Anda di halaman 1dari 142

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Tesis Magister

2016

Pengaruh Penyajian Dan Cita Rasa


Makanan Terhadap Sisa Makanan
Pasien di Rumah Sakit Umum Deli Serdang

Velita A, Sri

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/726
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGARUH PENYAJIAN DAN CITA RASA MAKANAN TERHADAP SISA
MAKANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DELI SERDANG TAHUN 2016

TESIS

Oleh

SRI VELITA A
147032093/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


THE INFLUENCE OF FOOD SERVICE AND FOOD TASTE ON PATIENTS’
FOOD REMNANTS IN RSUD DELI SERDANG,
IN 2016

THESIS

By

SRI VELITA A
147032093/IKM

MASTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM


FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


PENGARUH PENYAJIAN DAN CITA RASA MAKANAN TERHADAP SISA
MAKANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DELI SERDANG TAHUN 2016

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara

Oleh

SRI VELITA A
147032093/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PENGARUH PENYAJIAN DAN CITA RASA MAKANAN TERHADAP SISA


MAKANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DELI SERDANG TAHUN 2016

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2016


Penulis

Sri Velita A
147032093 / IKM

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Telah diuji
Pada Tanggal : 24 Agustus 2016

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si


Anggota : 1. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D
2. Dr.Ir.Zulhaida Lubis, M.Si
3. Dra. Jumirah, Apth, M. Kes

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan yang diberikan dan


disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuh. Keberhasilan suatu penyelenggaraan makanan sering dikaitkan
dengan adanya sisa makanan yang dikonsumsi pasien.. Salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap sisa makanan di rumah sakit antara lain persepsi makan
(penyajian makan dan rasa makan).
Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyajian dan cita rasa
makanan terhadap sisa makanan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang
Tahun 2016 dengan melakukan pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian adalah
penelitian observasional dengan jenis eksplanatory reaserch dengan teknik
pengambilan sampling purposive. Sampel penelitian ini yaitu pasien rawat inap di
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang.sebanyak 48 orang. Hasil penelitian ini
akan dilakukan hingga analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik
berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyajian makanan di Rumah Sakit
Umum Deli Serdang dalam kategori menarik yaitu sebanyak 23 orang (47,9%) dan
rasa makanan dalam kategori kurang menarik yaitu sebanyak 18 orang (37,5%). Sisa
makanan di Rumah Sakit Umum Deli Serdang sebahagian besar dalam kategori sisa
banyak (>20%) yaitu sebanyak 25 orang (52,1%). Terdapat hubungan antara
penyajian makanan (p=0,004)dan rasa makanan (p=0,016) dengan sisa makanan di
Rumah Sakit Umum Deli Serdang. Penyajian makanan (Exp β= 4,670) dan rasa
makanan (Exp β= 3,955) berpengaruh terhadap sisa makanan di Rumah Sakit Umum
Deli Serdang
Dari hasil penelitian disarankan kepada Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit
Umum Deli Serdang dapat meningkatkan mutu dan cita rasa makanan dengan
memberikan pelatihan dan studi banding agar tenaga pengolah makanan dapat
menghasilkan makanan yang mempunyai cita rasa yang tinggi. Ahli gizi Rumah Sakit
Umum Deli Serdang lebih memperhatikan cara penyajian yang meliputi warna
makanan, bentuk hidangan dan tempat penyajian sehingga makanan disajikan akan
tampil lebih menarik

Kata Kunci : Penyajian Makanan, Rasa Makanan, Sisa Makanan, Gizi

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Nutrition services at the hospital is a service provided and adapted to the


circumstances patient based on clinical state, nutritional, and the body's metabolism
status. The success of an organization of food is often associated with their leftovers.
One of the factors that affect food remnants in the hospital was food perception (food
serving and its taste).
The objective of this research was to analyze the influence of food service and
food taste on patients’ food remnant in RSUD Deli Serdang, in 2016 quantitatively.
The research used observational explanatory research method. The samples were 48
inpatients as the respondents in RSUD Deli Serdang. The data were analyzed by
using multiple logistic regression analysis.
The result of the research showed that 23 respondents (47.9%) were
interested in food service in RSUD Deli Serdang and 18 respondents (37.5%) were
not interested in food taste, while 25 respondents (52.1%) had a lot of food remnants
(>20%). There was the correlation of food service (p=0.004) and food taste
(p=0.016) with food remnants in RSUD Deli Serdang at Exp β = 4.670), and food
taste (Exp β = 3.955) influenced food remnant in RSUD Deli Serdang.
It is recommended that the Head of the Nutrition Department of the Hospital
increase the quality and the taste of food by providing training and comparative
study so that the food processing personnel can produce high quality food. The
nutritionists of the hospital should monitor food taste before serving it and can take
care of serving method which includes food serving color, shape, and place so thast
the food appearance will be attractive.

Keywords: Food Serving, Food Taste, Food Remnant, Nutrition

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis

ini dengan judul “Pengaruh Penyajian Dan Cita Rasa Makanan Terhadap Sisa

Makanan Pasien di Rumah Sakit Umum Deli Serdang”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan

pendidikan Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Administrasi dan

Kebijakan Gizi Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis mendapatkan bantuan, dorongan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M. Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara dan Ketua Program Studi S2 yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si , selaku dosen pembimbing I dan

Sekertaris program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Universitas Sumatera Utara


Masyarakat Universitas Sumatera Utara serta Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D

selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberi perhatian, bimbingan

dan dukungan dalam penyusunan tesis ini.

4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Si, selaku dosen penguji I serta . Dra. Jumirah, Apth,

M. Kes selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan arahan dan

masukan demi kesempurnaan penulisan tesis ini.

5. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat

berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

6. Bupati Deli Serdang yang telah memberikan izin dan mendukung penulis dalam

menyelesaikan studi pendidikan ini.

7. Kepala Instalasi Gizi yang telah mendukung saya dan banyak memberikan

masukan dalam melakukan penelitian ini.

8. Teristimewa kepada suami tercinta H.Ainul Bahdi Simatupang,SP.M.Si dan anak

saya Deandana Anri Simatupang, Oryssa Tivana Anri dan Widya Yuntri Anri

untuk cinta, doa, kasih sayang dan dukungannya yang tak tergantikan yang

diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan studi pendidikan .

9. Rekan – rekan seperjuangan Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Angkatan 2014 yang banyak memberikan pelajaran berharga selama

pendidikan .

Universitas Sumatera Utara


Kiranya Allah SWT akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah

penulis terima selama ini. Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan rahmat-Nya

bagi kita semua.

Akhirnya Penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan, untuk

itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan

tesis ini dengan penuh harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, September 2016


Penulis

Sri Velita A
147032093 / IKM

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP

Sri velita.A dilahirkan pada tanggal 15 april 1969 di Kota Pariaman Provinsi

Sumatera Barat. Anak ke tiga dari tujuh bersaudara, dari pasangan ayahanda Asril

Salim dan ibunda Hj.Gulhanis. Saat ini penulis bertempat tinggal di Jln.Thamrin

Lubuk Pakam Deli Serdang.

Pendidikan dimulai dari Sekolah Dasar tahun 1976-1983 di SD Negeri 1

Sungai Geringging, tahun 1983-1985 pendidikan di SMP Negeri 7 Padang, tahun

1985-1988 Pendidikan di SMA Negeri 7 Padang , tahun 1987-1988 menyelesaikan

Diploma 1 Gizi Depkes Medan. Tahun 2000-2003 menyelesaikan S-1 Tataboga di

Universitas Negeri Medan. Tahun 2014 penulis mengikuti pendidikan lanjutan pada

Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Sumatera Utara dengan Minat studi Administrasi Kebijakan Gizi Masyarakat .

Penulis diterima sebagai pegawai negeri sipil pada tahun 1991 dan di

tugaskan di Provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 1996 pindah tugas ke Sumatera

Utara di Rumah Sakit Umum Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1


1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7
1.4. Hipotesis ................................................................................... 8
1.5. Manfaat Penelitian ................................................................... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 9


2.1. Pelayanan Gizi Rumah Sakit .................................................... 9
2.2. Penyelenggaraan Makanan ....................................................... 10
2.2.1 Kegiatan Penyelenggaraan Makanan .............................. 13
2.2.2 Perencanaan Anggaran Bahan Makanan ......................... 19
2.2.3 Pengadaan Bahan Makanan ............................................. 20
2.2.4 Pemesanan, Pembelian, Penerimaan, Penyimpanan
Penyaluran dan Persiapan Bahan Makanan .................... 21
2.2.5 Distribusi Makanan ......................................................... 27
2.3. Sisa Makanan............................................................................ 30
2.4. Faktor-faktor Berhubungan dengan Sisa Makanan .................. 31
2.5 Landasan Teori ........................................................................ 39
2.6 Kerangka Konsep ..................................................................... 41

BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................ 42


3.1. Jenis Penelitian ........................................................................ 42
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 42
3.3. Populasi dan Sampel ................................................................ 43
3.3.1. Populasi ....................................................................... 43
3.3.2. Sampel .......................................................................... 43
3.4. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 45
3.4.1. Sumber Data ................................................................ 45
3.4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ........................................ 45

Universitas Sumatera Utara


3.5. Variabel dan Defenisi Operasional… ....................................... 46
3.5.1. Variabel Penelitian. ...................................................... 46
3.5.2. Defenisi Operasional. ................................................... 46
3.6. Aspek Pengukuran… ................................................................ 47
3.7. Metode Analisis Data ................................................................. 54

BAB 4. HASIL PENELITIAN ..................................................................... 56


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 57
4.1.1. Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah
Deli Serdang.. ............................................................... 59
4.1.2. Proses Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit .......... 59
4.2. Analisis Univariat ..................................................................... 60
4.2.1. Karakteristik Responden ................................................ 60
4.2.2. Penilaian terhadap Penyajian Makanan .......................... 61
4.2.3. Penilaian Terhadap Rasa Makanan ................................ 63
4.2.4. Sisa Makanan Pasien ...................................................... 69
4.3. Analisis Bivariat ....................................................................... 69
4.4. Pengaruh Penyajian Makanan dan Rasa Makanan
terhadap Sisa Makanan Rumah RSUD Deli Serdang............... 79

BAB 5. PEMBAHASAN ............................................................................... 82


5.1. Pengaruh Warna Makanan terhadap Sisa Makan ..................... 82
5.2. Pengaruh Bentuk Makanan terhadap Sisa Makan .................... 84
5.3. Pengaruh Tempat Penyajian terhadap Sisa Makan .................. 86
5.4. Pengaruh Aroma Makanan terhadap Sisa Makanan ................. 89
5.5. Pengaruh Tekstur Makanan terhadap Sisa Makanan............... 91
5.6. Pengaruh Keempukan Makanan terhadap Sisa Makanan ........ 93
5.7. Pengaruh Kematangan Makanan terhadap Sisa Makanan........ 95
5.8. Pengaruh Suhu Makanan terhadap Sisa Makanan.................... 98

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 101


6.1. Kesimpulan ............................................................................... 101
6.2. Saran ......................................................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 103

KUESIONER .................................................................................................. 107

LAMPIRAN .................................................................................................... 107

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Kapasitas Ruang Rawat Inap RSUD Deli Serdang ..................................... 45

4.1. Distribusi Karakteristik Pasien .................................................................... 61

4.2. Distribusi Penilaian Penyajian Makanan Pasien ......................................... 62

4.3. Distribusi Penilaian Penyajian Makanan Pasien ......................................... 63

4.4. Distribusi Kategori Penilaian Penyajian Makanan Pasien........................... 63

4.5. Distribusi Penilaian Rasa Makanan Menurut Waktu Makan Pasien ........... 65

4.6. Distribusi Penilaian Rasa Makanan Pasien Berdasarkan Aspek Rasa ........ 66

4.7. Distribusi Penilaian Rasa Makanan Berdasarkan Jenis Makanan ............. 67

4.8. Distribusi Kategori Penilaian Rasa Makanan Pasien .................................. 68

4.9. Distribusi Kategori Sisa Makanan Pasien ................................................... 68

4.10. Distribusi Sisa Makanan Menurut Waktu Makanan.................................... 69

4.11. Hubungan Warna Makanan dengan Sisa Makanan ..................................... 70

4.12. Hubungan Bentuk Makanan dengan Sisa Makanan .................................... 71

4.13. Hubungan Tempat Penyajian Makanan dengan Sisa Makanan.................. 72

4.14. Hubungan Kategori Penyajian Makanan dengan Sisa Makanan ................ 73

4.15. Hubungan Aroma Makanan dengan Sisa Makanan .................................... 74

4.16. Hubungan Tekstur Makanan dengan Sisa Makanan ................................... 75

4.17. Hubungan Keempukan Makanan dengan Sisa Makanan ........................... 76

4.18. Hubungan Kematangan Makanan dengan Sisa Makanan ........................... 77

Universitas Sumatera Utara


4.19. Hubungan Suhu Makanan dengan Sisa Makanan ....................................... 75

4.20. Hubungan Kategori Cita Rasa dengan Sisa Makanan ................................ 78

4.21. Pengaruh Penyajian Makanan dan Rasa Makanan Terhadap


Sisa Makanan ............................................................................................... 79

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Sisa Makan .................. 40

2.2. Kerangka Konsep Penelitian ......................................................... 41

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian .................................................................... 93

2. Master Data ................................................................................... 96

3. Tabel Output Penelitian ................................................................ 99

Universitas Sumatera Utara


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah gizi di rumah sakit akan berkaitan dengan kondisi perorangan yang

secara langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi proses

penyembuhan. Kecenderungan peningkatan kasus penyakit yang terkait gizi

(nutrition-related disease) pada semua kelompok rentan mulai dari ibu hamil, bayi,

anak, remaja, hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan penatalaksanaan gizi secara

khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan

mempertahankan status gizi yang optimal dan mempercepat penyembuhan

(Kemenkes, 2013).

Menurut Juariah (2007) bahwa salah satu faktor mempengaruhi lamanya hari

perawatan yaitu intake makanan selama dirawat, penyembuhan pasien yang dirawat

berkaitan dengan status gizi yang didapat dari makanan selama hari perawatan.

Menurut Barker (2011) bahwa data sisa makanan umumnya digunakan untuk

mengevaluasi efektifitas program penyuluhan gizi, penyelenggaraan dan pelayanan

makanan, serta kecukupan konsumsi makanan pada kelompok atau perorangan .

Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan yang diberikan dan

disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status

metabolisme tubuh. Salah satu upaya untuk membantu proses penyembuhan di rumah

sakit dilakukan melalui pelayanan penunjang medis seperti pelayanan gizi. Instalasi

Universitas Sumatera Utara


gizi bertujuan untuk memberikan makanan yang bermutu, bergizi, higiene dan

sanitasi yang baik pada instalasi gizi yang sesuai dengan standar kesehatan bagi

pasien, sekaligus untuk mempercepat proses penyembuhan pasien. Untuk mencapai

tujuan tersebut, maka penting diterapkan manajemen dalam penyelenggaraan

makanan sehingga menghasilkan makanan yang bermutu dan kebersihan makanan

yang memenuhi syarat kesehatan (Aritonang, 2009).

Menurut Kemenkes RI (2013) bahwa keberhasilan suatu penyelenggaraan

makanan sering dikaitkan dengan adanya sisa makanan yang dikonsumsi pasien. Sisa

makanan menunjukkan adanya pemberian makanan yang kurang optimal, sehingga

sisa makanan merupakan salah satu indikator yang sederhana yang dapat digunakan

untuk mengevaluasi keberhasilan pelayanan gizi rumah sakit. Banyaknya sisa

makanan mengakibatkan kebutuhan gizi pasien menjadi tidak adekuat dan secara

ekonomis dengan banyaknya sisa makanan maka akan membuat semakin banyak

biaya yang terbuang sia-sia.

Terdapatnya biaya yang terbuang sia-sia akan menyebabkan anggaran untuk

penyelenggaraan makanan menjadi kurang efisien dan efektif, sehingga pengelolaan

biaya makan tidak mencapai tujuan yang optimal. Menurut Kemenkes (2013) bahwa

biaya makan perorang perhari merupakan biaya yang dibutuhkan untuk

menyelenggarakan makanan, tingginya sisa makan akan menimbulkan banyaknya

biaya makan yang terbuang.

Hasil penelitian Irawati (2009) yang dikutip oleh Berdhika (2012) di RSJ

Madani Palu menunjukkan bahwa biaya rata-rata kerugian akibat sisa makanan. Hasil

Universitas Sumatera Utara


penelitian Wirasamadi (2015) menunjukkan bahwa terdapat sisa makanan sehingga

menimbulkan kerugian biaya sisa dengan rata-rata Rp. 2.939 per orang per hari di

RSU Sanglah Denpasar. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian

Irawati (2010) yang memperlihatkan bahwa sisa makanan membuat biaya makan

yang terbuang dalam sehari sebesar 9,97 % dari total harga makanan di Rumah Sakit

Jiwa Madani kota Palu.

Berdasarkan Peraturan Pemberian Makan Rumah Sakit (PPMRS) bahwa

penyelenggaraan makanan akan diupayakan sedemikian rupa agar pasien dapat

mengkonsumsi seluruh makanan yang diberikan atau menekan sisa makanannya. Sisa

makanan adalah banyaknya hidangan yang tidak dimakan yaitu terjadi karena sisa

makanan yang disajikan tidak habis dikonsumsi. Makanan yang tersisa masih sangat

sering terjadi di berbagai rumah sakit di Indonesia yang dapat dijadikan ukuran dalam

penyelenggaraan makanan rumah sakit di Indonesia .

Penelitian Wirasamadi (2015) menunjukkan bahwa sebanyak 11 orang

(16,2%) memiliki sisa makan >20% di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

Hal ini sejalan dengan penelitian Munawar (2011) yang dilakukan di Rumah Sakit

Dr. Hasan Sadikin Kota Bandung didapatkan bahwa sisa makanan lunak sebesar

31,2%. Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Irawati (2010) yang

memperlihatkan bahwa sisa makanan di Rumah Sakit Jiwa Madani kota Palu sebesar

24,48% dan mendapatkan biaya makan yang terbuang dalam sehari sebesar 9,97 %

dari total harga makanan.

Universitas Sumatera Utara


Sisa makanan dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu yang berasal dari

dalam diri pasien yang meliputi nafsu makan sebagai faktor utama. Menurut

Kemenkes (2013) bahwa faktor yang berpengaruh terhadap sisa makanan di rumah

sakit antara lain nafsu makan dan persepsi makan (penyajian makan dan rasa makan).

Nafsu makan biasanya dipengaruhi oleh keadaan atau kondisi. Rasa tidak senang dan

rasa takut karena adanya penyakit dapat menimbulkan rasa putus asa sehingga pasien

tidak mengkonsumsi makanan yang disajikan. Faktor lainnya seperti fisik yang

lemah, adanya gangguan saluran cerna, kebiasaan makan dan faktor sosial budaya

yang menentukan sikap dan kesukaan terhadap makanan dapat mempengaruhi pasien

untuk dapat menghabiskan makanan yang disajikan kepadanya.

Hasil penelitian Murjiwani (2013) memperlihatkan bahwa faktor yang

berhubungan dengan terjadinya sisa makanan di RSUD Salatiga yaitu cara penyajian

makanan, rasa makanan. Hasil penelitian lainnya diungkapkan Wirasamadi (2015)

bahwa terdapat banyaknya sisa makanan ≥20 % yang disebabkan oleh rasa yang tidak

enak dan penyajian makanan yang kurang baik di RSU Sanglah Denpasar. Penelitian

yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Sembiring E (2014) bahwa rasa makanan

dan penyajian makanan berhubungan dengan sisa makanan pasien rawat inap di kelas

3 RSUD Pringadi

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang adalah rumah sakit pemerintah

yang digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Deli Serdang. Rumah Sakit Umum

Daerah Deli Serdang secara teknis berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Bupati Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang serta berfungsi sebagai pusat rujukan

Universitas Sumatera Utara


pelayanan, dengan status kelas B, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 405/MENKES/SK/IV/2008 tanggal 25 April 2008 dan

telah terakreditasi penuh 12 Pelayanan sesuai SK.No. HK.03.05/III/3389 /2008.

Manajemen penyelenggaraan makan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum

Daerah Deli Serdang mengacu pada Peraturan Pemberian Makan Rumah Sakit

(PPMRS). Peraturan Pemberian Makan Rumah Sakit (PPMRS) sebagai salah satu

acuan dalam memberikan pelayanan gizi yang disesuaikan dengan kondisi dan

kemampuan rumah sakit. Macam menu yang ditetapkan terdiri dari menu standar

untuk kelas 1, 2, 3 dengan siklus 10 hari dan menu pilihan yang berlaku di kelas VIP.

Salah satu indikator penilaian mutu pelayanan gizi adalah tidak boleh pasien yang

menyisakan makanan >20%. Tetapi berdasarkan hasil pengamatan laporan isntalasi

gizi pada 4 bulan terakhir tahun 2015, proporsi pasien yang menyisakan makanan

>20% sebesar 40% melebihi standar yang sudah ditetapkan.

Standar makanan rumah sakit di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Deli

Serdang mengikuti dari standar dalam Peraturan Pemberian Makanan Rumah Sakit

(PPMRS) tahun 2014 yang berisi tentang jumlah dan jenis bahan makanan yang

diberikan kepada pasien berdasarkan kelas perawatan, nilai gizi dan pembagian waktu

makan dalam sehari. Penyusunan makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli

Serdang ini disusun dengan mempertimbangkan faktor kebutuhan gizi, kebiasaan

makan serta anggaran makanan yang tersedia dan ditetapkan oleh Direktur Rumah

Sakit yang menjadi pedoman dalam penyelenggaraan makanan. Instalasi Gizi Rumah

Sakit Umum Deli Serdang juga menyatakan bahwa mereka tidak memiliki standar

Universitas Sumatera Utara


khusus berkaitan dengan rasa makanan dan penyajian makanan yang diberikan

kepada pasien. Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Deli Serdang juga belum pernah

melakukan evaluasi terkait dengan rasa makanan dan penyajian makanan yang

diberikan kepada pasien.

Berdasarkan survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

yang dilakukan pada 10 orang pasien yang memiliki nafsu makan yang baik, tidak

mendapatkan anjuran diet khusus dan telah memasuki masa penyembuhan. Hasil

pengamatan secara visual selama 4 hari sehingga ditemukan bahwa sebanyak 5 pasien

menyisakan makanannya 40 % makanan bahkan terdapat 2 orang pasien yang sama

sekali tidak mengkonsumsi makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

sehingga mengkonsumsi makanan dari luar baik dari warung maupun dari rumah.

Hasil wawancara kepada 10 pasien rawat inap menyatakan sebanyak 5 orang

pasien rawat inap menyatakanan makanan yang disajikan kurang enak karena

makanan terlalu lembek dan sebanyak 3 orang menyatakan makanan di Rumah Sakit

Umum Daerah Deli Serdang warna pucat untuk sayuran sehingga mereka tidak selera

makan. Untuk penyajian makanan ditemukan bahwa sebanyak 6 orang pasien di

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang menyatakan penyajian makanan dalam

bentuk warna makanan tidak seperti biasanya sehingga wajar saja mereka tidak

menghabiskan makanan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk melihat

pengaruh rasa dan penyajian makanan terhadap sisa makanan di Rumah Sakit Umum

Deli Serdang .

Universitas Sumatera Utara


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

yang dilakukan pada pasien yang diamati secara visual selama 4 hari, masih banyak

ditemukannya pasien menyisakan makanan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penyajian makanan dan rasa makan terhadap sisa

makanan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui persentase rata-rata seluruh sisa makanan, menurut waktu

makan dan menurut jenis makanan.

2. Untuk mengetahui penyajian makanan yang berupa warna makanan, bentuk

makanan dan tempat penyajian makanan dari rumah sakit.

3. Untuk mengetahui rasa makanan yang berupa aroma makanan, tekstur

makanan, keempukkan makanan, kematangan makanan, dan suhu makanan

dari rumah sakit.

4. Untuk mengetahui pengaruh penyajian makanan (warna makanan, bentuk

makanan dan tempat penyajian makanan) terhadap sisa makanan pasien di

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Tahun 2016.

5. Untuk mengetahui pengaruh rasa (aroma makanan, tekstur makanan,

keempukkan makanan, kematangan makanan, dan suhu makanan) terhadap

Universitas Sumatera Utara


sisa makanan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Tahun

2016.

1.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh penyajian makanan (warna makanan, bentuk makanan dan

tempat penyajian makanan) terhadap sisa makanan pasien di Rumah Sakit

Umum Daerah Deli Serdang Tahun 2016.

2. Ada pengaruh rasa (aroma makanan, tekstur makanan, keempukkan

makanan, kematangan makanan, dan suhu makanan) terhadap sisa

makanan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Tahun 2016.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan informasi untuk pihak

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang dalam memecahkan masalah yang

berkaitan dengan rasa makanan, penyajian dan sisa makanan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak Rumah Sakit

Umum Daerah Deli Serdang sebagai bahan evaluasi terhadap

penyelenggaraan makanan, pelaksanaan dan evaluasi siklus menu secara

berkala sehingga lebih efisien dan efektif dalam penggunaan dana.

3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan referensi ilmu yang

berguna dan sebagai bahan pembelajaran dan memperkaya ilmu pengetahuan

dari hasil penelitian.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pelayanan Gizi Rumah Sakit

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan

disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status

metabolisme tubuh. Menurut Kemenkes (2013) bahwa keadaan gizi pasien sangat

berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan

penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi

pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk

perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan

adanya penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat

hubungannya dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung

koroner, hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu

penyembuhannya.

Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi

klinis yang harus diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan organ

tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan

dengan perubahan fungsi organ. Pemberian diet pasien harus dievaluasi dan

diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan

laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Hal ini sejalann dengan

Depkes (2007) bahwa upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik

Universitas Sumatera Utara


di dalam maupun di luar rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga

kesehatan, terutama tenaga gizi.

2.2. Penyelenggaraan Makanan

Citra sebuah rumah sakit di tentukan oleh berbagai faktor, salah satunya

adalah sistem pelayanan kesehatan yang diberikan di rumah sakit tersebut. Pelayanan

gizi di rumah sakit merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit

sehingga pelaksanaannya dipadukan dengan kegiatan pelayanan kesehatan lainnya

yang ada di rumah sakit. Menurut Kemenkes,(2013) bahwa penyelenggaraan

makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu,

perencanaan kebutuhan bahan makanan, perencanaan anggaran belanja, pengadaan

bahan makanan, penerimaan dan penyimpanan, pemasakan bahan makanan, distribusi

dan pencatatan, pelaporan serta evaluasi .

Tujuan dari penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit adalah untuk

menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta

pelayanan yang layak dan memadai bagi konsumen yang membutuhkannya. Sasaran

penyelenggaraan makanan di rumah sakit yaitu konsumen/pasien dan karyawan

(dokter dan pegawai). Sesuai dengan kondisi rumah sakit dapat juga dilakukan

penyelenggaraan makan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau keluarga pasien).

Menurut Depkes (2007) bahwa kegiatan penyelenggaraan makanan meliputi:

penetapan peraturan pemberian makanan rumah sakit, penyusunan standar makanan,

perencanaan anggaran bahan makanan, perencanaan menu, perhitungan taksiran

kebutuhan bahan makanan, perhitungan harga makanan, pengadaan bahan makanan,

Universitas Sumatera Utara


pemesanan bahan makanan, penerimaan bahan makanan, penyimpanan bahan

makanan, distribusi bahan makanan, persiapan bahan makanan, pengolahan bahan

makanan dan distribusi makanan.

Bentuk pelayanan gizi yang paling umum terdapat di rumah sakit adalah

penyelenggaraan makanan bagi penderita yang dirawat di rumah sakit. Kegiatan

penyelenggaraan makanan ini meliputi kegiatan pengadaan makanan hingga

penyalurannya kepada pasien dengan mutu, jenis dan jumlah yang sesuai dengan

rencana kebutuhan. Unit yang bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan

tersebut adalah instalasi gizi rumah sakit. Pemberian zat gizi optimal sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan pasien juga merupakan salah satu kegiatan asuhan gizi

(Almatsier, 2006). Bentuk penyelenggaraan makanan di rumah sakit meliputi :

1. Sistem Swakelola

Pada penyelenggaraan makanan rumah sakit dengan sistem swakelola,

instalasi gizi/unit gizi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan

penyelenggaraan makanan. Dalam sistem swakelola ini, seluruh sumber daya yang

diperlukan (tenaga, dana, metoda, sarana dan prasarana) disediakan oleh pihak RS.

Pada pelaksanaannya Instalasi Gizi/Unit Gizi mengelola kegiatan gizi sesuai fungsi

manajemen yang dianut dan mengacu pada Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit

yang berlaku dan menerapkan Standar Prosedur yang ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


2. Sistem Diborongkan ke Jasa Boga (Out-sourcing)

Sistem diborongkan yaitu penyelengaraan makanan dengan memanfaatkan

perusahaan jasa boga atau catering untuk penyediaan makanan RS. Sistem

diborongkan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu diborongkan secara penuh (full

out-sourching) dan diborongkan hanya sebagian (semi out-sourcing). Pada sistem

diborongkan sebagian, pengusaha jasa boga selaku penyelenggara makanan

menggunakan sarana dan prasarana atau tenaga milik RS. Pada sistem diborongkan

penuh, makanan disediakan oleh pengusaha jasa boga yang ditunjuk tanpa

menggunakan sarana dan prasarana atau tenaga dari rumah sakit (Kemenkes, 2013).

Dalam penyelenggaraan makanan dengan sistem diborongkan penuh atau

sebagian, fungsi Dietisien rumah sakit adalah sebagai perencana menu, penentu

standar porsi, pemesanan makanan, penilai kualitas dan kuantitas makanan yang

diterima sesuai dengan spesifikasi hidangan yang ditetapkan dalam kontrak.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

715/Menkes/SK/V/2003 tentang Prasyarat Kesehatan Jasa Boga disebutkan bahwa

prasyarat yang dimiliki jasa boga untuk golongan B termasuk Rumah Sakit yaitu

(Kemenkes, 2013) :

a. Telah terdaftar pada Dinas Kesehatan Propinsi setempat

b. Telah mendapat ijin Penyehatan Makanan Golongan B dan memiliki tenaga

Ahli Gizi/Dietisien

c. Pengusaha telah memiliki sertifikat kursus Penyehatan Makanan

d. Semua karyawan memiliki sertifikat kursus Penyehatan Makanan

Universitas Sumatera Utara


e. Semua karyawan bebas penyakit menular dan bersih.

3. Sistem Kombinasi

Sistem kombinasi adalah bentuk sistem penyelenggaraan makanan yang

merupakan kombinasi dari sistem swakelola dan sistem diborongkan sebagai upaya

memaksimalkan sumber daya yang ada. Pihak rumah sakit dapat menggunakan jasa

boga/catering hanya untuk kelas VIP atau makanan karyawan, sedangkan selebihnya

dapat dilakukan dengan swakelola .

2.2.1. Kegiatan Penyelenggaraan Makanan

Peraturan Pemberian Makanan Rumah Sakit (PPMRS) adalah suatu pedoman

yang ditetapkan pimpinan rumah sakit sebagai acuan dalam memberikan pelayanan

makanan pada pasien dan karyawan yang sekurang-kurangnya mencakup: 1)

ketentuan macam konsumen yang dilayani, 2) kandungan gizi 3) pola menu dan

frekuensi makan sehari, 4) jenis menu.

Penyusunan penentuan pemberian makanan rumah sakit ini berdasarkan

(Kemenkes, 2013):

a. Kebijakan rumah sakit setempat;

b. Macam konsumen yang dilayani;

c. Kebutuhan gizi untuk diet khusus, dan Angka Kecukupan Gizi yang mutakhir

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

d. Standar makanan sehari untuk makanan biasa dan diet khusus;

e. Penentuan menu dan pola makan;

f. Penetapan kelas perawatan; dan

Universitas Sumatera Utara


g. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit yang berlaku.

Standar bahan makanan sehari adalah acuan/patokan macam dan jumlah

bahan makanan (berat kotor) seorang sehari, disusun berdasarkan kecukupan gizi

pasien yang tercantum dalam Penuntun Diet dan disesuaikan dengan kebijakan rumah

sakit. Langkah Penyusunan Standar Bahan Makanan Seorang Sehari

a. Menetapkan kecukupan gizi atau standar gizi pasien di rumah sakit dengan

memperhitungkan ketersediaan dana di rumah sakit.

b. Terjemahkan standar gizi (1) menjadi item bahan makanan dalam berat kotor.

Perencanaan Menu adalah serangkaian kegiatan menyusun dan memadukan

hidangan dalam variasi yang serasi, harmonis yang memenuhi kecukupan gizi, cita

rasa yang sesuai dengan selera konsumen/pasien, dan kebijakan institusi. Beberapa

hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan menu (Kemenkes, 2013):

a. Peraturan Pemberian Makanan Rumah sakit (PPMRS) sebagai salah satu

acuan dalam penyelenggaraan makanan untuk pasien dan karyawan.

b. Kecukupan gizi konsumen, menu harus mempertimbangkan kecukupan gizi

konsumen dengan menganut pola gizi seimbang. Sebagai panduan dapat

menggunakan buku penuntun diet atau Angka Kecukupan Gizi mutakhir.

c. Ketersediaan bahan makanan dipasar, ketersediaan bahan makanan mentah

dipasar akan berpengaruh pada macam bahan makanan yang digunakan serta

macam hidangan yang dipilih. Pada saat musim bahan makanan tertentu,

maka bahan makanan tersebut dapat digunakan dalam menu yang telah

Universitas Sumatera Utara


disusun sebagai pengganti bahan makanan yang frekuensi penggunaannya

dalam 1 siklus lebih sering.

d. Dana/anggaran, dana yang dialokasikan akan menentukan macam, jumlah dan

spesifikasi bahan makanan yang akan dipakai.

e. Karakteristik bahan makanan, aspek yang berhubungan dengan karakteristik

bahan makanan adalah warna, konsistensi, rasa dan bentuk. Bahan makanan

berwarna hijau dapat dikombinasi dengan bahan makanan berwarna putih atau

kuning. Variasi ukuran dan bentuk bahan makanan perlu dipertimbangkan.

f. Food habit dan Preferences, food preferences dapat diartikan sebagai pilihan

makanan yang disukai dari makanan yang ditawarkan, sedangkan food habit

adalah cara seorang memberikan respon terhadap cara memilih, mengonsumsi

dan menggunakan makanan sesuai dengan keadaan sosial dan budaya. Bahan

makanan yang tidak disukai banyak konsumen seyogyanya tidak diulang

penggunaannya.

g. Fasilitas fisik dan peralatan, macam menu yang disusun mempengaruhi

fasilitas fisik dan peralatan yang dibutuhkan. Namun di lain pihak macam

peralatan yang dimiliki dapat menjadi dasar dalam menentukan item

menu/macam hidangan yang akan diproduksi.

h. Macam dan jumlah tenaga, jumlah, kualifikasi dan keterampilan tenaga

pemasak makanan perlu dipertimbangkan sesuai macam dan jumlah hidangan

yang direncanakan.

Universitas Sumatera Utara


Untuk membuat kegiatan perencanaan makana maka kita akan melakukan

langkah–langkah perencanaan menu yaitu ( Kemenkes, 2013):

1) Bentuk tim Kerja

Bentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari dietisien, kepala

masak (chef cook), pengawas makanan.

2) Menetapkan Macam Menu

Mengacu pada tujuan pelayanan makanan Rumah Sakit, maka perlu

ditetapkan macam menu, yaitu menu standar, menu pilihan, dan kombinasi keduanya.

3) Menetapkan Lama Siklus Menu dan Kurun Waktu Penggunaan Menu

Perlu ditetapkan macam menu yang cocok dengan sistem penyelenggaraan

makanan yang sedang berjalan. Siklus dapat dibuat untuk menu 5 hari, 7 hari, 10 hari

atau 15 hari. Kurun waktu penggunaan menu dapat diputar selama 6 bulan-1 tahun.

4) Menetapkan Pola Menu

Pola menu yang dimaksud adalah menetapkan pola dan frekuensi macam

hidangan yang direncanakan untuk setiap waktu makan selama satu putaran menu.

Dengan penetapan pola menu dapat dikendalikan penggunaan bahan makanan sumber

zat gizi dengan mengacu gizi seimbang.

5) Menetapkan Besar Porsi

Besar porsi adalah banyaknya golongan bahan makanan yang direncanakan

setiap kali makan dengan menggunakan satuan penukar berdasarkan standar makanan

yang berlaku di Rumah Sakit.

Universitas Sumatera Utara


6) Mengumpulkan macam hidangan untuk pagi, siang, dan malam pada satu putaran

menu termasuk jenis makanan selingan.

7) Merancang Format Menu

Format menu adalah susunan hidangan sesuai dengan pola menu yang telah

ditetapkan. Setiap hidangan yang terpilih dimasukkan dalam format menu sesuai

golongan bahan makanan.

8) Melakukan Penilaian Menu dan Merevisi Menu

Untuk melakukan penilaian menu diperlukan instrumen penilaian yang

selanjutnya instrumen tersebut disebarkan kepada setiap manajer. Misalnya manajer

produksi, distribusi dan marketing. Bila ada ketidak setujuan oleh salah satu pihak

manajer, maka perlu diperbaiki kembali sehingga menu telah benar-benar disetujui

oleh pimpinan.

9) Melakukan Test Awal Menu

Bila menu telah disepakati, maka perlu dilakukan uji coba menu. Hasil uji

coba, langsung diterapkan untuk perbaikan menu.

Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan merupakan serangkaian kegiatan

menetapkan macam, jumlah dan mutu bahan makanan yang diperlukan dalam kurun

waktu tertentu, dalam rangka mempersiapkan penyelenggaraan makanan rumah sakit.

Langkah-langkah perhitungan kebutuhan bahan makanan ( Kemenkes, 2013):

1) Susun macam bahan makanan yang diperlukan, lalu golongkan bahan makanan

apakah termasuk dalam :

Universitas Sumatera Utara


a) Bahan makanan segar

b) Bahan makanan kering

2) Hitung kebutuhan semua bahan makanan satu persatu dengan cara:

a) Tetapkan jumlah konsumen rata-rata yang dilayani

b) Hitung macam dan kebutuhan bahan makanan dalam 1 siklus menu

(misalnya: 5, 7 atau 10 hari).

c) Tetapkan kurun waktu kebutuhan bahan makanan (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan

atau 1 tahun).

d) Hitung berapa siklus dalam 1 periode yang telah ditetapkan dengan

menggunakan kalender. Contoh : Bila menu yang digunakan adalah 10 hari,

maka dalam 1 bulan (30 hari) berlaku 3 kali siklus. Bila 1 bulan adalah 31 har,

maka belaku 3 kali siklus ditambah 1 menu untuk tanggal 31.

e) Hitung kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan untuk kurun waktu

yang ditetapkan (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun).

f) Masukkan dalam formulir kebutuhan bahan makanan yang telah dilengkapi

dengan spesifikasinya.

Menurut Kepmenkes nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang standar

pelayanan minimal Rumah Sakit, bahwa secara umum dapat pula dihitung secara

sederhana dengan rumus sebagai berikut (contoh menu 10 hari): Rumus kebutuhan

Bahan Makanan untuk 1 tahun: (365 hari/10) x (jumlah konsumen rata-rata x total

macam dan jumlah makanan 10 hari).

Universitas Sumatera Utara


2.2.2. Perencanaan Anggaran Bahan Makanan

Perencanan Anggaran Belanja Makanan adalah suatu kegiatan penyusunan

biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien dan karyawan

yang dilayani. Tersedianya rancangan anggaran belanja makanan yang diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan bagi

konsumen/pasien yang dilayani sesuai dengan standar yang ditetapkan. Langkah

Perencanaan Anggaran Bahan Makanan (Kemenkes, 2013):

a) Kumpulkan data tentang macam dan jumlah konsumen/pasien tahun

sebelumnya.

b) Tetapkan macam dan jumlah konsumen/pasien.

c) Kumpulkan harga bahan makanan dari beberapa pasar dengan melakukan

survei pasar, kemudian tentukan harga rata-rata bahan makanan.

d) Buat pedoman berat bersih bahan makanan yang digunakan dan dikonversikan

ke dalam berat kotor.

e) Hitung indeks harga makanan per orang per hari dengan cara mengalikan

berat kotor bahan makanan yang digunakan dengan harga satuan sesuai

konsumen/pasien yang dilayani.

f) Hitung anggaran bahan makanan setahun (jumlah konsumen/pasien yang

dilayani dalam 1 tahun dikalikan indeks harga makanan).

g) Hasil perhitungan anggaran dilaporkan kepada pengambil keputusan (sesuai

dengan struktur organisasi masing-masing) untuk meminta perbaikan.

Universitas Sumatera Utara


h) Rencana anggaran diusulkan secara resmi melalui jalur administratif yang

berlaku.

2.2.3. Pengadaan Bahan Makanan

Pengadaan bahan makan yaitu kegiatan pengadaan bahan makanan meliputi

penetapan spesifikasi bahan makanan, perhitungan harga makanan, pemesanan dan

pembelian bahan makanan dan melakukan survei pasar.

a. Spesifikasi Bahan Makanan

Spesifikasi bahan makanan adalah standar bahan makanan yang ditetapkan

oleh unit/ Instalasi Gizi sesuai dengan ukuran, bentuk, penampilan, dan kualitas

bahan makanan. Tipe Spesifikasi bahan makanan ( Kemenkes, 2013):

1) Spesifikasi Tehnik

Biasanya digunakan untuk bahan yang dapat diukur secara objektif dan diukur

dengan menggunakan instrumen tertentu. Secara khusus digunakan pada bahan

makanan dengan tingkat kualitas tertentu yang secara nasional sudah ada.

2) Spesifikasi Penampilan

Dalam menetapkan spesifikasi bahan makanan haruslah sesederhana, lengkap

dan jelas. Contoh: Spesifikasi Ikan tongkol adalah tanpa tulang atau fillet, berat ½ kg

/ potong, daging tidak berlendir, kenyal, bau segar tidak amis, dan tidak beku. Secara

garis besar berisi( Kemenkes, 2013):

a) Nama bahan makanan/produk

b) Ukuran / tipe unit / kontainer/kemasan

c) Tingkat kualitas

Universitas Sumatera Utara


d) Umur bahan makanan

e) Warna bahan makanan

f) Identifikasi pabrik

g) Masa pakai bahan makanan / masa kadaluarsa

h) Data isi produk bila dalam suatu kemasan

i) Satuan bahan makanan yang dimaksud

j) Keterangan khusus lain bila diperlukan

3) Spesifikasi Pabrik

Diaplikasikan pada kualitas barang yang telah dikeluarkan oleh suatu pabrik

dan telah diketahui oleh pembeli. Misalnya spesifikasi untuk makanan kaleng.

b. Survei Pasar

Survey pasar adalah kegiatan untuk mencari informasi mengenai harga bahan

makanan yang ada dipasaran, sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan sebagai

dasar perencanaan anggaran bahan makanan. Dari survei tersebut akan diperoleh

perkiraan harga bahan makanan yang meliputi harga terendah, harga tertinggi, harga

tertimbang dan harga perkiraan maksimal.

2.2.4. Pemesanan, Pembelian, Penerimaan, Penyimpanan Penyaluran dan


Persiapan Bahan Makanan

Pemesanan bahan makanan merupakan penyusunan permintaan (order) bahan

makanan berdasarkan pedoman menu dan rata-rata jumlah konsumen/pasien yang

dilayani, sesuai periode pemesanan yang ditetapkan. Pemesanan bahan makanan

bertujuan untuk tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai menu, waktu

Universitas Sumatera Utara


pemesanan, standar porsi bahan makanan dan spesifikasi yang ditetapkan. Prasyarat

pemesanan bahan ( Kemenkes, 2013):

1) Adanya kebijakan rumah sakit tentang prosedur pengadaan bahan makanan

2) Tersedianya dana untuk bahan makanan

3) Adanya spesifikasi bahan makanan

4) Adanya menu dan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan selama periode

tertentu (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun)

5) Adanya pesanan bahan makanan untuk 1 periode menu

Langkah Pemesanan Bahan Makanan( Kemenkes, 2013):

1) Menentukan frekuensi pemesanan bahan makanan segar dan kering

2) Rekapitulasi kebutuhan bahan makanan dengan cara mengalikan standar porsi

dengan jumlah konsumen/pasien kali kurun waktu pemesanan.

Pembelian Bahan Makanan merupakan serangkaian kegiatan penyediaan

macam, jumlah, spesifikasi bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan

konsumen/pasien sesuai ketentuan/ kebijakan yang berlaku. Pembelian bahan

makanan merupakan prosedur penting untuk memperoleh bahan makanan, biasanya

terkait dengan produk yang benar, jumlah yang tepat, waktu yang tepat dan harga

yang benar. Sistem pembelian yang sering dilakukan antara lain ( Kemenkes, 2013):

1) Pembelian langsung ke pasar (The Open Market of Buying)

2) Pembelian dengan musyawarah (The Negotiated of Buying)

3) Pembelian yang akan datang (Future Contract)

4) Pembelian melalui pelelangan (The Formal Competitive)

Universitas Sumatera Utara


5) Pembelian tanpa tanda tangan (Unsigned Contract/Auction)

a. Firm At the Opening of Price (FAOP), dimana pembeli memesan bahan

makanan pada saat dibutuhkan, harga disesuaikan pada saat transaksi

berlangsung.

b. Subject Approval of Price (SAOP), dimana pembeli memesan bahan

makanan pada saat dibutuhkan, harga sesuai dengan yang ditetapkan

terdahulu

Penerimaan bahan makanan merupakan kegiatan yang meliputi memeriksa,

meneliti, mencatat, memutuskan dan melaporkan tentang macam dan jumlah bahan

makanan sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan, serta waktu

penerimaannya. Diterimanya bahan makanan sesuai dengan daftar pesanan, waktu

pesan dan spesifikasi yang ditetapkan. Prasyarat penerimaan bahan makanan (

Kemenkes, 2013):

a) Tersedianya daftar pesanan bahan makanan berupa macam dan jumlah bahan

makanan yang akan diterima pada waktu tertentu.

b) Tersedianya spesifikasi bahan makanan yang telah ditetapkan.

Langkah penerimaan bahan makanan ( Kemenkes, 2013):

a) Bahan makanan diperiksa, sesuai dengan pesanan dan ketentuan spesifikasi

bahan makanan yang dipesan.

b) Bahan makanan di kirim ke gudang penyimpanan sesuai dengan jenis barang

atau dapat langsung ke tempat pengolahan makanan.

Universitas Sumatera Utara


Penyimpanan bahan makanan yaitu suatu tata cara menata, menyimpan,

memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar di

gudang bahan makanan kering dan dingin/beku. Prasyarat penyimpanan bahan makan

( Kemenkes, 2013):

1) Adanya ruang penyimpanan bahan makanan kering dan bahan makanan segar.

2) Tersedianya fasilitas ruang penyimpanan bahan makanan sesuai peraturan.

3) Tersedianya kartu stok bahan makanan/buku catatan keluar masuknya bahan

makanan.

Langkah penyimpanan bahan makanan:

a) Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima, segera dibawa ke

ruang penyimpanan, gudang atau ruang pendingin.

b) Apabila bahan makanan langsung akan digunakan, setelah ditimbang dan

diperiksa oleh bagian penyimpanan bahan makanan setempat dibawa ke

ruang persiapan bahan makanan.

Penyaluran bahan makanan adalah tata cara mendistribusikan bahan makanan

berdasarkan permintaan dari unit kerja pengolahan makanan. Prasyarat penyaluran

bahan makanan (Kemenkes, 2013):

a) Adanya bon permintaan bahan makanan (Contoh bon permintaan bahan

makanan pasien dan pegawai.

b) Tersedianya kartu stok / buku catatan keluar masuknya bahan makanan.

Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam mempersiapkan

bahan makanan yang siap diolah (mencuci, memotong, menyiangi, meracik, dan

Universitas Sumatera Utara


sebagainya) sesuai dengan menu, standar resep, standar porsi, standar bumbu dan

jumlah pasien yang dilayani. Prasyarat persiapan bahan makanan ( Kemenkes, 2013):

a) Tersedianya bahan makanan yang akan dipersiapkan

b) Tersedianya tempat dan peralatan persiapan

c) Tersedianya prosedur tetap persiapan

d) Tersedianya standar porsi, standar resep, standar bumbu, jadwal persiapan

dan jadwal pemasakan .

Pemasakan bahan makanan merupakan suatu kegiatan mengubah (memasak)

bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman

untuk di konsumsi. Pemasakan bahan makanan memiliki tujuan ( Kemenkes, 2013):

a) Mengurangi resiko kehilangan zat-zat gizi bahan makanan

b) Meningkatkan nilai cerna

c) Meningkatkan dan mempertahankan warna, rasa, keempukan dan

penampilan makanan

d) Bebas dari organisme dan zat yang berbahaya untuk tubuh.

Pemasakan bahan makanan memiliki prasyarat yaitu :

a) Tersedianya menu, pedoman menu, dan siklus menu

b) Tersedianya bahan makanan yang akan dimasak

c) Tersedianya peralatan pemasakan bahan makanan

d) Tersedianya aturan dalam menilai hasil pemasakan

e) Tersedianya prosedur tetap pemasakan

f) Tersedianya peraturan penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP)

Universitas Sumatera Utara


Macam proses pemasakan ( Kemenkes, 2013):

a) Pemasakan dengan medium udara, seperti:

1) Memanggang/mengoven yaitu memasak bahan makanan dalam oven

sehingga masakan menjadi kering atau kecoklatan.

2) Membakar yaitu memasak bahan makanan langsung diatas bara api

sampai kecoklatan dan mendapat lapisan yang kuning.

b) Pemasakan dengan menggunakan medium air, seperti:

1) Merebus yaitu memasak dengan banyak air. Pada dasarnya ada 3 cara

dalam merebus, yaitu:

(a) Api besar untuk mendidihkan cairan dengan cepat dan untuk merebus

sayuran.

(b) Api sedang untuk memasak santan dan berbagai masakan sayur.

(c) Api kecil untuk membuat kaldu juga dipakai untuk masakan yang

memerlukan waktu lama.

2) Menyetup yaitu memasak dengan sedikit air.

(a) Mengetim: memasak dalam tempat yang dipanaskan dengan air

mendidih.

(b) Mengukus: memasak dengan uap air mendidih. Air pengukus tidak

boleh mengenai bahan yang dikukus.

(c) Menggunakan tekanan uap yang disebut steam cooking. Panasnya

lebih tinggi daripada merebus.

Universitas Sumatera Utara


c) Pemasakan dengan menggunakan lemak, menggoreng adalah memasukkan

bahan makanan dalam minyak banyak atau dalam mentega/margarine

sehingga bahan menjadi kering dan berwarna kuning kecoklatan.

d) Pemasakan langsung melalui dinding panci.

1) Dinding alat langsung dipanaskan seperti membuat kue wafel.

2) Menyangrai : menumis tanpa minyak, biasa dilakukan untuk kacang,

kedelai, dan sebagainya.

e) Pemasakan dengan kombinasi seperti: menumis : memasak dengan sedikit

minyak atau margarine untuk membuat layu atau setengah masak dan

ditambah air sedikit dan ditutup.

f) Pemasakan dengan elektromagnetik: memasak dengan menggunakan

energi dari gelombang elektromagnetik misalnya memasak dengan

menggunakan oven microwave.

2.2.5. Distribusi Makanan

Distribusi makanan adalah serangkaian proses kegiatan penyampaian

makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi pasien yang dilayani.

Distribusi makanan memiliki tujuan yaitu konsumen/pasien mendapat makanan

sesuai diet dan ketentuan yang berlaku. Prasyarat distribusi makanan ( Kemenkes,

2013):

a. Tersedianya peraturan pemberian makanan rumah sakit.

b. Tersedianya standar porsi yang ditetapkan rumah sakit.

c. Adanya peraturan pengambilan makanan.

Universitas Sumatera Utara


d. Adanya daftar permintaan makanan pasien (contoh daftar permintaan

makanan pasien ruang rawat inap )

e. Tersedianya peralatan untuk distribusi makanan dan peralatan makan.

f. Adanya jadwal pendistribusian makanan yang ditetapkan.

Sistem distribusi yang digunakan sangat mempengaruhi makanan yang

disajikan, tergantung pada jenis dan jumlah tenaga, peralatan dan perlengkapan yang

ada. Terdapat 3 (tiga) sistem distribusi makanan di rumah sakit, yaitu sistem yang

dipusatkan (sentralisasi), sistem yang tidak dipusatkan (desentralisasi), dan kombinasi

antara sentralisasi dengan desentralisasi ( Kemenkes, 2013).

a. Distribusi makanan yang dipusatkan.

Umumnya disebut dengan cara distribusi “sentralisasi”, yaitu makanan dibagi

dan disajikan dalam alat makan di ruang produksi makanan.

b. Distribusi makanan yang tidak dipusatkan.

Cara ini umumnya disebut dengan sistem distribusi “desentralisasi”. Makanan

pasien dibawa ke ruang perawatan pasien dalam jumlah banyak/besar, kemudian

dipersiapkan ulang, dan disajikan dalam alat makan pasien sesuai dengan dietnya.

c. Distribusi makanan kombinasi.

Distribusi makanan kombinasi dilakukan dengan cara sebagian makanan

ditempatkan langsung ke dalam alat makanan pasien sejak dari tempat produksi, dan

sebagian lagi dimasukkan ke dalam wadah besar yang distribusinya dilaksanakan

setelah sampai di ruang perawatan. Masing-masing cara distribusi tersebut

mempunyai keuntungan dan kelemahan sebagai berikut ( Kemenkes, 2013):

Universitas Sumatera Utara


Keuntungan distribusi makanan kombinasi cara sentralisasi :

1) Tenaga lebih hemat, sehingga lebih menghemat biaya.

2) Pengawasan dapat dilakukan dengan mudah dan teliti.

3) Makanan dapat disampaikan langsung ke pasien dengan sedikit kemungkinan

kesalahan pemberian makanan.

4) Ruangan pasien terhindar dari bau masakan dan kebisingan pada waktu

pembagian makanan.

5) Pekerjaan dapat dilakukan lebih cepat.

Kelemahan distribusi makanan kombinasi cara sentralisasi ( Kemenkes,

2013):

1. Memerlukan tempat, peralatan dan perlengkapan makanan yang lebih banyak

(tempat harus luas, kereta pemanas mempunyai rak).

2) Adanya tambahan biaya untuk peralatan, perlengkapan serta pemeliharaan.

3) Makanan sampai ke pasien sudah agak dingin.

4) Makanan mungkin sudah tercampur serta kurang menarik, akibat perjalanan

dari ruang produksi ke pantry di ruang perawatan.

Keuntungan distribusi makanan kombinasi cara desentralisasi ( Kemenkes,

2013) :

1. Tidak memerlukan tempat yang luas, peralatan makan yang ada di dapur

ruangan tidak banyak.

2. Makanan dapat dihangatkan kembali sebelum dihidangkan ke pasien.

Universitas Sumatera Utara


3. Makanan dapat disajikan lebih rapi dan baik serta dengan porsi yang sesuai

kebutuhan pasien.

Kelemahan distribusi makanan kombinasi cara desentralisasi( Kemenkes,

2013):

1. Memerlukan tenaga lebih banyak di ruangan dan pengawasan secara

menyeluruh agak sulit.

2) Makanan dapat rusak bila petugas lupa untuk menghangatkan kembali.

3) Besar porsi sukar diawasi, khususnya bagi pasien yang menjalankan diet.

4) Ruangan pasien dapat terganggu oleh kebisingan pada saat pembagian

makanan serta bau masakan.

2.3. Sisa Makanan

Sisa makanan (waste) yaitu bahan makanan yang hilang karena tidak dapat

diolah atau tercecer. Sisa pengolahan ataupun sisa makanan yang mudah membusuk

dalam ilmu kesehatan lingkungan disebut garbage. Sisa makanan di piring (plate

waste) adalah makanan yang disajikan kepada pasien, tetapi meninggalkan sisa di

piring karena tidak habis dikonsumsi dan dinyatakan dalam persentase makanan yang

disajikan (Djamaluddin, 2005). Pada penelitian ini, sisa makanan yang dimaksud

adalah sisa makanan di piring (plate waste) karena berhubungan langsung dengan

pasien sehingga dapat mengetahui dengan cepat penerimaan makanan pasien di

rumah sakit.

% Sisa Makanan= (Berat sisa makanan/ berat makanan yang disajikan) x 100%

Universitas Sumatera Utara


Sisa makanan < 20% menjadi indikator keberhasilan pelayanan gizi di rumah

sakit di Indonesia (Kemenkes,2013). Sedangkan Menurut (Renangtyas, 2004) yang

dikutip oleh Elizabet (2011) mengatakan bahwa sisa makanan dikatakan tinggi atau

banyak jika pasien meninggalkan makanan > 20% dan dalam waktu yang lama akan

menyebabkan defisiensi zat-zat gizi. Sisa makanan merupakan dampak dari sistem

pelayanan gizi di rumah sakit sehingga masalah terdapatnya sisa makanan tidak dapat

diabaikan karena bila masalah tersebut diperhitungkan menjadi rupiah maka akan

mengakibatkan suatu pemborosan anggaran makanan (Sumiati, 2008) Penelitian

yang dilakukan oleh Haerani (2013) di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung pada bulan

November dan Desember 2009 didapatkan informasi bahwa rata-rata sisa makanan

pasien dewasa sebesar 28,04% dengan rincian sisa makanan biasa 13,09%.

2.4 Faktor-faktor Berhubungan dengan Sisa Makanan

a. Penyajian Makanan

Penyajian makanan merupakan faktor terakhir dalam proses penyelenggaraan

makanan. Meskipun makanan diolah dengan cita rasa yang tinggi tetapi dalam

penyajiannya tidak dilakukan dengan baik, maka nilai makanan tersebut tidak akan

berarti, karena makanan yang ditampilkan waktu disajikan akan merangsang indra

penglihatan sehingga menimbulkan selera yang berkaitan dengan cita rasa. Penyajian

makanan memberikan arti khusus bagi penampilan makanan. Penyajian dirancang

untuk menyediakan makanan yang berkualitas tinggi dan dapat memuaskan

konsumen, aman serta harganya layak .

Universitas Sumatera Utara


1) Warna Makanan

Warna makanan akan menjadi suatu hal yang sangat penting untuk

diperhatikan dalam penyajian makanan. Warna makanan merupakan rupa hidangan

yang disajikan dan dapat memberikan penampilan lebih menarik terhadap makanan

yang disajikan. Kombinasi warna adalah hal yang sangat diperlukan dan membantu

dalam penerimaan suatu makanan dan secara tidak langsung dapat merangsang selera

makan, dimana makanan yang penuh warna mempunyai daya tarik untuk dilihat,

karena warna juga mempunyai dampak psikologis pada konsumen.

Warna seringkali digunakan dalam suatu penilaian, tetapi sebenarnya sulit

untuk ditetapkan. Secara fisik dan psikologis berkaitan dalam mengevaluasi suatu

warna karena melibatkan penilaian visual, oleh karena itu selezat apapun makanan

bila tidak menarik saat disajikan akan membuat selera makan menurun. Kombinasi

warna adalah hal yang sangat diperlukan dan dapat membantu dalam penerimaan

suatu makanan dan secara tidak langsung dapat merangsang selera makan. Warna

yang menarik dan bentuk yang bervariasi akan membuat seseorang tertarik untuk

mencicipi dan menghabiskannya. Untuk meningkatkan warna pada makanan yang

kurang berwarna, sebaiknya dibuat kombinasi warna dengan hidangan yang berwarna

lebih terang.

2) Bentuk Makanan

Bentuk makanan dapat juga digunakan untuk menimbulkan ketertarikan dalam

menu. Bentuk makanan yang serasi akan memberikan daya tarik tersendiri bagi setiap

makanan yang disajikan (Moehyi, 1992). Hal yang perlu diperhatikan adalah

Universitas Sumatera Utara


makanan yang disajikan harus beraneka ragam bentuknya serta serasi dalam

penyajiannya. Misalnya mengenai potongan bahan makanan, apakah makanan

dipotong memanjang, berbentuk dadu, atau dipotong parut. Selain itu ukuran

potongan menjadi daya tarik bagi konsumen

Makanan yang disajikan akan menjadi lebih menarik jika dilakukan dan

diberikan bentuk-bentuk khusus. Berbagai bentuk makanan yang disajikan yaitu :

a) Bentuk makanan yang sesuai dengan asli makanan seperti ikan yang sering

disajikan seperti bentuk aslinya

b) Bentuk yang menyerupai asli tetapi bukan makanan yang utuh .

c) Bentuk yang diperoleh dengan memotong bahan makanan dengan teknik

tertentu atau mengurus bahan makanan dengan cara tertentu

d) Bentuk sajian khusus seperti bentuk nasi tumpeng atau bentuk lainnya yang

khas.

3) Besar Porsi Makanan

Porsi makanan adalah banyaknya makanan yang disajikan, porsi untuk setiap

individu berbeda sesuai kebutuhan makan. Porsi yang terlalu besar atau terlalu kecil

akan mempengaruhi penampilan makanan. Porsi makanan juga berkaitan dengan

perencanaan dan perhitungan penampilan hidangan yang disajikan (Muchatab, 1991).

Porsi makanan akan mempengaruhi daya tarik dari konsumen karena tiap-tiap

konsumen memiliki besar porsi makanan yang berbeda dalam setiap aktivitas

makannya. Besar porsi akan mempengaruhi penampilan makanan. Jika terlalu besar

atau terlalu kecil penampilan makanan jadi tidak terlalu menarik.

Universitas Sumatera Utara


Besar porsi untuk setiap individu berbeda sesuai dengan kebiasaan makan.

Pentingnya besar porsi makanan bukan saja berkenaan dengan penampilan makanan

waktu disajikan tetapi juga berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan pemakaian

bahan makanan.

4) Tempat Penyajian

Penggunaan dan pemilihan alat makan yang tepat dalam penyusunan makanan

akan mempengaruhi penampilan makanan yang disajikan dan terbatasnya

perlengkapan alat merupakan faktor penghambat bagi pasien untuk menghabiskan

makanannya. Dalam penyajian makanan perlu diperhatikan beberapa hak pokok

yaitu, pemilihan alat yang tepat untuk menyajikan makanan, misalnya piring,

mangkok, atau tempat penyajian makanan khusus dan susunan makanan dalam alat

penyajian makanan. Untuk menampilkan makanan lebih menarik, susunan makanan

perlu mendapat perhatian, karena makanan yang disusun pada alat penyajian yang

tepat akan memberikan kesan yang menarik. Cara penyajian dan peralatan yang

digunakan dalam menghidangkan makanan ikut berpengaruh pada penerimaan

makanan tersebut, sehingga penghidangan dan penggunaan peralatan harus sesuai

dengan tingkat social calon konsumen dan kualitas makanan yang disajikan. Menurut

Kemenkes (2013) bahwa penyajian makanan menjadi salah satu faktor yang

mempengaruhi sisa makanan.

Hasil penelitian Fadillah (2013) memperlihatkan bahwa terdapat sisa makan

yang tinggi pada saat makan pagi dengan jenis hidangan sayur 48%sisa serta bubur

Universitas Sumatera Utara


46% sisa yang disebabkan oleh waktu penyajian dan penyajian. Hasil penelitian

Sumiati (2008) yang menunjukkan bahwa terdapat sisa makanan 20% di RSU RA

Kartini Jepara, hal ini tidak terlepas dari faktor variasi hidangan (84%) dan penyajian

makanan ( 92%).

b. Cita Rasa Makanan

Makanan yang disajikan harus memenuhi 2 syarat utama yaitu cita rasa

makanan harus memberikan kepuasan bagi yang memakannya dan makanan harus

aman dalam arti makanan tidak mengandung zat atau mikroorganisme yang dapat

mengganggu kesehatan tubuh. Cita rasa makanan ditimbulkan oleh terjadinya

rangsangan terhadap berbagai indera dalam tubuh manusia, terutama indera

penglihatan, indera pencium dan indera pengecap. Makanan yang memiliki cita rasa

yang tinggi adalah makanan yang disajikan dengan menarik, menyebarkan bau yang

sedap dan memberikan rasa yang lezat. Cita rasa makanan mengandung 2 aspek

utama yaitu penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan waktu

dimakan. Menurut Kemenkes (2013) bahwa cita rasa makanan menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi sisa makanan.

Komponen yang berperan dalam penentuan rasa makanan adalah:

1) Aroma makanan

Aroma Makanan adalah aroma yang disebarkan oleh makanan yang

mempunyai daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman

sehingga mampu membangkitkan selera. Aroma yang dikeluarkan oleh makanan

berbeda-beda. Demikian pula cara memasak makanan yang berbeda akan

Universitas Sumatera Utara


memberikan aroma yang berbeda pula (Moehyi, 1992 ). Aroma yang disebarkan oleh

makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera

penciuman sehingga membangkitkan selera.

Aroma yang yang dikeluarkan oleh setiap makanan berbeda - beda dan

melalui pemasakan yang berbeda akan memberikan aroma yang berbeda pula. Untuk

mendapatkan bau yang cukup baik untuk sel sensori, beberapa panelis terlatih

menganjurkan untuk menghirup dengan singkat dan kuat ke bagian atas hidung.

Karena respon terhadap bau ini terekam sangat cepat dan singkat. Untuk

mendapatkan penilaian yang sensitif, sebaiknya menghirup udara yang bersih

beberapa detik sebelum melakukan penilaian.

2) Tekstur Makanan

Tekstur makanan adalah derajat kekerasan, kepadatan atau kekentalan. Cair,

kenyal, dan keras merupakan karakteristik dari konsistensi. Bermacam-macam tekstur

dalam makanan lebih menarik daripada hanya satu macam tekstur (Spear dan Vaden,

1984). Makanan yang mempunyai tekstur padat atau kenyal akan memberikan

rangsang yang lebih lambat terhadap indera kita (Moehyi, 1992).

Tekstur makanan akan menjadi hal yang berkaitan dengan struktur makanan

yang dapat dideteksi dengan baik, yaitu dengan merasakan makanan di dalam mulut.

Sifat yang digambarkan dari tekstur makanan antara lain renyah, lembut, kasar, halus,

berserat, empuk, keras, dan kenyal. Bermacam-macam tekstur makanan dalam suatu

hidangan lebih menyenangkan dari pada satu macam tekstur saja. Tekstur dapat

dirasakan ketika di mulut, seperti lunak/lembek, keras/kering, kenyal, krispi, berserat,

Universitas Sumatera Utara


halus. Hal tersebut adalah beberapa sifat yang digunakan untuk menggambarkan

tekstur.

3) Keempukan makanan

Keempukan adalah hal yang berkaitan dengan struktur makanan yang

dirasakan dalam mulut. Gambarannya meliputi gurih, krispi, berserat, halus, keras

dan kenyal. Keempukan dan kerenyahan (krispi) ditentukan oleh mutu bahan

makanan yang digunakan dan cara memasaknya .

Keempukan makanan selain ditentukan oleh mutu bahan makanan yang

digunakan juga ditentukan oleh cara memasak. Keempukan makanan selain

ditentukan oleh mutu bahan makanan yang digunakan, juga ditentukan oleh cara

memasak yang baik, sehingga makanan yang empuk dapat dikunyah dengan

sempurna. Sehingga mempengaruhi daya terima makan.

4) Tingkat Kematangan.

Tingkat kematangan adalah mentah atau matangnya hasil pemasakan pada

setiap jenis bahan makanan yang dimasak dan makanan akan mempunyai tingkat

kematangan sendiri – sendiri. Tingkat kematangan suatu makanan itu tentu saja akan

mempengaruhi cita rasa makanan.

Pada masakan khas Indonesia, tingkat kematangan belum mendapat perhatian

karena umumnya makanan Indonesia harus dimasak sampai benar-benar matang. Bila

dibandingkan dengan Eropa yang telah memiliki perbedaan tingkat kematangan. Ada

steak yang dimasak setengah matang, dan ada juga yang benar-benar matang. Tingkat

kematangan adalah mentah atau matangnya hasil pemasakan pada setiap jenis bahan

Universitas Sumatera Utara


makanan yan dimasak dan makanan akan mempunyai tingkat kematangan sendiri-

sendiri (Muchatab, 1991). Tingkat kematangan suatu makanan itu tentu saja

mempengaruhi cita rasa makanan.

5) Temperatur Makanan

Temperatur makanan waktu disajikan memegang peranan penting dalam

penentuan cita rasa makanan. Namun makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin

akan sangat mengurangi sensivitas sarang pengecap terhadap rasa makanan.

Temperatur makanan waktu disajikan mempunyai peranan dalam penentuan cita rasa

makanan. Namun makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin sangat

mempengaruhi sensitifitas saraf pengecap terhadap rasa makanan sehingga dapat

mengurangi selera untuk memakannya (Moehyi, 1992).

Ketidak puasan konsumen terhadap temperatur makanan akan membuat

terjadi peningkatan sisa makanan. Untuk menjaga suhu makanan tetap hangat,

tentunya harus difasilitasi dengan kereta makanan yang dilengkapi alat pemanas,

sementara alat ini belum tersedia di Rumah Sakit tempat penelitian nya.

Hasil penelitian Sumiati (2008) yang menunjukkan bahwa terdapat sisa

makanan 20% di RSU RA Kartini Jepara, hal ini tidak terlepas dari faktor tekstur

(96%) dan cita rasa makanan (68%). Hasil penelitian Fadillah (2013) memperlihatkan

bahwa terdapat sisa makan yang tinggi pada saat makan pagi dengan jenis hidangan

sayur 48%sisa serta bubur 46% sisa yang disebabkan oleh rasa makanan dan alat

makan.

Universitas Sumatera Utara


2.5 Landasan Teori

Menurut Aritonang (2009) bahwa instalasi gizi menjadi sebuah wadah

pelayanan gizi rumah sakit, bertujuan untuk memberikan makanan yang bermutu dan

bergizi yang sesuai dengan standar kesehatan bagi pasien, sekaligus untuk

mempercepat proses penyembuhan pasien. Untuk mencapai tujuan penyelenggaraan

makanan , maka penting diterapkan manajemen dalam penyelenggaraan makanan

dengan salah satu indikator penilaian yaitu sisa makanan.

Kemenkes (2013) mengemukakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap

sisa makanan di rumah sakit antara lain nafsu makan dan persepsi makan ( penyajian

makan dan cita rasa makan). Hal ini juga sejalan yang dinyatakan Menurut Moehji

(1992) dan NHS (2005) bahwa sisa makanan disebabkan oleh penyajian makanan dan

rasa makanan.

Menurut Moehyi (1992) dan NHS (2005) bahwa penyajian makanan dapat

ditentukan dari warna makanan, bentuk makanan dan tempat penyajian. Untuk rasa

makanan dapat dilihat dari aroma makanan, tekstur makanan, keempukan makanan,

tingkat kematangan dan suhu makanan. Pandangan yang tidka jauh beberda

diungkapkan Kemenkes (2013) bahwa ketepatan cita rasa makan di rumah sakit dapat

dilihat dari aroma, suhu, penampilan, rasa dan tekstur hidangan yang diterima pasien

sesuai dengan dietnya. Untuk penyajian makanan di rumah sakit mdapat dilihat dari

beberapa hal seperti warna makanan, bentuk makanan dan tempat penyajian. Kedua

faktorini menjadi hal yang penting terhadap terjadinya sisa makanan. Untuk melihat

Universitas Sumatera Utara


faktor yang dapat menyebabkan terjadinya sisa makanan di rumah sakit maka dapat

dilihat dari skema berikut:

Kelompok Penyakit

Penyajian Makanan

Sisa Makanan

Rasa Makanan

Gambar 2.1 Faktor-faktor yang berhubungan dengan sisa makan (Kemenkes 2013)

Kerangka Konsep

Penyajian Makanan
− Warna Makanan
− Bentuk Makanan
− Tempat Penyajian

Sisa Makanan

Cita Rasa Makanan


− Aroma Makanan
− Tekstur Makanan
− Keempukan Makanan
− Kematangan
− Suhu Makanan

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara


Untuk mengungkap sisa makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli

Serdang maka dipengaruhi oleh penyajian makanan (warna makanan, bentuk

makanan dan tempat penyajian) dan cita rasa makanan (aroma makanan, tekstur

makanan, keempukan makanan, tingkat kematangan dan suhu makanan).

Universitas Sumatera Utara


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan cross sectional

design yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh cita rasa dan penyajian makanan

terhadap sisa makanan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Tahun

2016 dengan melakukan pendekatan kuantitatif.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang.

Berdasarkan survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang yang

dilakukan pada 10 orang pasien yang memiliki nafsu makan yang baik, tidak

mendapatkan anjuran diet khusus dan telah memasuki masa penyembuhan maka

dilakukan pengamatan secara visual selama 4 hari sehingga ditemukan bahwa

sebanyak 5 pasien menyisakan makanannya 40 % makanan bahkan terdapat 2 orang

pasien yang sama sekali tidak mengkonsumsi makanan di Rumah Sakit Umum

Daerah Deli Serdang sehingga mengkonsumsi makanan dari luar baik dari warung

maupun dari rumah.

Untuk waktu penelitian direncanakan mulai bulan Januari 2016 sampai

dengan Agustus 2016.

Universitas Sumatera Utara


3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat inap di Rumah

Sakit Umum Daerah Deli Serdang yang diperkirakan rata-rata 150 orang pasien per

hari.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun Sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum

Daerah Deli Serdang. Jumlah sampel minimal yang dapat diambil dalam penelitian

ini dihitung menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi 2 tail (1-α/2) untuk

jumlah populasi yang tidak diketahui sebagai berikut (Lemeshow, 1997):

2
 Z Po (1 − Po ) + Z (1− β ) p a (1 − Pa ) 
(1−α )
n≥  2 
( Pa − Po ) 2

Keterangan:
n : Besar sampel minimal

α : Taraf kemaknaan 5%

Z1-α/2 : Deviat baku alpha untuk α = 5% sebesar 1,960.

Z1-β : Deviat baku betha untuk β = 10% sebesar 1,28.

Po : Proporsi pasien rawat inap yang memiliki sisa makanan (penelitian

sebelumnya) sebesar 0,40 (Berdhika Dian, 2012)

Universitas Sumatera Utara


Pa : Perkiraan harapan proporsi pasien rawat inap yang memiliki sisa

makanan Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun 2016 sebesar

20%.

Pa – Po : Selisih proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar = 0,20.

n≥
(1,96 0,4(1 − 0,4) + 1,28 0,2(1 − 0,2 )
2

(0,4 − 0,2) 2
n ≥ 40
Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, maka didapatlah besar sampel

sebanyak 40 orang pasien rawat inap, untuk mengindari bias sampel ditambahkan

sebanyak 20% menjadi 48 orang pasien rawat inap. Untuk masing-masing sampel

diambil dengan purposive sampling, kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu:

1. Pasien dewasa yang berumur sekitar 18- 60 tahun, pengambilan pasien

dewasa

2. Pasien yang sudah mendekati sembuh (telah dirawat ≥ 2 hari).

3. Pasien yang mendapat makanan biasa (standar rumah sakit) tidak berdiet

khusus.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3.1 Kapasitas Ruang Rawat Inap RSUD Deli Serdang

No Ruangan Jumlah Jumlah Jumlah Memenuhi


Tempat Tidur Ruangan Pasien Inklusi
1 VIP 34 34 34
2 Kelas I 16 8 16
3 Kelas II 30 10 30
4 Kelas III 120 25 125
Total 200 77 200

3.4 Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. Data primer yaitu data yang dikumpulkan dalam penelitian melalui wawancara

langsung kepada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli

Serdang.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Deli

Serdang, Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan sumber lainnya.

3.4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau nilai

yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara

mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada analisis

reliability dengan nilai corrected item-total correlation sebagai rhitung, dikatakan valid

apabila nilai rhitung > rtabel dan sebaliknya. Nilai rtabel dalam penelitian ini

menggunakan taraf signifikan 95%, maka untuk sampel 30 orang yang di uji nilai

rtabel nya adalah sebesar 0,361.

Universitas Sumatera Utara


Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat

pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan

metode Cronbach’ Alpha yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali

pengukuran dengan ketentuan jika rhitung > rtabel maka dinyatakan reliabel. Uji validitas

dan reliabilitas dilakukan pada 30 pasien yang berada di RS Lubuk Pakam, karena

dianggap lokasi yang karakteristik pasien tang tidak jauh berbeda dengan RSUD Deli

Serdang

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah penyajian makanan, rasa makanan, sedangkan

variabel terikat adalah sisa makanan

3.5.2. Definisi Operasional

1. Penyajian makanan adalah penilaian responden terhadap cara menyajikan

makanan (warna makanan, bentuk makanan, dan tempat penyajian makanan)

berdasarkan jawaban pasien dari kuesioner.

2. Rasa makanan adalah tanggapan indra pengecap terhadap makanan yang

disediakan meliputi aroma makanan, tekstur makanan, keempukan makanan,

kematangan makanan dan suhu makanan diperoleh berdasarkan jawaban pasien

dari kuesioner

Universitas Sumatera Utara


3. Sisa makanan adalah jumlah makanan yang diberikan oleh rumah sakit (makanan

pokok, lauk, sayur, buah) yang tidak dikonsumsi oleh pasien .

3.6 Aspek Pengukuran

1. Penyajian Makanan

Variabel penyajian makanan dapat dilihat dari jawaban pasien rawat inap di

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang. Setiap aspek diberi skor sebagai berikut :

a. Jika penyajian kurang menarik maka akan diberikan skor 1.

b. Jika penyajian cukup menarik maka akan diberikan skor 2.

c. Jika penyajian menarik maka akan diberikan skor 3.

Nilai total penyajian makanan adalah gabungan dari aspek (warna makanan,

bentuk makanan dan tempat penyajian).

(Jumlah Skor Setiap Waktu Makan)


Nilai = x100%
(Nilai Maksimal Skor Makan)
Jumlah skor total setiap aspek waktu makan: jumlah skor aspek penyajian

makanan ( warna makanan, bentuk makanan, tempat penyajian). Skor nilai maksimal:

Jumlah skor maksimal untuk seluruh aspek makan pagi dengan skor maksimal 42,

waktu makan siang memiliki skor maksimal 42 dan waktu makan malam dengan skor

maksimal 42 sehingga nilai maksimal skor total sebesar 126.

Hasilnya dapat dikategorikan menjadi :

1) Penyajian kurang menarik jika mendapatkan total skor: total : 14 - 76 (<60%)

2) Penyajian cukup menarik jika mendapatkan total skor: 77 - 101 ( 61% - 80%)

3) Penyajian menarik jika mendapatkan total skor : total skor : 102-126 ( > 81%)

Universitas Sumatera Utara


a. Warna Makanan

Warna makanan akan dinilai dari hasil wawancara yang dilakukan kepada

responden ketika menyajikan makanan (makanan pokok, makanan lauk hewani,

makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang hari dan malam hari.

Nilai maksimal warna makanan adalah 42. Warna makanan akan dapat

dikategorikan menjadi :

1) Warna makanan kurang menarik jika mendapatkan total skor: total : 14-25

(<60%)

2) Warna makanan cukup menarik jika mendapatkan total skor:26-34 ( 61% -

80%)

3) Warna makanan menarik jika mendapatkan total skor : total skor : 35-42 ( >

81%)

b. Bentuk Makanan

Bentuk makanan akan dinilai dari hasil wawancara yang dilakukan kepada

responden ketika menyajikan makanan ( makanan pokok, makanan lauk hewani,

makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang hari dan malam hari.

Nilai maksimal bentuk makanan adalah 42. Bentuk makanan akan dapat

dikategorikan menjadi :

1. Bentuk makanan kurang menarik jika mendapatkan total skor: total : 14-25

(<60%)

2. Bentuk makanan cukup menarik jika mendapatkan total skor:26-34 ( 61% -

80%)

Universitas Sumatera Utara


3. Bentuk makanan menarik jika mendapatkan total skor : total skor : 35-42 ( >

81%).

c. Tempat Makanan

Tempat makanan akan dinilai dari hasil wawancara yang dilakukan kepada

responden ketika menyajikan makanan dalam bentuk ( makanan pokok, makanan

lauk hewani, makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang hari dan

malam hari. Nilai maksimal tempat makanan adalah 42. Tempat makanan akan

dapat dikategorikan menjadi :

1. Tempat makanan kurang menarik jika mendapatkan total skor: total : 14-25

(<60%)

2. Tempat makanan cukup menarik jika mendapatkan total skor:26-34 ( 61% -

80%)

3. Tempat

4. makanan menarik jika mendapatkan total skor : total skor : 35-42 ( > 81%)

2. Rasa Makanan

Variabel rasa makanan terdiri dari aroma, bumbu, konsistensi, keempukan,

dan temperatur makanan. Setiap aspek diberi skor sebagai berikut :

a) Jika rasa kurang enak maka akan diberikan skor 1.

b) Jika rasa cukup enak maka akan diberikan skor 2.

c) Jika rasa enak maka akan diberikan skor 3.

Untuk mengukur nilai total rasa makanan adalah gabungan dari aspek (aroma,

tekstur, keempukan, tingkat kematangan, dan suhu makanan).

Universitas Sumatera Utara


(Jumlah Skor Setiap Waktu Makan)
Nilai = x100%
(Nilai Maksimal Skor Makan)
Jumlah skor total setiap aspek waktu makan: jumlah skor aspek penyajian

makanan (aroma makanan, tekstur makanan, keempukan makanan, tingkat

kematangan, suhu makanan). Skor nilai maksimal : Jumlah skor maksimal untuk

seluruh aspek makan pagi dengan skor maksimal 70, waktu makan siang memiliki

skor maksimal 70 dan waktu makan malam dengan skor maksimal 70 sehingga nilai

maksimal skor total sebesar 210.

Hasilnya dapat dikategorikan menjadi :

1. Cita rasa kurang enak jika mendapatkan total skor: 70-126 (<60%)

2. Cita rasa cukup enak jika mendapatkan total skor:127-168 ( 61% -80%)

3. Cita rasa enak jika mendapatkan total skor : 169-210 ( > 81%)

a. Aroma Makanan

Aroma makanan akan dinilai dari hasil wawancara yang dilakukan

kepada responden ketika menyajikan makanan (makanan pokok, makanan lauk

hewani, makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang hari dan

malam hari. Nilai maksimal Aroma makanan adalah 70. Aroma makanan akan

dapat dikategorikan menjadi :

1) Aroma makanan kurang enak jika mendapatkan total skor: total : 14-42

(<60%)

2) Aroma makanan cukup enak jika mendapatkan total skor:43-56 (61% -80%)

Universitas Sumatera Utara


3) Aroma makanan enak jika mendapatkan total skor : total skor : 57-70 ( >

81%).

b. Tekstur Makanan

Tekstur makanan akan dinilai dari hasil wawancara yang dilakukan kepada

responden ketika menyajikan makanan ( makanan pokok, makanan lauk hewani,

makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang hari dan malam hari.

Nilai maksimal makanan adalah 70. Tekstur makanan akan dapat dikategorikan

menjadi :

1) Tekstur makanan kurang sesuai jika mendapatkan total skor: total : 14-42

(<60%)

2) Tekstur makanan cukup sesuai jika mendapatkan total skor:43-56 (61% -

80%)

3) Tekstur makanan sesuai jika mendapatkan total skor : total skor : 57-70 ( >

81%).

c. Keempukan Makanan

Keempukan makanan akan dinilai dari hasil wawancara yang dilakukan

kepada responden ketika menyajikan makanan ( makanan pokok, makanan lauk

hewani, makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang hari dan

malam hari. Nilai maksimal makanan adalah 70. Keempukan makanan akan

dapat dikategorikan menjadi :

1) Keempukan makanan kurang sesuai jika mendapatkan total skor: total : 14-

42 (<60%)

Universitas Sumatera Utara


2) Keempukan makanan cukup sesuai jika mendapatkan total skor:43-56 ( 61%

-80%)

3) Keempukan makanan sesuai jika mendapatkan total skor : total skor : 57-70 (

> 81%).

d. Tingkat Kematangan

Tingkat kematangan makanan akan dinilai dari hasil wawancara yang

dilakukan kepada responden ketika menyajikan makanan ( makanan pokok,

makanan lauk hewani, makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang

hari dan malam hari. Nilai maksimal makanan adalah 70. Tingkat kematangan

makanan akan dapat dikategorikan menjadi :

1) Tingkat kematangan makanan kurang sesuai jika mendapatkan total skor:

total : 14-42 (<60%)

2) Tingkat kematangan makanan cukup sesuai jika mendapatkan total skor:43-

56 ( 61% -80%)

3) Tingkat kematangan makanan sesuai jika mendapatkan total skor : total skor

: 57-70 ( > 81%).

e. Suhu Makanan

Suhu makanan akan dinilai dari hasil wawancara yang dilakukan kepada

responden ketika menyajikan makanan ( makanan pokok, makanan lauk hewani,

makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang hari dan malam hari.

Universitas Sumatera Utara


Nilai maksimal makanan adalah 70. Suhu makanan akan dapat dikategorikan

menjadi :

1) Suhu makanan kurang hangat jika mendapatkan total skor: total : 14-42

(<60%)

2) Suhu makanan cukup hangat jika mendapatkan total skor:43-56 ( 61% -80%)

3) Suhu makanan hangat jika mendapatkan total skor : total skor : 57-70 ( >

81%).

3. Sisa Makanan

Pada variabel sisa makanan, hasil ukur berupa persentase dari hasil

penimbangan sisa makanan dengan menggunakan timbangan makanan digital yang

selanjutnya dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus:

(Berat Akhir - Berat Awal)


Nilai = x100%
(Berat Awal)

Sisa makanan selanjutnya akan dikategorikan menjadi 2 yaitu (Kemenkes,

2013) :

1) Sedikit jika sisa makanan ≤20% dari berat awal .

2) Banyak jika sisa makanan >20% dari berat awal.

3.7 Metode Analisis Data

1) Untuk data kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan dengan :

Universitas Sumatera Utara


a) Analisis univariat, yaitu analisis yang menggambarkan secara tunggal

variabel-variabel penelitian baik variabel bebas maupun veriabel terikat dalam

bentuk distribusi frekuansi dan hitung persentasenya.

b) Analisis bivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat ada tidaknya

hubungan karakteristik variabel bebas (penyajian makan dan cita rasa

makanan) dan veriabel terikat (sisa makanan) dengan menggunakan uji chi

square, dengan pertimbangan skala data yang merupakan skala ordinal. Jika

nilai p < 0,05 maka akan dilanjutkan dengan menggunakan uji multivariate.

c) Analisis multivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui

pengaruh varibel bebas (penyajian makan dan cita rasa makanan) terhadap

variabel terikat ( sisa makanan) dilakukan dengan menggunakan uji regresi

logistik berganda pada tingkat kepercayaan 95%. Variabel bebas yang

diujikan adalah variabel bebas yang memiliki nilai p < 0,25. (Sugiyono,

2006).

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Deliserdang

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang merupakan rumah sakit umum

milik pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang secara teknis berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang serta

berfungsi sebagai pusat rujukan pelayanan, dengan status kelas B berdasarkan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

405/MENKES/SK/IV/2008 tanggal 25 April 2008 dan telah terakreditasi penuh 12

Pelayanan sesuai SK.No. HK.03.05 /III /3389 /2008. Rumah Sakit Umum Daerah

Deli Serdang dipimpin oleh seorang Direktur. Memiliki 14 jenis tenaga spesialis

(Spesialis : Penyakit Dalam, Anak, Bedah, Kebidanan dan Penyakit Kandungan,

Mata, THT, Kulit dan Kelamin, Paru, Jiwa, Neurologi, Anaestesi, Radiologi, Patologi

Klinik, dan Patologi Anatomi). Petugas sesehatan yang melaksanakan operasional

rumah sakit terdiri dari tenaga medis, para medis serta tenaga non medis lainnya

dengan total pegawai sebanyak 406 orang.

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang mempunyai wilayah kerja efektif di

14 Kecamatan yang wilayahnya berdekatan dengan letak Rumah Sakit Umum Daerah

Deli Serdang dari 22 Kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang, dengan jumlah

penduduk sekitar 1.700.000 jiwa. Menghadapi perkembangan serta keadaan yang

cepat berubah dalam era globalisasi dan otonomi daerah maupun kebijakan

Universitas Sumatera Utara


desentralisasi khususnya persaingan bidang pelayanan kesehatan, serta menghadapi

tuntutan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan, maka RSUD Deli Serdang

sebagai pelaksana pelayanan kesehatan rujukan harus mampu melakukan

perkembangan baik perubahan manajemen dan kebijakan, pola pikir maupun

peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dan teknologi kedokteran

serta pengelolaannya dengan sistem pelayanan terpadu.

4.1.1 Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

Pelaksanaan tugas Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang didukung oleh

pelayanan penunjang seperti Instalasi Gizi sebagai unit pelayanan yang bertanggung

jawab dalam pengadaan dan pelayanan gizi untuk terapi dan penyembuhan sesuai

dengan kondisi dan jenis penyakit pasien. Pelayanan gizi di selenggarakan secara

terintegrasi dengan unit pelayanan kesehatan di rumah sakit, agar di capai pelayanan

gizi yang optimal dan penyelenggaraan makanan yang bermutu tinggi

PGRS RSUD Deli Serdang mempunyai bagan organisasi dan uraian tugas

yang jelas bagi semua personil dengan kriteria : (a) PGRS dikelola dan diorganisir

oleh Dietesien sebahai koordinator, (b) pola kegiatan gizi rumah sakit harus

mencakup kegiatan yang telah ditetapkan Depkes RI sesuai dengan kelas rumah sakit,

(c) ada bagan organisasi yang menggambarkan secara jelas garis komando yang

menunjukkan tanggung jawab kewenangan dan hubungan kerja dalam pelayanan gizi

dengan unit lain, (d) Ada uraian tertulis untuk setiap petugas yang mencakup :

kualifikasi sesuai jabatan, garis komando, fungsi dan tanggung jawab, penilaian staf /

karyawan, pertemuan berkala staf instalasi gizi diadakan paling sedikit setiap bulan,

Universitas Sumatera Utara


yang dibuktikan dengan notulen pasien, (e) standar makanan untuk memenuhi

kebutuhan gizi pasien dalam kualitas dan kuantitas.

Kepala Instalasi Gizi sebagai koordinator mengelola pelayanan gizi sebagai

berikut : menyusun standar makanan rumah sakit sesuai dengan penuntun diet,

menyusun kebutuhan diet pasien rawat inap, menyusun menu dan perencanaan

kebutuhan bahan makanan, menyusun anggaran belanja instalasi gizi, menyusun diet

pasien rawat inap sesuai dengan keadaan pasien dan penyakitnya, melakukan

pengadaan bahan makanan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi bahan makanan,

mengelola produksi dan distribusi makanan bagi pasien rawat inap dan pasien rawat

jalan serta karyawan, melakukan evaluasi diet di ruang rawat inap, merencanakan dan

melakukan penyuluhan konsultasi diet dan rujukan diet bagi pasien rawat inap dan

rawat jalan.

Instalasi gizi terletak berdampingan dengan ruang laundry dan kantor

administrasi.Letak dan posisi instalasi gizi telah mengacu kepada beberapa

persyaratannya yang telah ditetapkan antara lain: (1) instalasi gizi dapat dicapai

semua ruangan perawatan sehingga pelayanan gizi dapat diberikan merata untuk

semua pasien, (2) instalasi gizi terletak sedemikian rupa keributan dan kegaduhan

dari instalasi gizi tidak mengganggu ruang lain, (3 instalasi gizi mempunyai jalan

tersendiri dari luar untuk lalu lintas bahan makanan.

Penanganan hygiene dan sanitasi dapur instalasi gizi dilakukan dengan tujuan:

(a) tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen,

(b) menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui

Universitas Sumatera Utara


makanan, (c) Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan

makanan di rumah sakit.

Pengelolaan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan di rumah sakit

meliputi: bahan makanan, sarana fisik atau ruangan, peralatan dapur serta tenaga

penjamah makanan.Sumber air yang digunakan untuk kegiatan di instalasi gizi

menggunakan air ledeng dari PDAM, sehingga terjamin kebersihannya. Sampah hasil

kegiatan penyelenggaran makanan di instalasi gizi ditangani dengan cara buang atau

di tamping dalam tempat bak sampah sementara, kemudian di buang ke pembuangan

akhir setelah itu di bakar.

4.1.2 Proses Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit Umum Daerah Deli


Serdang

Tenaga kerja pada unit gizi Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang terdiri

dari 9 orang petugas memasak, 1 house keeping, 8 orang nutritionist, 1 petugas

gudang, dan pembagian tugas setiap pelaksana instalasi gizi sudah jelas.

Penyelenggaraan makanan kepada seluruh pasien rawat inap diselenggarakan secara

langsung oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang. Penentuan diet atau

jenis makanan pasien ditentukan oleh gizi ruangan yang disusun berdasarkan

diagnosis penyakit.

Jumlah makanan yang akan diolah berdasarkan permintaan makanan pasien

setiap hari yang dilakukan oleh gizi ruangan kepada bidang administrasi permintaan

makanan pasien. Pengolahan makanan serta pembagian makanan dilakukan di dapur.

Bahan makanan yang akan diolah selama satu hari kepada seluruh pasien terlebih

Universitas Sumatera Utara


dahulu dibeli melalui pemesanan kepada pemasok dan diterima oleh tim penerima

bahan makanan. Pada pelaksanaannya, pemotongan bahan makanan maupun

penyajian ke tempat makanan pasien tidak sama banyaknya, hal itu dikarenakan

membutuhkan waktu lama jika harus menimbang masing-masing berat makanan.

Pendistribusian makanan pada seluruh pasien rawat inap di Rumah Sakit

Umum Daerah Deli Serdang dilakukan dengan cara sentralisasi. Semua makanan

yang telah diolah dibagikan ke tempat alat makan pasien sesuai dengan diet yang

telah ditetapkan. Pembagian makanan ke tempat makanan pasien dilakukan oleh

pramusaji masing-masing ruang inap pasien, kemudian di distribusikan menggunakan

trolley.

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat meliputi analisis variabel independen seperti penampilan

makanan, rasa makanan. Untuk variabel dependen yaitu sisa makanan yang dianalisis

secara univariat.

4.2.1. Karakteristik Responden

Sampel yang berhasil dikumpulkan sebanyak 48 pasien. Adapun karakteristik

sampel yaitu usia, jenis kelamin, dan lama rawat inap. Berdasarkan tabel 4.1

menunjukkan sebahagian besar responden memiliki usia 26-45 tahun yaitu sebanyak 34

orang(70,8%), responden yang memiliki usia 18-25 tahun sebanyak10 orang (20,8%) dan

responden yang memiliki usia 46-70 tahun sebanyak 4 orang (8,4%). Untuk jenis

kelamin responden paling banuak yaitu perempuan sebanyak 26 orang (54,2%) dan

Universitas Sumatera Utara


responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 22 orang (45,8%). Berikut

merupakan karakteristik sampel yang berhasil dikumpulkan pada tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Pasien Rawat Inap Mendapat


Makanan di RSUD Deli Serdang

Karakteristik Pasien Jumlah %


Jenis Kelamin
Perempuan 26 54,2
Laki-Laki 22 45,8
Jumlah 48 100,0
Umur Jumlah %
18-25 tahun 10 20,8
26-45 tahun 34 70,8
46-70 tahun 4 8,4
Jumlah 48 100,0

4.2.2. Penilaian terhadap Penyajian Makanan


Penyajian makanan terdiri dari warna makanan,bentuk makanan dan tempat

penyajian. Penyajian makanan dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu :kurang

menarik,cukup menarik dan menarik.

Berdasarkan tabel dibawah menunjukkan pasien yang menyatakan penyajian

makanan di Rumah Sakit Umum Deli Serdang dengan kategori menarik sebanyak 23

orang (47,9%). Untuk penyajian makanan dalam kategori cukup menarik sebanyak 25

orang pasien (52,1%).

Tabel 4.2. Distribusi Kategori Penilaian Penyajian Makanan Pasien


di RSUD Deli Serdang

No Penyajian Makanan Frekuensi


n %
1 Cukup Menarik 25 52,1
2 Menarik 23 47,9
Jumlah 48 100

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel dibawah, aspek penyajian berdasarkan warna makanan

menunjukkan penyajian dalam kategori cukup menarik sebanyak 18 orang (37,5%),

warna makanan dalam kategori kurang menarik sebanyak 20 orang (41,7%) dan

warna makanan dalam kategori menarik sebanyak 18 orang (37,5%). Aspek

penyajian berdasarkan bentuk makanan menunjukkan penyajian dalam kategori

cukup menarik sebanyak 27 orang (56,3%), bentuk makanan dalam kategori kurang

menarik sebanyak 11 orang (22,9%) dan bentuk makanan dalam kategori menarik

sebanyak 10orang (20,8%). Aspek penyajian berdasarkan tempat makanan

menunjukkan penyajian dalam kategori cukup menarik sebanyak 24 orang (50%),

tempat makanan dalam kategori kurang menarik sebanyak 13 orang (27,5%) dan

tempat makanan dalam kategori menarik sebanyak 11 orang (22,2%).

Tabel 4.3. Distribusi Penilaian Penyajian Makanan Pasien


di RSUD Deli Serdang

Aspek Penyajian Kategori Penyajian


Kurang Cukup Menarik Jumlah
Menarik Menarik
n % n % N % n %
Warna Makanan 20 41,7 18 37,5 10 20,8 48 100
Bentuk Makanan 11 22,9 27 56,3 10 20,8 48 100
Tempat Penyajian 13 27,1 24 50 11 22,2 48 100

Berdasarkan tabel dibawah, aspek penyajian makanan berdasarkan jenis

makanan diketahui bahwa makanan pokok paling banyak dalam kategori cukup

menarik sebanyak 66,7%, makanan pokok dalam kategori menarik sebanyak 18,7%,

makanan pokok dalam kategori kurang menarik sebanyak 14,6%. Makanan lauk

hewani paling banyak dalam kategori cukup menarik sebanyak 75%, makanan lauk

Universitas Sumatera Utara


hewani dalam kategori menarik sebanyak 10,4%, makanan lauk hewani dalam

kategori kurang menarik sebanyak 14,6%. Makanan lauk nabati paling banyak dalam

kategori cukup menarik sebanyak 50,1%, makanan lauk nabati dalam kategori

menarik sebanyak 16,6%, makanan lauk nabati dalam kategori kurang menarik

sebanyak 33,3%.

Makanan sayur paling banyak dalam kategori cukup menarik sebanyak

58,4%, makanan sayur dalam kategori menarik sebanyak 12,5%, makanan sayur

dalam kategori kurang menarik sebanyak 29,1%. Makanan buah paling banyak dalam

kategori cukup menarik sebanyak 75%, makanan buah dalam kategori menarik

sebanyak 10,4%, makanan buah dalam kategori kurang menarik sebanyak 14,6%.

Tabel 4.4. Distribusi Penilaian Penyajian Makanan Pasien


di RSUD Deli Serdang Menurut Jenis Makanan

Jenis Makanan Kategori Penyajian


Kurang Cukup Menarik Jumlah
Menarik Menarik
n % n % n % n %
Makanan Pokok 7 14,6 32 66,7 9 18,7 48 100
Lauk Hewani 7 14,6 36 75 5 10,4 48 100
Lauk Nabati 16 33,3 24 50,1 8 16,6 48 100
Sayur 14 29,1 28 58,4 6 12,5 48 100
Buah 7 14,6 36 75 5 10,4 48 100

Penyajian makanan terdiri dari warna makanan, bentuk makanan dan tempat

penyajian makanan. Penilaian penyajian makanan menurut waktu makan pasien Rumah

Sakit Umum Daerah Deli Serdang. Hasil penelitian pada tabel menunjukkan bahwa

penyajian makan pagi paling banyak menarik pada makanan lauk nabati sebanyak 14

orang (29,2%), untuk makanan pagi yang paling banyak cukup menarik pada makanan

Universitas Sumatera Utara


pokok sebanyak 38 orang (79,2%) dan untuk makanan paling banyak kurang menarik pada

makanan sayur sebanyak 10 orang (25,8%). Untuk penyajian makan siang paling banyak

menarik pada makanan pokok sebanyak 19 orang (39,6%), untuk makanan siang yang

paling banyak cukup menarik pada makanan lauk hewani sebanyak 40 orang (83,3%) dan

untuk makanan siang paling banyak kurang menarik pada makanan sayur sebanyak 24

orang (50%). Untuk penyajian makan malam paling banyak menarik pada makanan pokok

dan sayur sebanyak 7 orang (14,5%), untuk makanan malam yang paling banyak cukup

menarik pada makanan sayur sebanyak 34 orang (70,8%) dan untuk makanan malam

paling banyak kurang menarik pada makanan lauk nabati sebanyak 22 orang (45,8%).

Tabel 4.5. Distribusi Penilaian Penyajian Makanan Pasien Menurut


Waktu di RSUD Deli Serdang

Jenis Makanan Kategori Penyajian


Kurang Cukup Menarik Jumlah
Menarik Menarik
n % n % n % n %
Pagi
Makanan Pokok 6 12,5 38 79,2 4 8,3 48 100
Lauk Hewani 7 14,6 34 70,8 7 14,6 48 100
Lauk Nabati 5 10,4 29 60,4 14 29,2 48 100
Sayur 10 20,8 32 66,7 6 12,5 48 100
Siang n % n % n % n %
Makanan Pokok 4 10,4 24 50 19 39,6 48 100
Lauk Hewani 3 6,3 40 83,3 5 10,4 48 100
Lauk Nabati 22 45,8 22 45,8 4 8,4 48 100
Sayur 24 50 19 39,6 5 10,4 48 100
Buah 3 6,3 40 83,3 5 10,4 48 100
Malam
Makanan Pokok 9 18,8 32 66,7 7 14,5 48 100
Lauk Hewani 10 20,8 32 66,7 6 12,5 48 100
Lauk Nabati 22 45,8 22 45,8 4 8,4 48 100
Sayur 7 14,6 34 70,8 7 14,6 48 100
Buah 10 20,8 32 66,7 6 12,5 48 100

Universitas Sumatera Utara


4.2.3 Penilaian Terhadap Cita Rasa Makanan

Penilaian responden terhadap cita rasa makanan terdiri dari aroma makanan,

tekstur makanan, keempukan makanan, tingkat kematangan makanan dan suhu

makanan,dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang enak ,cukup enak dan enak.

Berdasarkan tabel dibawah menunjukkan bahwa pasien yang menyatakan rasa

makanan di Rumah Sakit Umum Deli Serdang dengan kategori enak sebanyak 18

orang (37,5%). Untuk rasa makanan dalam kategori cukup enak sebanyak 30 orang

pasien (62,5%).

Tabel 4.9. Distribusi Kategori Penilaian Rasa Makanan Pasien


di RSUD Deli Serdang

Frekuensi
No Rasa Makanan
n %
1 Cukup Enak 30 62,5
2 Enak 18 37,5
Jumlah 48 100

Cita rasa makanan terdiri dari aroma makanan, tekstur makanan, keempukan

makanan, tingkat kematangan makanan dan suhu makanan. Hasil penelitian pada

tabel menunjukkan bahwa rasa makan pagi paling banyak enak pada makanan pokok

sebanyak 18 orang (37,5%), untuk rasa makanan pagi yang paling banyak cukup enak

pada makanan sayur sebanyak 32 orang (66,7%) dan untuk rasa makanan paling

banyak kurang enak pada makanan lauk nabati sebanyak 11 orang (22,9%). Untuk

rasa makan siang paling banyakEnak pada makanan buah sebanyak 17 orang (35,

4%), untuk rasa makanan siang yang paling banyak dalam kategori Cukup enak pada

makanan lauk hewani sebanyak 34 orang (70,8%) dan untuk rasa makanan siang

Universitas Sumatera Utara


paling banyak dalam kategori kurang enak pada makanan sayur dan buah sebanyak

12 orang (25%). Untuk rasa makan malam paling banyak enak pada makanan pokok

sebanyak 19 orang (39, 6%), untuk rasa makanan malam yang paling banyak dalam

kategori cukup enak pada makanan sayur sebanyak 31 orang (64,6%) dan untuk rasa

makanan malam paling banyak dalam kategori kurang enak pada makanan pokok

sebanyak 17orang (35,4%). Rasa makanan dikategorikan menjadi tiga, yaitu kurang

enak, cukup enak dan enak:

Tabel 4.6. Distribusi Penilaian Rasa Makanan Menurut Waktu Makan Pasien
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

Jenis Makanan Kategori Rasa Makanan


Kurang Cukup Enak Enak Jumlah
Enak
n % n % N % n %
Pagi
Makanan Pokok 10 20,8 20 41,7 18 37,5 48 100
Lauk Hewani 10 20,8 27 56,3 11 22,9 48 100
Lauk Nabati 11 22,9 22 45,8 15 31,3 48 100
Sayur 9 18,8 32 66,7 7 14,5 48 100
Siang
Makanan Pokok 10 20,8 32 66,7 6 12,5 48 100
Lauk Hewani 7 14,6 34 70,8 7 14,6 48 100
Lauk Nabati 9 18,8 32 66,7 7 14,5 48 100
Sayur 12 25 26 54,2 10 20,8 48 100
Buah 12 26 19 39,6 17 35,4 48 100
Malam
Makanan Pokok 17 35,4 12 25 19 39,6 48 100
Lauk Hewani 5 10.4 27 56.3 16 33,3 48 100
Lauk Nabati 5 10.4 27 56.3 16 33,3 48 100
Sayur 10 20,8 31 64,6 7 14,6 48 100
Buah 16 33,3 15 31,3 17 35,4 48 100

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel dibawah, aspek rasa makanan berdasarkan aroma makanan

menunjukkan rasa makanan dalam kategori enak sebanyak 10 orang (20,8%), aroma

makanan dalam kategori cukup enak sebanyak 24 orang (50%) dan aroma makanan

dalam kategori kurang enak sebanyak 14 orang (29,2%). Aspek rasa makanan

berdasarkan tekstur makanan menunjukkan dalam kategori enak sebanyak 12 orang

(25%), tekstur makanan dalam kategori cukup enak sebanyak 26 orang (54,2%) dan

tekstur makanan dalam kategori kurang enak sebanyak 10 orang (20,8%).

Aspek rasa makanan berdasarkan keempukan makanan dalam kategori sesuai

sebanyak 11 orang (22,9%), keempukan makanan dalam kategori cukup sesuai

sebanyak 28 orang (58,3%) dan keempukan makanan dalam kategori kurang sesuai

sebanyak 9 orang (18,8%). Aspek rasa makanan berdasarkan tingkat kematangan

makanan dalam kategori sesuai sebanyak 13 orang (27 %), tingkat kematangan

makanan dalam kategori cukup sesuai sebanyak 26 orang (54,2%) , kematangan

dalam kategori sesuai sebanyak 15 orang (31,3%) dan tingkat kematangan makanan

dalam kategori kurang sesuai sebanyak 7 orang (14,6%). Aspek rasa makanan

berdasarkan suhu makanan menunjukkan rasa makanan dalam kategori hangat

sebanyak 7 orang (14,6%), tingkat suhu makanan dalam kategori cukup hangat

sebanyak 21 orang (43,8%) dan suhu makanan dalam kategori kurang hangat

sebanyak 20 orang (41,7%).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.7. Distribusi Penilaian Rasa Makanan Pasien Berdasarkan
Aspek Rasa Makanan di RSUD Deli Serdang

Kategori Rasa Makanan


Aspek Rasa Kurang
Cukup enak Enak/Sesuai/Hangat Jumlah
Makanan enak
n % n % n % n %
Aroma Makanan 10 20,8 24 50 14 29,2 48 100
Tekstur Makanan 10 20,8 26 54,2 12 25 48 100
Keempukan 9 18,8 28 58,3 11 22,9 48 100
Makanan
Tingkat 7 14,6 26 54,2 15 31,3 48 100
Kematangan
Suhu Makanan 7 14,6 21 43,8 20 41,7 48 100

Jenis makanan yang enak pasien ada 5 macam yaitu makanan pokok, lauk

hewani, lauk nabati, sayuran dan buah. Ada perbedaan penilaian rasa untuk setiap

jenis makanan tersebut. Rasa makanan pokok mayoritas cukup enak yaitu sebanyak

21 orang (43,7%), rasa makanan enak sebanyak 14 orang (29,3%) dan rasa kurang

enak sebanyak 13 orang (27%). Rasa makanan lauk hewani mayoritas cukup enak

yaitu sebanyak 29 orang (60,4%), rasa makanan enak sebanyak 11 orang (22,9%) dan

rasa kurang enak sebanyak 8 orang (16,7%). Rasa lauk nabati mayoritas cukup enak

sebanyak 27 orang (56,2), rasa makanan enak sebanyak 13 orang (27,1%) dan rasa

kurang enak sebanyak 8 orang (16,7%). Rasa sayur mayoritas kurang enak sebanyak

30 orang (60,4%), rasa makanan enak sebanyak 8 orang (16,7%) dan rasa kurang

enak sebanyak 11 orang (22,9%). Rasa buah mayoritas cukup enak sebanyak 22

orang (45,8%), rasa makanan enak sebanyak 13 orang (27%) dan rasa kurang enak

diterima sebanyak 13 orang (27%).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.8. Distribusi Penilaian Rasa Makanan Pasien Berdasarkan
Aspek Jenis Makanan di RSUD Deli Serdang

Kategori Rasa Makanan


Jenis Makanan Kurang enak Cukup enak Enak Jumlah
n % n % N % n %
Makanan Pokok 13 27 21 43,7 14 29.3 48 100
Lauk Hewani 8 16,7 29 60,4 11 22,9 48 100
Lauk Nabati 8 16,7 27 56,2 13 27,1 48 100
Sayur 11 22,9 30 60,4 8 16,7 48 100
Buah 13 27 22 45,8 13 27,2 48 100

4.2.4 Sisa Makanan Pasien

Sisa makanan dikategorikan menjadi 2 yaitu sedikit dan banyak, bila sisa

makanan ≤20% dikatakan sedikit, dan banyak bila sisa makanan >20%. Berdasarkan

tabel diatas menunjukkan bahwa sisa makanan di Rumah Sakit Umum Deli Serdang

dengan kategori sisa banyak (>20%) yaitu sebanyak 25 orang (52,1%) sedangkan

sisa makanan pasien dalam kategori sisa sedikit (≤20% ) sebanyak 23 orang (47,9%).

Distribusi persentase sisa makanan pasien rawat inap RSUD Deli Serdang

dapat dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 4.10. Distribusi Kategori Sisa Makanan Pasien


di RSUD Deli Serdang

Frekuensi
No Sisa Makanan
N %
1 Banyak (>20%) 25 52,1
2 Sedikit(≤20%) 23 47,9
Jumlah 48 100

Berdasarkan tabel dibawah persentase sisa makanan yang paling banyak pada

sayur sebanyak 23,1%, makanan pokok sebanyak 20,7%, makanan lauk hewani

Universitas Sumatera Utara


sebanyak 16,8%, makanan lauk nabati sebanyak 15,1% dan makanan buah sebanyak

6,8%.

Tabel 4.11. Distribusi Kategori Sisa Makanan Pasien


di RSUD Deli Serdang Menurut Jenis Makanan

Jenis Makanan Sisa Makanan (%) Jumlah


Pagi 48
Makanan Pokok 20,7
Lauk Hewani 16,8
Lauk Nabati 15,1
Sayur 23,1
Buah 6,8

Berdasarkan tabel dibawah persentase sisa makanan yang paling banyak pada

pagi hari dengan sisa makanan pokok sebanyak 24%, sisa lauk hewani sebanyak

10,3%, sisa makanan lauk nabati sebanyak 8,6%, sisa sayur sebanyak 11,4% dan sisa

buah sebanyak 6,4%. Sisa makanan yang paling banyak pada siang hari dengan sisa

makanan pokok sebanyak 19,6%, sisa lauk hewani sebanyak 23,2%, sisa makanan

lauk nabati sebanyak 25,2% dan sisa sayur sebanyak 28,7%, sisa buah sebanyak

4,8%. makanan yang paling banyak pada malam hari dengan sisa makanan pokok

sebanyak 18,5%, sisa lauk hewani sebanyak 16,9%, sisa makanan lauk nabati

sebanyak 11,7%, sisa sayur sebanyak 29,3% dan sisa buah sebanyak 8,8%.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.12 Distribusi Sisa Makanan Menurut Waktu Makan
dan Jenis MakananPasien di RSUD Deli Serdang

Jenis Makanan Sisa Makanan (%) Jumlah


Pagi 48
Makanan Pokok 24
Lauk Hewani 10,3
Lauk Nabati 8,6
Sayur 11,4
Siang 48
Makanan Pokok 19,6
Lauk Hewani 23,2
Lauk Nabati 25,2
Sayur 28,7
Buah 4,8
Malam 48
Makanan Pokok 18,5
Lauk Hewani 16,9
Lauk Nabati 11,7
Sayur 29,3
Buah 8,8

4.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan

karakteristik variabel bebas ( penyajian makan dan cita rasa makanan) dan veriabel

terikat (sisa makanan) dengan menggunakan uji exact fisher Jika hasil analisis

statistik menunjukkan nilai p < 0,05 maka diasumsikan terdapat hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat.

Berdasarkan tabel dibawah menunjukkan bahwa dari 20 orang pasien yang

menyatakan warna makanan dalam kategori cukup menarik terdapat 14 orang pasien

yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan makanan

sedikit (≤20%) sebanyak 6 orang . Dari sebanyak 18 orang pasien yang menyatakan

Universitas Sumatera Utara


warna makanan dalam kategori warna makanan cukup menarik terdapat 10 orang

yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan pasien yang

memiliki sisa makanan sedikit (≤20%) sebanyak 8 orang. Dari sebanyak 10 orang

pasien yang menyatakan warna makanan dalam kategori warna makanan menarik

terdapat 1 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan

pasien yang memiliki sisa makanan sedikit(≤20%) sebanyak 9 orang. Hasil uji

statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,008 yang berarti terdapat

hubungan antara warna makanan makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap di

RSUD Deli Serdang.

Tabel 4.13. Hubungan Warna Makanan


dengan Sisa Makanan Pasien di RSUD Deli Serdang

Warna Makanan Sisa Makanan Total


(Penyajian Makanan) Banyak (>20%) Sedikit(≤20%)
n % n % N %
P
Kurang Menarik 14 29,2 6 12,5 20 41,7
Cukup Menarik 10 20,8 8 16,7 18 37,5
Menarik 1 2,1 9 18,8 10 20,8 0,008
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Berdasarkan tabel dibawah menunjukkan bahwa dari 11orang pasien yang

menyatakan bentuk makanan dalam kategori cukup menarik terdapat 8 orang pasien

yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan makanan

sedikit (≤20%) sebanyak 3 orang . Dari sebanyak 27 orang pasien yang menyatakan

bentuk makanan dalam kategori bentuk makanan cukup menarik terdapat 15 orang

yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan pasien yang

Universitas Sumatera Utara


memiliki sisa makanan sedikit (≤20%) sebanyak 12 orang. Dari sebanyak 10 orang

pasien yang menyatakan bentuk makanan dalam kategori bentuk makanan menarik

terdapat 2 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan

pasien yang memiliki sisa makanan sedikit (≤20%) sebanyak 8 orang. Hasil uji

statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,047 yang berarti terdapat

hubungan antara bentuk makanan makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap

di RSUD Deli Serdang.

Tabel 4.14. Hubungan Bentuk Makanan dengan Sisa Makanan Pasien


di RSUD Deli Serdang

Bentuk Makanan Sisa Makanan Total


(Penyajian Makanan) Banyak (>20%) Sedikit(≤20%)
n % n % N %
P
Kurang Menarik 8 16,7 3 6,3 11 22,9
Cukup Menarik 15 31,3 12 25 27 56,3
Menarik 2 4,2 8 16,7 10 20,8 0,047
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Berdasarkan tabel dibawah menunjukkan bahwa dari 13 orang pasien yang

menyatakan tempat makanan dalam kategori cukup menarik terdapat 11 orang pasien

yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan makanan

sedikit (≤20%) sebanyak 2 orang . Dari sebanyak 24 orang pasien yang menyatakan

tempat makanan dalam kategori tempat makanan cukup menarik terdapat 11 orang yang

memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan pasien yang memiliki sisa

makanan sedikit (≤20%) sebanyak 13 orang. Dari sebanyak 11 orang pasien yang

menyatakan tempat makanan dalam kategori tempat makanan menarik terdapat 3 orang

Universitas Sumatera Utara


yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan pasien yang memiliki

sisa makanan sedikit(≤20%) sebanyak 8 orang. Hasil uji statistic menggunakan exact

fisher diperoleh nilai p=0,013 yang berarti terdapat hubungan antara tempat makanan

makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang.

Tabel 4.15. Hubungan Tempat Penyajian Makanan dengan


Sisa Makanan Pasien di RSUD Deli Serdang

Tempat Makanan Sisa Makanan Total


(Penyajian Makanan) Banyak (>20%) Sedikit(≤20%)
n % n % N %
P
Kurang Menarik 11 22,9 2 4,2 13 27,1
Cukup Menarik 11 22,9 13 27,1 24 50
Menarik 3 6,3 8 16,7 11 22,9 0,013
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Berdasarkan tabel dibawah menunjukkan bahwa dari 25 orang pasien yang

merasakan penyajian makanan dalam kategori cukup menarik terdapat 18 orang

pasien yang banyak menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan makanan

sedikit sebanyak 7 orang . Dari sebanyak 23 orang pasien yang merasakan penyajian

makanan menarik terdapat 7 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori

banyak dan pasien yang memiliki sisa makanan sedikit sebanyak 16 orang. Hasil uji

statistic diperoleh nilai p=0,004 yang berarti terdapat hubungan antara penyajian

makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.16. Hubungan Kategori Penyajian Makanan dengan Sisa Makanan
Pasien di RSUD Deli Serdang

Penyajian Makanan Sisa Makanan Total


Banyak (>20%) Sedikit(≤20%)
n % n % N %
P
Cukup Menarik 18 72 7 28 25 100
Menarik 7 30,4 16 69,6 23 100 0,004
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Berdasarkan tabel dibawah menunjukkan bahwa dari 10 orang pasien yang

menyatakan aroma makanan dalam kategori Cukup enak terdapat 8 orang pasien

yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan makanan

sedikit (≤20%) sebanyak 2 orang . Dari sebanyak 24 orang pasien yang menyatakan

aroma makanan dalam kategori aroma makanan Cukup enak terdapat 15 orang yang

memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan pasien yang memiliki sisa

makanan sedikit (≤20%) sebanyak 9 orang. Dari sebanyak 14 orang pasien yang

menyatakan aroma makanan dalam kategori aroma makananEnak terdapat 2 orang

yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan pasien yang

memiliki sisa makanan sedikit(≤20%) sebanyak 12 orang. Hasil uji statistic

menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,002 yang berarti terdapat hubungan

antara aroma makanan makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap di RSUD

Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.17. Hubungan Kategori Aroma Makanan dengan Sisa Makanan
Pasien di RSUD Deli Serdang

Aroma Makanan Sisa Makanan Total


(Rasa Makanan) Banyak (>20%) Sedikit(≤20%)
n % n % N %
P
Kurang enak 8 16,7 2 4,2 10 20,8
Cukup enak 15 31,3 9 18,8 24 50
Enak 2 4,2 12 25 14 29,2 0,002
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Berdasarkan tabel dibawah menunjukkan bahwa dari 10 orang pasien yang

menyatakan tekstur makanan dalam kategori Cukup enak terdapat 9 orang pasien

yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan makanan

sedikit (≤20%) sebanyak 1 orang . Dari sebanyak 26 orang pasien yang menyatakan

tekstur makanan dalam kategori Cukup enak terdapat 12 orang yang memiliki sisa

makanan dalam kategori banyak (>20%) dan pasien yang memiliki sisa makanan

sedikit (≤20%) sebanyak 14 orang. Dari sebanyak 12 orang pasien yang menyatakan

tekstur makanan dalam kategori tekstur makananEnak terdapat 4 orang yang

memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan pasien yang memiliki sisa

makanan sedikit(≤20%) sebanyak 8 orang. Hasil uji statistic menggunakan exact

fisher diperoleh nilai p=0,019 yang berarti terdapat hubungan antara tekstur makanan

makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.18. Hubungan Kategori Tekstur Makanan dengan Sisa Makanan
Pasien di RSUD Deli Serdang

Tekstur Makanan Sisa Makanan Total


(Rasa Makanan) Banyak (>20%) Sedikit(≤20%)
n % n % N %
P
Kurang enak 9 18,8 1 2,1 10 20,8
Cukup enak 12 25 14 29,2 26 54,2
Enak 4 8,3 8 16,7 12 25 0,019
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Berdasarkan tabel dibawah menunjukkan bahwa dari 9 orang pasien yang

menyatakan keempukan makanan dalam kategori Cukup enak terdapat 7 orang

pasien yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan

makanan sedikit (≤20%) sebanyak 2 orang . Dari sebanyak 28 orang pasien yang

menyatakan keempukan makanan dalam kategori keempukan makanan Cukup enak

terdapat 15 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan

pasien yang memiliki sisa makanan sedikit (≤20%) sebanyak 13 orang. Dari

sebanyak 11 orang pasien yang menyatakan keempukan makanan dalam kategori

keempukan makananEnak terdapat 3 orang yang memiliki sisa makanan dalam

kategori banyak (>20%) dan pasien yang memiliki sisa makanan sedikit(≤20%)

sebanyak 8 orang. Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai

p=0,009 yang berarti terdapat hubungan antara keempukan makanan makanan

dengan sisa makanan pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.19. Hubungan Keempukan Makanan dengan Sisa Makanan Pasien
di RSUD Deli Serdang

Keempukan Makanan Sisa Makanan Total


(Rasa Makanan) Banyak (>20%) Sedikit (≤20%)
n % n % N %
P
Kurang enak 7 14,6 2 4,2 9 18,8
Cukup enak 15 31,3 13 27,1 28 58,3
Enak 3 6,3 8 16,7 11 22,9 0,009
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Berdasarkan tabel dibawah menunjukkan bahwa dari 7 orang pasien yang

menyatakan kematangan makanan dalam kategori cukup enak terdapat 5 orang

pasien yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan

makanan sedikit (≤20%) sebanyak 2 orang . Dari sebanyak 26 orang pasien yang

menyatakan kematangan makanan dalam kategori kematangan makanan cukup enak

terdapat 18 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan

pasien yang memiliki sisa makanan sedikit (≤20%) sebanyak 8 orang. Dari sebanyak

15 orang pasien yang menyatakan kematangan makanan dalam kategori kematangan

makanan enak terdapat 2 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak

(>20%) dan pasien yang memiliki sisa makanan sedikit(≤20%) sebanyak 13 orang.

Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,001 yang berarti

terdapat hubungan antara kematangan makanan dengan sisa makanan pasien rawat

inap di RSUD Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.20. Hubungan Kematangan Makanan dengan Sisa Makanan Pasien
di RSUD Deli Serdang

Kematangan Makanan Sisa Makanan Total


(Rasa Makanan) Banyak (>20%) Sedikit (≤20%)
n % n % N %
P
Kurang enak 5 10,4 2 4,2 7 14,6
Cukup enak 18 37,5 8 16,7 26 54,2
Enak 2 4,2 13 27,1 15 31,3 0,001
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Berdasarkan tabel dibawah menunjukkan bahwa dari 7 orang pasien yang

menyatakan kematangan makanan dalam kategori Cukup enak terdapat 6 orang

pasien yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan

makanan sedikit (≤20%) sebanyak 1 orang . Dari sebanyak 21 orang pasien yang

menyatakan kematangan makanan dalam kategori kematangan makanan Cukup enak

terdapat 15 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan

pasien yang memiliki sisa makanan sedikit (≤20%) sebanyak 6 orang. Dari sebanyak

20 orang pasien yang menyatakan kematangan makanan dalam kategori kematangan

makanan enak terdapat 4 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak

(>20%) dan pasien yang memiliki sisa makanan sedikit(≤20%) sebanyak 16 orang.

Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p<0,001 yang berarti

terdapat hubungan antara kematangan makanan dengan sisa makanan pasien rawat

inap di RSUD Deli Serdang.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.21. Hubungan Kategori Suhu Makanan dengan Sisa Makanan
Pasien di RSUD Deli Serdang

Suhu Makanan Sisa Makanan Total


(Rasa Makanan) Banyak (>20%) Sedikit (≤20%)
n % n % N %
P
Kurang enak 6 12,5 1 2,1 7 14,6
Cukup enak 15 31,3 6 12,5 21 43,8
Enak 4 8,3 16 33,3 20 41,7 <0,001
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Berdasarkan tabel dibawah menunjukkan bahwa dari 30 orang pasien yang

menyatakan rasa makanan dalam kategori cukup enak terdapat 20 orang pasien yang

banyak menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan makanan sedikit sebanyak

10 orang . Dari sebanyak 18 orang pasien yang menyatakan rasa makanan dalam

kategori enak ternyata terdapat 5 orang pasien yang memiliki sisa makanan dalam

kategori banyak dan pasien yang memiliki sisa makanan sedikit sebanyak 13 orang.

Hasil uji statistic diperoleh nilai p=0,016 yang berarti terdapat hubungan antara rasa

makanan makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang.

Tabel 4.22. Hubungan Kategori Rasa Makanan dengan Sisa Makanan


Pasien di RSUD Deli Serdang

Rasa Makanan Sisa Makanan Total


Banyak (>20%) Sedikit(≤20%)
n % n % N %
P
Cukup Enak 20 66,7 10 33,3 30 100
Enak 5 27,8 13 72,2 18 100 0,016
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Universitas Sumatera Utara


4.4. Pengaruh Penyajian Makanan dan Rasa Makanan terhadap Sisa
Makanan Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang

Pada penelitian ini, variabel bebas yang memenuhi kriteria kemaknaan statistik

(p < 0,25) dimasukkan ke dalam analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi

logistik, yaitu variabel penyajian makanan dan variabel rasa makanan. Analisis

multivariat bertujuan untuk mendapatkan model terbaik dalam menentukan

determinan tingkat sisa makanan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang.

Hasil penelitian ini akan dilakukan analisis multivariat menggunakan uji

regresi logistik berganda yaitu salah satu pendekatan model statistik untuk

menganalisis pengaruh beberapa variabel independen (lebih dari satu) terhadap

variabel dependen kategori yang bersifat dikotomi atau binary. Variabel yang

dimasukkan dalam model prediksi regresi logistik berganda adalah variabel dengan

nilai p < 0,25. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.23. Pengaruh Penyajian Makanan dan Rasa Makanan Terhadap Sisa
Makanan Pasien di RSUD Deli Serdang

Variabel Sig. 95% CI


Exp(B) S.E. Lower Upper
Warna makanan 1.443 3.766 0.292 .289 62.128
Bentuk Makanan 4.283 1.370 0.169 .163 32206
Tempat makanan 4.503 3.111 0.046 1.075 7591
Aroma Makanan 1.914 2.261 0.342 .131 350.151
Tekstur Makanan .604 2.013 0.65 .135 24.869
Empuk Makanan .318 1.332 0.865 .035 53.364
Matang Makanan 3.111 1.867 0.133 .387 1298.
Suhu Makanan 3.724 2.071 0.057 .899 1907
Constant -41.447 1.954 0.033 3.270 79.624

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil uji regresi logistik diatas

menunjukkan bahwa variabel penyajian makanan dalam variabel warna makanan,

bentuk makanan, tempat makanan dan rasa makanan dalam bentuk variabel aroma

makanan, tekstur makanan, empuk makanan, matang makanan dan suhu makanan

berpengaruh terhadap sisa makanan. Variabel yang paling dominan terhadap sisa

makanan pasien rawat inap adalah variabel penyajian makanan melalui tempat

penyajian makanan dengan nilai Exp (B) 4,503 dan variabel penyajian makanan

bentuk makanan dengan nilai Exp (B) 4,283 .

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel penyajian makanan dengan

tempat penyajian makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 4,503 sehingga dapat

disimpulkan bahwa penyajian makanan dengan bentuk yang menarik akan berpeluang

4,503 kali membuat sisa makanan sedikit≤20%)


( dibandingkan tempat penyajian

makanan dengan kategori tidak menarik. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik,

variabel penyajian makanan dengan bentuk makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar

4,283 sehingga dapat disimpulkan bahwa penyajian makanan dengan bentuk yang

≤20%)
menarik akan berpeluang 4,283 kali membuat sisa makanan sedikit (

dibandingkan bentuk makanan dengan kategori tidak menarik.

Variabel rasa makanan dengan variabel suhu makanan diperoleh nilai Exp (B)

sebesar 3,724 sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa makanan dengan suhu

≤20%)
yangEnak akan berpeluang 3,724 kali membuat sisa makanan sedikit (

dibandingkan rasa makanan dengan suhu yang tidakEnak. Variabel rasa makanan

dengan variabel kematangan makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 3,111 sehingga

Universitas Sumatera Utara


dapat disimpulkan bahwa rasa makanan dengan kematangan yang Enak akan

berpeluang 3,111 kali membuat sisa makanan sedikit≤20%)


( dibandingkan rasa

makanan dengan kematangan makanan yang tidakEnak.

Universitas Sumatera Utara


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Warna Makanan terhadap Sisa Makan

Warna makanan akan menjadi suatu hal yang sangat penting untuk

diperhatikan dalam penyajian makanan. Warna makanan merupakan rupa hidangan

yang disajikan dan dapat memberikan penampilan lebih menarik terhadap makanan

yang disajikan. Kombinasi warna adalah hal yang sangat diperlukan dan membantu

dalam penerimaan suatu makanan dan secara tidak langsung dapat merangsang selera

makan, dimana makanan yang penuh warna mempunyai daya tarik untuk dilihat,

karena warna juga mempunyai dampak psikologis pada konsumen.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyajian makanan yang dilakukan

oleh pihak RSUD Deli Serdang sudah cukup menarik dan menarik bagi pasien

meskipun begitu masih terdapat komponen penyajian makanan yang kurang menarik

bagi pasien seperti warna makanan dan tempat penyajian. Hasil penelitian Anwar

(2012) dan Kasmin (2007) menunjukkan bahwa sebahagian besar pasien menyatakan

penyajian makanan dalam bentuk warna yang dilakukan pihak rumah sakit dalam

kategori menarik dan cukup menarik yang membuat terjadinya sisa makanan menjadi

semakin sedikit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Munawar (2011) yang menunjukkan bahwa sebahagian penyajian warna makanan di

RSHS Bandung dalam kategori menarik dan berdampak kepada sedikitnya sisa

makanan di RSHS Bandung.

Universitas Sumatera Utara


Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,008 yang

berarti terdapat hubungan antara warna makanan makanan dengan sisa makanan

pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang. Hasil penelitian Sembiring (2014) juga

menunjukkan bahwa warna makanan berhubungan dengan terjadinya sisa makanan di

RS Pringadi Medan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel penyajian makanan dengan

warna makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 1,443 sehingga dapat disimpulkan

bahwa penyajian makanan dengan warnaa menarik akan berpeluang 1,433 kali

membuat sisa makanan sedikit (≤20%) dibandingkan warna makanan dengan kategori

kurang menarik . Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian Munawar (2011)

di RSHS Bandung dan Murjiwarni (2013), dimana responden yang berpandangan

warna makanan kurang menarik akan menyisakan makanan lebih banyak, warna

makanan berdampak kepada terjadinya sisa makanan pada pasien.

Pasien di RSUD Deli Serdang menilai bubur yang disajikan warnanya pucat

sehingga kurang menarik dan kurang ada kombinasi warna pada makanan yang

disajikan. Warna pisang memberi kesan terlalu matang dan menurut responden

terdapat buah yang kelihatan belum masak karena warnanya telalu muda kelihatannya

sehingga membuat responden enggan untuk mencoba mengkonsumsinya. Menurut

Moehyi (1992 ), makanan orang sakit harus memperhatikan warna makanan yang

dipilih sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan menarik dan rasa senang pada

orang sakit, hal ini tidak terlepas dari warna yang menarik akan membuat orang akan

berinisiatif untuk mencobanya.

Universitas Sumatera Utara


Warna makanan akan berkaitan dengan psikologis seseorang dalam

melakukan evaluasi tehadap makanan apakah makanan yang disajikan layak

dikonsumsi atau tidak. Warna dalam makaanan akan melibatkan penilaian visual,

oleh karena itu selezat apapun makanan bila memiliki warna yang tidak menarik saat

disajikan akan membuat selera makan menurun, warna makanan memegang peranan

utama dalam penyajian makanan. Kombinasi warna adalah hal yang sangat

diperlukan dan dapat membantu dalam penerimaan suatu makanan dan secara tidak

langsung dapat merangsang selera makan.

5.2. Pengaruh Bentuk Makanan terhadap Sisa Makan

Variasi bentuk makanan dengan memberikan variasi potongan pada berbagai

menu yang dihidangkan dan membuat variasi tempat penyajian agar meningkatkan

keinginan pasien untuk mengkonsumsi hidangan yang sudah disajikan. Variasi

bentuk adalah pengembangan bentuk makanan menjadi berbagai macam bentuk

sehingga pasienn tidak bosan melihat makanan yang akan dikonsumsinya.

Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,013 yang

berarti terdapat hubungan antara tempat makanan dengan sisa makanan pasien rawat

inap di RSUD Deli Serdang. Variabel penyajian makanan dengan bentuk makanan

diperoleh nilai Exp (B) sebesar 4,283 sehingga dapat disimpulkan bahwa penyajian

makanan dengan bentuk yang menarik akan berpeluang 4,283 kali membuat sisa

makanan sedikit ≤20%)


( dibandingkan bentuk makanan dengan kategori kurang

menarik . Hasil penelitian Muhlisina (2012) menunjukkan bahwa makanan yang telah

Universitas Sumatera Utara


dibentuk dengan boneka akan menurunkan terjadinya sisa makanan di RSUD

Panembahan Senopati Bantul. Hasil penelitian tidak jauh berbeda diungkapkan

Sukarti (2010) bahwa besar porsi dan bentuk potongan menjadi salah satu penyebab

terjadinya sisa makanan di RSUD Kota Salatiga.

Bentuk makanan juga mendapat komentar dari responden, dimana responden

merasa buah yang diberikan bentuknya terlalu besar karena mereka mengaku tidak

dapat mengkonsumsi buah yang terlalu besar potongannya dan responden juga

meminta bentuk ikan dan lauk pauk agar dipotong lebih kecil-kecil lagi dan dibuat

lebih menarik. Bentuk makanan disajikan yang tidak dipotong lebih kecil juga

membuat responden terus berkomentar makanan yang diberikan terlalu banyak

porsinya padahal pihak instalasi gizi telah mengukur dan menyesuaikan porsi yang

diberikan kepada pasien sesuai dengan ketentuan dalam penyelenggaraan makanan

untuk pasien.

Pihak RSUD Deli Serdang melakukan inovasi penyajian makanan dengan

membentuk makanan sayuran seperti wortel seperti dadu atau irisan memanjang sawi

diiris tipis, sesuai dengan cara pengolahan menu masing-masing namun bentuk

penyajian yang dilakukan tidak banyak berubah karena warna makanan masih pucat

sehingga membuat pasien tidak berminat untuk mengkonsumsinya. Pihak RSUD Deli

Serdang menyajikan lauk hewani yang tidak di inovasi, bentuk ikan yang disajikan

tidak mengalami perubahan seperti bentuk ikan yang masih hidup padahal jika ikan

yang disajikan dibentuk dengan melakukan fillet dan modifikasi bentuk lainnya akan

semakin meningkatkan minat pasien terhadap konsumsi makanan. Pihak RSUD Deli

Universitas Sumatera Utara


Serdang juga harus lebih memperhatikan pemotongan buah-buahan sehingga dapat

menciptakan kesan menarik sehingga pasien akan semakin menyukai penyajian

bentuk makanan yang diberikan yang membuat pasien akan mengkonsumsi makanan

tersebut.

Pihak RSUD Deli Serdang dapat memberikan pelatihan untuk meningkatkan

keterampilan pegawai instalasi gizi dalam memberikan penyajian yang menarik,

khususnya berkaitan dengan bentuk makanan yang disajikan. Usaha untuk

membentuk makanan semenarik mungkin akan meningkatkan penampilan makanan

dan meningkatkan selera makan, hal inilah yang menyebabkan sebahagian besar

pasien di RSUD Deli Serdang menilai bahwa bentuk makanan yang disajikan oleh

rumah sakit hanya pada kategori cukup menarik

5.3. Pengaruh Tempat Penyajian terhadap Sisa Makan

Penyajian makanan merupakan penentu cita rasa makanan yang meliputi

komponen warna makanan, konsistensi makanan, bentuk makanan, besar porsi

makanan dan cara penyajian makanan (Moehyi, 1992). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa penyajian makanan yang dilakukan oleh pihak RSUD Deli

Serdang sudah cukup menarik dan menarik bagi pasien meskipun begitu masih

terdapat komponen penyajian makanan yang kurang menarik bagi pasien seperti

warna makanan dan tempat penyajian.

Variabel penyajian makanan dengan tempat penyajian makanan diperoleh

nilai Exp (B) sebesar 4,503 sehingga dapat disimpulkan bahwa penyajian makanan

Universitas Sumatera Utara


dengan tempat penyajian yang menarik akan berpeluang 4,503 kali membuat sisa

makanan sedikit ≤20%)


( dibandingkan tempat penyajian dengan kategori kurang

menarik. Hasil penelitian Pakpahan (2002) menunjukkan bahwa terjadinya sisa

makanan di RS. Dr. Kariadi Semarang disebabkan penyajian makanan seperti tempat

penyajian makanan tidak baik. Hasil penelitian Fadillah (2013) memperlihatkan

bahwa terdapat sisa makan yang tinggi pada saat makan pagi dengan jenis hidangan

sayur 48% sisa serta bubur 46% sisa yang disebabkan oleh tempat penyajian yang

kurang baik. Hasil penelitian Sumiati (2008) yang menunjukkan bahwa terdapat sisa

makanan 20% di RSU RA Kartini Jepara, hal ini tidak terlepas dari tempat penyajian

makanan ( 92%).

Menurut Kemenkes (2013) bahwa tempat penyajian makanan menjadi salah

satu faktor yang mempengaruhi sisa makanan. Tempat penyajian makanan seperti

piring, gelas, sendok, mangkok harus diperhatikan semenarik mungkin agar

mendapatkan perhatian pasien dan meningkatkan keinginan pasien untuk

mengkonsumsi makanan. Menurut Moehyi (1992) dan NHS (2005) bahwa penyajian

makanan dapat ditentukan dari warna makanan, bentuk makanan dan tempat

penyajian.

Pihak RSUD Deli Serdang menggunakan mangkok melamin untuk tempat

penyajian untuk kelas 3 dan kelas 2 sedangkan tempat penyajian makanan untuk

kelas 1 dan kelas VIP menggunakan mangkok keramik. Penggunaaan mangkok

keramik dan mangkok untuk pasien sebagai tempat penyajian makanan disebabkan

faktor keterbatasan peralatan makanan dan ketersediaan tenaga di Instalasi Gizi

Universitas Sumatera Utara


RSUD Deli Serdang yang kurang. Pihak instalasi gizi RSUD Deli Serdang lebih

mengefesiensikan waktu penyajian makanan dengan menggunakan mangkok untuk

tempat penyajian makanan. Penggunaan tempat penyajian makanan dengan mangkok

akan dapat menghemat waktu dalam menyajikan makanan dibandingkan pemberian

makanan dengan tempat penyajian dengan piring sehingga ketebatasan ketersediaan

tenaga dapat diminimalisir .

Pasien RSUD Deli Serdang pada kelas 1 dan kelas 3 mengeluhkan tempat

penyajian yang terlalu kecil karena tempat nasi, sayur hanya diletakkan dalam

mangkok sedangkan lauk hewani dan lauk nabati digabungkan dalam satu mangkok.

Pasien RSUD Deli Serdang ingin tempat penyajian makanan yang lebih besar dalam

bentuk piring sebagai tempat makanan pokok sehingga mereka dapat menikmati

makanan yang diberikan pihak RSUD Deli Serdang. Untuk pasien RSUD Deli

Serdang di kelas 1 dan kelas VIP masih terdapat yang memberikan keluhan terkait

tempat penyajian makanan terlalu kecil dan warna tempat penyajian dinilai tidak

menarik .

Penggunaan dan pemilihan tempat penyajian makanan yang tepat dalam

penyusunan makanan akan mempengaruhi penampilan makanan yang disajikan.

Terbatasnya tempat penyajian makanan akan menjadi faktor penghambat bagi pasien

untuk menghabiskan makanannya sehingga terjadinya sisa makan. Untuk melakukan

penyajian makanan perlu diperhatikan beberapa hal pokok yaitu, pemilihan tempat

penyajian makanan yang tepat misalnya piring, mangkok, atau tempat penyajian

makanan khusus dan susunan makanan dalam alat penyajian makanan. Untuk

Universitas Sumatera Utara


menampilkan makanan lebih menarik, susunan makanan perlu mendapat perhatian,

karena makanan yang disusun pada alat penyajian yang tepat akan memberikan kesan

yang menarik. Cara penyajian dan peralatan yang digunakan dalam menghidangkan

makanan ikut berpengaruh pada penerimaan makanan tersebut, sehingga

penghidangan dan penggunaan peralatan harus sesuai dengan tingkat sosial calon

konsumen dan kualitas makanan yang disajikan.

5.4 Pengaruh Aroma Makanan terhadap Sisa Makanan

Makanan yang disajikan harus memenuhi 2 syarat utama yaitu cita rasa makanan

harus memberikan kepuasan bagi yang memakannya dan makanan harus aman dalam

arti makanan tidak mengandung zat atau mikroorganisme yang dapat mengganggu

kesehatan tubuh. Cita rasa makanan ditimbulkan oleh terjadinya rangsangan terhadap

berbagai indera dalam tubuh manusia, terutama indera penglihatan, indera pencium

dan indera pengecap. Aroma makanan yang menarik akan memberikan rangsangan

indera penciuman sehingga akan meningkatkan ketertarikan orang tersebut terhadap

makanan yang disajikan.

Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,019 yang berarti

terdapat hubungan antara tekstur makanan makanan dengan sisa makanan pasien

rawat inap di RSUD Deli Serdang. Variabel rasa makanan dengan variabel aroma

makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 1,914 sehingga dapat disimpulkan bahwa

rasa makanan dengan aroma makanan yang dapat diterima akan berpeluang 1,914kali

Universitas Sumatera Utara


membuat sisa makanan sedikit ≤20%)
( dibandingkan rasa makanan dengan aroma

makanan yang kurang dapat diterima.

Hasil penelitian yang tidak jauh berbeda diungkapkan Munawar (2011) di RSHS

Bandung yang menunjukkan sedikit dan banyaknya sisa makanan di RSHS Bandung

disebabkann aroma makanan yang disajikan. Hasil penelitian lainnya diungkapkan

Anwar (2012) yang menunjukkan bahwa semakin baik aroma makanan yang

disajikan akan semakin menurunkan terjadinya sisa makanan .

Aroma Makanan yang tersebar dalam makanan akan memberikan daya tarik

yang sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga mampu

membangkitkan selera. Aroma yang dikeluarkan oleh makanan berbeda-beda.

Demikian pula cara memasak makanan yang berbeda akan memberikan aroma yang

berbeda pula (Moehyi, 1992 ). Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan

daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga

membangkitkan selera.

Aroma sangat penting terhadap persepsi seseorang yang akan mengkonsumsi

makanan. Aroma memegang peranan penting di awal sebelum pasien mengonsumsi

makanan yang disajikan, hal ini disebabkan aroma yang baik akan memberikan daya

tarik sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga

membangkitkan selera untuk mengonsumsinya. Makanan yang disajikan oleh rumah

sakit memiliki aroma yang berbeda beda sesuai dengan jenis makanan dan cara

memasaknya.

Universitas Sumatera Utara


Pasien RSUD Deli Serdang merasakan aroma makanan yang disajikan kurang

menarik ataupun aroma makanan yang disajikan tidak seperti aroma makanan yang

biasa mereka dapatkan. Pasien RSUD Deli Serdang berpandangan lauk hewani dalam

bentuk ikan yang disajikan pada menu hidangan terkadang mengeluarkan aroma

amis, hal ini menimbulkan banyak pasien tidak menghabiskan lauk hewani tersebut.

Aroma makanan yang terlalu menyengat pada lauk hewani akan membuat pasien

akan kehilangan selera makan sehingga pasien akan menyisakan makanan yang

diberikan oleh pihak rumah sakit dan mencoba mencari alternative makanan lainnya.

Makanan yang terlalu lembek juga akan membuat sebahagian besar pasien tidak akan

mengkonsumsi makanan yang diberikan karena makanan yang terlalu lembek akan

menimbulkan aroma tersendiri sehingga Pasien RSUD Deli Serdang .

Petugas RSUD Deli Serdang yang menggunakan terlalu banyak bumbu juga

akan memberikan aroma makanan yang berbeda, menurut pasien yang membuat

pasien tidak akan mengkonsumsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit. Usaha

untuk membentuk cita rasa makanan dengan aroma makanan yang semenarik

mungkin akan meningkatkan daya tarik pasien RSUD Deli Serdang terhadap

makanan yang disajikan sehingga meningkatnya selera makan.

5.5 Pengaruh Tekstur Makanan terhadap Sisa Makanan

Tekstur makanan merupakan derajat kekerasan, kepadatan atau kekentalan.

Makanan dengan tekstur cair, kenyal, dan keras merupakan karakteristik dari

Universitas Sumatera Utara


konsistensi sebuah makanan. Bermacam-macam tekstur dalam makanan lebih

menarik dari pada hanya satu macam tekstur makanan.

Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,019 yang

berarti terdapat hubungan antara tekstur makanan makanan dengan sisa makanan

pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang. Variabel cita rasa makanan dengan variabel

tekstur makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 0,604 sehingga dapat disimpulkan

bahwa cita rasa makanan dengan tekstur makanan yang dapat diterima akan

berpeluang 0,604 kali membuat sisa makanan sedikit ≤


( 20%) dibandingkan cita rasa

makanan dengan suhu yang kurang dapat diterima

Hasil penelitian Ratna (2009) menunjukkan bahwa tekstur masakan yang

disajikann pihak RSUD sudah sesuai cita rasa yang mereka inginkan sehingga

meminimalisir terjadinya sisa makanan. Makanan yang memiliki tekstur makanan

yang tidak terlalu empuk dan tidak terlalu keras akan meningkatkan daya terima

pasien terhadap makanan tersebut. hasil penelitian Chanzul (2002) dan Adlisman

(1996) menunjukkan bahwa tekstur makanan menjadi salah satu penyebab terjadinya

sisa makanan di rumah sakit umum.

Cita rasa makanan yang disajikan Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Deli

Serdang kepada pasien masih kurang enak seperti tekstur makanan yang menurut

mereka aneh dan tidak seperti rasa makanan yang biasa mereka konsumsi. Makanan

yang terlalu lembek ataupun terlalu keras yang diberikan oleh pihak RSUD Deli

Serdang juga akan membuat sebahagian besar pasien tidak akan mengkonsumsi

makanan yang diberikan, pasien RSUD Deli Serdang menyatakan tekstur nasi yang

Universitas Sumatera Utara


disajikan pihak RSUD Deli Serdang terkadangan terlalu lembek dan tekstur daging

atau ikan yang terlalu keras sehingga mereka enggan untuk mengkonsumsinya.

Makanan yang diberikan di RSUD Deli Serdang terlalu banyak menggunakan bumbu

sehingga menimbulkan tekstur makanan yang berbeda menurut pasien yang membuat

pasien tidak akan mengkonsumsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit.

Tekstur makanan akan menjadi hal yang berkaitan dengan struktur makanan

yang dapat dideteksi dengan baik, yaitu dengan merasakan makanan di dalam mulut.

Sifat yang digambarkan dari tekstur makanan antara lain renyah, lembut, kasar, halus,

berserat, empuk, keras, dan kenyal. Bermacam-macam tekstur makanan dalam suatu

hidangan lebih menyenangkan dari pada satu macam tekstur saja. Tekstur dapat

dirasakan ketika di mulut, seperti lunak/lembek, keras/kering, kenyal, krispi, berserat,

halus. Hal tersebut adalah beberapa sifat yang digunakan untuk menggambarkan

tekstur.

5.6 Pengaruh Keempukan Makanan terhadap Sisa Makanan

Keempukan makanan merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan struktur

makanan yang dirasakan dalam mulut. Keempukan makanan meliputi gurih, krispi,

berserat, halus, keras dan kenyal. Keempukan dan kerenyahan (krispi) ditentukan

oleh mutu bahan makanan yang digunakan dan cara memasaknya .

Keempukan makanan selain ditentukan oleh mutu bahan makanan yang

digunakan juga ditentukan oleh cara memasak. Keempukan makanan selain

ditentukan oleh mutu bahan makanan yang digunakan, juga ditentukan oleh cara

Universitas Sumatera Utara


memasak yang baik, sehingga makanan yang empuk dapat dikunyah dengan

sempurna. Sehingga mempengaruhi daya terima makan.

Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,009 yang

berarti terdapat hubungan antara keempukan makanan makanan dengan sisa makanan

pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang .Variabel cita rasa makanan dengan variabel

keempukan makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 0,318 sehingga dapat

disimpulkan bahwa cita rasa makanan dengan keempukan makanan dapat diterima

akan berpeluang 0,318 kali membuat sisa makanan sedikit (≤20%) dibandingkan cita

rasa makanan dengan keempukan makanan yang kurang dapat diterima. Hasil

penelitian yang sejalan diungkapkan Aula (2011) menunjukkan bahwa makanan

dengan tingkat keempukan makanan yang tidak sesuai akan memicu terjadinya sisa

makanan yang semakin besar .

Hasil penelitian Ratna (2009) menunjukkan bahwa penerimaan pasien

terhadap keempukan makanan berdampak kepada terjadinya sisa makanan di RS

Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta. Keempukan makanan baik makanan

pokok, sayur, lauk hewani dan lauk nabati yang menurut pasien dapat diterima

membuat pasien mengkonsumsi makanan dan menyisakan makanan yang sedikit .

Menurut Kemenkes (2013) bahwa makanan yang siap dimakan dan

berkualitas memiliki cita rasa keempukan yang dapat diterima, makanan yang tidak

terlalu lembek atau terlalu keras . Makanan yang tidak memiliki keempukan yang

dapat diterima dapat terjadi karena terjadi kesalahan dalam pengolahan bahan

makanan sehingga struktur makanan menjadi terlalu lembek atau terlalu keras selain

Universitas Sumatera Utara


itu cara memasak menjadi faktor penting dalam menjaga keempukan makanan.

Makanan memiliki keempukan yang baik akan mudah dikunyah dengan sempurna

sehingga akan mengalami penerimaan yang baik dari pasien.

Keempukan makanan menjadi permasalahan tersendiri di RSUD Deli Serdang

yaitu keempukan makanan lauk hewani dan lauh nabati. Pasien RSUD Deli Serdang

menyatakan beberapa masakan yang disajikan memiliki keempukan makanan yang

kurang dapat diterima, hal ini disebabkan masakan yang diberikan terlalu keras dan

terdapat juga yang terlalu lembek sehingga menganggu rasa dalam bentuk

keempukan bagi pasien RSUD Deli Serdang.

Pasien RSUD Deli Serdang akan mencoba sedikit keempukan dari lauk yang

diberikan dan jika menurut mereka keempukan itu terlalu berlebihan atau terlalu

sedikit maka pasien akan meninggalkan makanan yang diberikan terutama keluhan

untuk ikan yang terlalu keras dan sayur yang terlalu keras untuk dikonsumsi.

Makanan RSUD Deli Serdang yang empuk akan menjadi makanan yang disenangi

oleh pasien RSUD Deli Serdang dan mudah dicerna, makanan empuk akan

memudahkan pasien RSUD Deli Serdang dalam mengunyah makan dan juga usus

dapat mencerna dengan mudah .

5.7 Pengaruh Kematangan Makanan terhadap Sisa Makanan

Tingkat kematangan merupakan mentah atau matangnya hasil pemasakan

pada setiap jenis bahan makanan yang dimasak dan makanan akan mempunyai

tingkat kematangan sendiri – sendiri. Tingkat kematangan suatu makanan itu tentu

Universitas Sumatera Utara


saja akan mempengaruhi cita rasa makanan.Tingkat kematangan makanan dalam

masakan belum mendapat perhatian karena umumnya masakan Indonesia harus

dimasak sampai masak benar.

Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,001 yang

berarti terdapat hubungan antara kematangan makanan dengan sisa makanan pasien

rawat inap di RSUD Deli Serdang. Variabel cita rasa makanan dengan variabel

kematangan makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 3,111 sehingga dapat

disimpulkan bahwa cita rasa makanan dengan kematangan makanan yang dapat

diterima akan berpeluang 3,111 kali membuat sisa makanan sedikit ≤20%)
(

dibandingkan cita rasa makanan dengan kematangan makanan yang kurang dapat

diterima.

Hasil penelitian lainnya diungkapkan Wirasamadi (2015) bahwa tingkat

kematangan makanan yang kurang baik sehingga berdampak kepada terjadinya sisa

makanan pada 16,6% pasien di RS Sanglah Denpasar. Hasil penelitian yang tidak

jauh berbeda diungkapkan Renaningtyas (2004) bahwa meningkatnya daya terima

atau menurunnya sisa makanan dikarenakan adanya variasi rasa makanan yang salah

satunya yaitu kematangan makanan. Hasil penelitian Irawati (2013) menunjukkan

bahwa kematangan makanan akan berdampak kepada sisa makanan pasien RS Santa

Clara Kota Madiun.

Setiap hidangan memiliki tingkat kematangan yang berbeda-beda. hal ini

dapat diketahui dengan mencicipinya terlebih dahulu namun sering sekali tingkat

kematangan yang dicicipi tidak menyeluruh sehingga terdapat makanan yang

Universitas Sumatera Utara


memiliki tingkat kematangan yang berbeda-beda. Tingkat kematangan berkaitan

dengan cara dan waktu pemasakan yang dilakukan. Untuk bahan makanan daging

memiliki waktu pemasakan yang lebih lama dibandingkan dengan bahan makanan

nabati dan sayuran namun kematangan yang disukai orang juga akan berbeda antara

kematangan bahan makanan daging dengan kematangan makanan nabati dan sayuran.

Pasien RSUD Deli Serdang mengeluhkan terdapat makanan yang mengalami

kematangan yang kurang sehingga ketika di konsumsi tekstur makanan ketika

dikunyah menjadi tidak enak. Buah menjadi makanan yang memiliki tingkat

kematangan yang kurang baik, terdapat pula buah yang disajikan terlalu matang

seperti buah pisang sehingga ketika dikonsumsi sudah sangat lembek dan membuat

pasien menyisakan buah tersebut.

Kurang matangnya makanan sering terjadi permasalahan pada hidangan sayur.

Kematangan makanan dari sayur dapat dilihat dari penampilannya sayur yang

disajikan terlalu matang sehingga warna yang dihasilkan tidak segar dan teksturnya

menjadi lembek. Sebaiknya proses pengolahan makanan seperti sayur tidak terlalu

lama dan tidak terlalu banyak agar cita rasa yang dihasilkan menjadi baik dan tidak

berubah.

Rasa makanan ditentukan oleh rangsangan terhadap indera yang dimiliki

manusia seperti indera penciuman dan indera pengecap. Indera pengecap akan

merasakan kematangan makanan, masakan dengan tingkat kematangan yang tepat

lebih dinikmati daripada masakan yang terlalu matang. Untuk makanan yang tidak

matang akan membuat tekstur makanan tersebut menjadi keras sehingga konsumen

Universitas Sumatera Utara


akan mengalami kesulitan dalam mengunyah makanan tersebut, terdapat pula

beberapa makanan yang tingkat kematangannya tidak memiliki ukuran yang jelas

karena setiap orang memiliki selera berbeda untuk kematangan makanan ini seperti

tingkat kematangan steak namun untuk makanan lainnya biasanya mayoritas orang

akan menyukai makanan yang matang seperti sayur-sayuran dan ikan.

5.8 Pengaruh Suhu Makanan terhadap Sisa Makanan

Temperatur makanan waktu disajikan memegang peranan penting dalam

penentuan cita rasa makanan. Namun makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin akan

sangat mengurangi sensivitas sarang pengecap terhadap rasa makanan. Temperatur

makanan waktu disajikan mempunyai peranan dalam penentuan cita rasa makanan. Namun

makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin sangat mempengaruhi sensitifitas saraf

pengecap terhadap rasa makanan sehingga dapat mengurangi selera untuk memakannya

(Moehyi, 1992).

Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p<0,001 yang berarti

terdapat hubungan antara kematangan makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap di

RSUD Deli Serdang. Variabel cita rasa makanan dengan variabel suhu makanan diperoleh

nilai Exp (B) sebesar 3,724 sehingga dapat disimpulkan bahwa cita rasa makanan dengan

suhu yang dapat diterima akan berpeluang 3,724 kali membuat sisa makanan sedikit

(≤20%) dibandingkan cita rasa makanan dengan suhu yang kurang dapat diterima.

Hasil penelitian tidak jauh berbeda diungkapkan Aula (2011) yang menunjukkan

bahwa rata-rata responden yang memiliki sisa makanan banyak disebabkan suhu makanan

Universitas Sumatera Utara


yang tidak dapat mereka terima. Hasil penelitian Sumiati (2008) yang menunjukkan bahwa

terdapat sisa makanan 20% di RSU RA Kartini Jepara, hal ini tidak terlepas dari suhu

makanan yang tidak terjaga dengan baik . Hasil penelitian Fadillah (2013) memperlihatkan

bahwa terdapat sisa makan yang tinggi pada saat makan dengan jenis hidangan nasi dan

ikan yang tersisa disebabkan pasien tidak selera mengkonsumsi makanan dengan suhu

yang sudah dingin

Suhu (temperatur) makanan waktu disajikan memegang peranan penentuan cita

rasa makanan. Suhu makanan dapat mempengaruhi daya terima seseorang terhadap

makanan yang disajikan dan menyebabkan sisa makanan. Ketidakpuasan konsumen

terhadap temperatur makanan akan membuat terjadi peningkatan sisa makanan. Untuk

menjaga suhu makanan tetap hangat, tentunya harus difasilitasi dengan kereta makanan

yang dilengkapi alat pemanas, sementara alat ini belum tersedia kereta makanan dengan

suhu pemanas di Rumah Sakit Umum Deli Serdang.

Terdapat pula pasien di RSUD Deli Serdang yang lebih menyukai makanan yang

dihidangkan harus dengan suhu hangat sehingga jika nasi dan sayuran yang dihidangkan

tidak dalam keadaan hangat maka pasien cenderung tidak mau mengkonsumsi atau pasien

akan menyuruh anggota keluarga untuk membeli makanan diluar yang dalam keadaan

suhu hangat. Terjadinya suhu makanan yang tidak disukai oleh pasien disebabkan tenaga

kesehatan terlalu cepat menghidangkan makanan kepada pasien sehingga ketika pasien

ingin mengkonsumsi makanan ternyata makanan yang diberikan sudah tidak hangat,

padahal suhu makanan memegang peranan penting dalam penentuan cita rasa makanan.

Universitas Sumatera Utara


Pasien sebenarnya tidak akan terlalu mempermasalahkan suhu bila selera

makannya sudah bisa ditimbulkan melalui rangsangan panca indera mata yaitu penyajian

yang menarik, aroma yang sedap serta bentuk makanan yang menarik. Selera makan

pasien akan semakin berkurang jika mereka merasakan makanan yang dihidangkan sudah

terlalu dingin yang membuat nafsu makan pasien akan hilang sehingga membuat pasien

tidak mau mengkonsumsi makanan yang dihidangkan.

Suhu makanan di RSUD Deli Serdang akan baik jika ada manajemen waktu yang

baik di instalasi gizi RSUD Deli Serdang. Proses pengolahan makanan mulai dari bahan

mentah, memasak makanan, hingga distribusi makanan seharusnya memperhatikan suhu

makanan yang disajikan.

Pembagian waktu makanan yang tepat dengan jam makan pasien serta jarak waktu

yang sesuai antara makan pagi, siang dan malam hari dapat mempengaruhi habis tidaknya

makanan yang disajikan dan mempengaruhi suhu makanan yang akan disajikan. Jadwal

pemberian makan yang tidak teratur akan membuat makanan yang sudah siap akan

mengalami waktu penungguan sehingga pada saat makanan akan disajikan ke pasien,

makanan menjadi tidak menarik karena mengalami perubahan dalam suhu makanan yang

sudah tidak hangat. Kekurangan ketersediaan tenaga di Instalasi Gizi RSUD Deli Sedang

menjadi permasalahan sehingga membuat jadwal pemberian makan tidak teratur sehingga

suhu makanan tidak terjaga dan pasien mendapatkan makanan yang sudah dalam keadaan

dingin. Kepemilikan troli atau lemari penghangat menjadi suatu hal yang sangat penting

dalam menjaga suhu makanan agar tetap hangat ketika dilakukan pendistribusian makanan.

Universitas Sumatera Utara


Evaluasi cita rasa makanan harus dilakukan terkait dengan suhu makanan di RSUD

Deli Serdang. Petugas RSUD Deli Serdang sebaiknya memberikan angket kepada pasien

mengenai suhu makanan yang disajikan untuk mengetahui suhu yang diinginkan pasien,

serta menanggapi masukan dan kritikan dari pasien mengenai suhu makanan yang

disajikan.

Universitas Sumatera Utara


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Pasien di Rumah Sakit Umum Deli Serdang menyatakan penyajian makanan di

Rumah Sakit Umum Deli Serdang dalam kategori cukup menarik yaitu sebanyak

(52,1%) dan penyajian makanan dalam kategori cukup menarik sebanyak (47,9%).

Rasa makanan dalam kategori cukup enak sebanyak (62,5%) dan rasa makanan

dalam kategori enak yaitu sebanyak (37,5%).

2. Sisa makanan di Rumah Sakit Umum Deli Serdang sebahagian besar dalam

kategori sisa banyak (>20%) yaitu sebanyak (52,1%) sedangkan sisa makanan

pasien dalam kategori sedikit (≤20%) sebanyak (47,9%).

3. Penyajian makanan ( warna makanan, bentuk makanan dan tempat penyajian)

berpengaruh terhadap sisa makanan.

4. Rasa makanan ( aroma makanan, tekstur makanan keempukan makanan,

kematangan makanan, suhu makanan) berpengaruh terhadap sisa makanan.

5. Variabel penyajian makanan dengan tempat penyajian makanan memiliki nilai

Exp (B) sebesar 4,503 sehingga dapat disimpulkan bahwa penyajian makanan

dengan tempat penyajian makanan yang menarik akan berpeluang 4,503 kali

membuat sisa makanan sedikit ≤20%)


( dibandingkan tempat penyajian makanan

dengan kategori kurang menarik.

Universitas Sumatera Utara


6. Variabel cita rasa makanan dengan variabel suhu makanan diperoleh nilai Exp (B)

sebesar 3,724 sehingga dapat disimpulkan bahwa cita rasa makanan dengan suhu

yang dapat diterima akan berpeluang 3,724 kali membuat sisa makanan sedikit

(≤20%) dibandingkan cita rasa makanan dengan suhu yang kurang dapat diterima.

6.2. Saran

1. Diharapkan kepada Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Deli Serdang dapat

meningkatkan mutu dan cita rasa makanan dengan memberikan pelatihan dan studi

banding agar tenaga pengolah makanan dapat menghasilkan makanan yang

mempunyai cita rasa yang tinggi, sehingga sisa makanan dapat dihindari

seminimal mungkin.

2. Ahli gizi Rumah Sakit Umum Deli Serdang lebih memperhatikan cara penyajian

yang meliputi warna makanan, bentuk hidangan dan tempat penyajian sehingga

makanan disajikan akan tampil lebih menarik,

3. Diharapkan kepada ahli gizi Rumah Sakit Umum Deli Serdang untuk melakukan

evaluasi secara periodik dengan cara memberikan angket kepada pasien mengenai

penyajian dan cita rasa makanan yang disajikan untuk mengetahui menu yang

disukai dan menu yang tidak disukai pasien, serta menanggapi masukan dan

kritikan dari pasien mengenai makanan yang disajikan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adlisman (1996) Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Sisa Makanan Biasa Pada


Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tingkat II DR A.K. Gani
palembang.Tesis. Undip Semarang.

Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun diet. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Anwar, Irfanny. 2012. Evaluasi Sistem Penyelenggaraan Makanan Lunak dan

Analisis Sisa Makanan Lunak di Beberapa Rumah Sakit di DKI Jakarta, Tahun 2011.
Jurnal Gizi Indon 2012, 35(2):97-108. Poltekkes Kemenkes JakartaII.

Aristi Della. 2010. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan sisa makanan pada
pasien pasca melahirkan di RSU Kabupaten Tangerang. UIN Jakarta.

Aritonang, I. 2009. Manajemen Penyelenggaraan Makanan&Asuhan Gizi.CEBios.


Yogyakarta.

Asih, Nofitry. 2009. Hubungan Penilaian Cita Rasa Makanan Dan Reaksi Obat
Dengan Daya Terima Makanan Lunak Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di
RSUP. Dr Hasan Sadikin Bandung. Karya Tulis Ilmiah Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Bandung

Aula, Lisa. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Sisa


Makanan Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Haji Jakarta Tahun
2011. Univ Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Barker, A. Lisa, Gout Belinda S. , and Crowe Timothy C. 2011. Hospital


Malnutrition : Prevalence, Identification and Impact on Patients and the
Health Care System. www.mdpi.com/journal.ijerph diakses tanggal 10
Maret 2016..

Berdhika Dian. 2012. Hubungan Penampilan Makanan dan Faktor Lainnya dengan
Sisa Makanan Biasa Pasien Kelas III Seruni RS Puri Cinere Depok.
EsaUnggul.

Barton, A.D, Beigg CL, Macdonald IA, Allison SP, 2000. High Food Wastage and
Low Nutritional intakes in Hospital Patients. Clinical Nutrition Journal

Universitas Sumatera Utara


Budiarti Sri (2009). Hubungan pengetahuan gizi dan persepsi pasien tentang makanan
dengan sisa makanan di RSUD kota Salatiga Jawa Tengah. UNDIP
Semarang.

Chanzul, Rizadi. 2002. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Sisa


Makanan Pasien Rawat Inap (Studi Kasus Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Islam Samarinda. Undip Semarang.

Depkes RI, 2007. Pedoman Penyelenggaraan Makanan Rumah Sakit. Direktorat


Jenderal Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.

__________. 2007. Skrining Malnutrisi Pada Anak yang Dirawat di Rumah Sakit.
Jakarta : Depkes RI.
__________, 2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI

Djamaluddin, M, Endy P dan Ira P .2005. Analisis Zat Gizi dan Biaya Sisa Makanan
pada Pasien dengan Makanan Biasa. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.

Ellizabet, Lisa. 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya sisa


makanan pada pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Haji Jakarta.UIN
Jakarta.

Fadilah, Oktaviani. 2013. Sisa Makanan, Kontribusi Zat Gizi dan Biaya Makan
Pasien Rawat Inap Di RSUD Salatiga. Univ Muhammadiyah Surakarta.

Hartono, A .2000. Asuhan Nutrisi Rumah Sakit. Yogyakarta : Penerbit Buku


Kedokteran.

Hadiyati, Fauzatun. 2015. Hubungan Penampilan Makanan, Rasa Makanan, dan Mual
Muntah Pasca Kemoterapi Dengan Sisa Makanan pasien Kanker Anak
Umur 6-18 Tahun di Rumah Sakit Kanker Dharmais Tahun 2015.
Universitas Esa Unggul.

Irawati, 2010. Analisis Zat Gizi dan Biaya Sisa Makanan Pasien Skizofrenia Rawat
Inap di Rumah Sakit Jiwa Madani Palu. Jurnal Gizi Klinik Indonesia
6(3): 123-131.

Irawati, Suci. 2013. Perbedaan Tingkat Kesukaan Sebelum Dan Sesudah


Pengembangan Resep Lauk Nabati (Tempe) Di Rumah Sakit Santa Clara
Kota Madiun. Jurnal Vol 8 No 1 tahun 2013 Medical Respati. Univ
Respati Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


Juariah, Juju. 2007. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Sisa Makanan Biasa Pada
Pasien Kelas III Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah DR.Soedarso
Pontianak. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.

Kasmin, Fitrya. 2007. Analisis Kualitas Menu atau Hidangan, Penyajian Makanan
dan Status Gizi Pasien Ruang Interna dan Ruang Bedah di RSUD Jember.
Universitas Jember. .

Kemenkes, 2013. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Kementerian Kesehatan RI


2013. Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

_________, 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 78


Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta.

Lipoeto, N.I.Megasari, dan A.E.Putra. 2006. Malnutrisi dan Asupan Kalori Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit. Majalah Kedokteran Indonesia : vol. 56.
No.11: 3.
Mujiwarni, Endah. 2013. Faktor-Faktor Eksternal Yang Berhubungan Dengan Sisa
Makanan Biasa Pasien Bangsal Rawat Inap RSUD Salatiga. UMS
Surakarta.

Munawar, A. 2011. "Hubungan Makanan, Rasa Makanan dan Faktor Lainnya Dengan
Sisa Makanan (Lunak) Pasien Kelas 3 di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung" (tesis). Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan
Masyarakat.

Moehji, S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta :


Bharata.

National Health Service (NHS).2005. Managing Food Waste in the NHS.


Department of Health. NHS Estates.

Nuryanti, Puji, Margo Utomo dan Mifbakhuddin. 2008. Hubungan antara Waktu
Penyajian, Penampilan dan Rasa Makanan dengan Sisa Makanan
padaPasien Rawat Inap Dewasa di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang.
Universitas Muhammadiyah Semarang.

Pakpahan, Tiurma H. 2002. Pengaruh alat penyajian disposable terhadap sisa


makanan pasien di ruang rawat inap RSUP. Dr. Kariadi Semarang. Tesis.
UGM Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara


Putri, Anggun Cempaka. 2011. Hubungan Antara Cita Rasa Makanan Dengan Daya
Terima Makan Siang Yang Disajikan Di Pusat Pendidikan Artileri Medan
Cimahi Tahun 2011. Universitas Mercu Buana.

Puspita, Devi Karina dan Sri Ratna R. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Perilaku Menyisakan Makanan Pasien Diet Diabetes Mellitus.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (2011) 6: 120-6.

Ratna, Maya 2009..Evaluasi Manajemen Penyelenggaraan Makanan Institusi Di


Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta . UMS Surakarta.

Renangtyas, Dewi. 2004. Pengaruh Penggunaan Modifikasi Standar Resep Lauk


Nabati Tempe terhadap Daya Terima dan Persepsi Pasien Rawat Inap.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol.1. no.1.

Sari, Dian Berdhika. 2012. Hubungan Penampilan Makanan dengan Faktor Lainnya
dengan Sisa Makanan Pasien Kelas 3 Seruni RS Puri Cinere Depok Bulan
April-Mei Tahun 2012. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sembiring, Elsa. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Adanya Sisa


Makanan Biasa Pada Pasien Rawat Inap Di Kelas III RSUD Pirngadi
Medan. USU. Medan.

Soegeng, Santoso. 2004. Kesehatan & Gizi. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Sumiyati. 2008. Sisa Makanan Pasien Dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi
Sisa Makanan Pasien Di Ruang Anggrek RSU Ra Kartini Jepara.
Universitas Muhammadiyah Semarang.

Williams Peter dan Karen Walton. 2011, Plate Waste in Hospitals and Strategies for
Change, Journal of Clinical Nutrition and Metabolism, vol. 6, no, 6, pp.
235-241. Dari : http:// www.elsevier.com/locate/clnu. [8 Maret 2016].

Wirasamadi, Nuluh P. 2015. Analisis Jumlah, Biaya dan Faktor Penentu Terjadinya
Sisa Makanan Pasien Rawat Inap di RSUP Sanglah Denpasar. Tesis.
Udayana Denpasar.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

FORM OBSERVASI

PENGARUH PENYAJIAN DAN CITA RASA MAKANAN TERHADAP


SISA MAKANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH DELI SERDANG TAHUN 2016
I. Identitas
No Responden :
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Lama Rawat :
Riwayat Penyakit :
Tanggal Wawancara :
Ruang/ lokasi makan :

II. Penampilan Makanan


Keterangan :
P : Menu Pagi
S : Menu Siang
M : Menu Malam/Sore

Nilai :
− Jika Bapak/ Ibu melihat penyajian makanan kurang menarik berikan nilai 1
− Jika Bapak/ Ibu melihat penyajian makanan cukup menarik berikan nilai 2
− Jika Bapak/ Ibu melihat penyajian makanan menarik berikan nilai 3

Aspek Penilaian Kelompok Makanan


(Penyajian
Makanan) Makanan Lauk Lauk Sayur Buah
Pokok Hewani Nabati
P S M P S M P S M P S M P S M
Warna Makanan
Bentuk Makanan
Tempat Penyajian
Komentar

Universitas Sumatera Utara


III. Cita Rasa Makanan
Keterangan :
P : Menu Pagi
S : Menu Siang
M : Menu Malam/Sore

Nilai :
− Jika Bapak/ Ibu merasa makanan kurang enak berikan nilai 1
− Jika Bapak/ Ibu merasa makanan cukup enak berikan nilai 2
− Jika Bapak/ Ibu merasa makanan enak berikan nilai 3
.

Aspek Penilaian Kelompok Makanan


(Rasa Makanan)
Makanan Lauk Lauk Sayur Buah
Pokok Hewani Nabati
P S M P S M P S M P S M P S M
Aroma Makanan
Tekstur Makanan
Keempukan
Makanan
Tingkat Kematangan
Suhu Makanan
Komentar

Universitas Sumatera Utara


Lembar Penilaian Sisa Makanan
No Responden :
Nama :
Usia :
Ruangan :
Diagnosa Penyakit :

Jenis Makanan Porsi makanan Sisa Makanan (gr)


Makanan Pokok
Lauk Hewani
Makan Lauk Nabati
Pagi Sayur
Buah

Makanan Pokok
Lauk Hewani
Makan Lauk Nabati
Siang Sayur
Buah

Makanan Pokok
Lauk Hewani
Makan Lauk Nabati
Malam Sayur
Buah

% Sisa Makanan = Total Sisa Makanan/ Standar Porsi x 100 % =

Banyak = >20% Sisa Makanan


Sedikit = ≤20% Sisa Makanan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2
Master Data
Kategori Skor t Kategori Jumlah Kategori
Umur Sex Warna Bentuk Tempat Penyajian Penyajian Aroma Tekstur Empuk Matang Suhu Rasa Rasa sisa sisa
3 1 40 37 36 113 3 33 35 40 38 38 184 3 10 2
2 2 27 38 28 93 2 29 25 35 30 33 152 2 30 1
2 2 36 37 38 111 3 36 37 35 41 38 187 3 13 2
2 1 22 30 32 84 2 31 36 33 32 30 162 2 25 1
2 2 31 33 32 96 2 34 36 31 34 35 170 2 25 1
1 1 24 38 29 91 2 38 40 36 37 35 186 3 10 2
2 2 30 31 28 89 2 36 38 38 35 36 183 3 32 1
3 1 39 29 29 97 2 33 28 32 31 35 159 2 15 2
2 1 40 38 35 113 3 29 28 32 30 33 152 2 35 1
2 1 40 30 41 111 3 33 43 34 39 34 183 3 30 1
2 2 38 36 37 111 3 39 39 36 34 38 186 3 11 2
3 1 38 31 29 98 2 31 23 35 32 32 153 2 35 1
2 1 27 29 31 87 2 32 37 35 39 33 176 2 10 2
1 2 38 37 37 112 3 33 31 40 33 38 175 2 12 1
2 1 23 28 37 88 2 33 32 38 30 35 168 2 12 1
2 1 24 31 30 85 2 32 39 35 35 33 174 2 16 1
2 2 36 36 39 111 3 34 33 39 38 39 183 3 15 2
2 2 34 41 35 110 3 34 34 36 41 37 182 3 12 2
2 1 27 28 30 85 2 36 34 37 35 35 177 2 25 1
1 1 23 24 25 72 2 30 30 34 37 35 166 2 28 1
2 2 31 30 30 91 2 31 33 36 33 34 167 2 35 1
2 1 35 42 35 112 3 33 34 33 33 35 168 2 10 2

Universitas Sumatera Utara


2
2 2 35 37 38 110 3 37 37 33 33 33 173 15 2
1 2 41 39 33 113 3 34 39 38 37 36 184 3 17 2
1 2 23 25 40 88 2 32 38 32 33 28 163 2 32 1
2 1 32 31 28 91 2 37 33 35 41 40 186 3 33 1
2 1 39 38 33 110 3 41 40 38 34 32 185 3 15 2
1 2 40 40 32 112 3 31 30 42 39 38 180 2 33 1
2 2 35 39 38 112 3 30 30 35 31 32 158 2 35 1
2 2 34 40 41 115 3 28 37 34 37 38 174 2 15 2
2 2 38 37 36 111 3 33 29 36 32 33 163 2 31 1
1 1 37 41 33 111 3 31 29 33 33 31 157 2 12 2
2 1 41 42 31 114 3 25 28 33 33 36 155 2 10 2
2 1 33 32 39 104 2 37 30 32 35 27 161 2 35 1
2 2 35 29 39 103 2 32 30 32 25 33 152 2 28 1
1 1 25 28 33 86 2 33 30 35 31 31 160 2 31 1
2 1 31 32 31 94 2 35 39 33 39 38 184 3 15 2
2 2 37 36 38 111 3 41 36 36 36 36 185 3 15 2
2 2 41 34 41 116 3 40 40 35 31 37 183 3 28 1
2 1 27 29 29 85 2 35 40 37 34 37 183 3 28 1
1 2 38 37 40 115 3 29 29 31 33 35 157 2 10 2
2 1 23 27 31 81 2 31 28 35 37 34 165 2 16 2
2 1 24 31 32 87 2 40 39 35 37 33 184 3 10 2
2 2 30 30 30 90 2 33 38 28 31 37 167 2 28 1
2 2 38 28 25 91 2 33 37 31 28 27 156 2 27 1
2 1 33 31 33 97 2 36 26 34 29 27 152 2 15 2
1 1 38 36 36 110 3 38 39 33 35 37 182 3 14 2
3 1 38 41 35 114 3 37 39 33 37 37 183 3 10 2

Universitas Sumatera Utara


Keterangan
Untuk Penyajian Untuk Cita Rasa

1= Kurang Menarik 1= Kurang Enak


2=Cukup Menarik 2= Cukup Enak
3= Menarik 3= Enak

Sisa Makanan

1= Banyak Sisa Makanan > 20%


2= Sedikit Sisa Makanan ≤ 20%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3
Output Penelitian
Kategori penyajian
Frequency Percent
Valid cukup menarik 25 52.1
menarik 23 47.9
Total 48 100.0

Kategori rasa makanan


Frequency Percent
Valid Kurang Enak 30 62.5
Enak 18 37.5
Total 48 100.0

Sisa Kategori
Frequency Percent
Valid > 20% ( banyak) 25 52.1
≤25% ( sedikit) 23 47.9
Total 48 100.0

Universitas Sumatera Utara


Analisis Bivariat

Warna Makanan Sisa Makanan Total


(Penyajian Makanan) Banyak (>20%) Sedikit(≤20%)
n % n % n %
Kurang Menarik 14 29,2 6 12,5 20 41,7
Cukup Menarik 10 20,8 8 16,7 18 37,5
Menarik 1 2,1 9 18,8 10 20,8
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Bentuk Makanan Sisa Makanan Total


(Penyajian Makanan) Banyak (>20%) Sedikit(≤20%)
n % n % N %
Kurang Menarik 8 16,7 3 6,3 11 22,9
Cukup Menarik 15 31,3 12 25 27 56,3
Menarik 2 4,2 8 16,7 10 20,8
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Tempat Makanan Sisa Makanan Total


(Penyajian Makanan) Banyak (>20%) Sedikit(≤20%)
n % n % N %
Kurang Menarik 11 22,9 2 4,2 13 27,1
Cukup Menarik 11 22,9 13 27,1 24 50
Menarik 3 6,3 8 16,7 11 22,9
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Penyajian Makanan Sisa Makanan Total


Banyak (>20%) Sedikit(≤20%)
n % n % n %
Cukup Menarik 18 72 7 28 25 100
Menarik 7 30,4 16 69,6 23 100
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Aroma Makanan Sisa Makanan Total


(Cita Rasa Makanan) Banyak (>20%) Sedikit(≤20%)
n % n % N %
Kurang enak 8 16,7 2 4,2 10 20,8
Cukup enak 15 31,3 9 18,8 24 50
Enak 2 4,2 12 25 14 29,2
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Universitas Sumatera Utara


Tekstur Makanan Sisa Makanan Total
(Cita Rasa Makanan) Banyak (>20%) Sedikit(≤20%)
n % n % N %
Kurang enak 9 18,8 1 2,1 10 20,8
Cukup enak 12 25 14 29,2 26 54,2
Enak 4 8,3 8 16,7 12 25
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Keempukan Makanan Sisa Makanan Total


(Cita Rasa Makanan) Banyak (>20%) Sedikit (≤25%)
n % n % N %
Kurang enak 7 14,6 2 4,2 9 18,8
Cukup enak 15 31,3 13 27,1 28 58,3
Enak 3 6,3 8 16,7 11 22,9
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Kematangan Makanan Sisa Makanan Total


(Cita Rasa Makanan) Banyak (>20%) Sedikit (≤25%)
n % n % N %
Kurang enak 5 10,4 2 4,2 7 14,6
Cukup enak 18 37,5 8 16,7 26 54,2
Enak 2 4,2 13 27,1 15 31,3
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Suhu Makanan Sisa Makanan Total


(Cita Rasa Makanan) Banyak (>20%) Sedikit (≤25%)
n % n % N %
Kurang enak 6 12,5 1 2,1 7 14,6
Cukup enak 15 31,3 6 12,5 21 43,8
Enak 4 8,3 16 33,3 20 41,7
Jumlah 25 52,1 23 47,9 48 100

Universitas Sumatera Utara


Analisis Multivariat
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.083 .289 .083 1 .773 .920

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables Kat_penyaji 8.293 1 .004
Kat_rasa 6.817 1 .009
Overall Statistics 11.730 2 .003

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients


Chi-square df Sig.
Step 1 Step 12.607 2 .002
Block 12.607 2 .002
Model 12.607 2 .002

Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 53.852a .231 .308
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates
changed by less than .001.

Classification Tablea
Predicted
Sisa Kategori
Observed > 20% ( banyak) ≤ 20% ( sedikit) Percentage Correct
Step 1 Sisa Kategori > 20% ( banyak) 15 10 60.0
≤ 20% ( sedikit) 4 19 82.6
Overall Percentage 70.8
a. The cut value is .500

Universitas Sumatera Utara


Variabel Sig. 95% CI
Exp(B) S.E. Lower Upper
Warna makanan 1.443 3.766 0.292 .289 62.128
Bentuk Makanan 4.283 1.370 0.169 .163 32206
Tempat penyajian 4.503 3.111 0.046 1.075 7591
Aroma Makanan 1.914 2.261 0.342 .131 350.151
Tekstur Makanan .604 2.013 0.65 .135 24.869
Keeempukan Makanan .318 1.332 0.865 .035 53.364
Kematangan Makanan 3.111 1.867 0.133 .387 1298.
Suhu Makanan 3.724 2.071 0.057 .899 1907
Constant -41.447 1.954 0.033 3.270 79.624

Correlation Matrix
Constant Kat_penyaji Kat_rasa
Step 1 Constant 1.000 -.681 -.673
Kat_penyaji -.681 1.000 -.063
Kat_rasa -.673 -.063 1.000

Foto Dokumentasi

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai