Anda di halaman 1dari 13

LUBRICANTS CONDITION MONITORING

Mengapa Pelumas Dimonitor?


Monitoring pelumas adalah salah satu metode untuk memantau kesehatan dari mesin kendaraan
kita dan pelumas yang digunakan, metode ini juga sangat penting dalam pemeliharaan alat-alat/mesin kita.
Metode ini merupakan cara yang dapat digunakan tidak hanya untuk menjamin kondisi pelumas
memenuhi segala fungsinya tetapi juga menyertai data sebagai pemberi argumentasi yang baik dan
mengidentifikasi resiko kegagalan, antisipasi untuk menghindari kerusakan pada mesin dan pengeluaran
biaya mahal.

Pengambilan Sample, Penanganan dan Penempatan


Ketika kita akan memonitor pelumas, kita membutuhkan banyak informasi untuk menilai, mewakili
pelumas dan kondisi alat/mesin.
Sample yang telah diambil harus memberikan informasi seperti ; Identitas sample, tanggal, lokasi,
kondisi kerja (ringan/tugas berat), identitas mesin & chasis termasuk pabrikan, model dan tahun
pembuatan, km/jam kerja pelumas yang digunakan, km/jam operasi mesin /alat dari terkahir overhaul,
jumlah pelumas yang ditambahkan untuk periode sampling ini, level oil berdasarkan pengukuran dipstick,
merk pelumas dan kekentalan pelumas yang digunakan.
Untuk mendapatkan hasil yang bagus penggunaan wadah sample juga harus diperhatikan dan bersih, hal
yang penting adalah menjamin pelumas yang akan diperiksa ditempatkan dalam storage yang benar,
melindungi mereka dari panas, kelembapan, debu dan kontaminasi lainnya.

Analisis Kontrol
Dalam menganalisis pelumas, kita bisa katakan bahwa adanya keausan dan kontaminasi dalam
pelumas merefleksikan kesehatan dari alat/mesin. Sedangkan kualitas pelumas kita bisa lihat dari sifat
fisika dan kimia pelumas.
Jika kita ingin mendapatkan informasi tentang keadaan kualitas pelumas sabaiknya kita memberikan
perhatian pada sifat fisika dan kimia. Kita perlu mengetahui Total base Number (TBN), Total Acid Number
(TAN), tingkat oksidasi, viscosity dan viscosity index, kandungan aditif, nitrasi dan pembentukan sulfat. Di
sisi lain jika kita ingin mengetahui keadaan alat/mesin, sebaiknya kita memberikan perhatian pada
hadirnya wear metals, kandungan air, debu dan produk kontaminasi lain seperti deposit karbon.

I. Pelumas Gear Industri


Pelumas gear dalam mengevaluasi kondisi pelumasnya diperlukan parameter berikut :
1. TAN : Total acid number adalah jumlah asam yang terkandung dalam pelumas dan mengindikasikan
tingkat keasaman pelumas. Pengukuran TAN didasarkan pada pengukuran jumlah pereaksi alkali yang
dibutuhkan untuk menetralisir kandungan asam.
2. Oxidation : Tingkat oksidasi mengindikasikan degradasi pelumas, umumnya disebabkan oleh
terpaparnya pelumas oleh temperature yang sangat tinggi dengan adanya/hadirnya oksigen atau tidak
dapat dihindarinya proses oksidasi dikerenakan habisnya aditif anti-oksidasi yang mestinya ada untuk
melindungi pelumas agar waktu pemakaiannya lebih lama.

Authorized by Ahmad Mauludin 1


3. Nitration : Nitrasi adalah jenis lain dari oksidasi pelumas, nitrasi ini berasal dari hasil reaksi
komponen pelumas dengan nitrogen oksida.
Spektroskopi Fourier Transform Infrared (FTIR) dapat mengukur kedua jenis oksidasi ini, juga dapat
mengetahui pembentukan Sulfat dan parameter lain seperti soot, water dan kandungan glycol.
4. Water Content : Dapat diukur dengan metode ASTM D95 distilasi, adanya air dinyatakan dengan
satuan ml/g sample, atau beberapa metode lain seperti Finacheck, hasilnya dalm satuan %.
5. Addictive content, wear metals dan berbagai kontaminan, dapat diukur melalui pemantauan metode
Particle count, ICP atau AAS dan spesktroskopi FTIR.
Tabel 1. ISO 4406 Cleanliness code.
Number of Particle per ml
Particle number range
ISO Code
From Up to
24 80.000 160.000
23 40.000 80.000
22 20.000 40.000
21 10.000 20.000
20 5.000 10.000
19 2.500 5.000
18 1.300 2.500
17 640 1.300
16 320 640
15 160 320
14 80 160
13 40 80
12 20 40
11 10 20
10 5 10
9 2,5 5
8 1,30 2,5
7 0,64 1,30
6 0,32 0,64
5 0,16 0,32
4 0,08 0,16
3 0,04 0,08
2 0,02 0,04
1 0,01 0,02

Berikut ini adalah tabel-tabel Nilai limit yang digunakan OEM dan beberapa lab komersial.

Authorized by Ahmad Mauludin 2


Table 2. Commecial lab Alarm limits
INDUSTRIAL GEAR
PARAMETER CAUTION CRITICAL
Viscosity 40 0C (change %) 15-20 >20
Viscosity 100 0C (change %) 10-20 >20
Oxidation 10-15 >15
Nitration 15-30 >30
TAN (change mgKOH/g) 1-2 >2
TBN (change %) 7-14 >14
Water content (%) 0.1-0.2 >0.2
Ferrous density (adim) PQ Index method 150-200 >200
Al content (ppm) 10-20 >20
Ca content (change %) 30-50 >50
Cr content (ppm) 10-15 >15
Cu content (ppm) 50-80 >80
Fe content (ppm) 90-150 >150
Mg content (change %) 30-50 >50
Mo content (ppm) 30-40 >40
Na content (ppm) 40-50 >50
P content (change %) 30-50 >50
Pb content (ppm) 20-40 >40
Si content (ppm) 30-65 >65
Sn content (ppm) 10-20 >20
Zn content (change %) 30-50 >50
Sumber : Technicker (dalam Lubricant Condition Monitoring oleh Abel Resina de Almeida, GALP
ENERGIA)

Tabel 3. Original Equipment Manufacturers (OEM) Alarm Limits


KOMATSU BULLDOZERS – MAIN CLUTH
PARAMETERS CAUTION CRITICAL
Iron (ppm) 100-400 >400
Copper (ppm) 150-700 >700
Alumuniun (ppm) Is not contained in the moving parts.
Chromium (ppm) 3-10 >10
Silicon (ppm) 31-60 >60
KOMATSU BULLDOZERS – FINAL DRIVE
PARAMETERS CAUTION CRITICAL
Iron (ppm) 300-750 >750
Copper (ppm) 50-150 >150
Alumuniun (ppm) Is not contained in the moving parts.
Chromium (ppm) 5-15 >15
Silicon (ppm) 50-150 >150
KOMATSU HYDRAULIC EXCAVATOR – FINAL DRIVE
PARAMETERS CAUTION CRITICAL
Iron (ppm) 100-300 >300
Copper (ppm) 20-30 >30
Alumuniun (ppm) Is not contained in the moving parts.
Chromium (ppm) 5-15 >15
Silicon (ppm) 50-150 >150
Sumber : Komatsu (dalam Lubricant Condition Monitoring oleh Abel Resina de Almeida, GALP ENERGIA)

Interpretasi Hasil Analisa


Hasil analisis harus diinterpretasikan dengan pertimbangan yang sesuai karakteristik dan aplikasi
di lapangan.
1. Derajat oksdiasi memberikan informasi kita tentang status degradasi pelumas. Meningkatnya oksidasi
mengindikasikan habisnya aditif anti-oksidasi yang mestinya dapat memperpanjang masa pakai
Authorized by Ahmad Mauludin 3
pelumas, atau pelumas terpapar pada kondisi temperature sangat tinggi dengan hadirnya oksigen,
kedua hasil proses ini membentuk berbagai komponen baru. Beberapa dari hasil oksidasi ini akan
terlarut dalam pelumas dan lainnya bisa jadi tersusupensi. Konsekuensinya adalah meningkatnya
kekentalan pelumas dan merusak aliran pelumas sehingga membuat sulitnya fungsi pemindah panas
bekerja dan menaikan kondisi oksidasi lebih besar lagi. Beberapa komponen baru ini meningkatkan
keasaman pelumas yang pada akhirnya menjadi korosi. Jika oksidasi terus berlanjut akan
menyebabkan pembentukan varnish atau lacquer. Ketika hasil uji ini mendekati limit/berada pada limit,
selalu disarankan agar dilakukan penggantian pelumas. Dengan adanya katalis logam seperti copper
(tembaga) meningkatkan/mempercepat proses oksidasi.
2. TAN mengindikasikan keasaman pelumas. Meningkatnya keasaman pelumas kensekuensinya akan
menimbulakan korosi dan dapat mengindikasikan tahapan awal proses oksidasi.
3. Hadirnya air atau sodium (natrium) mengindikasikan kontaminasi dari luar. Sodium dapat dihasilkan
dari kontaminasi cairan pendingin. Air akan mempercepat proses oksidasi, pembentukan sludge
deposit, pemisahan aditif dari base oil, rusting dan korosi karena itu harus dijaga di bawah limit.
4. Viscosity adalah parameter penting untuk performa pelumas yang baik. Menurunnya viscosity akan
menyebabkan penurunan dalam ketebalan pelumasan, sehingga sangat mudah pembentukan kondisi
boundary lubrication dan kontak antar metal akan terjadi. Peningkatan viscosity dikarenakan efek
oksidasi.
5. Viscosity Index juga parameter penting. Viscosity index harus juga diperhatikan dengan baik seperti
kondisi pelumas multigarde untuk tranmisi, tekanan yang terjadi pada aplikasi dalam pelumas
menyebabkan inefisiensi viscosity index improver secara perlahan. Membahayakan performa pelumas
pada temperature yang berbeda.
6. Kandungan aditif termasuk pada pelumas yang belum digunakan merupakan parameter penting
dalam mengevaluasi status pelumas saat mengamati kandungan logamnya. Umumnya dalam pelumas
gear/ industri gear mengandung phosphor, sulphur dan calcium yang merupakan bagian dari aditif
paketnya. Pelumas lain dapat juga mengandung aditif lain atau sama tetapi berbeda konsentrasi. Isu
utama ini adalah kita harus memulai dari mengetahui karakteristik awal pelumas baru untuk
evaluasi/identifikasi konsumsi aditif atau perubahan kandungan logam dari berbagai kasus.

Pengetahuan tentang permukaan logam yang dilumasi merupakan hal penting juga untuk membantu
menginterpretasi hasil yang benar . Jika kita memiliki gear box dengan bearings terbuat dari campuran
Iron dan Chromium dan jika kita verifikasi terjadi peningkatan hanya pada Iron saja dimana chromium
konstan, kita dapat menyimpulkan bahwa wear tidak terjadi pada bearings tetapi berasal dari bagain
lainnya, mungkin terjadi dari gear itu sendiri.

Authorized by Ahmad Mauludin 4


Tabel 4. Komponen umum Metal
Hydraulic Gear
Torque Final Air
Engine Transmission Differential Planetary Power Reduction
Converter Drive Compressor
Steering Box
Pump Motor
Cylinders Vane Crankshaft
Gears
Block Gears Block
Discs
Gears Gears Pistons Housing
Housing Gears Gears
Crankshaft PTO Housing Cylinders Gears Screws
Bearings Shafts Bearings
Iron Wrist Pins Shafts Bearings Bores Shaft Bearings
Brake Bands Bearings Shift
Camshaft Bearings Shaft And Rods Bearings Shaft
Shift Spools Housing Housing
Valve Train Housings Bearings Oil Pump
Pumps
Oil Pumps Valve Piston Rings
PTO
Liners Pump Cylinder
Housing
Pumps
Wrist Pins
Clutches Bushings Thrust Wear Plates
Bearings Bushings
Steering disc Thrust Plates Bushings
Cam Bushing Bushings Thrust Bushings Bushings
Bushing Washers Pumps Wrist Pins
Copper Oil Cooler Thrust Washers Thrust Thrust
Thrust Oil Pumps Pistons Bearings
Valve train Washers (where Washer Washer
Washers (Where Cylinders Thrust
Thrust washers used)
Oil Cooler used) Oil cooler Washers
Oil pump
(some)
Pistons
Rotors
Bearings
Pump Thrust Thrust Pistons
Bushings Impeller Impeller
Clutch (some) washers Oil pump washers Bearings
Block (some) turbine turbine
Aluminum Thrust Pump Thrust Oil pump Thrust
Housing Pump Pump
washers Bushings washers (some) Washers
Oil pump (some) (some)
Bushings (some) Bushings Block
Blower
Housing
Thrust bearings
Rings
Rings Rods
Roller Taper Roller taper
Roller Taper Roller Roller Roller Spools Roller Roller
Bearings Bearings
Bearings (some) taper taper taper Roller taper taper
Chrome Water (some)
Liners Bearings Bearings Bearings tapers Bearings Bearings
treatment (oil Water
Exhaust valve (some) (some) (some) Bearings (some) (some)
cooler) treatment (oil
Water treatment (some)
cooler)
Pistons (overlay) Pistons
Bearings (overlay)
Tin
(overlay) Bearings
Bushings (overlay)
Oil Oil Oil Oil
Bearings Oil Additives Bushings
Lead Additives Additives Additives Additives
Gasoline (some) Bearings
(some) (some) (some) (some)
Antifoam Add Ingested Ingested
Ingested Ingested Ingested Ingested
Silicon Disc Lining Ingested Dirt
Ingested Dirt Dirt Dirt
Dirt Dirt Dirt Dirt
Oil Add
Oil Add (some) Oil Add Oil Add
Oil Add Road Oil Add Oil Add
Anti freeze Anti freeze Ingested Ingested Antifreeze
Sodium Ingested salt Ingested Antifreeze
Road salt Road salt Dirt Dirt Ingested
Dirt Ingested Dirt Ingested Dirt
Ingested dirt Ingested dirt Dirt
Dirt
Sumber : Understanding machine metallurgy helps identify problem (dalam Lubricant Condition Monitoring
oleh Abel Resina de Almeida, GALP ENERGIA)

7. Oil Cleanliness merupakan faktor sangat penting. Kita harus dapat membedakan anatara kontaminasi
luar dan partikel hasil wear. Ketika particle counting mendeteksi kondisi abnormal partikel wear, kita
dapat menggunakan analisis lanjutan ferrography untuk melihat kondisi lebih detail.

Authorized by Ahmad Mauludin 5


Reference:
Almeida, Abel Resina de. “Lubricant Condition Monitoring”. Gears & Transmission workshop

Authorized by Ahmad Mauludin 6


II. Pelumas Mesin
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa informasi yang sangat mewakili sample adalah
sangat penting. Paramater yang umumnya diperiksa antara lain adalah :
1. Kinematic Viscosity : Diukur pada temperature 40 0C dan 100 0C.
2. Viscosity Increase : Hal ini dapat menyebabkan kita harus memberikan perhatian khusus
pada saat cold strat atau plugging pada filter. Viscosity Increase dapat disebabkan oleh ;
- Kontaminasi pelumas (seperti air, antifreeze (glycol)
- Oil Oxidation
- Akumulasi soot (alasan umum terjadinya peningkatan viscosity)
- Additives depletion
3. Viscosity Decrease, hal ini terjadi akibat :
- Shear loss
- Fuel Dilution (5% fuel dilution kira-kira menurunkan KV 100 0C sebesar 4cSt), dapat menyebabkan
wear engine yang serius selagi ketebalan film pelumas tidak mencukupi untuk melumasi bearings.
Kebocoran fuels atau overspray dapat mengakibatkan pencucian dinding silinder. Fuel dilution sangat
baik dimonitor melalui pemantauan KV 40 0C (lihat penurunan KV 40 yang signifikan).
4. Kontaminan Soot
Suspended solids (Soot) :
- Dihasilkan dari proses pembakaran, menyebabkan premature dan wear yang berlebihan.
- Diukur dengan metode centrifugal, TGA or FTIR.
- Terbatasnya pemasukan udara, kelebihan idling, lugging dan worn cylinder kit adalah kondisi yang
berhubungan dengan soot yang tinggi.
- Level soot yang tinggi harus tetap didispersikan dalam pelumas untuk menjaga ketebalan pelumas
dan antiwear.
- Dengan menggunakan kecenderungan analisis dari berbagai perubahan signifikan dari soot level
normal merupakan indikasi adanya masalah pada mesin.
- Perbedaan mesin menghasilkan perbedaan soot rata-rata yang dihasilkan (untuk model mesin tahun
1997 katakanlah DDC tidak lebih dari 3%, Cummins 5%, Mack 4%.

5. Kontaminasi Air
Kontaminan air akan memulai terjadinya foam dan masalah karat, diukur menggunakan titrasi Karl
Fischer, FTIR. Kontaminasi air dapat mempengaruhi filterability dan fungsi paket aditif. Kontaminasi air
lebih besar dari 0.2% meyebabkan kita harus melakukan pengamatan. Kelebihan idling, operasi pada
kondisi dingin dengan frekuensi start and stop dapat memicu terbentuknya air.
6. Antifreeze
Potensial kebocoran pendingin mesin dapat dilakukan croscek terhadap kontaminasi analisis,
kontaminan ini terindikasi dari ketidaknormalan kandungan Sodium (Na) dan/atau Boron (B), tetapi perlu
dikatahui bahwa beberapa DI-paket dapat mengandung Boron.
7. Kontaminan Abrasive
Disebabkan oleh kotoran atau debu melalui system pemasukan udara, diukur melalui
ketidaknormalan/terlalu tingginya Silicon & Alumunium (>30ppm).

Authorized by Ahmad Mauludin 7


8. Fuel Dilution
Fuel dilution lebih dari 3% (Heavy Duty Engine Oil) atau 10% (Passenger Car Motor Oil) adalah
warning signal.. Kemungkinan engine mengalami kebocoran injector atau seal yang kurang baik.Fuel
dilution tinggi dapat menyebabkan tingginya wear dari interaksi oksidasi fuel yang sangat tinggi dengan
material bearing, hal ini juga akan menurunkan ketebalan film pelumas yang memicu terjadinya wear.
Dinding silinder mesin akan terbersihkan oleh fuel (yang mestinya terdapat pelumasan). Salah satu
metode croscek fuel dilution ini adalah melihat perubahan drastic viscosity pelumas pada suhu 40 0C.
9. Degradasi Pelumas
Kadar Oxidasi dan Nitrasi, kadar oksidasi meningkat dengan meningkatnya suhu, kadar nitrasi
meningkat dengan menurunnnya suhu. Kadar ini diukur dengan FTIR atau hubungan antara TBN/TAN.
10. Total Acid Number (TAN)
Asam dihasilkan dari produk pembakaran dan oksidasi, diukur menggunakan metode titrasi D664.
11. Total Base Number (TBN)
Base Number diukur sebagai sisa kebasaan (dispersant & detergen level) dalam pelumas untuk
menetralkan asam-asam. Diukur menggunakan metode ASTM D4739. Jangan menggunakan metode
ASTM D2896.
12.. Formula Mesin Heavy Duty didesain untuk menetralisir asam pembakaran.
Pelumas mesin selama service akan menghabiskan TBN. Industry guideline : Ketika TBN 2 –3
atau ketika TAN menjadi lebih tinggi dari TBN (crossover), pelumas mesti diganti.
13. Wear Metals
Diukur menggunakan spectroscopic elemental (ICP, AAS0 dalam ppm, Meningkatnya wear metal
dan Wear rate mengindikasikan ptotensial masalah pada komponen dan system yang dilumasi.
a. Logam yang dimonitor
Umumnya logam yang dimonitor adalah Fe, Cu, Pb dan ada juga Al, Cr.
b. Wear Rate
Wear rate adalah ppm logam/1000 Miles ([ppm] metal result/sample miles *1000)
c. Beberapa OEM membatasi Iron (Fe)
OEM’s Fe limits in ppm OEM’s Fe limits in ppm
DDC 150 Cummins 40 Hi HP
Mack 150 Heavy Duty 100
International 100 Midrange 75
Diagnosa
Sumber :
- Grey Iron cylinder liner, malleable iron pistons, hardened steel camshaft, crankshaft dan gear, cast-
iron induction hardened rocker arms, valve bridge, alloyed steel cam follower roller, dan lainnya.
Interaksi oil analisis :
- Lihat low oil viscosity atau fuel dilution
- Long drain interval, low sump level, sample method atau lokasi
- Tingginya level soot, additive depletion
- Tingginya konsumsi oil

c. Copper (Cu)
Authorized by Ahmad Mauludin 8
OEM’s Cu limits in ppm OEM’s Cu limits in ppm
Fleet average + 3 sigma
DDC Heavy Duty 20
(trend analysis)
50 in conjunction dengan
Mack Midrange 20
50 ppm Lead (Pb)
Cummins 20 Hi HP
Diagnosa
Sumber :
- Slipper bushing, connecting rod dan bearing utama crankshaft, cam follower roller bushing,
camshaft thrust washers.
- Oil cooler (diindikasikan dengan tingginya Cu pada dua drain interval pertama)
Interaksi oil analisis :
- Long drain interval, low sump level, sample method atau lokasi
- High Fuel dilution
- Oil cooler passivating (First 2 drain)
- High Lead (Pb) / Tin (Sn) (bearing wear)

d. Lead (Pb)
OEM’s Pb limits in ppm OEM’s Pb limits in ppm
Fleet average + 3 sigma
DDC Heavy Duty 35
(trend analysis)
50 in conjunction dengan
Mack Midrange 30
50 ppm Copper
Cummins 30 Hi HP
Diagnosa
Sumber :
- Pelapis di atas permukaan bearings, pemakaian terbatas pada bahan bakar bensin, EP, anti wear
dan aditif detergen.
Interaksi oil analisis :
- Long drain interval, low sump level, sample method atau lokasi
- High Fuel dilution
- High Cooper (Cu) / Tin (Sn) (bearing wear)

e. Aluminum (Al)
OEM’s Al limits in ppm OEM’s Al limits in ppm
Fleet average + 3 sigma
DDC Heavy Duty 15
(trend analysis)
Meningkat 100% di atas
Mack Midrange 15
trend analisis (3 sample)
Cummins 15 Hi HP
Diagnosa
Sumber :
- Blower, camshaft bearings, crankshaft thrust bearings
- Juga kotornya jalan raya (unusual high numbers : Al > 30ppm, diambil dari saringan udara.
Interaksi oil analisis :
- Long drain interval, low sump level, sample method atau lokasi
- High Fuel dilution

Authorized by Ahmad Mauludin 9


- High Cooper (Cu) / Tin (Sn) (bearing wear)

f. Chrome (Cr)
OEM’s Cr limits in ppm OEM’s Cr limits in ppm
Fleet average + 3 sigma
DDC Heavy Duty 15
(trend analysis)
Meningkat 100% di atas
Mack Midrange 15
trend analisis (3 sample)
Cummins 10 Hi HP
Diagnosa
Sumber :
- Piston ring face coating, beberapa komponen permukaan pompa
Interaksi oil analisis :
- Long drain interval, low sump level, sample method atau lokasi
- High Fuel dilution (wash cylinder walls)
-
g. Silicone (Si)
OEM’s Si limits in ppm
DDC Fleet average + 3 sigma (trend analysis)
Mack 15 ppm di atas nilai oil barunya
Cummins 20 ppm melebihinilai oil barunya
Diagnosa
Sumber :
- Kotoran/ debu, antifoam Silicone, Silicone gasket.
Interaksi oil analisis :
- Long drain interval, low sump level, sample method atau lokasi
- Lihat kotoran filter udara, filter oil tersumbat, tingginya analisa Fe.

g. Sodium (Na)/ Potassium (K)


OEM’s Na/K limits in ppm
DDC Fleet average + 3 sigma (trend analysis)
Mack 100 ppm di atas nilai oil barunya
Cummins 20 ppm melebihi nilai oil barunya, 40ppm max
Diagnosa
Sumber :
- Pendingin mesin/ antifreeze
Interaksi oil analisis :
- Kebocoran pendingin, pecah/terkikisnya kepala cylinder, pecah/rusaknya kepala baut, head gasket
- Penyumbatan oil filter
- Lihat rendahnya viscosity, tingginya Lead dari bearings
Catatan : beberapa formulasi pelumas mengandung Na yang tinggi (Na-Sulfonate)

Tabel 5. Kemungkinan Sumber Logam Terjadinya Wear


Logam Simbol Sumber
Bearings-Bushing-Blocks-Pistons-Blowers-Pumps-Clutches-washers-Ingested
Aluminum Al
Dirt
Barium Ba Detergent / Dispersant Additives
Authorized by Ahmad Mauludin 1
Boron B Coolant additive-EP additive
Cadmium Cd Coating on metals
Calcium Ca Detergent / Dispersant Additive-Salt Water-Road Salt
Chromium Cr Bearings-Rings-Rollers-Liners-Exhaust Valves-Seals-Shafts-Coolant Treatment
Copper Cu Bearings-Bushings-Washers-Pumps-Gears-Antiwear Addittive
Blocks-Bearings-Cylinders-Pumps-Liners-Gears-Pistons-Rings-Discs-Shafts-
Iron Fe
Valves-Screws
Lead Pb Bearings-Additive
Magnesium Mg Hard Water-Detergent / Dispersant Additive
Manganese Mn Detergent Additive
Molybdenum Mo Rings-Friction Modifier-Antiwear Additive
Nickel Ni Bearings-Valves-Shafts
Phosphorus P Antiwear Additive
Silicon Si Seals-Gaskets-Ingested Dirt-Coolant Additive-Antifoaming Additive
Silver Ag Bearings-Bushings-Solder
Sodium Na Coolant Additive-Road Salt-Detergent Additive
Tin Sn Bearings-Bushings-Pistons
Titanium Ti Turbine Blades-Compressor Discs-Bearings Hubs
Vanadium V Valves-Coating on Metals
Zinc Zn Antiwear/ Inhibitor Additive

Used Oil Analysis Interpretation by FTIR Finger Print.


Used oil analisis dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah penggunaan sidik
jari (Finger Print) Fourier Transform Infrared (FTIR) untuk mengetahui seberapa besar perubahan kimiawi
yang terjadi dalam pelumas setelah penggunaan. Tetntunya data yang sangat dibutuhkan adalah sidik jari
awal (fresh oil) sebagai pembanding, jadi sample yang dibutuhkan untuk analisa ini adalah sidik jari fresh
oil dan sidik jari used oil. Berikut daftar sidik jarinya :

No Bilangan Gelombang (cm-1) Units Interpretation


1 3800 & 1900 Abs/cm Soot Value
2 3650-3150 Abs/cm Hydroxy
3 1725-1670 Abs/cm Oxidation
4 1650-1538 Abs/cm NOx/Carboxylate
5 1630 Abs/cm NOx
6 1300-1000 Abs/cm Oxidation/Sulfate
7 700-650 Abs/cm Anti-wear loss
8 640-590 Abs/cm Sulfate
9 780-760 Abs/cm Gasoline Fuel Dilution
Interpretasi :
1. Soot Value
Soot value adalah nilai selisih kandungan karbon bebas used oil dengan fresh oil, Karbon bebas
berasal dari sisa pembakaran yang larut ke dalam oli karena partikelnya terlalu kecil sehingga tidak bisa
tersaring oleh filter oli. Tingginya (positif) Soot value kemungkinan diakibatkan oleh :
a. Rasio udara/fuel yang tidak tepat.
b. Udara yang masuk kotor
c. Oli terlalu lama tidak diganti

Authorized by Ahmad Mauludin 1


2. Hydroxy (-OH)
Hydroxy merupakan gambaran meningkatnya kandungan air di dalam oli setelah digunakan, air
kemungkinan berasal dari kondensasi ketika unit motor digunakan pada motor pada temperature rendah.
Atau kemungkinan terjadinya kebocoran air pendingin.

3. Oxidation
Oksidasi pada oli akan menciptakan senyawa baru, umumnya berupa senyawa carbonil yang
bersifat asam. Percepatan oksidasi akan terjadi jika unit digunakan pada temperature tinggi atau system
pendingin tidak bekerja dengan baik.

4. Nitration Value (NOx)


Nitrasi atau oksidasi dari unsur nitrogen merupakan hasil reaksi nitrogen dari udara luar dengan
oksigen yang terikat pada oli. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan kekentalan oli dan membentuk
kerak pada engine. Nilai nitrasi cukup tinggi mungkin diakibatkan oleh timing pengapian yang kurang baik
atau mesin bekerja terlalu berat.

5. Sulfate (SO4-2)
Pembentukan senyawa sulfate yang tinggi terjadi jika kandungan sulfur dalam oli mineral atau
dalam bahan bakar cukup banyak. Senyawa sulfate bersifat asam dan dapat merusak engine dalam waktu
lama.

6. Gasoline Fuel Dilution


Sebagian kecil bahan bakar yang tidak terbakar akan masuk ke dalam oli, hal ini sangat berkaitan
dengan timing pengapian pada unit kendaraan. Terjadi kebocoran bahan bakar, overspray atau seal bahan
bakar yang kurang baik.

Tabel 6. Warning Limits Beberapa Jenis Pelumas


Property ASTM Turbine Hydarulic Circulating Gear Compressor HVAC Engines
Oil Compressor
Visc,%Change D445 10 10 10 25 25 - 15
D974/
TAN*, mg/g 1.0 2.0 2.0 2.0 2.0 0.1**/1.0 -
D664
TBN Depletion, % D2896 - - - - - - >50
Water,%Max D1744 0.1 0.1 0.2 0.2 0.2 0.15**/0.15 0.2
Insolubles,%Max FTIR 1.0 1.0 2.0 2.5 2.0 - 2.0
Catatan :
* Above New Oil Baseline
** Wax Free Oils
Nilai di atas merupakan nilai panduan dan bisa jadi kondisinya tergantung pada oil/aplikasinya.
Reference:
1. Lietner, Peter, “Used Oil Analysis” Training and Seminar in AFTON Richmond.
2. www.exxonmobile.com
3. MSCHQ N712E, “Military Sealifts Command’s Oil Analysis Program”.

Authorized by Ahmad Mauludin 1


Used Oil Analisis New Oil
Institusi Keterangan
Rp Rp
Corelab 150,000.00 375,000.00 + PPN 10%
Petrolab 150,000.00 375,000.00 + PPN 10%
Prolab 150,000.00 330,000.00 + PPN 10%
Trakindo 141,000.00 141,000.00 (Sample Engine Oil) harga+ PPN 10%
Trakindo 94,000.00 94,000.00 (Sample Non Engine Oil) harga+ PPN 10%

Note :
New Oil terdiri dari :
KV 40 & 100, VI, SG, TBN/TAN, Flash Point, Color, Metal Aditif (Mg, Zn, Ca), Water Content, Sidik Jari FTIR.

Used Oil Terdiri dari :


KV 40/100 deg C, IR (soot, oksidasi, water, Sox, Nox, Glycol, Fuel). Wear Metal dan TBN/TAN.

Jenis Analisa Lain :


Analisa Methode ASTM Harga Netto (Rp)
Insoluble (Pentana/n-heptana/toluene) D-893 82,000.00
TBN D-2896 82,000.00
TAN D-974 82,000.00
Water Content D-95 77,000.00
Sulfated Ash D-874 77,000.00
KV 40 D-445 82,000.00
KV 100 D-445 82,000.00
VI D2270 82,000.00
Metal Content/metal ICP 93,000.00
Additive ICP 93,000.00
Oxidation/Nitration, Fuel Dilution, Soot Value FTIR 93,000.00
Flash Point PMCC/COC D-93/D92 77,000.00
Pour Point D-97 77,000.00
SG at 15 deg C D-1298 77,000.00
Conradson carbon residue (CCR) D-189 77,000.00
CCS D-5293 82,000.00

Authorized by Ahmad Mauludin 1

Anda mungkin juga menyukai