Skenario Eksisting
Skenario ini menggambarkan keadaan dimana kualitas air di hulu Sungai
Metro dalam keadaan eksisting, data kualitas air sungai juga masih dalam keadaan
eksisting dan data sumber pencemar juga dalam keadaan eksisting. Hasil yang
diharapkan adalah kualitas air yang sesuai dengan hasil simulasi. Skenario eksisting
ini merupakan skenario hasil kalibrasi model. Adapun hasil simulasi skenario
eksisting ini dapat dilihat pada tabel 5.13 dan grafik 5.6 – 5.8 di bawah ini :
Tabel 5.13. Hasil Simulasi Skenario Eksisting
V - 18
SungaiMetro (4/14/2016)
60.0
40.0
30.0 29.60
29.00
16.45 18.75
20.0 15.70 17.41
17.41
10.99
17.40 17.00
15.00 16.00
10.0
10.00
0.0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
distance upstream (Km)
V - 19
SungaiMetro (4/14/2016)
9
8.30
8 7.09
6.88
7 8.00 6.88
6.05 7.00 7.00
6
slow-reacting CBOD (mg/L)
6.00
5 4.10
4.00
4 4.00
4.00
3
3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
2
0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
distance upstream (Km)
V - 20
SungaiMetro (4/14/2016)
30.0
25.0 25.41
22.00
25.00 19.79
20.0 19.79
16.95
15.0
17.00 10.95
11.02
8.97
10.0
9.00
11.00 11.00
5.0
0.0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
distance upstream (Km)
V - 21
Pada grafik 5.8 hasil simulasi dengan skenario eksisting dapat dilihat
bahwa konsentrasi TSS hasil simulasi yang ditunjukan dengan garis hitam
menunjukkan bahwa hasil simulasi telah mendekati pola data yang ada di
lapangan yang dimana data hasil simulasi dan data sampling menunjukkan telah
memenuhi standar baku mutu untuk air kelas II, yaitu sebesar 50 mg/l. Pada
grafik 5.9 hasil simulasi dengan skenario eksisting dapat dilihat bahwa
konsentrasi BOD hasil simulasi yang ditunjukan dengan garis hitam
menunjukkan bahwa hasil simulasi telah mendekati pola data yang ada di
lapangan yang dimana data hasil simulasi dan data sampling menunjukkan
masih melebihi dari standar baku mutu untuk air kelas II, yaitu sebesar 3 mg/l.
Sedangkan untuk grafik 5.10 hasil simulasi dengan konsentrasi COD, dapat
dilihat bahwa konsentrasi hasil simulasi yang ditunjukan dengan garis hitam
juga mendekati pola data yang ada di lapangan, yang dimana pada hulu masih
melebihi baku mutu untuk air kelas II, yaitu sebesar 25 mg/l.
A. Perhitungan Beban Pencemaran Kondisi Eksisting
Setelah diketahui hasil simulasi untuk konsentrasi TSS, BOD dan COD,
kemudian dapat dilakukan perhitungan beban pencemar. Perhitungan beban
pencemar terlebih dahulu dengan menghitung beban pencemar standar yaitu
terhadap baku mutu parameter pencemar yang sesuai baku mutu yang dimana
baku mutu air kelas II untuk parameter TSS adalah sebesar 50 mg/L parameter
BOD adalah sebesar 3 mg/L, sedangkan untuk parameter COD sebesar 25
mg/L. Perhitungan besarnya beban pencemar standar ditinjau dari baku mutu
dapat dihitung menggunakan persamaan:
Beban Pencemaran Standar = Q x c x 86,4
Dimana : Q = Debit sungai hasil simulasi (m3/s)
C = Konsentrasi Baku Mutu (mg/l)
86,4 = faktor konversi dari m3/dt x mg/l menjadi kg/hr
• Contoh Perhitungan untuk segmen 1 pada tabel 5.15 :
Beban Pencemaran Standar untuk parameter BOD (kg/hr)
= 0,319 m3/s x 3 mg/l x 86,4
= 82.68 kg/hari
V - 22
Menggunakan persamaan yang sama dengan di atas, beban pencemaran
baku mutu untuk lokasi dan parameter yang lain dapat dilakukan. Hasil
pehitungan keseluruhan beban pencemar terhadap baku mutu untuk skenario
eksisting dapat dilihat pada tabel 5.14 berikut :
Tabel 5.14. Beban Pencemaran Terhadap Baku Mutu Hasil Skenario Eksisting
30000 7952.89
5377.87 5676.32 1372.89
20000 4537.16
954.35 22881.49
10000 689.04 645.34 681.16 15905.78
544.46
82.68 10755.74 11352.64
9074.33
0
1378.08
1 2 3 4 5 6
V - 23
Setelah menghitung beban pencemaran standar, selanjutnya adalah
menghitung beban pencemar dari hasil simulasi. Beban pencemar hasil simulasi
adalah beban pencemar yang didapatkan dari konsentrasi hasil simulasi yang
datanya mendekati pola pada kondisi di lapangan. Perhitungan beban pencemar
hasil simulasi adalah menggunakan persamaan berikut : Beban Pencemaran Hasil
Simulasi = Q x c x 86,4
Dimana : Q = Debit sungai hasil simulasi (m3/s)
C = Konsentrasi Hasil Simulasi (mg/l)
86,4 = faktor konversi dari m3/dt x mg/l menjadi kg/hr
• Contoh Perhitungan untuk segmen 1 pada tabel 5.16 :
Beban Pencemaran Terhadap Hasil Simulasi BOD(kg/hr)
= 2.10 m3/s x 6 mg/l x 86,4
= 1088.92 kg/hari
Menggunakan persamaan yang sama dengan di atas, beban pencemaran dari
hasil simulasi untuk lokasi dan parameter yang lain dapat dilakukan. Hasil
pehitungan keseluruhan beban pencemar hasil simulasi untuk skenario eksisting
dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut :
Tabel 5.15. Beban Pencemaran Hasil Simulasi Skenario Eksisting
V - 24
Beban Pencemar Hasil Simulasi
25000.00
10067.85
20000.00
15000.00
3499.27 3203.41
V - 25
Menggunakan persamaan yang sama dengan di atas, daya tampung
beban pencemaran untuk lokasi dan parameter yang lain dapat dilakukan. Hasil
pehitungan keseluruhan daya tampung beban pencemaran untuk skenario
eksisting dapat dilihat pada tabel 5.16 berikut :
Tabel 5.16. Daya Tampung Beban Pencemaran Skenario Eksisting
25000 22881.49
20000
15905.78
15000
10755.74 11352.64
9074.33
10000 7779.71
5535.21
1378.08
2722.30 3441.84
5000 2270.53
799.29
0
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.12. Perbandingan Beban Pencemar TSS Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
V - 26
Beban Pencemar BOD
3500.00 3203.41
3000.00
2500.00 2226.81
2000.00
1372.89
1500.00 1088.92
860.46 908.21 954.35
1000.00 645.34 681.16
82.68 544.46
500.00 220.49
0.00
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.13. Perbandingan Beban Pencemar BOD Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
0
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.14. Perbandingan Beban Pencemar COD Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
V - 27
16000.00
15101.78
14000.00
12000.00
10000.00 10370.57
9082.11
kg/hr
8000.00
7313.90
6000.00 6352.03
4000.00
2000.00
578.79
0.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00
Jarak Sungai km
-1000.00
-1200.00
-1272.46
-1400.00
-1600.00
-1800.00 -1830.52
-2000.00
Jarak Sungai km
V - 28
5000.00
4453.62
4500.00
4000.00
3500.00 3441.84
3000.00
3178.74
2500.00
kg/hr
2000.00
1500.00 1451.89
1372.89
1000.00
500.00
0.00 -11.30
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00
-500.00
Jarak Sungai km
Skenario eksisting yaitu skenario dimana kondisi hulu sungai dan sumber
pencemar dalam keadaan eksisting. Kondisi ini menghasilkan sebuah simulasi
dengan kondisi sungai yang sebenarnya. Perhitungan daya tampung beban
pencemaran sungai dihitung dari selisih beban pencemaran baku mutu skenario
eksisting dengan beban pencemaran hasil simulasi skenario eksisting. Hasil
perhitungan daya tampung beban pencemaran Sungai Metro untuk skenario
eksisting menunjukan bahwa Sungai Metro secara keseluruhan masih mempunyai
daya tampung untuk input beban pencemar TSS dan COD. Sedangkan untuk input
beban pencemar BOD secara keseluruhan tidak mempunyai daya tampung untuk
input beban pencemar BOD.
Pada grafik 5.15 tentang daya tampung beban pencemaran TSS terlihat
bahwa grafik mempunyai nilai positif. Nilai daya tampung yang berupa positif ini
memiliki arti bahwa Sungai Metro masih memiliki daya tampung beban
pencemaran untuk TSS karena masih sesuai dengan standar baku mutu air kelas II.
Hal ini menunjukkan Sungai Metro mempunyai kemampuan untuk melakukan self
purification untuk beban pencemar TSS. Grafik daya tampung beban pencemaran
TSS mengalami peningkatan dari hulu menuju hilir, hal ini dikarenakan konsentrasi
TSS dari hulu menuju hilir mengalami penurunan sebagai akibat dari proses
V - 29
pengenceran dari anak sungai yang masuk ke badan Sungai Metro yang terjadi
selama perjalanan .
Pada grafik 5.16 tentang daya tampung beban pencemaran BOD, terlihat
tidak memiliki daya tampung beban pencemaran untuk BOD karena beban
pencemaran BOD yang masuk ke dalam sungai melebihi beban pencemaran yang
diijinkan sesuai dengan standar baku mutu air kelas II. Hal ini berarti kemampuan
sungai untuk melakukan self purification atau kemampuan sungai untuk
membersihkan beban pencemar secara alami menjadi tidak ada sehingga sungai
tidak mempunyai kemampuan untuk menghilangkan kandungan pencemar yang
ada di dalamnya.
Pada grafik 5.17 tentang daya tampung beban pencemaran COD terlihat
bahwa hanya pada hulu grafik mempunyai nilai negatif. Nilai daya tampung yang
berupa negatif ini memiliki arti bahwa Sungai Metro tidak memiliki daya tampung
beban pencemaran untuk COD karena masih sesuai dengan standar baku mutu air
kelas II. Hal ini menunjukkan Sungai Metro tidak mempunyai kemampuan untuk
melakukan self purification untuk beban pencemar COD. Grafik daya tampung
beban pencemaran COD mengalami fluktuasi yang dikarenakan bervariasinya nilai
konsentrasi COD dalam sumber pencemar yang masuk ke dalam sungai.
V - 30
5.4.1 Analisa Perencanaan Wetland terhadap Lahan
Deskripsi Lokasi terencana Wetland di setiap segmen yang telah
ditentukan dan memiliki potensi yang dapat dijadikan sebagai lokasi Wetland
dijelaskan dalam Tabel 5.17 sebagai berikut :
Tabel 5.17. Perencanaan Wetland
Perencanaan luas wetland dan output wetland dapat dihitung dengan cara
dengan sebagai berikut :
Contoh perhitungan luas lahan untuk wetland:
𝑄
A =
𝑆𝐿
0.6
=
80/86400
= 648 m2
1
L = ( A × 2 )0.5
1
= ( 648 × 2 )0.5
= 18 m
P = 2 × 18 = 36 m
𝑄
V =
𝑇𝑑
0.6
= 192/3600
V - 31
= 11.25 m3
𝑉
H =
𝐴
11.25
=
648
= 0.02 m
Contoh perhitungan output wetland segmen 1
Kondisi lapangan :
Q : 2.101 m3/s
TSS : 15 mg/L
BOD : 6 mg/L
COD : 4 mg/L
Kondisi Sebelum diolah :
Q : 0.6 m3/s
TSS : 15 mg/L
BOD : 6 mg/L
COD : 4 mg/L
Efisiensi penurunan :
TSS : 53.45 %
BOD : 73.32 %
COD : 72.90 %
Sesudah masuk wetland / Perhitungan Konsentrasi Mass Balance:
Q : 0.6 m3/s
TSS : 15 - ( 53.45 % x 15 mg/L ) = 5.52 mg/L
BOD : 0.798 mg/L
COD : 0.552 mg/L
V - 32
𝐶1×𝑄1+𝐶2×𝑄2
TSS =
𝐶1×𝑄1
15𝑚𝑔 𝑚3 𝑚𝑔
× 1.5 +5.52 × 0.6𝑚3/𝑠
𝐿 𝑠 𝐿
= 𝑚𝑔
15 𝐿 ×1.5 𝑚3/𝑠
𝐶1×𝑄1+𝐶2×𝑄2
BOD =
𝐶1×𝑄1
6 𝑚𝑔 𝑚3 𝑚𝑔
𝐿
× 1.5 𝑠 +0.798 𝐿 × 0.6𝑚3/𝑠
= 𝑚𝑔
6 𝐿 ×1.5 𝑚3/𝑠
𝐶1×𝑄1+𝐶2×𝑄2
COD =
𝐶1×𝑄1
4 𝑚𝑔 𝑚3 𝑚𝑔
× 1.5 +0.552 × 0.6𝑚3/𝑠
𝐿 𝑠 𝐿
= 𝑚𝑔
4 𝐿 ×1.5 𝑚3/𝑠
V - 33
5.4.2 Analisa Wetland
Berikut analisa pemilihan wetland dapat dilihat dari beberapa sumber
literatur yang ada :
V - 34
Tabel 5.18 Analisa Wetland
Kerapatan Kerapatan Efisiensi %
Waktu Tanaman Tanaman
No Sumber
Detensi Skala TSS BOD COD
Laboratorium
Rika Nurkumalasari , dkk, 16 Hari 200 gram/cm2 59.29 81.14 78.57
1 2013, Fitoremediasi Limbah
Cair Tapioka Menggunakan
Tanaman Kangkung Air,
Teknik Lingkungan ITB,
Bandung.
Natalina, dkk, 2013, 8 hari 200 gram/cm2 2400 gr 63.2 86.7 86.2
2 Penggunaan Enceng Gondok
dan Kangkung Air dalam
Perbaikan Air Limbah
Industri Tahu, Universitas
Malahayati Bandar
Lampung, Lampung.
A. Endut, dkk, 2009, Effect 5 hari 15 – 20 gram/cm2 67 - 83 47 - 65 -
3. Of Flow Rate On Water
Quality Parameters And
Plant Growth Of Water
Spinch ( Ipomoea Aquatic) In
An Aquaponic Recirculating
System, University Malaysia
Terengganu, Malaysia.
V - 35
Dari tabel diatas maka analisa wetland yang terpilih adalah nomor 2 karena
selama 8 hari tanaman kangkung air dapat menurunkan beban pencemar sebesar
63.2 % untuk TSS, 86.7% untuk BOD, dan 86.2% untuk COD. Kerapatan tanaman
pada table diatas masih skala laboratorium , berikut salah satu contoh perhitungan
kerapatan tanaman yang akan digunakan :
5.5. Skenario
Analisis data ini dibagi berdasarkan 5 model simulasi skenario dengan
tujuan untuk mendapatkan daya tampung serta mengetahui kondisi badan air
sumber pencemar dari berbagai kondisi.
5.5.1 Skenario 1
Perhitungan daya tampung beban pencemaran sungai dilakukan
dengan menghitung selisih antara beban pencemar hasil simulasi dengan beban
pencemar baku mutu air kelas II. Dalam simulasi ini digunakan 5 skenario.
Skenario 1 ini menggambarkan keadaan dimana kualitas air di hulu Sungai
Metro dalam keadaan eksisting dan data kualitas air sungai terdapat penerapan
wetland di segmen 1.
V - 36
Tabel 5.20. Lembar Kerja Sumber Pencemar Skenario 1
Kepanjen
8.22 319 8.07 112.33 0.69 19.2
Karangkates
C. Hasil Simulasi
Setelah data-data pada masing-masing lembar kerja telah dimasukan
sesuai dengan skenario, maka program kemudian dijalankan untuk mengetahui
hasil simulasinya. Hasil simulasi dari skenario 1 dapat dilihat pada tabel 5.21
dan grafik 5.18 – 5.20 dibawah ini :
Tabel 5.21. Hasil Simulasi Skenario 1
Lokasi Jarak (km) TSS mg/L BOD mg/L COD mg/L Debit (m3/s)
V - 37
SungaiMetro (4/14/2016)
60.0
40.0
29.60
30.0
18.75
17.41
20.0 15.70 16.45
29.00 17.41
10.99
10.00
1.15
0.0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
distance upstream (Km)
V - 38
SungaiMetro (4/14/2016)
9
8.30
8
7.09 6.88
7 8.00 6.88
7.00
6 6.05 7.00
slow-reacting CBOD (mg/L)
5
4.10
4.00
4
4.00 4.25
3
3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
2
1
1.05
0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
distance upstream (Km)
V - 39
SungaiMetro (4/14/2016)
30.0
25.41 19.79
20.0 19.79
16.95
15.0
10.95 11.02
8.97
10.0
11.00 11.00
9.00
5.0
1.04
0.0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
V - 40
Pada grafik 5.18 hasil simulasi dengan skenario 1 dapat dilihat bahwa
konsentrasi TSS hasil simulasi yang ditunjukan dengan garis hitam menunjukkan
bahwa hasil simulasi sudah memenuhi baku mutu untuk air kelas II, yaitu sebesar
50 mg/l. Sedangkan untuk grafik 5.19 hasil simulasi dengan konsentrasi BOD,
dapat dilihat bahwa konsentrasi BOD hasil simulasi yang ditunjukan dengan garis
hitam menunjukkan bahwa hasil simulasi masih melebihi dari baku mutu untuk air
kelas II, yaitu sebesar 3 mg/l dan untuk grafik 5.20 hasil simulasi dengan
konsentrasi COD dapat dilihat bahwa konsentrasi COD hasil simulasi yang
ditunjukan dengan garis hitam masih memenuhi baku mutu parameter COD untuk
air kelas II, yaitu sebesar 25 mg/l.
D. Perhitungan Beban Pencamaran
Setelah diketahui hasil simulasi untuk konsentrasi TSS, BOD dan COD,
kemudian dapat dilakukan perhitungan beban pencemar. Perhitungan beban
pencemar terlebih dahulu dengan menghitung beban pencemar standar. Hasil
pehitungan keseluruhan beban pencemar standar untuk skenario 1 dapat dilihat
pada tabel 5.22 berikut:
Tabel 5.22. Beban Pencemaran Standar Hasil Skenario 1
V - 41
Beban Pencemar Standar Baku Mutu
40000 11440.74
35000
30000
7952.89 1372.89
25000
20000 5377.87 5676.32 954.35 22881.49
4537.16
15000 645.34 681.16
544.46 15905.78
10000 689.04
10755.74 11352.64
5000 82.68 9074.33
0
1378.08
1 2 3 4 5 6
V - 42
Tabel 5.23. Beban Pencemaran Hasil Simulasi Skenario 1
15000.00
3499.27 3203.41
10000.00
1936.03 2226.81
2497.58
5000.00 860.46 7779.71
700.34 908.21
191.11 5535.21
220.49 191.11 3441.84
0.00 2270.53
799.29 208.17
1 2 3 4 5 6
V - 43
Dari data di atas menunjukkan beban pencemar ditinjau dari hasil simulasi
dengan skenario 1 adalah berkisar antara 208.17 kg/hr – 7779.71 kg/hr untuk parameter
TSS, sedangkan untuk parameter BOD berkisar antara 191.11 kg/hr – 3203.41 kg/hr
dan sedangkan untuk parameter COD berkisar antara 191.11 kg/hr – 10067.85 kg/hr.
V - 44
Beban Pencemar TSS
25000 22881.49
20000
15905.78
15000
10755.74 11352.64
9074.33 7779.71
10000
5535.21
3441.84 2270.53
5000
1378.08799.29
208.17
0
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.23. Perbandingan Beban Pencemar TSS Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
3500.00 3203.41
3000.00
2500.00 2226.81
2000.00
1372.89
1500.00
860.46 908.21 954.35
1000.00 645.34 681.16
544.46
500.00 220.49 191.11
82.68
0.00
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.24. Perbandingan Beban Pencemar BOD Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
V - 45
Beban Pencemar COD
11440.74
12000
10067.85
10000
7952.89
8000
5377.87 5676.32
6000 4537.16
3499.27
4000 2497.58
1936.03
2000 689.04700.34
191.11
0
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.25. Perbandingan Beban Pencemar COD Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
16000.00
15101.78
14000.00
12000.00
10000.00 10370.57
9082.11 8866.16
kg/hr
8000.00
7313.90
6000.00
4000.00
2000.00
578.79
0.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00
Jaral Sungai km
V - 46
500.00
353.35
0.00
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00
-1000.00
-1272.46
-1500.00
-1830.52
-2000.00
Jarak Sungai km
5000.00
4500.00 4346.06
4000.00 4453.62
3500.00
3000.00 3441.84
2500.00 3178.74
kg/hr
2000.00
1500.00
1372.89
1000.00
500.00
0.00 -11.30
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00
-500.00
Jarak Sungai km
V - 47
Pada skenario 1 adanya penerapan wetland pada segmen 1. Hasil perhitungan
daya tampung beban pencemaran sungai Metro didapatkan nilai daya tampung beban
pencemaran Sungai Metro menjadi bertambah besar, tetapi hanya pada segmen 1
sungai Metro masih mempunyai daya tampung untuk input beban pencemar BOD
sedangkan pada hulu dan segmen 2 – segmen 5 sungai Metro tidak mempunyai daya
tampung beban pencemaran dan daya tampung beban pencemaran sungai Metro untuk
input beban pencemar TSS mampu menerima beban pencemaran TSS sedangkan COD
hanya hulu sungai Metro yang tidak mampu menerima beban pencemaran COD.
Pada grafik 5.26 tentang daya tampung beban pencemaran TSS, terlihat bahwa
pada segmen 1 – segmen 5 masih memiliki daya tampung beban pencemaran TSS yang
ditunjukan dengan nilai daya tampung beban pencemaran masih bernilai positif karena
beban pencemaran TSS yang masuk ke dalam sungai masih diijinkan sesuai dengan
baku mutu air kelas II. Hal ini menunjukkan Sungai Metro mempunyai kemampuan
untuk melakukan self purification untuk beban pencemar TSS.
Pada grafik 5.27 tentang daya tampung beban pencemaran BOD terlihat bahwa
hanya pada pada segmen 1 masih memiliki daya tampung beban pencemaran BOD
yang ditunjukan dengan nilai daya tampung beban pencemaran masih bernilai positif
karena beban pencemaran BOD yang masuk ke dalam sungai masih diijinkan sesuai
dengan baku mutu air kelas II. Hal ini dikarenakan adanya penerapan wetland di
segmen 1 yang menggunakan tanaman kangkung air, dimana menurut penelitian Dewi
Fitria Marlisa, dkk (2013), makin banyaknya akar yang dimiliki tanaman kangkung air
sehingga dapat menyerap material organik yang terdapat dalam air limbah domestik.
Semakin banyak kangkung air yang digunakan maka penyerapan bahan organik pun
akan semakin banyak pula sehingga oksigen dalam limbah tersebut bertambah sebagai
hasil dari fotosintesis tanaman tersebut. Akar kangkung air juga menyerap unsur hara
yang terkandung dalam limbah.
Pada grafik 5.28 tentang daya tampung beban pencemaran COD, terlihat bahwa
hanya pada hulu Sungai Metro yang memiliki nilai negatif sedangkan segmen 1 -
segmen 5 memiliki nilai positif. Hal ini berarti bahwa pada hulu sungai Metro tidak
V - 48
memiliki daya tampung beban pencemar sedangkan pada segmen 1 - 5 Sungai Metro
memiliki daya tampung beban pencemaran terhadap COD. Grafik daya tampung beban
pencemaran COD juga mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan adanya pengaruh
konsentrasi COD pada hulu yang masih tinggi sehingga beban pencemaran pada hulu
masih dapat mempengaruhi nilai daya tampung beban pencemaran di segmen-segmen
yang menuju hilir.
5.5.2 Skenario 2
Skenario ini menggambarkan keadaan dimana kualitas air di hulu Sungai
Metro dalam keadaan eksisting dan data kualitas air sungai terdapat penerapan
wetland di segmen 1 dan 2.
A. Lembar kerja hulu sungai
Tabel 5.25. Lembar kerja hulu sungai Skenario 2
V - 49
C. Hasil Simulasi
Setelah data-data pada masing-masing lembar kerja telah dimasukan sesuai
dengan skenario, maka program kemudian dijalankan untuk mengetahui hasil
simulasinya. Hasil simulasi dari skenario 2 dapat dilihat pada tabel 5.27 dan grafik
5.29 – 5.31 dibawah ini :
Tabel 5.27. Hasil Simulasi Skenario 2
Lokasi Jarak (km) TSS mg/L BOD mg/L COD mg/L Debit (m3/s)
V - 50
SungaiMetro (4/14/2016)
60.0
40.0
30.0 29.60
V - 51
SungaiMetro (4/14/2016)
9
8.30
8
7.09 6.88
7 6.88
8.00
6.05
7.00 7.00
6
slow-reacting CBOD (mg/L)
5
4.10
4.00
4 4.25
3
3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
2
1.35
1
1.05
0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
distance upstream (Km)
V - 52
SungaiMetro (4/14/2016)
30.0
22.00
25.41 19.79
20.0 19.79
16.95
15.0
10.95
11.02
8.97
10.0
11.00 11.00
5.0
1.04
1.36
0.0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
distance upstream (Km)
V - 53
Pada grafik 5.29 dan grafik 5.31 hasil simulasi dengan skenario 2 dapat
dilihat bahwa konsentrasi TSS dan COD hasil simulasi yang ditunjukan dengan
garis hitam masih sesuai dengan baku mutu untuk air kelas II, yaitu sebesar 50 mg/L
untuk TSS dan 25 mg/l untuk COD . Sedangkan untuk grafik 5.30 hasil simulasi
dengan konsentrasi BOD, dapat dilihat bahwa konsentrasi hasil simulasi yang
ditunjukan dengan garis hitam pada segmen 3, segmen 4 dan segmen 5 masih
melebihi baku mutu untuk air kelas II, yaitu sebesar 25 mg/l seperti ditunjukan
dengan garis merah, sedangkan untuk segmen 1 dan segmen 2 sudah sesuai dengan
standar baku mutu.
BOD(kg/hr) COD(kg/hr)
Lokasi TSS(kg/hr)
1378.08 82.68 689.04
Headwater
Segmen 1 9074.33 544.46 4537.16
V - 54
BEBAN PENCEMAR STANDAR BAKU MUTU
40000
11440.74
35000
30000
7952.89 1372.89
25000
V - 55
Tabel 5.29. Beban Pencemaran Hasil Simulasi Skenario 2
10067.85
20000.00
15000.00
3499.27
3203.41
10000.00
2497.58 2226.81
7779.71
5000.00
700.34 5535.21
188.56 908.21
292.13
220.49 191.11 289.33
0.00 2270.53
799.29 208.17 419.47
1 2 3 4 5 6
V - 56
Dari data di atas hasil simulasi dengan skenario 2 adalah berkisar antara 208.17
kg/hr – 7779.71 kg/hr untuk TSS, sedangkan antara 191.11 kg/hr – 3203.41 kg/hr untuk
BOD dan antara 188.56 kg/hr – 10067.85 kg/hr untuk COD.
V - 57
Beban Pencemar TSS
25000 22881.49
20000
15905.78
15000
10755.74 11352.64
9074.33
10000 7779.71
5535.21
Grafik 5.31. Perbandingan Beban Pencemar TSS Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
3500.00 3203.41
3000.00
2500.00 2226.81
2000.00
1372.89
1500.00
908.21 954.35
1000.00 645.34 681.16
544.46
289.33
500.00 82.68 220.49 191.11
0.00
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.32. Perbandingan Beban Pencemar BOD Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
V - 58
Beban Pencemar COD
11440.74
12000
10067.85
10000
7952.89
8000
5377.87 5676.32
6000 4537.16
3499.27
4000 2497.58
689.04
2000 700.34 292.13
188.56
0
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.33. Perbandingan Beban Pencemar COD Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
16000.00 15101.78
14000.00
12000.00
10370.57 10336.27
10000.00 9082.11 8866.16
kg/hr
8000.00
6000.00
4000.00
2000.00
578.79
0.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Jarak Sungai km
V - 59
1000.00
0.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
kg/hr
-137.81
-500.00 -227.05
-1000.00 -1272.46
-1500.00
-1830.52
-2000.00
Jarak Sungai km
2000.00 1372.89
1000.00
-11.30
0.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
-1000.00
Jarak Sungai km
Pada skenario 2 adanya penerapan wetland pada segmen 1 dan segmen 2. Hasil
perhitungan daya tampung beban pencemaran sungai Metro didapatkan nilai daya
tampung beban pencemaran Sungai Metro menjadi bertambah besar, tetapi hanya pada
segmen 1 dan segmen 2 sungai Metro mempunyai daya tampung untuk input beban
V - 60
pencemar BOD. Sedangkan untuk input beban pencemar TSS mampu menerima
beban pencemaran TSS dan COD hanya hulu Sungai Metro yang tidak mampu
menerima beban pencemaran COD.
Pada grafik 5.34 tentang daya tampung beban pencemaran TSS, terlihat bahwa
pada segmen 1 – segmen 5 masih memiliki daya tampung beban pencemaran TSS yang
ditunjukan dengan nilai daya tampung beban pencemaran masih bernilai positif karena
beban pencemaran TSS yang masuk ke dalam sungai masih diijinkan sesuai dengan
baku mutu air kelas II. Hal ini menunjukkan Sungai Metro mempunyai kemampuan
untuk melakukan self purification untuk beban pencemar TSS.
Pada grafik 5.35 tentang daya tampung beban pencemaran BOD terlihat bahwa
hanya pada pada segmen 1 dan segmen 2 masih memiliki daya tampung beban
pencemaran BOD yang ditunjukan dengan nilai daya tampung beban pencemaran
masih bernilai positif karena beban pencemaran BOD yang masuk ke dalam sungai
masih diijinkan sesuai dengan baku mutu air kelas II. Hal ini dikarenakan adanya
penerapan wetland di segmen 1 dan segmen 2 yang menggunakan tanaman kangkung
air, dimana menurut penelitian Dewi Fitria Marlisa, dkk (2013), makin banyaknya akar
yang dimiliki tanaman kangkung air sehingga dapat menyerap material organik yang
terdapat dalam air limbah domestik. Semakin banyak kangkung air yang digunakan
maka penyerapan bahan organik pun akan semakin banyak pula sehingga oksigen
dalam limbah tersebut bertambah sebagai hasil dari fotosintesis tanaman tersebut. Akar
kangkung air juga menyerap unsur hara yang terkandung dalam limbah.
Pada grafik 5.36 tentang daya tampung beban pencemaran COD, terlihat bahwa
hanya pada hulu Sungai Metro yang memiliki nilai negatif dan pada segmen 1 - segmen
5 memiliki nilai positif. Hal ini berarti bahwa ada segmen 1 - 5 Sungai Metro memiliki
daya tampung beban pencemaran terhadap COD sedangkan pada hulu Sungai Metro
tidak memiliki daya tampung beban pencemar. Grafik daya tampung beban
pencemaran COD juga mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan adanya pengaruh
konsentrasi COD pada hulu yang masih tinggi sehingga beban pencemaran pada hulu
V - 61
masih dapat mempengaruhi nilai daya tampung beban pencemaran di segmen-segmen
yang menuju hilir.
5.5.3 Skenario 3
Skenario ini menggambarkan keadaan dimana kualitas air di hulu Sungai
Metro dalam keadaan eksisting dan data kualitas air sungai terdapat penerapan
wetland pada segmen 1, segmen 2 dan segmen 3.
A. Lembar kerja hulu sungai
Tabel 5.31. Lembar kerja hulu sungai Skenario 3
Kepanjen
8.22 319 8.07 112.33 0.69 19.2
Karangkates
V - 62
C. Hasil Simulasi
Setelah data-data pada masing-masing lembar kerja telah dimasukan sesuai
dengan skenario, maka program kemudian dijalankan untuk mengetahui hasil
simulasinya. Hasil simulasi dari skenario 3 dapat dilihat pada tabel 5.33 dan grafik
5.37– 5.39 dibawah ini :
Tabel 5.33. Hasil Simulasi Skenario 3
Lokasi Jarak (km) TSS mg/L BOD mg/L COD mg/L Debit (m3/s)
40.11 29 8 25.41 0.319
Headwater
Segmen 1 37.20 1.15 1.05 1.04 2.10
V - 63
SungaiMetro (4/14/2016)
60.0
40.0
30.0 29.60
1.15 1.95
1.52
0.0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
distance upstream (Km)
V - 64
SungaiMetro (4/14/2016)
9
8.30
8
7.09 6.88
7 6.88
8.00
6.05
7.00 7.00
6
slow-reacting CBOD (mg/L)
5
4.10
4.00
4
3
3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
2
1.35
1
1.05 0.92
0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
distance upstream (Km)
V - 65
SungaiMetro (4/14/2016)
30.0
22.00
25.41 19.79
20.0 19.79
16.95
15.0
10.95
11.02
8.97
10.0
11.00
5.0
1.04 0.93
1.36
0.0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
distance upstream (Km)
V - 66
Pada grafik 5.37 hasil simulasi dengan skenario 3 dapat dilihat bahwa
konsentrasi TSS hasil simulasi yang ditunjukan dengan garis hitam menuunjukkan
bahwa hasil simulasi sudah memenuhi baku mutu untuk air kelas II, yaitu sebesar
50 mg/l. Sedangkan untuk grafik 5.38 hasil simulasi dengan konsentrasi BOD,
dapat dilihat bahwa konsentrasi BOD pada hulu Sungai Metro serta segmen 4 dan
segmen 5 hasil simulasi yang ditunjukan dengan garis hitam menunjukkan bahwa
hasil simulasi masih melebihi dari baku mutu untuk air kelas II, yaitu sebesar 3 mg/l
dan untuk grafik 5.39 hasil simulasi dengan konsentrasi COD dapat dilihat bahwa
konsentrasi COD hasil simulasi yang ditunjukan dengan garis hitam bahwa hulu
sungai Metro tidak memenuhi baku mutu parameter COD untuk air kelas II, yaitu
sebesar 25 mg/l sedangkankan untuk segmen 1 – segmen 5 sudah memenuhi baku
mutu parameter COD untuk air kelas II, yaitu sebesar 25 mg/l.
D. Perhitungan Beban Pencamaran
Setelah diketahui hasil simulasi untuk konsentrasi TSS, BOD dan COD,
kemudian dapat dilakukan perhitungan beban pencemar. Perhitungan beban
pencemar terlebih dahulu dengan menghitung beban pencemar standar. Hasil
pehitungan keseluruhan beban pencemar standar untuk skenario 3 dapat dilihat
pada tabel 5.34 berikut:
Tabel 5.34. Beban Pencemaran Standar Hasil Skenario 3
V - 67
BEBAN PENCEMAR STANDAR BAKU MUTU
40000
11440.74
35000
30000
7952.89 1372.89
25000
V - 68
Tabel 5.35. Beban Pencemaran Hasil Simulasi Skenario 3
20000.00
15000.00
3499.27
3203.41
10000.00
2226.81
7779.71
5000.00
700.34 188.56 5535.21
292.13 211.84
220.49 191.11 289.33 209.57
0.00 208.17 419.47 345.80
799.29
1 2 3 4 5 6
V - 69
Dari data di atas menunjukkan beban pencemar ditinjau dari hasil simulasi
dengan skenario 3 adalah berkisar antara 208.17 kg/hr – 7779.71 kg/hr untuk parameter
TSS, sedangkan untuk parameter BOD berkisar antara 191.11 kg/hr – 3203.41 kg/hr
dan , sedangkan untuk parameter COD berkisar antara 188.56 kg/hr – 10067.85 kg/hr
V - 70
Beban Pencemar TSS
25000 22881.49
20000
15905.78
15000
10755.74 11352.64
9074.33 7779.71
10000
5535.21
1378.08
5000
799.29 208.17 419.47 345.80
0
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.42. Perbandingan Beban Pencemar TSS Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
3500.00 3203.41
3000.00
2500.00 2226.81
2000.00
1372.89
1500.00
954.35
1000.00 645.34 681.16
544.46
220.49 191.11 289.33 209.57
500.00 82.68
0.00
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.43. Perbandingan Beban Pencemar BOD Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
V - 71
Beban Pencemar COD
11440.74
12000
10067.85
10000
7952.89
8000
5377.87 5676.32
6000 4537.16
3499.27
4000
700.34
2000 689.04 292.13 211.84
188.56
0
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.44. Perbandingan Beban Pencemar COD Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
16000.00 15101.78
14000.00
12000.00 11006.83
10370.57 10336.27
10000.00 8866.16
kg/hr
8000.00
6000.00
4000.00
2000.00
578.79
0.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Jarak Sungai km
V - 72
1000.00
471.59
0.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
kg/hr
-137.81
-500.00
-1000.00 -1272.46
-1500.00
-1830.52
-2000.00
Jarak Sungai km
6000.00 5464.48
5085.74
5000.00 4453.62 4348.60
4000.00
3000.00
kg/hr
2000.00 1372.89
1000.00
-11.30
0.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
-1000.00
Jarak Sungai km
V - 73
daya tampung untuk input beban pencemar BOD. Sedangkan untuk input beban
pencemar TSS mampu menerima beban pencemaran TSS dari segmen 1 – segmen 5
dan COD hanya hulu sungai Metro yang tidak memiliki daya tampung beban
pencemar sedangkan dari segmen 1 – segmen 5 mampu menerima beban pencemaran
COD.
Pada grafik 5.45 tentang daya tampung beban pencemaran TSS, terlihat bahwa
pada segmen 1 – segmen 5 masih memiliki daya tampung beban pencemaran TSS yang
ditunjukan dengan nilai daya tampung beban pencemaran masih bernilai positif karena
beban pencemaran TSS yang masuk ke dalam sungai masih diijinkan sesuai dengan
baku mutu air kelas II. Hal ini menunjukkan Sungai Metro mempunyai kemampuan
untuk melakukan self purification untuk beban pencemar TSS.
Pada grafik 5.46 tentang daya tampung beban pencemaran BOD terlihat bahwa
hanya pada segmen 1 , segmen 2 dan segmen 3 masih memiliki daya tampung beban
pencemaran BOD yang ditunjukan dengan nilai daya tampung beban pencemaran
masih bernilai positif karena beban pencemaran BOD yang masuk ke dalam sungai
masih diijinkan sesuai dengan baku mutu air kelas II. Hal ini dikarenakan adanya
penerapan wetland di segmen 1, segmen 2 dan segmen 3 yang menggunakan tanaman
kangkung air, dimana menurut penelitian Dewi Fitria Marlisa, dkk (2013), makin
banyaknya akar yang dimiliki tanaman kangkung air sehingga dapat menyerap material
organik yang terdapat dalam air limbah domestik. Semakin banyak kangkung air yang
digunakan maka penyerapan bahan organik pun akan semakin banyak pula sehingga
oksigen dalam limbah tersebut bertambah sebagai hasil dari fotosintesis tanaman
tersebut. Akar kangkung air juga menyerap unsur hara yang terkandung dalam limbah.
Pada grafik 5.47 tentang daya tampung beban pencemaran COD, terlihat
bahwa pada segmen 1 - segmen 5 memiliki nilai positif tetapi hanya di hulu Sungai
Metro yang memiliki nilai negatif. Hal ini berarti bahwa pada segmen 1 - 5 Sungai
Metro memiliki daya tampung beban pencemaran terhadap COD sedangkan pada hulu
tidak memiliki daya tampung beban pencemaran terhadap COD. Grafik daya tampung
beban pencemaran COD juga mengalami fluktuasi. Hal ini disebabkan adanya
V - 74
pengaruh konsentrasi COD pada hulu yang masih tinggi sehingga beban pencemaran
pada hulu masih dapat mempengaruhi nilai daya tampung beban pencemaran di
segmen-segmen yang menuju hilir.
5.5.4 Skenario 4
Skenario ini menggambarkan keadaan dimana kualitas air di Sungai Metro
kondisi eksisting dan data kualitas air sungai terdapat penerapan wetland pada
segmen 1 segmen 2 , segmen 3 dan segmen 4.
A. Lembar kerja hulu sungai
Tabel 5.36. Lembar kerja hulu sungai Skenario 4
Kepanjen
8.22 319 8.07 112.33 0.69 19.2
Karangkates
V - 75
C. Hasil Simulasi
Setelah data-data pada masing-masing lembar kerja telah dimasukan sesuai
dengan skenario, maka program kemudian dijalankan untuk mengetahui hasil
simulasinya. Hasil simulasi dari skenario 4 dapat dilihat pada tabel 5.38 dan grafik
5.48– 5.50 dibawah ini :
Tabel 5.38. Hasil Simulasi Skenario 4
Jarak Debit
Lokasi TSS mg/L BOD mg/L COD mg/L
(km) (m3/s)
40.11 29 8 25.41 0.319
Headwater
Segmen 1 37.20 1.15 1.05 1.04 2.10
V - 76
SungaiMetro (4/14/2016)
60.0
40.0
30.0 29.60
1.15 1.95
1.52 1.09
0.0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
distance upstream (Km)
V - 77
SungaiMetro (4/14/2016)
9
8.30
8
7.09 6.88
7 6.88
8.00
6.05
7.00
6
slow-reacting CBOD (mg/L)
5
4.10
4.00
4
3
3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
2
1.35
1 0.50
0.92
1.05
0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
distance upstream (Km)
V - 78
SungaiMetro (4/14/2016)
30.0
22.00
25.41 19.79
20.0 19.79
16.95
15.0
10.95
11.02
8.97
10.0
5.0
1.04
0.93 0.51
1.36
0.0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
distance upstream (Km)
V - 79
Pada grafik 5.48 hasil simulasi dengan skenario 4 dapat dilihat bahwa
konsentrasi TSS hasil simulasi yang ditunjukan dengan garis hitam menunjukkan
bahwa hasil simulasi sudah memenuhi baku mutu untuk air kelas II, yaitu sebesar
50 mg/l. Sedangkan untuk grafik 5.49 hasil simulasi dengan konsentrasi BOD,
dapat dilihat pada segmen 1 menuju segmen 4 sungai Metro bahwa konsentrasi
BOD hasil simulasi yang ditunjukan dengan garis hitam menunjukkan bahwa hasil
simulasi masih memenuhi baku mutu untuk air kelas II, yaitu sebesar 3 mg/l dan
untuk grafik 5.50 hasil simulasi dengan konsentrasi COD dapat dilihat bahwa
konsentrasi COD hasil simulasi dari segmen 1 – segmen 5 yang ditunjukan dengan
garis hitam masih memenuhi baku mutu parameter COD untuk air kelas II, yaitu
sebesar 25 mg/l.
D. Perhitungan Beban Pencamaran
Setelah diketahui hasil simulasi untuk konsentrasi TSS, BOD dan COD,
kemudian dapat dilakukan perhitungan beban pencemar. Perhitungan beban
pencemar terlebih dahulu dengan menghitung beban pencemar standar. Hasil
pehitungan keseluruhan beban pencemar standar untuk skenario 4 dapat dilihat
pada tabel 5.39 berikut:
Tabel 5.39. Beban Pencemaran Standar Hasil Skenario 4
V - 80
BEBAN PENCEMAR STANDAR BAKU MUTU
40000
11440.74
35000
30000
7952.89 1372.89
25000
V - 81
Tabel 5.40. Beban Pencemaran Hasil Simulasi Skenario 4
20000.00
15000.00
3203.41
10000.00
7779.71
5000.00
700.34
188.56 292.13 211.84 160.97
220.49 191.11 289.33 209.57 157.79
0.00 208.17 419.47 345.80 347.70
799.29
1 2 3 4 5 6
V - 82
Dari data di atas menunjukkan beban pencemar ditinjau dari hasil simulasi
dengan skenario 4 adalah berkisar antara 208.17 kg/hr – 7779.71 kg/hr untuk
parameter TSS, sedangkan untuk parameter BOD berkisar antara 191.11 kg/hr –
3208.41 kg/hr dan . sedangkan untuk parameter COD berkisar antara 188.56 kg/hr –
10067.85 kg/hr
V - 83
Beban Pencemar TSS
25000 22881.49
20000
15905.78
15000
10755.74 11352.64
9074.33
10000 7779.71
1378.08
5000
799.29 208.17 345.80
419.47 347.70
0
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.53. Perbandingan Beban Pencemar TSS Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
3500.00 3203.41
3000.00
2500.00
2000.00
1372.89
1500.00
954.35
1000.00 645.34 681.16
220.49 544.46
191.11 289.33 209.57 157.79
500.00 82.68
0.00
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.54. Perbandingan Beban Pencemar BOD Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
V - 84
Beban Pencemar COD
11440.74
12000
10067.85
10000
7952.89
8000
5377.87 5676.32
6000 4537.16
4000
700.34
2000 689.04 188.56 292.13 211.84 160.97
0
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.55. Perbandingan Beban Pencemar COD Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
18000.00
15558.08
16000.00 15101.78
14000.00
12000.00 11006.83
10336.27
10000.00 8866.16
kg/hr
8000.00
6000.00
4000.00
2000.00 578.79
0.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Jarak Sungai km
V - 85
1500.00
1000.00 796.56
356.01 353.35
500.00
471.59
0.00
kg/hr
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
-500.00 -137.81
-1000.00
-1500.00
-1830.52
-2000.00
Jarak Sungai km
9000.00
7791.93
8000.00
7000.00
6000.00 5464.48
5085.74
5000.00 4348.60
kg/hr
4000.00
3000.00
2000.00 1372.89
1000.00
-11.30
0.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
-1000.00
Jarak Sungai km
V - 86
untuk input beban pencemar BOD. Sedangkan untuk input beban pencemar TSS
mampu menerima beban pencemaran TSS dari segmen 1 – segmen 5 dan untuk input
beban pencemar COD mampu menerima beban pencemaran COD dari segmen 1 –
segmen 5 kecuali pada hulu Sungai Metro yang tidak mampu menerima beban
pencemaran COD .
Pada grafik 5.56 tentang daya tampung beban pencemaran TSS, terlihat bahwa
pada segmen 1 – segmen 5 masih memiliki daya tampung beban pencemaran TSS yang
ditunjukan dengan nilai daya tampung beban pencemaran masih bernilai positif karena
beban pencemaran TSS yang masuk ke dalam sungai masih diijinkan sesuai dengan
baku mutu air kelas II. Hal ini menunjukkan Sungai Metro mempunyai kemampuan
untuk melakukan self purification untuk beban pencemar TSS. Selain itu adanya
peranan wetland dimana penurunan kandungan TSS merupakan hasil aktivitas akar
tanaman yang dapat menyerap bahan-bahan padatan tersuspensi. Grafik daya tampung
beban pencemaran TSS juga mengalami peningkatan dari hulu menuju hilir, hal ini
dikarenakan konsentrasi TSS dari hulu menuju hilir mengalami penurunan sebagai
akibat dari proses pengenceran dari anak sungai yang masuk ke badan sungai Metro
yang terjadi selama perjalanan.
Pada grafik 5.57 tentang daya tampung beban pencemaran BOD terlihat bahwa
pada segmen 1 menuju segmen 4 masih memiliki daya tampung beban pencemaran
BOD yang ditunjukan dengan nilai daya tampung beban pencemaran masih bernilai
positif karena beban pencemaran BOD yang masuk ke dalam sungai masih diijinkan
sesuai dengan baku mutu air kelas II. Hal ini dikarenakan adanya penerapan wetland
di hulu sungai metro yang menggunakan tanaman kangkung air, dimana menurut
penelitian Dewi Fitria Marlisa, dkk (2013), makin banyaknya akar yang dimiliki
tanaman kangkung air sehingga dapat menyerap material organik yang terdapat dalam
air limbah domestik. Semakin banyak kangkung air yang digunakan maka penyerapan
bahan organik pun akan semakin banyak pula sehingga oksigen dalam limbah tersebut
bertambah sebagai hasil dari fotosintesis tanaman tersebut. Akar kangkung air juga
menyerap unsur hara yang terkandung dalam limbah.
V - 87
Pada grafik 5.58 tentang daya tampung beban pencemaran COD, terlihat
bahwa pada segmen 1 - segmen 5 memiliki nilai positif. Hal ini berarti bahwa ada
segmen 1 - 5 Sungai Metro memiliki daya tampung beban pencemaran terhadap COD.
Hal ini disebabkan karena tanaman berkerjasama dengan mikroorganisme yang
menyebabkan senyawa senyawa organik terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana
selain itu unsur unsur kimia organic maupun anorganik diserap oleh tanaman yang
mengakibatkan proses-proses kimiawi yang membutuhkan oksigen menjadi menurun.
5.5.5 Skenario 5
Skenario ini menggambarkan keadaan dimana kualitas air di Sungai Metro
kondisi eksisiting dan data kualitas air sungai terdapat penerapan wetland pada
segmen 1, segmen 2, segmen 3, segmen 4 dan segmen 5.
A. Lembar kerja hulu sungai
Tabel 5.43. Lembar kerja hulu sungai Skenario 5
V - 88
Tabel 5.44. Lembar Kerja Sumber Pencemar Skenario 5
Kepanjen
8.22 319 8.07 112.33 0.69 19.2
Karangkates
C. Hasil Simulasi
Setelah data-data pada masing-masing lembar kerja telah dimasukan sesuai
dengan skenario, maka program kemudian dijalankan untuk mengetahui hasil
simulasinya. Hasil simulasi dari skenario 5 dapat dilihat pada tabel 5.45 dan grafik
5.59– 5.61 dibawah ini :
V - 89
Tabel 5.45. Hasil Simulasi Skenario 5
Jarak Debit
Lokasi TSS mg/L BOD mg/L COD mg/L
(km) (m3/s)
V - 90
SungaiMetro (4/14/2016)
60.0
40.0
30.0 29.60
10.0
1.95 1.30
1.52 1.09
0.0
40 1.15 35 30 25 20 15 10 5 0
distance upstream (Km)
V - 91
SungaiMetro (4/14/2016)
9
8.30
8
7.09 6.88
7 6.88
8.00
6.05
6
slow-reacting CBOD (mg/L)
5
4.10
4.00
4
3
3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
2
1.35 0.92
1
0.50
1.05 1.11
0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
distance upstream (Km)
V - 92
SungaiMetro (4/14/2016)
30.0
25.41 19.79
20.0 19.79
16.95
15.0
10.95
11.02
8.97
10.0
5.0
0.93 0.51
1.36 1.11
0.0
40 35 30 25 20 15 10 5 0
1.04
distance upstream (Km)
V - 93
Pada grafik 5.59 hasil simulasi dengan skenario 5 dapat dilihat bahwa
konsentrasi TSS hasil simulasi yang ditunjukan dengan garis hitam
menunjukkan bahwa hasil simulasi sudah memenuhi baku mutu untuk air kelas
II, yaitu sebesar 50 mg/l. Sedangkan untuk grafik 5.60 hasil simulasi dengan
konsentrasi BOD, dapat dilihat pada segemen 1 menuju segmen 5 sungai Metro
bahwa konsentrasi BOD hasil simulasi yang ditunjukan dengan garis hitam
menunjukkan bahwa hasil simulasi sudah memenuhi baku mutu untuk air kelas
II, yaitu sebesar 3 mg/l dan untuk grafik 5.61 hasil simulasi dengan konsentrasi
COD dapat dilihat bahwa konsentrasi COD hasil simulasi yang ditunjukan
dengan garis hitam masih memenuhi baku mutu parameter COD untuk air kelas
II, yaitu sebesar 25 mg/l.
D. Perhitungan Beban Pencamaran
Setelah diketahui hasil simulasi untuk konsentrasi TSS, BOD dan COD,
kemudian dapat dilakukan perhitungan beban pencemar. Perhitungan beban
pencemar terlebih dahulu dengan menghitung beban pencemar standar. Hasil
pehitungan keseluruhan beban pencemar standar untuk skenario 5 dapat dilihat
pada tabel 5.46 berikut:
Tabel 5.46. Beban Pencemaran Standar Hasil Skenario 5
V - 94
BEBAN PENCEMAR STANDAR BAKU MUTU
40000
11440.74
35000
30000
7952.89 1372.89
25000
V - 95
Tabel 5.47. Beban Pencemaran Hasil Simulasi Skenario 5
1800.00 700.34
506.05
1600.00
1400.00
1200.00
292.13 506.14
1000.00 220.49
188.56 211.84
800.00 160.97
289.33
799.29
600.00 209.57
157.79
191.11 593.55
400.00
419.47
200.00 345.80 347.70
208.17
0.00
1 2 3 4 5 6
V - 96
Dari data di atas menunjukkan beban pencemar ditinjau dari hasil simulasi
dengan skenario 5 adalah berkisar antara 208.17 kg/hr – 799.29 kg/hr untuk
parameter TSS, sedangkan untuk parameter BOD berkisar antara 157.79 kg/hr –
506.14 kg/hr dan . sedangkan untuk parameter COD berkisar antara 160.97 kg/hr –
700.34 kg/hr
V - 97
Beban Pencemar TSS
25000 22881.49
20000
15905.78
15000
10755.74 11352.64
9074.33
10000
1378.08
5000
799.29 419.47 345.80 347.70 593.55
208.17
0
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.64. Perbandingan Beban Pencemar TSS Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
0.00
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.65. Perbandingan Beban Pencemar BOD Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
V - 98
Beban Pencemar COD
11440.74
12000
10000
7952.89
8000
5377.87 5676.32
6000 4537.16
4000
700.34
2000 689.04 188.56 292.13 211.84 160.97 506.05
0
1 2 3 4 5 6
Grafik 5.66. Perbandingan Beban Pencemar COD Kondisi Standar dan Hasil Simulasi
1000.00
866.75
796.56
800.00
600.00
kg/hr
356.01 353.35
400.00
471.59
200.00
0.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
-200.00
Jarak Sungai km -137.81
V - 99
1000.00
866.75
796.56
800.00
600.00
kg/hr
356.01 353.35
400.00
471.59
200.00
0.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
-200.00
Jarak Sungai km -137.81
12000.00 10934.70
10000.00
7791.93
8000.00
5464.48
6000.00 5085.74
kg/hr
4348.60
4000.00
2000.00
-11.30
0.00
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
-2000.00
Jarak Sungai km
V - 100
Sedangkan untuk input beban pencemar TSS dan COD mampu menerima beban
pencemaran TSS dan COD dari segmen 1 – segmen 5.
Pada grafik 5.67 tentang daya tampung beban pencemaran TSS, terlihat
bahwa pada segmen 1 – segmen 5 masih memiliki daya tampung beban pencemaran
TSS yang ditunjukan dengan nilai daya tampung beban pencemaran masih bernilai
positif karena beban pencemaran TSS yang masuk ke dalam sungai masih diijinkan
sesuai dengan baku mutu air kelas II. Hal ini menunjukkan Sungai Metro
mempunyai kemampuan untuk melakukan self purification untuk beban pencemar
TSS. Selain itu adanya peranan wetland dimana penurunan kandungan TSS
merupakan hasil aktivitas akar tanaman yang dapat menyerap bahan-bahan padatan
tersuspensi. Grafik daya tampung beban pencemaran TSS juga mengalami
peningkatan dari hulu menuju hilir, hal ini dikarenakan konsentrasi TSS dari hulu
menuju hilir mengalami penurunan sebagai akibat dari proses pengenceran dari
anak sungai yang masuk ke badan sungai Metro yang terjadi selama perjalanan.
Pada grafik 5.68 tentang daya tampung beban pencemaran BOD terlihat
bahwa pada segmen 1 menuju segmen 5 masih memiliki daya tampung beban
pencemaran BOD yang ditunjukan dengan nilai daya tampung beban pencemaran
masih bernilai positif karena beban pencemaran BOD yang masuk ke dalam sungai
masih diijinkan sesuai dengan baku mutu air kelas II. Hal ini dikarenakan adanya
penerapan wetland di hulu sungai Metro yang menggunakan tanaman kangkung
air, dimana menurut penelitian Dewi Fitria Marlisa, dkk (2013), makin banyaknya
akar yang dimiliki tanaman kangkung air sehingga dapat menyerap material
organik yang terdapat dalam air limbah domestik. Semakin banyak kangkung air
yang digunakan maka penyerapan bahan organik pun akan semakin banyak pula
sehingga oksigen dalam limbah tersebut bertambah sebagai hasil dari fotosintesis
tanaman tersebut. Akar kangkung air juga menyerap unsur hara yang terkandung
dalam limbah.
Pada grafik 5.69 tentang daya tampung beban pencemaran COD, terlihat
bahwa pada segmen 1 - segmen 5 memiliki nilai positif. Hal ini berarti bahwa pada
segmen 1 - 5 Sungai Metro memiliki daya tampung beban pencemaran terhadap
COD. Hal ini disebabkan karena tanaman berkerjasama dengan mikroorganisme
V - 101
yang menyebabkan senyawa senyawa organik terurai menjadi senyawa yang lebih
sederhana selain itu unsur unsur kimia organic maupun anorganik diserap oleh
tanamanyang mengakibatkan proses-proses kimiawi yang membutuhkan oksigen
menjadi menurun.
Seluruh simulasi dengan berbagai macam skenario kemudian dapat
disajikan dalam bentuk matrik. Matrik tentang berbagai skenario dan berbagai
upaya yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 5.49 berikut :
V - 102
Tabel 5.49. Matriks Skenario Simulasi Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Metro
Kualitas
Skenario Kualitas Air Hulu Hasil Upaya Yang Dilakukan
Sungai
Konsentrasi BOD masih melebihi baku mutu air kelas II
Konsentrasi COD sudah memenuhi baku mutu air kelas II kecuali hulu Menurunkan konsentrasi
sungai masih melebihi baku mutu air kelas II pada sumber pencemar di
Kondisi Konsentrasi TSS sudah memenuhi baku mutu air kelas II segmen 1, 2, 3, 4, dan 5
Eksisting Kondisi Sebenarnya
Sebenarnya Sungai tidak memiliki daya tampung beban pencemaran untuk BOD sesuai dengan baku mutu
Sungai memiliki daya tampung beban pencemaran untuk TSS air sungai
Sungai memiliki daya tampung beban pencemaran untuk COD kecuali
hulu sungai masih melebihi baku mutu air kelas II
Konsentrasi BOD pada hulu, segmen 2 , segmen 3, segmen 4 dan 5 masih
melebihi baku mutu air kelas II
Konsentrasi TSS telah memenuhi baku mutu air kelas II Menurunkan konsentrasi
Penerapan Konsentrasi COD telah memenuhi baku mutu air kelas II pada sumber pencemar di
1 Kondisi Sebenarnya Wetland pada Sungai tidak memiliki daya tampung beban pencemaran untuk BOD segmen 2, 3, 4, dan 5
segmen 1 hanya pada hulu, segmen 2 , segmen 3, segmen 4 dan 5 sesuai dengan baku mutu
Sungai memiliki daya tampung beban pencemaran untuk TSS air sungai
Sungai memiliki daya tampung beban pencemaran untuk COD kecuali
hulu sungai masih melebihi baku mutu air kelas II
V - 103
Kualitas
Skenario Kualitas Air Hulu Hasil Upaya Yang Dilakukan
Sungai
Konsentrasi BOD pada hulu, segmen 3 , 4 dan 5 masih melebihi baku
mutu air kelas II
Penerapan Konsentrasi TSS telah memenuhi baku mutu air kelas II Menurunkan konsentrasi
Wetland pada Konsentrasi COD telah memenuhi baku mutu air kelas II pada air sungai di segmen
2 Kondisi Sebenarnya
Segmen 1 dan Sungai tidak memiliki daya tampung beban pencemaran untuk BOD 3 , 4 dan 5 sesuai dengan
segmen 2 hanya pada hulu, segmen 3, segmen 4 dan 5 baku mutu air air sungai
Sungai memiliki daya tampung beban pencemaran untuk TSS dan COD
kecuali hulu sungai masih melebihi baku mutu air kelas II
Konsentrasi BOD pada segmen 4 dan 5 masih melebihi baku mutu air
kelas II
Penerapan Konsentrasi TSS telah memenuhi baku mutu air kelas II
Menurunkan konsentrasi
Wetland pada Konsentrasi COD telah memenuhi baku mutu air kelas II
pada air sungai di segmen
3 Kondisi Sebenarnya Segmen 1 Sungai tidak memiliki daya tampung beban pencemaran untuk BOD
4 dan 5 sesuai dengan baku
Segmen 2 dan hanya pada hulu, segmen 4 dan 5
mutu air sungai
Segmen 3 Sungai memiliki daya tampung beban pencemaran untuk TSS
Sungai memiliki daya tampung beban pencemaran untuk COD kecuali
hulu sungai masih melebihi baku mutu air kelas II
Penerapan
Pada segmen 1 Sungai Metro Konsentrasi BOD masih melebihi baku
4 Kondisi Sebenarnya Wetland pada Menurunkan konsentrasi
mutu air kelas II
Segmen 1, pada air sungai di segmen
V - 104
Kualitas
Skenario Kualitas Air Hulu Hasil Upaya Yang Dilakukan
Sungai
Segmen 2 Konsentrasi TSS telah memenuhi baku mutu air kelas II 1 sesuai dengan baku mutu
Segmen 3 Konsentrasi COD telah memenuhi baku mutu air kelas II air air sungai
dan Segmen 4 Pada segmen 5 Sungai Metro tidak memiliki daya tampung beban
pencemaran untuk BOD
Sungai memiliki daya tampung beban pencemaran untuk TSS
Sungai memiliki daya tampung beban pencemaran untuk COD kecuali
hulu sungai masih melebihi baku mutu air kelas II
Konsentrasi BOD telah memenuhi baku mutu air kelas II kecuali hulu
Sungai Metro
Penerapan
Konsentrasi TSS telah memenuhi baku mutu air kelas II kecuali hulu
Wetland Menurunkan konsentrasi
Sungai Metro
Segmen 1 BOD dan COD pada hulu
Konsentrasi COD telah memenuhi baku mutu air kelas II
5 Kondisi Sebenarnya Segmen 2 sungai metro di sesuai
Sungai memiliki daya tampung beban pencemaran untuk BOD kecuali
Segmen 3 dengan baku mutu air
hulu sungai masih melebihi baku mutu air kelas II
Segmen 4 dan sungai
Sungai memiliki daya tampung beban pencemaran untuk TSS
Segmen 5
Sungai memiliki daya tampung beban pencemaran untuk COD kecuali
hulu sungai masih melebihi baku mutu air kelas II
V - 105
5.6. Penurunan Beban Pencemar Sungai
Penurunan beban pencemar sungai berfungsi untuk mengetahui berapa
persentase kandungan pencemar yang harus dilakukan sehingga Sungai Metro
menjadi sungai yang kondisinya lebih baik dibandingkan yang sekarang.
Kondisi eksisting Sungai Metro yang telah melewati baku mutu air kelas
II mengindikasikan perlunya dilakukan penurunan beban pencemar yang masuk ke
dalam Sungai Metro. Hal ini karena apabila pada kondisi sebenarnya Sungai Metro
tidak mendapatkan pengelolaan yang baik, maka di masa mendatang kualitas air di
Sungai Metro akan semakin menurun. Perhitungan penurunan beban pencemar ini
membandingkan beban pencemar Sungai Metro dalam keadaan kondisi sebenarnya
dengan beban pencemar Sungai Metro yang menjadi prioritas. Beban pencemar
Sungai Metro dalam keadaan kondisi sebenarnya dengan menggunakan hasil
simulasi dari skenario eksisting, sedangkan beban pencemar Sungai Metro yang
menjadi prioritas menggunakan skenario 5. Hal ini dikarenakan pada skenario
penerapan wetland pada hulu sungai Metro, diasumsikan kualitas sungai terdapat
penerapan wetland pada segmen 1, segmen 2 , segmen 3, segmen 4 dan segmen 5.
Perhitungan penurunan beban pencemar ini dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut :
𝑝𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑒𝑚𝑎𝑟 (%)
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑒𝑚𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑒𝑛𝑎𝑟𝑖𝑜 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔 − 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑒𝑚𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑒𝑛𝑎𝑟𝑖𝑜 5
= × 100 %
𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑐𝑒𝑚𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑒𝑛𝑎𝑟𝑖𝑜 𝑒𝑘𝑠𝑖𝑠𝑡𝑖𝑛𝑔
V - 106
Tabel 5.50. Persentase Penurunan Beban Pencemaran
V - 107