prinsip
Aksesibilitas Skala kawasan/
Universal pada lingkungan
Lingkungan
Perkotaan Skala bangunan/ persil

(Lihat kembali lampiran 2 pada ppt ini)

39
Skala Kota – Integrasi ruang terbuka hijau ke jalur
sirkulasi
Prinsip-prinsip desain Area ruang terbuka
universal yang publik
ditekankan:
- Keselamatan dan
keamanan untuk Jalur pejalan kaki
semua dengan beberapa
- Penggunaan ruang akses masuk/ keluar
yang adil
- Kemudahan akses

(tambahan)
- Memaksimalkan
paparan terhadap
alam, dan peluang Mengintegrasikan ruang hijau, dan ruang sosial ke jalur pejalan kaki, untuk
untuk pertemuan sosial memaksimalkan kontak dengan alam dan pertemuan sosial - secara efektif mengurangi
stres, dan gejala ringan kesehatan mental (kecemasan, depresi, kesepian, dll)
40
Skala Kota – Sarana Transportasi Publik yang Aksesibel
Prinsip-prinsip desain
universal yang
ditekankan:
- Keselamatan dan
keamanan untuk semua
- Penggunaan ruang
yang adil
- Kemudahan akses

Menyediakan pilihan transportasi umum yang terjangkau dan mudah diakses, beserta
infrastruktur pendukungnya (kendaraan dan halte transit), untuk memungkinkan masyarakat
mengakses layanan, dan / atau peluang ekonomi yang letaknya lebih jauh dari tempat tinggal
mereka.
41
Contoh Skala kota
Aplikasi Prinsip
Aksesibilitas Skala kawasan/
Universal pada lingkungan
Lingkungan
Perkotaan Skala bangunan/ persil

(Lihat kembali lampiran 2 pada ppt ini)

42
Skala Kawasan/ Lingkungan – Desain Trotoar dan
Jalur Pejalan Kaki
Prinsip-prinsip desain
universal yang ditekankan:
- Keselamatan dan
keamanan untuk semua
- Informasi yang dapat
dipahami
- Bebas hambatan dan
kemudahan akses

Sumber gambar: Peraturan Menteri


Pekerjaan Umum No. 14 tahun 2017 tentang
 Demarkasi yang jelas antara pejalan kaki, jalur kendaraan, bagian
persyaratan kemudahan bangunan gedung
depan bangunan, trotoar, zona vegetasi
 Trotoar cukup lebar untuk mengakomodasi banyak pengguna dengan
berbagai usia dan kemampuan fisik
 Trotoar harus rata, dan bebas dari hambatan fisik
43
Skala Kawasan/ Lingkungan – Pengawasan Aktif
Prinsip-prinsip desain
universal yang ditekankan:
Prinsip yang Ditekankan:
- Keselamatan dan
keamanan untuk semua
- Informasi yang dapat
dipahami
- Bebas hambatan dan
kemudahan akses
Menggunakan metode pengawasan aktif pada area yang rentan dan memiliki
resiko tinggi untuk memitigasi keselamatan dan keamanan to mitigate safety
and security concerns, ketika dianggap perlu. Sebagai contoh:
• Polisi/organisasi patrol/ ronda oleh masyarakat
• Instalasi Closed Circuit TV (CCTV) kamera, dan mengembangkan mekanisme
monitoring dan perawatan. 44
Skala Kawasan/ Lingkungan – Lampu/ Penerangan Jalan
Prinsip-prinsip desain
universal yang ditekankan:
Prinsip yang Ditekankan:
- Keselamatan dan
keamanan untuk semua
- Informasi yang dapat
dipahami
- Bebas hambatan dan
kemudahan akses

• Posisi elemen lansekap, perabotan, dan pencahayaan, harus dikoordinasikan,


agar tidak mengganggu satu sama lain (mis. Vegetasi dengan dedaunan tebal
berpotensi memblokir lampu jalan)
• Lampu jalan dibuat konsisten, seragam, dan memancarkan warna putih hangat,
untuk memberikan pejalan kaki dengan visibilitas yang lebih baik di sekitarnya
Skala Kawasan/ Lingkungan – Fitur – fitur Informasi Non-
Visual
Prinsip-prinsip desain
universal yang ditekankan:
Prinsip yang Ditekankan:
- Keselamatan dan
keamanan untuk semua
- Informasi yang dapat
dipahami
- Bebas hambatan dan
kemudahan akses

• Penyeberangan yang ditandai, dengan sistem notifikasi visual, dan audio untuk
membantu orang yang mengalami gangguan sensorik dalam penyeberangan
• Ubin timbul/ blok pemandu diterapkan terus menerus di trotoar, dengan tekstur
yang tepat diterapkan untuk mengkomunikasikan jalur dan area transisi (mis.
Penyeberangan, pintu masuk gedung, dll)
Skala Kawasan/ Lingkungan – Rambu dan Penunjuk Arah
Prinsip-prinsip desain
universal yang ditekankan:
Prinsip yang Ditekankan:
- Keselamatan dan
keamanan untuk semua
- Informasi yang dapat
dipahami
- Bebas hambatan dan
kemudahan akses

• Pos penunjuk arah dan penunjuk jalan harus ditempatkan di area yang mudah terlihat,
dan tidak menghalangi pejalan kaki, dan / atau jalur kendaraan
• Penunjuk Arah dan Penunjuk jalan harus dapat dibaca dan akurat - ukuran teks harus
mempertimbangkan penglihatan yang bervariasi, gambar harus menggunakan simbol
standar
• Mempublikasikan peta jalan / penunjuk arah / peta situs non-visual (mis. Peta taktil)
pada area utama di ranah publik
Contoh Skala kota
Aplikasi Prinsip
Aksesibilitas Skala kawasan/
Universal pada lingkungan
Lingkungan
Perkotaan Skala bangunan/ persil

(Lihat kembali lampiran 2 pada ppt ini)

48
Skala Bangunan/ Persil – Pintu dan Jendela
Prinsip-prinsip desain
universal yang ditekankan:
Prinsip yang Ditekankan:
- Keselamatan dan
keamanan untuk semua
- Bebas hambatan dan
kemudahan akses
- Informasi yang dapat
dipahami
- Penggunaan ruang yang
adil dan independen
- Efisiensi upaya pengguna • Pastikan jenis kontrol yang tepat untuk mengakses pintu dan jendela digunakan,
- Ruang dan dimensi yang dan terletak pada ketinggian yang nyaman untuk kemudahan akses
cocok secara ergonomis • Memanfaatkan perangkat keras keamanan pada titik masuk yang memungkinkan
(pintu dan jendela) (mis.,: Kunci), untuk mencegah akses tidak diinginkan
(bervariasi tergantung
tipologi bangunan) * Sumber gambar: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14 tahun 2017 tentang persyaratan kemudahan bangunan gedung
Skala Bangunan/ Persil – Tangga
Prinsip-prinsip desain
universal yang ditekankan:
Prinsip yang Ditekankan:
- Keselamatan dan
keamanan untuk semua
- Bebas hambatan dan
kemudahan akses
- Informasi yang dapat
dipahami
- Penggunaan ruang yang
adil dan independen
- Efisiensi upaya pengguna
• Jalur sirkulasi vertikal (tangga dan ramp), dan koridor dilengkapi dengan pegangan
- Ruang dan dimensi yang
cocok secara ergonomis tangan
• Ubin timbul / blok pemandu disediakan di tangga, dan strip visual di tangga
(bervariasi tergantung tangga dapat dibedakan dengan jelas
tipologi bangunan) * Sumber gambar: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14 tahun 2017 tentang persyaratan kemudahan bangunan gedung
Skala Bangunan/ Persil – Desain Furniture
Prinsip-prinsip desain Furnitur harus
universal yang ditekankan: dirancang pada
Prinsip yang Ditekankan: ketinggian yang mudah
- Keselamatan dan dijangkau oleh semua
keamanan untuk semua pengguna, ruang meja
- Bebas hambatan dan yang cukup untuk kaki
kemudahan akses jika digunakan oleh
- Informasi yang dapat pengguna kursi roda
dipahami
- Penggunaan ruang yang
adil dan independen
- Efisiensi upaya pengguna
- Ruang dan dimensi yang
cocok secara ergonomis
Sumber gambar: Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum No. 14
(bervariasi tergantung tahun 2017 tentang persyaratan
tipologi bangunan) * kemudahan bangunan gedung
Skala Bangunan/ Persil – Desain Kamar Mandi
Prinsip-prinsip desain
universal yang ditekankan:
Prinsip yang Ditekankan:
- Keselamatan dan
keamanan untuk semua
- Bebas hambatan dan
kemudahan akses
- Informasi yang dapat
dipahami
- Penggunaan ruang yang
adil dan independen • Pintu harus cukup lebar untuk dapat dilalui pengguna kursi roda, dan didesain dengan
- Efisiensi upaya pengguna terbuka keluar
- Ruang dan dimensi yang • memiliki ruang yang cukup agar pengguna kursi roda dapat masuk dan berbelok didalam
cocok secara ergonomis toilet
• Fasililtas (washbasins, toilets, etc), dan aksesoris (cermin, tempat handuk, etc) didesain
(bervariasi tergantung dengan jarak ketinggian yang nyaman untuk diakses pengguna kursi roda
tipologi bangunan) * Sumber gambar: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14 tahun 2017 tentang persyaratan kemudahan bangunan gedung
Take-Home
Exercise

53
Take-home Assignment

54
QUESTIONS?

55
Lampiran 1 - Struktur Informasi Standar
AU PermenPUPR no. 14 tahun 2017
Prinsip Desain Pintu & Jendela
Universal Selasar Lampiran 4 – Pemberlakuan
Lampiran 1 – Koridor
Prinsip & Ukuran Ukuran Dasar Ruang persyaratan kemudahan
Jalur pedestrian
Dasar Ruang bangunan gedung
Persyaratan Kemudahan Bangunan Gedung
Permen PUPR No. 14 Tahun 2017 Tentang

Jalur pemandu
Jembatan
penghubung
antarruang
Hubungan Horizontal Antar-
ruang/ Antar-bangunan
• Lampiran 4, lebih lanjut,
Lampiran 2 –
Fasilitas & mengatur pemberlakuan
Aksesibilitas
Hubungan di Tangga standar kemudahan
Bangunan Hubungan Vertikal Ramp/jalur landai bangunan gedung, dan
Gedung Lift

Jalur Evakuasi • Pengecualian standar juga –
Bak Cuci Tangan berdasarkan pendapat ahli
Ruang Ibadah
Lampiran 3 –
Urinal kompeten/ TABG, dan
Ruang ganti Toilet
Prasarana dan
Ruang Laktasi Bidet persetujuan pemerintah)
Sarana
Pemanfaatan …
Kamar Kecil
Bangunan • Informasi detail persyaratan
Gedung Legenda Keterangan
Lokasi & Petunjuk Arah Diatur sesuai fitur dapat ditemukan pada
Parkir Desain Universal dan lampiran PermenPUPR ini
… sub-fitur pelengkapnya
56
Lampiran 1 - Cakupan Standar Aksesibilitas
Universal Pada Permen PUPR No. 14 tahun 2017
Lampiran 1 – Prinsip dan Ukuran Dasar Ruang Lampiran 3 – Prasarana dan Sarana Pemanfaatan Bangunan
A. Prinsip Desain Universal Gedung

B. Ukuran Dasar Ruang 1) Ruang ibadah


2) Ruang ganti
Lampiran 2 – Fasilitas & Aksesibilitas Hubungan ke, dari, dan 3) Ruang laktasi
di Dalam Bangunan Gedung 4) Taman penitipan anak
5) Toilet
A. Hubungan Horizontal Antar-ruang/ bangunan 6) Bak cuci tangan
7) Pancuran
1) Pintu 4) Jalur pedestrian 8) Urinal
2) Selasar 5) Jalur pemandu 9) Tempat sampah
3) Koridor 6) Jembatan penghubung antar- 10) Fasilitas komunikasi dan informasi
ruang/ bangunan 11) Ruang tunggu
B. Hubungan Vertikal Antar-lantai dalam bangunan gedung 12) Perlengkapan dan peralatan control
13) Rambu dan marka
1) Tangga 4) Lif tangga 14) Titik pertemuan
2) Ram 5) Tangga berjalan/ escalator 15) Tempat parkir
3) Lif 6) Lantai berjalan 16) Sistem parkir otomatis
C. Sarana Evakuasi 17) Sistem kamera pengawas

Catatan: Jenis infrastruktur yang sering ditangani di dalam KOTAKU


Lampiran 2 - Beragam Karakter dari
Penyandang Disabilitas dan Warga Kota
Lansia Disabilitas Pergerakan
Penurunan mobilitas, kekuatan, stamina, Membutuhkan penggunaan alat bantu mobilitas
kemampuan sensorik, dan cengkeraman, seperti kursi roda, kruk, atau anggota badan
masalah inkontinensia buatan

Wanita dan Anak-anak Disabilitas pendengaran dan


Pandangan
Kerentanan terhadap kejahatan dan kekerasan. Kehamilan
dapat menyebabkan kelelahan, penyakit, penurunan mobilitas Gangguan Penglihatan dan Pendengaran bisa berkisar dari
dan kemampuan membungkuk. Anak-anak mungkin memiliki total, hingga hilangnya sebagian kemampuan indera
kekuatan dan jangkauan yang terbatas dibandingkan dengan Menempatkan ketergantungan yang lebih besar pada indera
orang dewasa lain untuk mengenali lingkungan

Penyandang demensia Masalah kesehatan mental


Gangguan memori, gangguan kemampuan berpikir, dan
Mencakup berbagai kondisi, dari kecemasan dan depresi (yang
kemampuan fungsional yang menurun. Kecenderungan
paling umum) hingga gangguan mental yang parah
berkeliling sendirian, stress dari lingkungan dapat
(skizofrenia, psikosis, dll)
menyebabkan kebingungan

* Daftar di atas hanya merepresentasikan sebagian kecil dari semua kemungkinan kondisi warga perkotaan, dan dengan demikian, bukan merupakan daftar lengkap dari seluruh disabilitas,
maupun kondisi spesifik yang dapat saja dimiliki seseorang. Selain itu, terdapat berbagai tingkat disabilitas, dan kombinasi factor (internal dan eksternal) yang dapat mempersulit
penyandang disabilitas lebih jauh
58

Anda mungkin juga menyukai