A. TUJ UAN
spektrofotometri visible.
B. LANDASAN TEORI
sebagai antimikroba terhadap Escherichia coli 2,5% dari aktivitas obat parenteral.
species, usia, dan dosis. Keberadaan metabolit aktif sebagai antimikroba dapat
dalam konsentrasi yang tinggi atau ketika konsentrasi efektif dalam plasma
setiap obat hanya sepertiga dari dosis biasa dan daya larutnya masing-masing
tidak saling dipengaruhi, maka bahaya kristaluria sangat diperkecil. Sulfonamida
samping yang terpenting adalah kerusakan parah pada sel-sel darah yang berupa
lebih dari dua minggu perlu dilakukan pemantauan darah (Tjay dan Rahardja,
2007).
berupa olueum, asam sulfat pekat dan asam klorosulfonat. Reaksi sulfonasi
reaktannya tergantung pada kondisi reaksi. Reaksi sulfonasi dengan oleum akan
berjalan lebih cepat dibandingkan dengan asam sulfat pekat pada benzen
(Sudarma, 2007).
analisa kimia kuantitatif, tapi dapat juga digunakan untuk analisa kimia semi
oleh spesi kimia tertentu pada daerah ultraviolet dan sinar tampak (visibel).
Meskipun analisa ini tidak sepeka dengan menggunakan teknologi nuklir, analisa
warna adalah salah satu kriteria fisiko-kimia untuk mengidentifikasi suatu objek.
Pada analisa spektrokimia, spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk
adalah energi foton, h adalah tetapan Planck (6,62 x 10-34 J.s) dan v adalah
frekuensi foton, di mana frekuensi tertentu memiliki energi tertentu. Karena setiap
spesi kimia memiliki tingkatan energi tertentu, maka transisi energinya juga
di dalam molekul. Transisi ini terdiri dari eksitasi elektron dari orbital yang
ditempati ke orbital yang berenergi tinggi. Hubungan antara energy yang diserap
(1/s), c adalah kecepatan cahaya (m/s) dan λ adalah panjang gelombang (m).
Karakteristik dari suatu serapan adalah letak dan intensitas. Letak serapan
2009).
interaksi antara energi radiasi sistem elektronik dan perbedaan energi antara
tingkat dasar dengan tingkat tereksitasi. Bila kebolehjadian besar, maka akan
mempunyai intensitas tinggi dan disebut transisi yang dibolehkan dengan harga
konstanta absorpsifitas molar lebih besar dari 103 atau εmaks > 103 dan bila
intensitasnya kecil maka disebut transisi terlarang dengan harga εmaks < 103.
dkk, 2009).
Vis antara lain pembentukan molekul yang dapat meyerap sinar UV-Vis, waktu
maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum
yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali
1. Alat
• Timbangan analitik
• Cawan petri
• Spektrofotometri
• Pipet volume
• Erlenmeyer
• Pipet
• Botol semprot
• Filler
• Spatula
2. Bahan
• Aquades
• Etanol 70 %
D. PROSEDUR KERJ A
Air
- Dipipet sebanyak 5 ml
- Ditambahkan 5 ml etanol
- Dikocok
Hasil Pengamatan . . . ?
Sulfadiazin
Hasil Pengamatan . . . ?
3. Penentuan Larutan Sampel
Trisulfa
- Digerus
- Ditimbang 0,05 gram
- Dimasukkan dalam labu takar
- Dipipet alkohol 10 ml
- Diencerkan dengan aquades sampai tanda tera
Hasil Pengamatan . . . ?
E. HASIL PENGAMATAN
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0 nm
200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300 310 320 330 340 350 360 370 380 390 400
4 .5
4 .0
3 .5
3 .0
2 .5
2 .0
1 .5
1 .0
0 .5
0 .0 %
0 .0 0 0 .0 1 0 .0 2 0 .0 3 0 .0 4 0 .0 5 0 .0 6
S td . C a l. P a ra m e t e rs
K 1: -0 .0 3 3 9
K 0: 0 .0 8 2 5
R: 0 .9 3 6 0
R2: 0 .8 7 6 0
F. PEMBAHASAN
sulfonamida. Penentukan kadar dalam suatu sediaan obat sangat penting untuk
dilakukan karena kadar suatu obat dalam suatu sediaan farmasi mempengaruhi
efek terapi yang diharapkan, namun juga kadar yang tidak sesuai dengan kadar
yang telah ditetapkan pada suatu senyawa obat tertentu juga dapat berefek buruk,
baik ditunjukkan dengan timbulnya efek samping yang tidak diharapkan ataupun
sulfametazin dalam perbandingan yang sama. Obat ini secara luas digunakan
sebagai obat untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif ataupun
bakteri gram negatif tertentu, serta oleh beberapa jamur tertentu. Berikut adalah
golongan sulfonamida :
bahan-bahan obat tersebut, memiliki sifat kelarutan yang sukar larut dalam air dan
mudah larut dalam etanol. Setiap bahan obat masing-masing dibuat variasi
frekuensi atau pun panjang gelombang yang digunakan oleh sinar tersebut,
kemudian selanjutnya akan tebaca sebagai suatu spektra absorpsi yang selanjutnya
akan dihubungkan dengan nilai konsentrasi larutan sampel yang sedang diamati
yang diserap terhadap frekuensi atau panjang gelombang yang digunakan sinar
kemudian dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam analisis kualitatif dan
kuantitaif kadar obat yang diamati, dalam hal ini ialah kadar sulfadiazin. Untuk
sulfadiazin dengan larutan baku dengan konsentrasi 0,01 %; 0,02 %; 0,03 %; 0,04
%; 0,05 dan absorbansinya berturut-turut ialah 2,229; 1,625; ,549; 1,163; dan
1,168. Adanya variasi konsentrasi larutan standar ini, bertujuan untuk menentukan
persamaan regresi pada sampel sulfadiazin dan dapat ditentukan kadar dari
Beer. Berdasarkan hasil pengukuran absorbansi tersebut dibuat grafik kurva antar
kadar larutan standar sulfadiazin (sebagai absis) dan absorbansi (sebagai ordinat),
menurun antara nilai absorbansi terhadap konsentrasi senyawa yang diamati. Hasil
Gandjar, Prof. Dr. Ibnu Gholib, DEA., Apt dan Abdul Rohman, M. Si., Apt. 2007.
Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Belajar. Yogyakarta (Hal : 240- 241,
243-256).
Papilaya, Eva., Karma, Vony P., dan Napitupulu, Daniel., 2009, Penentuan
Transisi Elektronik Senyawa Fenol dengan Menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis, Sains, Vol.9, No.2.
Sudarma, I Made., 2007, The Sulfonation Study of Reaction Mechanism on
Papaverine Alkaloid by GC-MS nd FT-IR, Indo. J. Chem, Vol.7, No.1.
Tjay, T.H. dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting, Edisi VI, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Ven, Esther Schoondenmark Vande., Vree, Tom., Melchers, Willwm., Camps,
Wil., dan Galama, Joep., 1995, In Vitro Effects of Sulfadiazine and Its
Metabolites Alone and in Combination with Pyrimethamine on
Toxoplasma gondii, American Society for Microbiology, Vol.39, No.3.