Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

EVALUASI TEKSTIL DAN GARMEN 1


BAGIAN KIMIA
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Praktek Evaluasi Tekstil dan Garmen 1
Dosen : Luciana, S.Teks, M.Pd. / Pratiwi W., S.ST / Tjiptodi

Disusun oleh :
Dewi Salshabila
16030009
2G1

POLITEKNIK STTT BANDUNG


PRODUKSI GARMEN
2018
EVALUASI TEKSTIL DAN GARMEN 1
BAGIAN KIMIA

1. Pengujian Tahan Luntur Warna


a. Pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Pencucian
b. Pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Keringat
c. Pengujian Ketahanan Luntur Warna Terhadap Gosokan
2. Pengujian Perubahan Dimensi Bahan Tekstil Pada Proses Pencucian Dan
Pengeringan
3. Pengujian Daya Serap Kain
a. Pengujian Daya Serap Kain Tidak Berbulu
b. Pengujian Daya Serap Kain Berbulu
4. Pengujian Tolak Air Dan Tahan Air Kain
a. Pengujian Tolak Air
b. Pengujian Tahan Hujan
5. Pengujian Tahan Api
PENGUJIAN TAHAN LUNTUR WARNA

PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP PENCUCIAN

A. SNI
 SNI ISO 105-C 06:2010
Tekstil – Cara Uji Tahan Luntur Warna – Bagian C 06 : Tahan Luntur
Warna terhadap Pencucian Rumah Tangga Komersial
 ISO 105-C 06:1994 (E)

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Melakukan pengujian ketahanan luntur warna pada kain terhadap proses
pencucian menurut prosedur SNI ISO 105-C06:2010. Pengujian diperlukan
untuk mengetahui sampai sejauh mana proses pencelupan dan pengecapan
berhasil dengan baik, sehingga kain yang diuji akan diketahui apakah
mempunyai ketahanan luntur warna yang baik terhadap pencucian.

C. TEORI DASAR
 Tahan Luntur Warna
Hasil pengujian tahan luntur warna biasanya dilaporkan secara
pengamatan visual. Pengukuran perubahan warna secara fisika yang dilakukan
dengan bantuan kolorimetri atau spektrofotometri hanya dilakukan untuk
penelitian yang membutuhkan hasil penelitian yang tepat.
Penilaian tahan luntur warna dilakukan dengan melihat adanya perubahan
warna asli sebagai tidak perubahan, ada sedikit perubahan, cukup berubah dan
berubah sama sekali. Penilaian secara visual dilakukan dengan
membandingkan perubahan warna yang terjadi dengan suatu stndar perubahan
warna.
Standar yang dikenal adalah standard yang dibuat oleh Society of Dyes
and Colourist (SDC) di Amerika Serikat yaitu berupa grey scale untuk
perubahan warna karena kelunturan warna dan staining scale untuk perubahan
warna karena penodaan warna karena penodaan pada kain putih. Standard gray
scale dan staining scale digunakan untuk menilai perubahan warna yang terjadi
pada pengujian tahan luntur.
 Tahan Luntur Warna Terhadap Pencucian
Cara pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian rumah tangga dan
pencucian komersial adalah metoda pengujian tahan luntur warna bahan tekstil
dalam larutan pencuci dengan menggunakan salah satu kondisi pencucian
komersial yang dipilih untuk mendapatkan nilai perubahan warna dan
penodaan pada kain pelapis. Kondisi pencucian dapat dipilih sesuai dengan
keperluan dari 16 kondisi yang disediakan.
Cara pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan tahan luntur warna
terhadap pencucian yang berulang-ulang. Berkurangnya warna dan pengaruh
gosokan yang dihasilkan oleh larutan dan gosokan 5 kali pencucian tangan atau
pencucian dengan mesin, hampir sama dengan satu kali pengujian ganda (M),
sedangkan satu kali pengujian tunggal (S) sama dengan hasil satu kali
pencucian.
Contoh uji dicuci dalam suatu alat Launder O-meter atau alat yang sejenis
dengan pengatur suhu secara thermostatik dan kecepatan putaran 42 rpm. Alat
ini dilengkapi dengan piala baja dan kelereng-kelereng baja yang tahan karat.
Proses pencucian dilakukan sdemikian rupa, sehingga pada kondisi suhu,
alkalinitas, pemutihan yang sesuai dengan gosokan sedemikian sehingga
berkurangnya warna yang terjadi, didapat dalam waktu yang singkat. Gosokan
diperoleh dnegan lemparan, geseran dan tekanan bersama-sama dengan
digunakan perbandingan larutan yang rendah, dan sjeumlah kelereng baja yang
sesuai.
Kondisi pencucian berbeda-beda bergantung suhu yang dikehendaki. Jenis
sabun yang digunakan dalam pencucian ini adalah sabun standar detergen yang
dikeluarkan oleh AATCC atau ECE.
Deterjen AATCC :
 Garam natrium alkilsulfonal linier (LAS) : 14,00 ± 0,02 %
 Alkohol etoksilat : 2,30 ± 0,02 %
 Sabun – berat molekul tinggi : 2,50 ± 0,02 %
 Natrium tripoliposfat : 48,00 ± 0,02 %
 Natrium silikat (SiO2 / Na2O = 2/1) : 9,70 ± 0,02 %
 Natrium sulfat : 15,40 ± 0,02 %
 Karboksil metil selulosa (CMC) : 0,25 ± 0,02 %
 Air : 1,85 ± 0,02 %

Deterjen ECE
 Garam natrium alkilsulfonal linier (LAS) : 8,00 ± 0,02 %
 Alkohol lemak dietoksilasi : 2,90 ± 0,02 %
 Sabun natrium, panjang rantai
C 12 – C 16 : 13% - 26%
C 18 – nC 22 : 74% - 87% : 3,50 ± 0,02 %
 Natrium silikat (SiO2 / Na2O = 3,3/1) : 7,50 ± 0,02 %
 Magnesium silikat : 1,90 ± 0,02 %
 Karboksil metil selulosa (CMC) : 1,20 ± 0,02 %
 Garam natrium dan asam etilena diamida
Tetra Asetat (EDTA) : 0,20 ± 0,02 %
 Natrium sulfat : 21,20 ± 0,02 %
 Air : 9,90 ± 0,02 %

Tabel Kondisi Pengujian Tahan Luntur Warna Terhadap Pencucian


Jumlah Khlor Natrium
Metoda Suhu Waktu Jumlah Pengaturan
Larutan aktif Perborat
Uji (ºC) (menit) Kelereng (pH)
(ml) (%) (g/l)
A1S 40 150 - - 30 10* -
A1M 40 150 - - 45 10 -
A2S 40 150 - 1 30 10* -
B1S 50 150 - - 30 25* -
B1M 50 150 - - 45 50 -
B2S 50 150 - 1 30 25* -
C1S 60 50 - - 30 25 10,5±0,1
C1M 60 50 - - 45 50 10,5±0,1
C2S 60 50 - 1 30 25 10,5±0,1
D1S 70 50 - - 30 25 10,5±0,1
D1M 70 50 - - 45 100 10,5±0,1
D2S 70 50 - 1 30 25 10,5±0,1
D3S 70 50 0,015 - 30 25 10,5±0,1
D3M 70 50 0,015 - 45 100 10,5±0,1
E1S 95 50 - - 30 25 10,5±0,1
E1M 95 50 - 1 30 25 10,5±0,1
*) Untuk kain-kain ringan dan kain wol atau sutera serta campurannya, tidak
perlu menggunakan kelereng baja. Catat dalam laporan hasil pengujian bila
menggunakan kelereng baja

Tabel Persyaratan Kain putih dan Pasangannya Untuk Uji Tahan Luntur Warna
Berat Kain Kadar Minyak Kurang Derajat
Jenis pH
(g/m2) dari (%) Putih
Kapas 7±0,5 115 - 70±5,0
Rayon
7±0,5 140 - 70±5,0
Viskosa
Poliamida 7±0,5 130±5 1,0 70±5,0
Poliester 7±0,5 130±5 0,5 70±5,0
Akrilic 7±0,5 135±5 1,0 70±5,0
Sutera 7,8±0,5 60±5 0,5 70±5,0
Wool ±0,5 125±5 0,4±0,1 43±5,0

 Grey Scale
Gray scale terdiri dari Sembilan pasangan standard lempeng abu-abu,
setiap pasangan mewakili perbedaan warna atau kekontrasan warna sesuai
dengan penilaian tahan luntur dengan angka.pada gray scale, penilaian tahan
luntur warna dan perubahan warna yang sesuai, dilakukan dengan
membandingkan perbedaan pada contoh yang telah diuji dengan contoh asli
terhadap perbadaan standar perubahan warna yang digambarkan oleh gray
scale dan dinyatakan dengan rumus CIE lab :
Tabel Rumus Nilai Kekhromatikan Adam
Nilai tahan luntur Perbedaan warna (CIE Toleransi untuk standar
warna lab) kerja (CIE lab)
5 0 +0,2
4-5 0,8 +0,2
4 1,7 +0,3
3-4 2,5 +0,3
3 3,4 +0,4
2-3 4,8 +0,5
2 6,8 +0,6
1-2 9,6 +0,7
1 13,6 +1,0
Spesifikasi kolorimetri yang tepat dari warna abu-abu standard dan
perubahan warna pada gray scale. Nilai 5 berarti tidak ada perubahan dan
seterusnya sampai nilai 5 yang berarti perubahan warna sangat besar. Nilai
tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik yang
diletakkan berdampingan berwarna abu-abu netral dengan reflektansi 12 + 1
persen. Perbedaan warna sama dengan nol. Bilai tahan luntur 4 – 5 sampai 1
ditunjukkan oleh lempeng pembanding yang identik dan yang dipergunakan
untuk tingkat 5, berpasangan dengan lempeng abu-abu netral sama tetapi lebih
muda. Perbedaan secara visual dari pasangan-pasangan nilai 4, 3, 2, dan 1
adalah tingkat geotetrik dari perbedaan warna atau kekontrasan.

 Staining Scale
Pada staining scale penilain penodaan warna pada kain putih di dalam
pengujian tahan luntur warna, dilakukan dengan membandingkan perbedaan
warna dari kain putih yang dinodai dan kain putih yang tidak ternodai, terhadap
perbedaan yang digambarkan staining scale, dan dinyatakan dengan nilai
kkhromatikan adam seperti gray scale, hanya besar perbedaan warnanya
berbeda. Staining scale terdiri dari satu pasangan standar lempeng putih dan 8
pasang standar lempeng abu-abu dan putih, dan setiap pasang mewakili
perbedaan warna atau kekontrasan warna sesuai dengan penilaian penodaan
dengan angka.
Nilai tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik
yang diletakkan berdampingan, mempunyai reflektansi tidak kurang dari 85%.
Perbedaan warna sama dengan nol.nilai tahan luntur 4-5 sampai 1 ditunjukkan
oleh lempeng putih pembanding yang identik dengan yang dipergunakan untuk
nilai 5, berpasanagn dengan lempeng yang sama tetapi berwarna abu-abu
netral.
Tabel Nilai Kekhromatikan Adam
Nilai tahan luntur Perbedaan warna (CIE Toleransi untuk standar
warna lab) kerja (CIE lab)
5 0 +0,2
4-5 2,2 +0,3
4 4,3 +0,3
3-4 6,0 +0,4
3 8,5 +0,5
2-3 12,0 +0,7
2 16,9 +1,0
1-2 24,0 +1,5
1 34,1 +2,0

D. ALAT DAN BAHAN


1. Launder O Meter yang dilengkapi
 Penangas air dengan pengatur suhu yang terkontrol pada suhu yang
ditetapkan ±2ºC
 Tabung baja tahan karat berkapasitas 550 ml ± 50 ml, berdiameter 75
mm ± 5 mm dan tinggi 125 mm ± 10 mm
 frekuensi putaran tabung 40 putaran/menit ± 2 putaran/menit
2. Kelereng baja tahan karat berdiameter 6 mm
3. pH meter dengan ketelitian 0,1
4. Neraca analisis dengan ketelitian 0,1 g
5. 2 lembar kain contoh uji berukuran 5 cm x 10 cm
6. Kain pelapis masing-masing berukuran 5 cm x 10 cm, dengan pasangan
kain pelapis tunggal yang disusun sesuai tabel:
Kain Pelapis Kedua (Pasangannya)
Kain Pelapis Pertama
Untuk Uji A dan B Untuk Uji C, D dan E
Kapas Wool Rayon Viskosa
Wool Kapas -
Sutera Kapas -
Rayon Viskosa Wool Kapas
Linen Wool Rayon Viskosa
Asetat Triasetat Rayon Viskosa Rayon Viskosa
Poliamida Wool/Kapas Kapas
Poliester Wool/Kapas Kapas
Akrilat Wool/Kapas Kapas

7. Sabun standar AATCC


8. Grey Scale dan Staining Scale
9. Air suling
10. Larutan 0,2 g/liter asam asetat glasial

E. CARA PENGUJIAN
1. Potong kain contoh uji dan kain pelapis berukuran 4 cm x 10 cm,
kemudian letakkan contoh uji diantara sepasang kain pelapis dan jahit
salah satu ujung kain terpendek.
2. Siapkan larutan pencuci dengan melarutkan sabun 4 g/l ke dalam air suling
150 ml.
3. Masukkan larutan pencuci kedalam tabung tahan karat sesuai jumlah
larutan dan atur suhu larutan.
4. Masukkan contoh uji dan kelereng baja, kemudian tutup tabung dan
jalankan mesin pada suhu 40ºC dan selama 30 / 45 menit.
5. Keluarkan contoh ujji kemudian bilas 2 kali dengan 100 ml air suling
selama 1 menit pada suhu 40ºC.
6. Keringkan contoh uji dengan cara digantung pada suhu tidak lebih dari
60ºC. Jaga agar kain pelapis tidak kontak dengan contoh uji kecuali pada
bagian jahitan.
7. Tentukan nilai perubahan warna contoh uji dengan grey scale dan
penodaan warna pada kain pelapis dengan staining scale.

F. DATA PENGAMATAN
1. Uji Grey Scale pada kain contoh uji
Grey Scale
Kain Contoh Uji
Ungu Putih
Kain 1 4 4
Kain 2 4 4

2. Uji Staining Scale


Staining Scale
Kain Pelapis
Kapas Poliester
Kain 1 4 4
Kain 2 4 4

G. DISKUSI
Pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian dilakukan untuk
mengetahui sampai sejauh mana proses pencelupan dan pengecapan berhasil
dengan baik, sehingga kain yang diuji akan diketahui apakah mempunyai
ketahanan luntur warna yang baik terhadap pencucian.
Prinsip pengujian tahan luntur warna terhadap pencucian adalah
memasukan contoh uji kedalam alat pencucian yang bernama Launder O-meter
dengan cara kerja atau prosedur sesuai SNI ISO 105-C06:2010. Dalam proses
pencucian tersebut ditambahkan kelereng baja yang berfungsi sebagai
pengganti gerakan menggosok saat proses pencucian biasa.
Proses pengujian diawali dengan memotong kain contoh uji dan pelapis
dengan ukuran 5 cm x 10 cm, kemudian meletakkan kain contoh uji diantara
kain pelapis dan menjahit salah satu ujung terpendek. Kain contoh uji yang
didapat adalah kain bermotif sehingga kain pelapis diatur berurutan yaitu salah
satu kain pelapis kain kapas terdapat diatas motif dan kain poliester dibawah
motif dan sebaliknya. Agar mengetahui ketahanan luntur warna pada kain
kapas dan kain poliester.
Lalu kain dimasukan kedalam tabung silinder dengan resep pencuciannya
yaitu membuat larutan pencucian konsentrasi 3g/L sabun dan 1g/L Na2CO3.
Lalu masukan sebanyak 150 mL larutan pencucian kedalam tabung, serta
tambahkan pula 10 butir kelereng baja. Langkah selanjutnya masukan tabung
yang telah diisi dengan kain contoh uji dan larutan pencucian kedalam mesin
lounder o meter atau lintiest. Fungsi dimasukannya 10 butir kelereng adalah
untuk memberikan gaya gosokan pada kain saat proses pencucian. Cucilah
bahan tersebut selama 30-45 menit dengan suhu 40oC. Setelah pencucian
keringkan kain dan lakukan evaluasi.
Evaluasi ketahanan luntur warna pada kain contoh uji menggunakan grey
scale dan ketahanan luntur warna pada kain pelapis menggunakan staining
scale. Lakukan evaluasi dengan minimal 3 orang agar lebih mudah untuk
menetapkan hasil ketahanan luntur warna. Setelah dilakukan evaluasi,
perubahan warna pada kain contoh uji 4, penodaan pada kain kapas 4 dan
penodaan pada kain poliester 4.

H. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kain
contoh uji memiliki:
 Nilai perubahan/penurunan warna pada corak (putih) sebesar 4
 Nilai penodaan warna pada kain kapas sebesar 4
 Nilai penodaan warna pada kain poliester sebesar 4
I. LAMPIRAN
Kain 1 Kain 2
PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP KERINGAT

A. SNI
 SNI ISO 105-E04:2010
Tekstil – Cara Uji Tahan Luntur Warna – Bagian E04 : Tahan Luntur
Warna Terhadap Keringat
 ISO 105-E04:1994

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Melakukan pengujian ketahanan luntur warna pada kain terhadap keringat
menurut prosedur SNI ISO 105-E04:2010. Pengujian diperlukan untuk
mengetahui sampai sejauh mana proses pencelupan dan pengecapan berhasil
dengan baik, sehingga kain yang diuji akan diketahui apakah mempunyai
ketahanan luntur warna yang baik terhadap keringat asam dan basa.

C. TEORI DASAR
 Tahan Luntur Warna
Hasil pengujian tahan luntur warna biasanya dilaporkan secara
pengamatan visual. Pengukuran perubahan warna secara fisika yang dilakukan
dengan bantuan kolorimetri atau spektrofotometri hanya dilakukan untuk
penelitian yang membutuhkan hasil penelitian yang tepat.
Penilaian tahan luntur warna dilakukan dengan melihat adanya perubahan
warna asli sebagai tidak perubahan, ada sedikit perubahan, cukup berubah dan
berubah sama sekali. Penilaian secara visual dilakukan dengan
membandingkan perubahan warna yang terjadi dengan suatu stndar perubahan
warna.
Standar yang dikenal adalah standard yang dibuat oleh Society of Dyes
and Colourist (SDC) di Amerika Serikat yaitu berupa grey scale untuk
perubahan warna karena kelunturan warna dan staining scale untuk perubahan
warna karena penodaan warna karena penodaan pada kain putih. Standard gray
scale dan staining scale digunakan untuk menilai perubahan warna yang terjadi
pada pengujian tahan luntur.
 Tahan Luntur Warna Terhadap Keringat
Beberapa zat warna sangat dipengaruhi oleh keringat, sehingga akan
memberikan perubahan terhadap intensitas warna pada bagian-bagian kain
yang terkena keringat. Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan tahan
luntur warna dari segala macam dan bentuk bahan tekstil berwarna terhadap
keringat. Contoh uji yang terpisah dari bahan tekstil berwarna direndam dalam
larutan keringat buatan yang bersifat basa dan asam untuk kemudian diberi
tekanan mekanik tertentu dan dikeringkan secara perlahan pada suhu yang naik
sedikit demi sedikit.
Pereaksi untuk keringat buatan
Larutan keringat buatan bersifat asam untuk tiap liter :
 Natrium khlorida (NaCl) :5g
 Natrium dihidrogen orto-fosfat (NaH2PO42H2O) : 2,2 g
 Histidin monohidrokhlorida monohidrat (C5H9O2N3HClH2O) : 0,5 g
 pH : 5,5
 Penambahan larutan asam asetat 0,1N

Larutan keringat buatan bersifat basa untuk tiap liter


 Natrium khlorida (NaCl) :5g
 Natrium dihidrogen orto-fosfat (NaH2PO42H2O) : 2,5 g
 Histidin monohidrokhlorida monohidrat (C5H9O2N3HClH2O) : 0,5 g
 pH :8
 Penambahan larutan natrium hidroksia 0,1N

 Grey Scale
Gray scale terdiri dari Sembilan pasangan standard lempeng abu-abu,
setiap pasangan mewakili perbedaan warna atau kekontrasan warna sesuai
dengan penilaian tahan luntur dengan angka.pada gray scale, penilaian tahan
luntur warna dan perubahan warna yang sesuai, dilakukan dengan
membandingkan perbedaan pada contoh yang telah diuji dengan contoh asli
terhadap perbadaan standar perubahan warna yang digambarkan oleh gray
scale dan dinyatakan dengan rumus CIE lab :
Tabel Rumus Nilai Kekhromatikan Adam
Nilai tahan luntur Perbedaan warna (CIE Toleransi untuk standar
warna lab) kerja (CIE lab)
5 0 +0,2
4-5 0,8 +0,2
4 1,7 +0,3
3-4 2,5 +0,3
3 3,4 +0,4
2-3 4,8 +0,5
2 6,8 +0,6
1-2 9,6 +0,7
1 13,6 +1,0
Spesifikasi kolorimetri yang tepat dari warna abu-abu standard dan
perubahan warna pada gray scale. Nilai 5 berarti tidak ada perubahan dan
seterusnya sampai nilai 5 yang berarti perubahan warna sangat besar. Nilai
tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik yang
diletakkan berdampingan berwarna abu-abu netral dengan reflektansi 12 + 1
persen. Perbedaan warna sama dengan nol. Bilai tahan luntur 4 – 5 sampai 1
ditunjukkan oleh lempeng pembanding yang identik dan yang dipergunakan
untuk tingkat 5, berpasangan dengan lempeng abu-abu netral sama tetapi lebih
muda. Perbedaan secara visual dari pasangan-pasangan nilai 4, 3, 2, dan 1
adalah tingkat geotetrik dari perbedaan warna atau kekontrasan.

 Staining Scale
Pada staining scale penilain penodaan warna pada kain putih di dalam
pengujian tahan luntur warna, dilakukan dengan membandingkan perbedaan
warna dari kain putih yang dinodai dan kain putih yang tidak ternodai, terhadap
perbedaan yang digambarkan staining scale, dan dinyatakan dengan nilai
kkhromatikan adam seperti gray scale, hanya besar perbedaan warnanya
berbeda. Staining scale terdiri dari satu pasangan standar lempeng putih dan 8
pasang standar lempeng abu-abu dan putih, dan setiap pasang mewakili
perbedaan warna atau kekontrasan warna sesuai dengan penilaian penodaan
dengan angka.
Nilai tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik
yang diletakkan berdampingan, mempunyai reflektansi tidak kurang dari 85%.
Perbedaan warna sama dengan nol.nilai tahan luntur 4-5 sampai 1 ditunjukkan
oleh lempeng putih pembanding yang identik dengan yang dipergunakan untuk
nilai 5, berpasanagn dengan lempeng yang sama tetapi berwarna abu-abu
netral.
Tabel Nilai Kekhromatikan Adam
Nilai tahan luntur Perbedaan warna (CIE Toleransi untuk
warna lab) standar kerja (CIE lab)
5 0 +0,2
4-5 2,2 +0,3
4 4,3 +0,3
3-4 6,0 +0,4
3 8,5 +0,5
2-3 12,0 +0,7
2 16,9 +1,0
1-2 24,0 +1,5
1 34,1 +2,0

D. ALAT DAN BAHAN


1. Lempeng bertekanan mekanik 5 kilogram
2. Landasan 6 × 11,5 cm
3. Papan akrilik 6 × 11,5 × 1,5 cm
4. Beban tekanan 12,5 kPa
5. Oven dengan pengatur suhu
6. Grey scale dan Staining scale
7. Larutan keringat asam
8. Larutan keringat basa
9. 2 lembar kain contoh uji berukuran 5 cm x 10 cm
10. Kain pelapis masing-masing berukuran 5 cm x 10 cm, dengan pasangan
kain pelapis tunggal yang disusun sesuai tabel:
Kain Pelapis Pertama Kain Pelapis Kedua

Kapas Wool
Wool Kapas
Sutera Kapas
Rayon Viskosa Wool
Asetat Triasetat Rayon Viskosa
Nylon Wool/Kapas
Poliester Wool/Kapas
Akrilat Wool/Kapas

E. CARA PENGUJIAN
1. Potong kain contoh uji dan kain pelapis berukuran 4 cm x 10 cm, kemudian
letakkan contoh uji diantara sepasang kain pelapis dan jahit salah satu ujung
kain terpendek.
2. Siapkan larutan keringat asam dan basa.
3. Rendam dan aduk-aduk 1 contoh uji dalam larutan keringat asam dan 1
contoh uji dalam larutan keringat basa, biarkan 15-30 menit untuk
mendapatkan pembasahan sempurna.
4. Contoh uji diperas dan diletakkan diantara dua lempeng kaca, lalu dipasang
pada perspiration tester dan diberi tekanan 12 kPa dan diatur sehingga
contoh uji dalam kedudukan tegak pada waktu meletakkannya dalam
pemanas.
5. Contoh uji yang telah siap dimasukkan kedalam pemanas pada suhu 37 
2 oC selama 4 jam.
6. Dilakukan evaluasi perubahan warna terhadap contoh uji yang sudah kering
dengan grey scale dan evaluasi penodaan warna pada kain putih dengan
staining scale.
F. DATA PENGAMATAN
 Ketahanan luntur warna terhadap keringat asam
1. Uji Grey Scale pada kain contoh uji
Grey Scale
Kain Contoh Uji
Ungu Ungu Muda
Kain 1 4 4
Kain 2 4 4

2. Uji Staining Scale


Staining Scale
Kain Pelapis
Kapas Poliester
Kain 1 3/4 4/5
Kain 2 4 4/5

 Ketahanan luntur warna terhadap keringat asam


1. Uji Grey Scale pada kain contoh uji
Grey Scale
Kain Contoh Uji
Ungu Ungu Muda
Kain 1 4 4
Kain 2 4 4

2. Uji Staining Scale


Staining Scale
Kain Pelapis
Kapas Poliester
Kain 1 4 4
Kain 2 4 4

G. DISKUSI
Pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian dilakukan untuk
mengetahui sampai sejauh mana proses pencelupan dan pengecapan berhasil
dengan baik, sehingga kain yang diuji akan diketahui apakah mempunyai
ketahanan luntur warna yang baik terhadap keringat asam dan basa.
Pengujian tahan luntur warna terhadap keringat asam dan basa dilakukan
sesuai dengan SNI ISO 105-E04:2010. Prinsip dari pengujian ini adalah
merendam contoh uji yang telah dijahit diantara pasangan kain pelapis ke
dalam larutan keringat buatan yang bersifat asam dan basa, kemudian diberi
tekanan mekanik tertentu dan dikeringkan perlahan-lahan pada suhu tertentu.
Kain yang telah kering dievaluasi penurunan warnanya dengan uji grey scale
untuk kain tenun berwarna dan uji staining scale pada kain pelapis di dalam
lightbox.
Proses pengujian diawali dengan memotong kain contoh uji dan pelapis
dengan ukuran 5 cm x 10 cm, kemudian meletakkan kain contoh uji diantara
kain pelapis dan menjahit salah satu ujung terpendek. Kain contoh uji yang
didapat adalah kain bermotif sehingga kain pelapis diatur berurutan yaitu salah
satu kain pelapis kain kapas terdapat diatas motif dan kain poliester dibawah
motif dan sebaliknya. Agar mengetahui ketahanan luntur warna pada kain
kapas dan kain poliester.
Kemudian merendam 1 contoh uji dalam larutan keringat asam dan 1
contoh uji dalam larutan keringat basa selama 15-30 menit. Lalu ambil dan
letakkan contoh uji pada lempeng atau papan akrilik yang telah dibersihkan.
Peletakkan lempeng harus berurutan yaitu pertama lempeng akrilik, contoh uji
1, lempeng akrilik, contoh uji 2, dan seterusnya. Setelah itu letakkan lempeng
pada perspiration tester dan diberi tekanan sebesar 12 kPa, lalu kunci agar
tekanan yang diberikan tetap 12 kPa. Masukkan perspiration tester kedalam
oven dengan suhu 37  2 oC selama 4 jam. Lali kain dievaluasi nilai penurunan
warnanya menggunakan grey scale untuk kain tenun berwarna serta uji staining
scale untuk kain pelapisnya.
Pengujian tahan luntur warna terhadap keringat harus dilakukan bersama-
sama agar tidak membuang waktu. Tetapi perendaman kain harus dipisahkan
sesuai warna agar tidak mengalami kelunturan warna. Alat yang digunakan
untuk pengujian harus dalam keadaan bersih agar contoh uji tidak
terkontaminasi oleh sisa pengujian yang dilakukan sebelumnya. Lakukan
evaluasi dengan minimal 3 orang agar lebih mudah untuk menetapkan hasil
ketahanan luntur warna.
Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap keringat asam yaitu
perubahan warna pada kain contoh uji 4, penodaan pada kain kapas 3/4 dan 3
dan penodaan pada kain poliester 4/5. Hasil pengujian ketahanan luntur warna
terhadap keringat basa yaitu perubahan warna pada kain contoh uji 4, penodaan
pada kain kapas 4 dan penodaan pada kain poliester 4.

H. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kain contoh uji memiliki ketahanan luntur warna terhadap keringat asam:
 Nilai perubahan/penurunan warna pada corak (putih) sebesar 4
 Nilai penodaan warna pada kain kapas sebesar 3/4 - 4
 Nilai penodaan warna pada kain poliester sebesar 4/5
2. Kain contoh uji memiliki ketahanan luntur warna terhadap keringat basa:
 Nilai perubahan/penurunan warna pada corak (putih) sebesar 4
 Nilai penodaan warna pada kain kapas sebesar 4
 Nilai penodaan warna pada kain poliester sebesar 4
I. LAMPIRAN
Kain 1 Kain 2
PENGUJIAN KETAHANAN LUNTUR WARNA TERHADAP GOSOKAN

A. SNI
 SNI ISO 105-C06:2010
Kain – Cara Uji Tahan Luntur Warna - Gosokan
 ISO 105-X12:2001

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Melakukan pengujian ketahanan luntur warna pada kain terhadap keringat
menurut prosedur SNI ISO 105-C06:2010. Pengujian diperlukan untuk
mengetahui sampai sejauh mana proses pencelupan dan pengecapan berhasil
dengan baik, sehingga kain yang diuji akan diketahui apakah mempunyai
ketahanan luntur warna yang baik terhadap gosokan basah dan kering.

C. TEORI DASAR
 Tahan Luntur Warna
Hasil pengujian tahan luntur warna biasanya dilaporkan secara
pengamatan visual. Pengukuran perubahan warna secara fisika yang dilakukan
dengan bantuan kolorimetri atau spektrofotometri hanya dilakukan untuk
penelitian yang membutuhkan hasil penelitian yang tepat.
Penilaian tahan luntur warna dilakukan dengan melihat adanya perubahan
warna asli sebagai tidak perubahan, ada sedikit perubahan, cukup berubah dan
berubah sama sekali. Penilaian secara visual dilakukan dengan
membandingkan perubahan warna yang terjadi dengan suatu stndar perubahan
warna.
Standar yang dikenal adalah standard yang dibuat oleh Society of Dyes
and Colourist (SDC) di Amerika Serikat yaitu berupa grey scale untuk
perubahan warna karena kelunturan warna dan staining scale untuk perubahan
warna karena penodaan warna karena penodaan pada kain putih. Standard gray
scale dan staining scale digunakan untuk menilai perubahan warna yang terjadi
pada pengujian tahan luntur.
 Tahan Luntur Warna Terhadap Gosokan
Pengujian dimaksudkan untuk menguji penodaan dari bahan berwarna
pada kain lain, yang disebabkan oleh gosokan dari segala macam serat, baik
dalam bentuk benang maupun kain.
Pengujian dilakukan dua kali, yaitu gosokan dengan kain kering dan
gosokan dengan kain basah. Contoh uji ukuran 5 × 10 cm dipasang pada
crockmeter, kemudian padanya digosokkan kain putih kering dengan kondisi
tertentu. Penggosokan ini diulangi dengan kain putih basah. Penodaan pada
kain putih dinilai dengan menggunakan staining scale.
Kain putih yang dipakai adalah kain kapas dengan konstruksi 100 x 96/
inch2 dengan berat 135,3 gram/m2, telah diputihkan, tidak dikanji dan tidak
disempurnakan, yang kemudian dipotong dengan ukuran 5 x 5 cm. Bila contoh
uji berupa benang, maka hendaknya dirajut lebih dahulu lalu dipotong dengan
ukuran 5 x 15 cm atau boleh juga dibelitkan sejajar pada suatu karton menurut
arah panjangnya dan berukuran 5 x 15 cm.
 Grey Scale
Gray scale terdiri dari Sembilan pasangan standard lempeng abu-abu,
setiap pasangan mewakili perbedaan warna atau kekontrasan warna sesuai
dengan penilaian tahan luntur dengan angka.pada gray scale, penilaian tahan
luntur warna dan perubahan warna yang sesuai, dilakukan dengan
membandingkan perbedaan pada contoh yang telah diuji dengan contoh asli
terhadap perbadaan standar perubahan warna yang digambarkan oleh gray
scale dan dinyatakan dengan rumus CIE lab :
Tabel Rumus Nilai Kekhromatikan Adam
Nilai tahan luntur Perbedaan warna (CIE Toleransi untuk standar
warna lab) kerja (CIE lab)
5 0 +0,2
4-5 0,8 +0,2
4 1,7 +0,3
3-4 2,5 +0,3
3 3,4 +0,4
2-3 4,8 +0,5
2 6,8 +0,6
1-2 9,6 +0,7
1 13,6 +1,0

Spesifikasi kolorimetri yang tepat dari warna abu-abu standard dan


perubahan warna pada gray scale. Nilai 5 berarti tidak ada perubahan dan
seterusnya sampai nilai 5 yang berarti perubahan warna sangat besar. Nilai
tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik yang
diletakkan berdampingan berwarna abu-abu netral dengan reflektansi 12 + 1
persen. Perbedaan warna sama dengan nol. Bilai tahan luntur 4 – 5 sampai 1
ditunjukkan oleh lempeng pembanding yang identik dan yang dipergunakan
untuk tingkat 5, berpasangan dengan lempeng abu-abu netral sama tetapi lebih
muda. Perbedaan secara visual dari pasangan-pasangan nilai 4, 3, 2, dan 1
adalah tingkat geotetrik dari perbedaan warna atau kekontrasan.

 Staining Scale
Pada staining scale penilain penodaan warna pada kain putih di dalam
pengujian tahan luntur warna, dilakukan dengan membandingkan perbedaan
warna dari kain putih yang dinodai dan kain putih yang tidak ternodai, terhadap
perbedaan yang digambarkan staining scale, dan dinyatakan dengan nilai
kkhromatikan adam seperti gray scale, hanya besar perbedaan warnanya
berbeda. Staining scale terdiri dari satu pasangan standar lempeng putih dan 8
pasang standar lempeng abu-abu dan putih, dan setiap pasang mewakili
perbedaan warna atau kekontrasan warna sesuai dengan penilaian penodaan
dengan angka.
Nilai tahan luntur 5 ditunjukkan pada skala oleh dua lempeng yang identik
yang diletakkan berdampingan, mempunyai reflektansi tidak kurang dari 85%.
Perbedaan warna sama dengan nol.nilai tahan luntur 4-5 sampai 1 ditunjukkan
oleh lempeng putih pembanding yang identik dengan yang dipergunakan untuk
nilai 5, berpasanagn dengan lempeng yang sama tetapi berwarna abu-abu
netral.
Tabel Nilai Kekhromatikan Adam
Nilai tahan luntur Perbedaan warna (CIE Toleransi untuk standar
warna lab) kerja (CIE lab)
5 0 +0,2
4-5 2,2 +0,3
4 4,3 +0,3
3-4 6,0 +0,4
3 8,5 +0,5
2-3 12,0 +0,7
2 16,9 +1,0
1-2 24,0 +1,5
1 34,1 +2,0

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat crockmeter, mempunyai jari dengan diameter 1,5 cm, yang bergerak
satu kali maju mundur sejauh 10 cm setiap kali putaran, dengan gaya
tekanan pada kain seberat 900 gram.
2. Staining scale
3. Air suling
4. Kain kapas dengan konstruksi 100 x 96/ inch2 dengan berat 135,3 gram/m2,
telah diputihkan, tidak dikanji dan tidak disempurnakan, yang kemudian
dipotong dengan ukuran 5 x 5 cm

E. CARA PENGUJIAN GOSOKAN KERING


1. Potong kain penggosok dengan ukuran 5 cm x 5 cm.
2. Potong contoh uji ukuran 5 cm x 15 cm dengan arah diagonal.
3. Letakkan contoh uji di atas alat penguji dengan sisi yang panjang, searah
dengan arah gosokan.
4. Bungkus jari crockmeter dengan kain putih kering dan anyamannya miring
terhadap gosokan.
5. Kemudian gosokkan 10 kali maju mundur (20 kali gosokan) dengan
memutar alat pemutar 10 kali dengan kecepatan satu putaran per detik.
Kain putih diambil dan dievaluasi.
6. Bandingkan kain penggosok dengan staining scale.

F. CARA PENGUJIAN GOSOKAN BASAH


1. Potong kain penggosok dengan ukuran 5 cm x 5 cm.
2. Potong contoh uji ukuran 5 cm x 15 cm dengan arah diagonal.
3. Kain putih dibasahi dengan air suling, kemudian diperas diantara kertas
saring, sehingga air dalam kain menjadi 65 ± 5 % terhadap berat kain
contoh uji.
4. Kemudian dikerjakan seperti pada cara gosokan kering secepat mungkin
untuk menghindari penguapan. Kain putih dikeringkan diudara sebelum
dievaluasi.
5. Bandingkan kain penggosok dengan staining scale.

G. DATA PENGAMATAN
Ketahanan luntur warna terhadap gosokan
Nilai Penodaan (Staining scale)
Kain Contoh Uji
Gosokan Kering Gosokan Basah
1 5 3/4
2 5 3/4

H. DISKUSI
Pengujian ketahanan luntur warna terhadap gosokan dilakukan untuk
mengetahui sampai sejauh mana proses pencelupan dan pengecapan berhasil
dengan baik, sehingga kain yang diuji akan diketahui apakah mempunyai
ketahanan luntur warna yang baik terhadap gosokan kering dan basah.
Pengujian tahan luntur warna terhadap gosokan kering dan basah
dilakukan sesuai dengan SNI ISO 105-C06:2010. Prinsip kerja dari pengujian
ini adalah menggosokan kain putih kapas keing maupun basah 10 kali bulak –
balik diatas contoh uji, lalu lakukan pengujian staining scale terhadap kain
kapas kering atau basah yang digosokan diatas kain tenun berwarna.
Sebelum pengujian yang harus dilakukan adalah mengukur kain berwarna
berukuran 5 x 15 cm, dan mengukur kain kapas putih 5 x 5 cm. Lalu kain kapas
tersebut disimpan pada crocmeter, sedangkan kain tenun berwarna dijepitkan
pada papan kayu. Setelah persiapan tersebut selesai turunkan penggosok yang
telah dibalut kain kapas putih diatas kain tenun berwarna, lalu kain tenun
berwarna tersebut digosok 10x bolak balik. Untuk pengujian kering dan basah
sama saja yang membedakannya untuk uji basah rendam terlebih dahulu kain
kapas putih di air suling,lalu keringkan dengan kertas saring. Lalu dilakukan
evaluasi penodaan pada kain putih dengan staining scale.
Penjepitan kain contoh uji harus benar dan berada ditengah-tengah agar
saat dilakukan gosokan kain contoh uji tidak bergeser. Pemasangan kain putih
pada crockmeter harus kencang agar tidak lepas saat dilakukan pengujian.
Untuk gosokan basah sebaiknya waktu perendaman dan pengujian tidak terlalu
jauh untuk menghindari penguapan. Pada pengujian dengan gosokan basah
kain putih harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum dievaluasi. Lakukan
evaluasi dengan minimal 3 orang agar lebih mudah untuk menetapkan hasil
ketahanan luntur warna.

I. KESIUMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kain contoh uji memiliki ketahanan luntur warna terhadap gosokan :
 Nilai penodaan warna pada kain pada gosokan kering sebesar 5
 Nilai penodaan warna pada kain pada gosokan basah sebesar 3/4
J. LAMPIRAN
Kain 1 Kain 2
PENGUJIAN PERUBAHAN DIMENSI BAHAN TEKSTIL PADA PROSES
PENCUCIAN DAN PENGERINGAN

A. SNI
 SNI ISO 6330:2011
Tekstil – Prosedur Pencucian dan Pengeringan Rumah Tangga Untuk
Pengujian Tekstil
 SNI ISO 5077:2011
Cara Uji Perubahan Dimensi pada Pencucian dan Pengeringan
(ISO 5077:2007)
 SNI 7728:2011
Tekstil – Persiapan, Penandaan dan Pengukuran Contoh Uji Kain dan
Garmen dalam Pengujian untuk Penentuan Perubahan Dimensi
(ISO 3579:2007 (E))

B. MAKSUD DAN TUJUAN


Menguji perubahan dimensi bahan tekstil dalam proses pencucian dan
pengeringan menurut prosedur SNI ISO 5077:2011. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui perubahan ukuran karena pencucian dan pengeringan secara rumah
tangga. Serta membandingkan perubahan tersebut dengan standar agar dapat
diketahui nilai perubahan masih dalam toleransi atau tidak.

C. TEORI DASAR
Dimensi kain adalah ukuran panjang, lebar, dan tebal kain. Panjang kain
adalah jarak antara ujung kain yang satu dengan ujung lainnya, yang diukur
searah dengan lusi pada kain tenun atau wale pada kain rajut dimana kain tidak
dalam keadaan terlipat dan rata serta dalam keadaan tidak tegang. Lebar kain
adalah jarak antara pinggir kain yang satu dengan pinggir yang lain, yang
diukur searah dengan dengan pakan kain tenun dan courese pada kain rajut
dimana kain dalam keadaan tidak terlipat dan rata serta dalam keadaan regang.
Untuk kain shuttleless loom pengukuran lebar kain diukur wale paling pinggir
ke wale paling pinggir lainnya, sedangkan untuk kain rajut bundar pengukuran
lebar kain dilakukan antara pinggir kain terlipat tegak lurus ke pinggir kain
lainnya dikali dua. Tebal kain adalah jarak antara dua permukaan kain yang
berbeda.
Berat kain adalah untuk berat untuk satu satuan luas tertentu atau berat
untuk satu satuan panjang tertentu dari kain, yang dinyatakan dalam gram per
meter persegi, gram per meter dll. Tekanan adalah gaya yang dibebankan pada
suatu permukaan kain per unit luas yang dinyatakan dalam kg/cm2 atau kPa.
Kain tenun atau rajut apabila telah mengalami pemakaian dan pencucian
akan mengakibatkan perubahan terhadap dimensi kain baik ke arah pakan atau
lusi untuk kain tenun, maupun kearah course atau wales untuk kain rajut,
dimana perubahan ini jika terjadi harus dipulihkan kembali dengan cara :
1. Tension Presser
2. Knit Shrinkage Gauge
3. Hand Iron
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengujian stabilitas dimensi adalah
proses pencucian, pengeringan dan pemulihan. Kain yang bermutu baik adalah
kain yang tidak mengalami perubahan dimensi setelah pemakaian sehari-hari.
Penyebab utama dari perubahan dimensi kain adalah mengkeret setelah
pencucian. Ada dua jenis mengkeret pada kain. Yang pertama adalah
mengkeret karena tegangan mekanis pada waktu proses pertenunan dan
penyempurnaan, dimana pada saat tersebut kain tertarik untuk sementara
sehingga ketika dilakukan pencucian akan relaxation kebentuk semula. Jenis
yang kedua adalah karena adanya kemampuan serat untuk menggumpal
(felting) dalam pencucian.
Dalam pengujian stabilitas ini dipergunakan empat cara pencucian yang
bervariasi dari kondisi pencucian yang paling berat sampai yang paling ringan
dan dimaksudkan untuk mencakup semua kondisi pencucian baik pencucian
secara komersil maupun pencucian dengan tangan. Pengeringan dilakukan
dengan lima macam cara pengeringan yang mencakup semua pengeringan baik
pengeringan secara komersil maupun pengeringan dalam rumah tangga. Untuk
menentukan daya pemulihan dimensi dipergunakan tiga cara yang diperlukan
untuk tekstil yang memerlukan pemulihan dengan penyetrikaan atau
pemakaian setelah pencucian. Pengujian-pengujian ini bukan pengujian yang
dipercepat dan harus diulang untuk mengevaluasi perubahan dimensi setelah
pencucian berulang.
Prinsip pengujian perubahan dimensi adalah contoh uji atau pakaian yang
diberi tanda, dicuci dalam mesin cuci, dikeringkan sesuai dengan cara yang
dipilih. Jarak tanda pada contoh uji menurut arah lusi dan pakan (jeratan dan
jajaran untuk kain rajut) sebelum dan sesudah pencucian diukur.

D. ALAT DAN BAHAN


1. Mesin cuci otomatis tipe A
2. Mistar
3. Spidol permanen
4. Gunting
5. Air dengan kesadahan < 0,002%
6. Deterjen ECE non fosfat A
7. Natrium perborat tetrahidrat
8. Kain pemberat

E. CARA PENGUJIAN
1. Siapkan contoh uji sekurang-kurangnya 50x50cm. Pengambilan contoh uji
dilakukan 10 cm dari tepi kain. Lalu obras kain untuk kain tenun.
2. Bentangkan contoh uji pada meja datar tanpa tekanan/tegangan dan
usahakan bebas dari kerutan/kekusutan menggunakan tangan secara
perlahan. Buat sedikitnya tiga pasang tanda masing-masing sejajar arah
lusi dan pakan (wales/courses untuk kain rajut). Jarak antara masing-
masing pasangan tidak kurang dari 350mm dan berjarak minimal 50mm
dari setiap tepi contoh uji.
3. Kondisikan contoh uji tersebut di dalam ruang standar.
4. Ukur kembali jarak masing-masing tanda dan catat data ukuran masing-
masing jarak tersebut sebagai panjang awal.
5. Pilih salah satu cara kerja pencucian yang akan digunakan.
6. Masukkan contoh uji yang telah dipersiapkan kedalam mesin cuci dan
tambahkan kain pemberat sampai total berat kering sesuai dengan
persyaratan yang dibutuhkan. Tambahkan deterjen 1-3 g/L dengan
perkiraan ketebalan buih tidak lebih dari 3cm pada waktu mesin berputar.
Kesadahan air tidak lebih dari 5ppm.
7. Ketika mesin cuci berhenti, pindahkan contoh uji dan keringkan dengan
salah satu cara pengeringan
8. Kondisikan contoh uji yang telah selesai dicuci dan dikeringkan dalam
ruang standar sampai mencapai keseimbangan lembab.
9. Lakukan pengukuran kembali jarak-jarak yang ditandai dan catat hasilnya
sebagai panjang dan lebar akhir.
10. Evaluasi pengujian
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan panjang = × 100%
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟−𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑎𝑤𝑎𝑙
% perubahan lebar = × 100%
𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑎𝑤𝑎𝑙

F. DATA PENGAMATAN

Awal Akhir Perubahan Rata-Rata Perubahan


Kain tenun
(cm) (cm) Dimensi Dimensi
35 31,3 - 10,57 %
Lusi (panjang) 35 31,2 - 10,85 % - 10,66 %
35 31,3 - 10,57 %
35 35,5 + 1,42 %
Pakan (lebar) 35 35,5 + 1,42 % + 1,42 %
35 35,5 + 1,42 %
 Persyaratan Mutu Kain Tenun Untuk Kemeja
Acuan ASTM D.3477-95a, Standard Performance for Men’s and Boy’s
Woven Dress Shirt Fabrics. Mutu kain tenun untuk kemeja ditentukan oleh
persyaratan sebagaimana tercantum pada tabel dibawah
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan Keterangan
1 Kekuatan tarik kain per 2,5 cm1) N 107,9
Minimum
Kg 11,0
2 Kekuatan sobek1) N 6,9
Minimum
Kg 0,7
3 Tahan selip benang dalam kain N 78,5
pada jahitan (bukaan 6 mm)1) Minimum
Kg 8,0
4 Perubahan dimensi1)
4.1 Setelah pencucian dan
% 2,0 Maksimum
pengeringan
4.2 Setelah pencucian kering2) % 2,0 Maksimum
5 Kenampakan kain setelah
pencucian DP 3,5 Minimum
Berulang3)
6 Ketahanan luntur warna
terhadap:4)
6.1 Pencucian 40oC
- Perubahan warna5) 4 Minimum
- Penodaan6) 3-4
6.2 Pencucian kering2)
- Perubahan warna 4 Minimum
6.3 Keringat asam dan basa
- Perubahan warna5) 4 Minimum
- Penodaan6) 3-4
6.4 Gosokan
- Kering6) 4 Minimum
6)
- Basah 3-4
6.5 Sinar7) 4
7 Kandungan formaldehida bebas
- Dewasa ppm 75 Maksimum
- Anak-anak ppm 20
1) Berlaku untuk arah lusi dan pakan;
2) Berlaku untuk kain yang mengalami pencucian kering;
3) Berlaku untuk kain tekan-awet (durable-press);
4) Berlaku untuk kain yang berwarna;
5) Skala abu-abu;
6) Skala penodaan;
7) Standar wol biru
Sumber: SNI 0051:2008, Badan Standardisasi nasional

Anda mungkin juga menyukai