Anda di halaman 1dari 27

BAB II

PEMBAHASAN

A. 1. Definisi Terapi Aktivitas Kelompok

Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan

antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai

norma yang sama. Sedangkan kelompok terapeutik memberi kesempatan

untuk saling bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang

berperilaku destruktif dalam berhubungan dengan orang lain,

mengidentifikasi dan memberikan alternatif untuk membantu merubah

perilaku destruktif menjadi konstruktif.

Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri.

Kekuatan kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan

kelompok untuk saling bertukar pengalaman dan memberi penjelasan

untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Dengan demikian kelompok

dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba

kemampuan berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain.

Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan

perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan

yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok

digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika


interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi

laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk

memperbaiki perilaku lama yang maladaptif.

2. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok


a. Secara umum manfaat terapi aktivitas kelompok adalah :
1) Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui

komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.

2) Melakukan sosialisasi.

3) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan

afektif.

b. Secara khusus manfaatnya adalah :

1) Meningkatkan identitas diri

2) Menyalurkan emosi secara konstruktif

3) Meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social.

c. Di samping itu manfaat rehabilitasinya adalah :

1) Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.

2) Meningkatkan keterampilan sosial.

3) Meningkatkan kemampuan empati

4) Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah

3. Indikasi dan Kontra Indikasi Terapi Aktifitas Kelompok (Tak)

Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok

(Depkes RI (1997) adalah:


a. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi

aktifitas kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat,

selalu diam dan autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan.

b. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi

aktifitas kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis

yang jelas, sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan

wahamnya tidak terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak

mengganggu terapi aktifitas kelompok.

c. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di

upayakan pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam

tehnik terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat

kemampuan berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin

pengelompokan berdasarkan problem yang sama.

4. Komponen Kelompok

Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2005) :

a. Struktur kelompok.

Struktur kelompok menjelaskan batasan, komunikasi,

proses pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam

kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu

pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok

diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi

dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara

bersama.
b. Besar kelompok.

Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok

kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota

kelompok terlalu besar akibbatnya tidak semua anggota mendapat

kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan

pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi

dan interaksi yang terjadi (Kelliat, 2005).

c. Lamanya sesi.

Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi

kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok

yang tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok,

dapat satu kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan sesuai

dengan kebutuhan (Kelliat, 2005).

5. Tahap-Tahap Dalam Terapi Aktivitas Kelompok

Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase –

fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :

a. Pre kelompok

Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang

menjadi leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok

tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok,

menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti

proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.

b. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu

orientasi, konflik atau kebersamaan.

1. Orientasi.

Anggota mulai mengembangkan system social masing –

masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan

mengambil kontrak dengan anggota.

2. Konflik

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota

mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok,

bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling

ketergantungan yang akan terjadi.

3. Kebersamaan

Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah,

anggota mulai menemukan siapa dirinya.

c. Fase kerja

Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif

dan engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah

dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati,

kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic,

mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas

kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.

d. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok

mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

6. Macam-Macam Terapi Aktivitas Kelompok

a. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi

Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi

yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami

kemunduran orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya

memotivasi proses berfikir dan afektif serta mengurangi perilaku

maladaptif.

Tujuan :

1) Meningkatkan kemampuan orientasi realita

2) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian

3) Meningkatkan kemampuan intelektual

4) Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain

5) Mengemukakan perasaanya

Karakteristik :

1) Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan

nilai-nilai

2) Menarik diri dari realitas

3) Inisiasi atau ide-ide negative


4) Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif

dan mau mengikuti kegiatan

b. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori


Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada
penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik
yang digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan
kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun
eksternal.
Tujuan :
1. Meningkatkan kemampuan sensori
2. Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
3. Meningkatkan kesegaran jasmani
4. Mengekspresikan perasaan

c. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas


Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan
untuk mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas).
Umumnya dilaksanakan pada kelompok yang menghalami
gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang
digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi bebas maupun
secara didaktik.
Tujuan :
1. Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal
(fikiran, perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim,
bunyi, situasi alam sekitar)
2. Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
3. Pembicaraan penderita sesuai realita
4. Penderita mampu mengenali diri sendiri
5. Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Tahapan kegiatan :
1) Sesi I      : Orientasi Orang
2) Sesi II    : Orientasi Tempat
3) Sesi III   : Orientasi Waktu
Karakteristik :
1. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi,
ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain
2. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
3. Penderita kooperatif
4. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
5. Kondisi fisik dalam keadaan sehat

d. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi


Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan
klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam
lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi
psikoterapis untuk :
1. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
2. Memberi tanggapan terhadap orang lain
3. Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
4. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota
kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi
tanggapan terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima
stimulus eksternal.
Tujuan khusus :
1. Penderita mampu menyebutkan identitasnya
2. Menyebutkan identitas penderita lain
3. Berespon terhadap penderita lain
4. Mengikuti aturan main
5. Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
1. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk
mengikuti kegiatan ruangan
2. Penderita sering berada ditempat tidur
3. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
4. Penderita dengan harga diri rendah
5. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
6. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab
seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan
7. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik

e. Penyaluran energy
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara
kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran
energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif
dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun
lingkungan
Tujuan :
1. Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
2. Mengekspresikan perasaan
3. Meningkatkan hubungan interpersonal
7. Peran Perawat Dalam Terapi Aktivitas Kelompok
Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok adalah :
a) Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus
terlebih dahulu, membuat proposal.Proposal tersebut akan dijadikan
panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen yang
dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah
keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah perawat,
waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas terapis.
b) Tugas sebagai leader dan coleader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola
komunikasi yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota
kelompok untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator,
membantu kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta
mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
c) Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok
sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada
anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
d) Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati
respon penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan
menangani peserta/anggota kelompok yang drop out.
e) Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub
kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau
kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out.
Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok
terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas
tersebut.
f) Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi)
yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok.

8. Kerangka Teoritis Terapi Aktivitas Kelompok


a) Model fokal konflik
Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus
pada kelompok dari pada individu. Prinsipnya: terapi kelompok
dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari. Pengalaman
kelompok secara berkasinambungan muncul kemudian konfrontir
konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapi membantu anggota
kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik.
Menurut model ini pimpinan kelompok (leader) harus memfasilisati dan
memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekspresikan
perasaan dan mendiskusikannya untuk menyelesaiakan masalah.
b) Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi
dan komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau
komunikasi tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan ketidak
puasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau
keterpaduan kelompok menurun.Dengan menggunakan kelompok ini
leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah individu atau
kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan.
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa:
1. Perlu berkomunikasi
2. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya
komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup.
3. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
4. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu
dan yang lain untuk melakukan komunikasi efektif
Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan
interpersonal dan social anggota kelompok.Selain itu teori komunikasi
membantu anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih
efektif.Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat
prinsip-prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam
kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.
c) Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan
dan tindakan) dagambarkan melalui hubungan interpersonal. Contoh:
interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari
tingkah laku anggota lain. Pada teori ini terapis bekerja dengan individu
dan kelompok. Anggota kelompok ini belajar dari interaksi antar
anggota dan terapis. Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan
perilaku social yang efektif dipelajari. Perasaan cemas dan kesepian
merupakan sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah
laku/perilaku.
Contoh: tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan
hubungan interpersonal. Pada saat konplik interpersonal muncul, leader
menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk
mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konplik apa yang
membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa
yangdigunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat
terjadi konflik.
d) Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu.
Anggota memainkan peran sesuai dengan yang perna dialami.Contoh:
klien memerankan ayahnya yang dominin atau keras.

9. Terapis
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi kepada klien
yang mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain :
a. Dokter
b. Psikiater
c. Psikolog
d. Perawat
e. Fisioterapis
f. Speech teraphis
g. Occupational teraphis
h. Sosial worker
Persyaratan dan kualitas terapis
Menurut Globy, Kenneth Mark seperti yang dikutif Depkes RI menyatakan
bahwa persyaratan dan kualifikasi untuk terapi aktivitas kelompok adalah :
a) Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku normal dan
patologi dalam budaya setempat
b) Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai untuk
dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah laku yang
normal maupun patologis
c) Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan konsep-
konsep yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan pasien
d) Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi untuk
membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis untuk
memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien dibelakang kata-
katanya
e) Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan
mekanisme pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap teknik
terapeutiknya
f) Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan segala
kekurangan dan kelebihannya
B. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI HALUSINASI

1. STRATEGI PELAKSANAAN TINDKAN KEPERAWATAN


Sesi I : Klien mengenal halusinasi, jelaskan cara–cara
kontrol halusinasi, dan mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain
Sesi III : Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal
Sesi IV : Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum
obat

2. TUJUAN
a. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol
halusinasi dalam kelompok secara bertahap.
b. Tujuan khusus
1) Klien dapat mengenal halusinasi.
2) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
4) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal.
5) Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum
obat.
Sesi I. Klien mengenal halusinasi, jelaskan cara–cara kontrol halusinasi, dan
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
No Aspek Yang Dinilai Bobot Nilai
I Tahap Pra Interaksi 10%
1) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu
klien dengan perubahan sensori persepsi :
halusinasi
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

II Tahap Orentasi 10%


1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien
b) Perkenalkan nama dan panggilan
terapis (pakai papan nama)
c) Menanyuakan nama dan panggilan
semua klien (beri papan nama)
2) Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
3) Kontrak
a) Terapi menjelaskan tujuan kegiatan
yang akan dilaksanakan yaitu
mengenal suara-suara yang didengar.
b) Terapis menjelaskan aturan main
berikut.
 Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok, harus
meminta izin pada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan
dari awal sampai selesai

III Tahap Kerja 60%


a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan
dilakukan, yaitu mengenal suara-suara
yang didengar (halusinasi) tentang isinya,
waktu terjadinya, situasi terjadinya, dan
perasaan klien pada saat terjadi.
b) Terapis meminta klien menceritakan isi
halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang
membuat terjadi, dan perasaan klien saat
terjadi halusinasi. Mulai dari klien dari
sebelah kanan, secara berurutan sampai
semua klien mendapat klien. Hasilnya
tulis di whiteboard.
c) Beri pujian pada klien yang melakukan
dengan baik
d) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi
terjadi, dan perasaan klien dari suara yang
biasa didengar

IV Tahap Terminasi 10%


1) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan
klien setelah mengikuti TAK
 Terapis memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok
2) Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk
melaporkan isi, waktu, situasi, dan
perasaannya jika terjadi
halusinasi.
3) Kontrak yang akan datang
 Menyepakati TAK yang akan
datang, yaitu cara
mengontrolhalusinasi
 Menyepakati waktu dan tempat

V Dokumentasi 10%
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien
saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien.
Misalnya, klien mampu menyebutkan isi halusinasi
(menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam), situasi
(jika sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram)
anjurkan klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul
dan menyampaikan kepada perawat.

Total 100%

Sesi II. Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang


lain
No Askep Yang Dinilai Bobot Nilai
I Tahap Pra Interaksi 10%
a) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah
mengikuti sesi 1
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

II Tahap Orentasi 10%


1) Salam terapeutik
a. Mengingatkan kontrak dengan klien
yang mengikuti sesi.
b. Terapis membuat kontrak dengan
klien sesi 1
c. Mempersiapkan alat dan tempat
pertemuan
2) Evaluasi / validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan pengalaman klien
setelah menerapkan dua cara yang
telah dipelajari (menghardik,
menyibukan diri, dengan kegiatan
terarah ) untuk mencegah halusinasi
3) Kontrak
a. Terapis menjelaskan tujuan , yaitu
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
b. Terapis menjelaskan aturan main
berikut
 Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok,
harus meminta izin kepada
terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti
kegiatan dari awal sampai
akhir

III Tahap Kerja 60%


1) Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-
cakap dengan orang lain untuk mengontrol dan
mencegah halusinasi
2) Terapis meminta tiap klien menyebutkan orang
yang biasa dan bisa diajak bercakap-cakap
3) Terapis meminta tiap klien menyebutkan
pokokpembicaraan yang biasa dan bisa
dilakukan
4) Terapis memperagakan cara bercakap-cakap
jika halusinasi muncul “suster,ada suara
ditelinga, saya mau ngobrol saja dengan
suster”atau” suster saya mau ngobrol tentang
kapan saya boleh pulang “
5) Terapis meminta klien untuk memperagakan
percakapan dengan orang di sebelahnnya
6) Berikan pujian atas keberhasilan klien
7) Ulangi 5 dan 6 sampai semua klien dapat
giliran

IV Tahap Terminasi 10%


1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien
setelah mengikuti TAK
b. Terapis menanyakan TAK mengontrol
halusinasi yang sudah dilatih
c. Memberikan pujian atas keberhasilan
kelompok
2) Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan tiga
cara mengontrol halusinasi, yaitu
menghardik , melakukan kegiatan harian
, dan bercakap-cakap
3) Kontrak yang akan datang
a. Terapis membuat kesepakatan dengan
klien untuk TAK berikutnya, yaitu
belajar cara mengontrol halusinasi
dengan patuh minum obat.
b. Terapis menyepakati waktu dan tempat.

V Dokumentasi 10%
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki
klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh. Klien
mengikuti TAK stimulasi persepsi halusinasi
sesi 1. Klien belum mampu secara lancer
bercakap- cakap dengan orang lain. Anjurkan
klien bercakap- cakap dengan perawat dank lien
lain di ruang rawat.
.
Total 100%

SESI III ; Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

No Aspek yang dinilai bobot nilai


I Pra interaksi
1. Mengingatkan kontrak dengan klien yang
telah mengikuti sesi 2. 10%
2. Mempersiapkan alat - alat pertemuan.

II Orientasi 10%
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien
b. Klien dan terapis pakai papan nama
2. evaluasi/validasi
a. terapis menanyakan keadaan klien saat
ini .
b. terapis menanyakan cara mengontrol
halusinasi yang sudah dipelajari
c. terapis menanyakan pengalaman klien
menerapkan cara menghardik
halusinasi
3. kontrak
a. terapis menjelaskan tujuan
kegiatan,yaitu mencegah terjadinya
halusinasi dengan melakukan kegiatan.
b. menjelaskan aturan main berikut.
- Jika ada klien yang ingin
meninggalkan kelompok,harus
meminta ijin kepada terapis
- Lama kegiatan 45 menit.
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai

III tahap kerja 60%


1. terapis menjelaskan cara kedua yaitu
melakukan kegiatan sehari hari.jelaskan
bahwa dengan melakukan kegiatan yang
teratur akan mencegah munculnya
halusinasi.
2. Terapi meminta setiap klien
menyampaikan kegiatan yang bisa
dilakukan sehari hari dan tulis di
whiteboard.
3. terapis membagikan formulir jadwal
kegiatan seharian .terpis menulis
formulir yang sama di whiteboard.
4. terapis membimbing satu persatu klien
untuk membuat jadwal kegiatan harian
dari bangun pagi sampai tidur
malam.klien menggunakan formulir
terapis menggunakan whiteboard.
5. terapis melatih klien memperagakan
kegiatan yang telah disusun.
6. berikan pujian dengan tepuk tangan
bersama kepada klien yang sudah selesai
membuat jadwal dan memperagakan
kegiatan.

IV Terminasi
1. evaluasi
a. terapis menanyakan perasaan klien
setelah selesai menyusun jadwal
kegiatan dan memperagakannya.
b. terapis memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok
2. tindak lanjut
terapis meganjurkan klien melaksanakan
2 cara mengontrol halusinasi yaitu 10%
menghardik dan melakukan kegiatan.
3. Kontrak yang akan datang
a. terapis membuat kesepakatan
dengan klien untuk TAK
berikutnya ,yaitu belajar cara
mengontrol halusinasi dengan
bercakap cakap.
b. terapis membuat waktu dan
kesepakatan
V Dokumentasi 10%
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien
saat TAK pada catatan proses keperawatan pada tiap
klien
Total 100%

SESI IV : mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

No Aspek yang dinilai bobot nilai


I Pra interaksi
1. mengingatkan kontrak kepada klien yang telah
mengikuti sesi 3. 10%
2. mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

II Orientasi 10%
1. salam teraupetik
a. salam dari terapis kepada klien
b. terapis dan klien memakai papan nama
2. evaluasi/validasi
a. menanyakan perasaan klien saat ini
b. terapis menanyakan pengalaman klien
mengontrol halusinasi setelah menggunakan
tiga cara yang telah di pelajari
(menghardik,menyibukkan diri dengan
kegiatan,dan bercakap cakap)
3. kontrak
a. terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol
halusinasi dengan patuh minum obat
b. menjelaskan aturan main tersebut
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus meminta izin kepada
petugas
- Lama kegiatan 45 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari
awal sampai selesai
III Tahap kerja 60%
1. Terapis menjelaskan untungnya patuh
minum obat,yaitu mencegah kambuh
karena obat memberi perasaan
tenang,dan memperlambat kambuh.
2. Terapis menjelaskan kerugian tidak
patuh minum obat,yaitu penyebab
kambuh.
3. Terapis meminta tiap klien
menyampaikan obat yang di makan dan
waktu memakanya. Buat daftar di
whiteboard.
4. Menjelaskan lima benar minum
obat,yaitu benar obat, benar waktu
minum obat,benar orang yang minum
obat,benar cara minum obat,benar
dosis obat.
5. Minta klien menyebutkan lima benar
cara minum obat secara bergiliran.
6. Berikan pujian pada klien yang benar.
7. Mendiskusikan perasaan klien sebelum
minum obat (catat di whiteboard).
8. Mendiskusikan perasaan klien setelah
teratur minum obat (catat di
whiteboard).
9. Menjelaskan keuntungan patuh minum
obat,yaitu salah satu cara mencegah
halusinasi/kambuh.
10. Menjelaskan akibat/kerugian tidak
patuh minum obat, yaitu kejadian
halusinasi/ kambuh.
11. Minta klien menyebutkan kembali
keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat
12. Memberi pujian tiap kali klien benar.

IV Terminasi
1. evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien
setelah mengikuti TAK
b. Terapis menanyakan jumlah cara
mengontrol halusinasi yang sudah d
pelajari
c. Terapis memberikan pujian atas
keberhasilan kelompok
2. tindak lanjut
mengajurkan klien menggunakan empat
10%
cara mengontrol halusinasi,yaitu
menghardik,melakukan kegiatan
harian,bercakap cakap dan patuh minum
obat
3. kontrak yang akan datang
a. Terapis mengakhiri sesi TAK
stimulasi pesepsi untuk mengontrol
halusinasi
b. Buat kesepakatan baru untuk TAK
yang lain sesuai dengan indikasi klien

V Dokumentasi 10%
Dokumentasikan kemampuan yang memiliki klien
pada catatan proses keperawatan tiap klien

Total 100%

Anda mungkin juga menyukai