2016
Velita A, Sri
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/726
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGARUH PENYAJIAN DAN CITA RASA MAKANAN TERHADAP SISA
MAKANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
DELI SERDANG TAHUN 2016
TESIS
Oleh
SRI VELITA A
147032093/IKM
THESIS
By
SRI VELITA A
147032093/IKM
TESIS
Oleh
SRI VELITA A
147032093/IKM
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Sri Velita A
147032093 / IKM
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis
ini dengan judul “Pengaruh Penyajian Dan Cita Rasa Makanan Terhadap Sisa
Utara.
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M. Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara dan Ketua Program Studi S2 yang telah memberikan
Sumatera Utara.
3. Prof. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si , selaku dosen pembimbing I dan
4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Si, selaku dosen penguji I serta . Dra. Jumirah, Apth,
M. Kes selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan arahan dan
5. Seluruh dosen dan staf di lingkungan Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat
Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat
6. Bupati Deli Serdang yang telah memberikan izin dan mendukung penulis dalam
7. Kepala Instalasi Gizi yang telah mendukung saya dan banyak memberikan
saya Deandana Anri Simatupang, Oryssa Tivana Anri dan Widya Yuntri Anri
untuk cinta, doa, kasih sayang dan dukungannya yang tak tergantikan yang
pendidikan .
penulis terima selama ini. Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan rahmat-Nya
itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
tesis ini dengan penuh harapan, semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak.
Sri Velita A
147032093 / IKM
Sri velita.A dilahirkan pada tanggal 15 april 1969 di Kota Pariaman Provinsi
Sumatera Barat. Anak ke tiga dari tujuh bersaudara, dari pasangan ayahanda Asril
Salim dan ibunda Hj.Gulhanis. Saat ini penulis bertempat tinggal di Jln.Thamrin
Universitas Negeri Medan. Tahun 2014 penulis mengikuti pendidikan lanjutan pada
Penulis diterima sebagai pegawai negeri sipil pada tahun 1991 dan di
tugaskan di Provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 1996 pindah tugas ke Sumatera
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi
No Judul Halaman
4.5. Distribusi Penilaian Rasa Makanan Menurut Waktu Makan Pasien ........... 65
4.6. Distribusi Penilaian Rasa Makanan Pasien Berdasarkan Aspek Rasa ........ 66
No Judul Halaman
No Judul Halaman
PENDAHULUAN
Masalah gizi di rumah sakit akan berkaitan dengan kondisi perorangan yang
(nutrition-related disease) pada semua kelompok rentan mulai dari ibu hamil, bayi,
anak, remaja, hingga lanjut usia (Lansia), memerlukan penatalaksanaan gizi secara
khusus. Oleh karena itu dibutuhkan pelayanan gizi yang bermutu untuk mencapai dan
(Kemenkes, 2013).
Menurut Juariah (2007) bahwa salah satu faktor mempengaruhi lamanya hari
perawatan yaitu intake makanan selama dirawat, penyembuhan pasien yang dirawat
berkaitan dengan status gizi yang didapat dari makanan selama hari perawatan.
Menurut Barker (2011) bahwa data sisa makanan umumnya digunakan untuk
disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuh. Salah satu upaya untuk membantu proses penyembuhan di rumah
sakit dilakukan melalui pelayanan penunjang medis seperti pelayanan gizi. Instalasi
sanitasi yang baik pada instalasi gizi yang sesuai dengan standar kesehatan bagi
makanan sering dikaitkan dengan adanya sisa makanan yang dikonsumsi pasien. Sisa
sisa makanan merupakan salah satu indikator yang sederhana yang dapat digunakan
makanan mengakibatkan kebutuhan gizi pasien menjadi tidak adekuat dan secara
ekonomis dengan banyaknya sisa makanan maka akan membuat semakin banyak
biaya makan tidak mencapai tujuan yang optimal. Menurut Kemenkes (2013) bahwa
Hasil penelitian Irawati (2009) yang dikutip oleh Berdhika (2012) di RSJ
Madani Palu menunjukkan bahwa biaya rata-rata kerugian akibat sisa makanan. Hasil
menimbulkan kerugian biaya sisa dengan rata-rata Rp. 2.939 per orang per hari di
RSU Sanglah Denpasar. Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian
Irawati (2010) yang memperlihatkan bahwa sisa makanan membuat biaya makan
yang terbuang dalam sehari sebesar 9,97 % dari total harga makanan di Rumah Sakit
mengkonsumsi seluruh makanan yang diberikan atau menekan sisa makanannya. Sisa
makanan adalah banyaknya hidangan yang tidak dimakan yaitu terjadi karena sisa
makanan yang disajikan tidak habis dikonsumsi. Makanan yang tersisa masih sangat
sering terjadi di berbagai rumah sakit di Indonesia yang dapat dijadikan ukuran dalam
(16,2%) memiliki sisa makan >20% di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
Hal ini sejalan dengan penelitian Munawar (2011) yang dilakukan di Rumah Sakit
Dr. Hasan Sadikin Kota Bandung didapatkan bahwa sisa makanan lunak sebesar
31,2%. Hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Irawati (2010) yang
memperlihatkan bahwa sisa makanan di Rumah Sakit Jiwa Madani kota Palu sebesar
24,48% dan mendapatkan biaya makan yang terbuang dalam sehari sebesar 9,97 %
dalam diri pasien yang meliputi nafsu makan sebagai faktor utama. Menurut
Kemenkes (2013) bahwa faktor yang berpengaruh terhadap sisa makanan di rumah
sakit antara lain nafsu makan dan persepsi makan (penyajian makan dan rasa makan).
Nafsu makan biasanya dipengaruhi oleh keadaan atau kondisi. Rasa tidak senang dan
rasa takut karena adanya penyakit dapat menimbulkan rasa putus asa sehingga pasien
tidak mengkonsumsi makanan yang disajikan. Faktor lainnya seperti fisik yang
lemah, adanya gangguan saluran cerna, kebiasaan makan dan faktor sosial budaya
yang menentukan sikap dan kesukaan terhadap makanan dapat mempengaruhi pasien
berhubungan dengan terjadinya sisa makanan di RSUD Salatiga yaitu cara penyajian
bahwa terdapat banyaknya sisa makanan ≥20 % yang disebabkan oleh rasa yang tidak
enak dan penyajian makanan yang kurang baik di RSU Sanglah Denpasar. Penelitian
yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Sembiring E (2014) bahwa rasa makanan
dan penyajian makanan berhubungan dengan sisa makanan pasien rawat inap di kelas
3 RSUD Pringadi
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang adalah rumah sakit pemerintah
yang digunakan oleh masyarakat di Kabupaten Deli Serdang. Rumah Sakit Umum
Daerah Deli Serdang secara teknis berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang serta berfungsi sebagai pusat rujukan
Daerah Deli Serdang mengacu pada Peraturan Pemberian Makan Rumah Sakit
(PPMRS). Peraturan Pemberian Makan Rumah Sakit (PPMRS) sebagai salah satu
acuan dalam memberikan pelayanan gizi yang disesuaikan dengan kondisi dan
kemampuan rumah sakit. Macam menu yang ditetapkan terdiri dari menu standar
untuk kelas 1, 2, 3 dengan siklus 10 hari dan menu pilihan yang berlaku di kelas VIP.
Salah satu indikator penilaian mutu pelayanan gizi adalah tidak boleh pasien yang
gizi pada 4 bulan terakhir tahun 2015, proporsi pasien yang menyisakan makanan
Standar makanan rumah sakit di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Deli
Serdang mengikuti dari standar dalam Peraturan Pemberian Makanan Rumah Sakit
(PPMRS) tahun 2014 yang berisi tentang jumlah dan jenis bahan makanan yang
diberikan kepada pasien berdasarkan kelas perawatan, nilai gizi dan pembagian waktu
makan dalam sehari. Penyusunan makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli
makan serta anggaran makanan yang tersedia dan ditetapkan oleh Direktur Rumah
Sakit yang menjadi pedoman dalam penyelenggaraan makanan. Instalasi Gizi Rumah
Sakit Umum Deli Serdang juga menyatakan bahwa mereka tidak memiliki standar
kepada pasien. Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Deli Serdang juga belum pernah
melakukan evaluasi terkait dengan rasa makanan dan penyajian makanan yang
yang dilakukan pada 10 orang pasien yang memiliki nafsu makan yang baik, tidak
mendapatkan anjuran diet khusus dan telah memasuki masa penyembuhan. Hasil
pengamatan secara visual selama 4 hari sehingga ditemukan bahwa sebanyak 5 pasien
sekali tidak mengkonsumsi makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang
sehingga mengkonsumsi makanan dari luar baik dari warung maupun dari rumah.
pasien rawat inap menyatakanan makanan yang disajikan kurang enak karena
makanan terlalu lembek dan sebanyak 3 orang menyatakan makanan di Rumah Sakit
Umum Daerah Deli Serdang warna pucat untuk sayuran sehingga mereka tidak selera
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang menyatakan penyajian makanan dalam
bentuk warna makanan tidak seperti biasanya sehingga wajar saja mereka tidak
menghabiskan makanan. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk melihat
pengaruh rasa dan penyajian makanan terhadap sisa makanan di Rumah Sakit Umum
Deli Serdang .
yang dilakukan pada pasien yang diamati secara visual selama 4 hari, masih banyak
Untuk mengetahui pengaruh penyajian makanan dan rasa makan terhadap sisa
makanan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Tahun 2016.
2016.
1.4 Hipotesis
makanan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Tahun 2016.
1. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan informasi untuk pihak
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang dalam memecahkan masalah yang
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak Rumah Sakit
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan referensi ilmu yang
KAJIAN PUSTAKA
disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuh. Menurut Kemenkes (2013) bahwa keadaan gizi pasien sangat
penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi
pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk
perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan
adanya penyakit dan kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat
koroner, hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu
penyembuhannya.
Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau kondisi
klinis yang harus diperhatikan agar pemberiannya tidak melebihi kemampuan organ
tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan
dengan perubahan fungsi organ. Pemberian diet pasien harus dievaluasi dan
laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Hal ini sejalann dengan
Depkes (2007) bahwa upaya peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik
Citra sebuah rumah sakit di tentukan oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah sistem pelayanan kesehatan yang diberikan di rumah sakit tersebut. Pelayanan
gizi di rumah sakit merupakan bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit
makanan rumah sakit merupakan rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu,
menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai kebutuhan serta
pelayanan yang layak dan memadai bagi konsumen yang membutuhkannya. Sasaran
(dokter dan pegawai). Sesuai dengan kondisi rumah sakit dapat juga dilakukan
penyelenggaraan makan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau keluarga pasien).
Bentuk pelayanan gizi yang paling umum terdapat di rumah sakit adalah
penyalurannya kepada pasien dengan mutu, jenis dan jumlah yang sesuai dengan
tersebut adalah instalasi gizi rumah sakit. Pemberian zat gizi optimal sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan pasien juga merupakan salah satu kegiatan asuhan gizi
1. Sistem Swakelola
penyelenggaraan makanan. Dalam sistem swakelola ini, seluruh sumber daya yang
diperlukan (tenaga, dana, metoda, sarana dan prasarana) disediakan oleh pihak RS.
Pada pelaksanaannya Instalasi Gizi/Unit Gizi mengelola kegiatan gizi sesuai fungsi
manajemen yang dianut dan mengacu pada Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
perusahaan jasa boga atau catering untuk penyediaan makanan RS. Sistem
diborongkan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu diborongkan secara penuh (full
menggunakan sarana dan prasarana atau tenaga milik RS. Pada sistem diborongkan
penuh, makanan disediakan oleh pengusaha jasa boga yang ditunjuk tanpa
menggunakan sarana dan prasarana atau tenaga dari rumah sakit (Kemenkes, 2013).
sebagian, fungsi Dietisien rumah sakit adalah sebagai perencana menu, penentu
standar porsi, pemesanan makanan, penilai kualitas dan kuantitas makanan yang
prasyarat yang dimiliki jasa boga untuk golongan B termasuk Rumah Sakit yaitu
(Kemenkes, 2013) :
Ahli Gizi/Dietisien
3. Sistem Kombinasi
merupakan kombinasi dari sistem swakelola dan sistem diborongkan sebagai upaya
memaksimalkan sumber daya yang ada. Pihak rumah sakit dapat menggunakan jasa
boga/catering hanya untuk kelas VIP atau makanan karyawan, sedangkan selebihnya
yang ditetapkan pimpinan rumah sakit sebagai acuan dalam memberikan pelayanan
ketentuan macam konsumen yang dilayani, 2) kandungan gizi 3) pola menu dan
(Kemenkes, 2013):
c. Kebutuhan gizi untuk diet khusus, dan Angka Kecukupan Gizi yang mutakhir
bahan makanan (berat kotor) seorang sehari, disusun berdasarkan kecukupan gizi
pasien yang tercantum dalam Penuntun Diet dan disesuaikan dengan kebijakan rumah
a. Menetapkan kecukupan gizi atau standar gizi pasien di rumah sakit dengan
b. Terjemahkan standar gizi (1) menjadi item bahan makanan dalam berat kotor.
hidangan dalam variasi yang serasi, harmonis yang memenuhi kecukupan gizi, cita
rasa yang sesuai dengan selera konsumen/pasien, dan kebijakan institusi. Beberapa
dipasar akan berpengaruh pada macam bahan makanan yang digunakan serta
macam hidangan yang dipilih. Pada saat musim bahan makanan tertentu,
maka bahan makanan tersebut dapat digunakan dalam menu yang telah
bahan makanan adalah warna, konsistensi, rasa dan bentuk. Bahan makanan
berwarna hijau dapat dikombinasi dengan bahan makanan berwarna putih atau
f. Food habit dan Preferences, food preferences dapat diartikan sebagai pilihan
makanan yang disukai dari makanan yang ditawarkan, sedangkan food habit
dan menggunakan makanan sesuai dengan keadaan sosial dan budaya. Bahan
penggunaannya.
fasilitas fisik dan peralatan yang dibutuhkan. Namun di lain pihak macam
yang direncanakan.
Bentuk tim kerja untuk menyusun menu yang terdiri dari dietisien, kepala
ditetapkan macam menu, yaitu menu standar, menu pilihan, dan kombinasi keduanya.
makanan yang sedang berjalan. Siklus dapat dibuat untuk menu 5 hari, 7 hari, 10 hari
atau 15 hari. Kurun waktu penggunaan menu dapat diputar selama 6 bulan-1 tahun.
Pola menu yang dimaksud adalah menetapkan pola dan frekuensi macam
hidangan yang direncanakan untuk setiap waktu makan selama satu putaran menu.
Dengan penetapan pola menu dapat dikendalikan penggunaan bahan makanan sumber
setiap kali makan dengan menggunakan satuan penukar berdasarkan standar makanan
Format menu adalah susunan hidangan sesuai dengan pola menu yang telah
ditetapkan. Setiap hidangan yang terpilih dimasukkan dalam format menu sesuai
produksi, distribusi dan marketing. Bila ada ketidak setujuan oleh salah satu pihak
manajer, maka perlu diperbaiki kembali sehingga menu telah benar-benar disetujui
oleh pimpinan.
Bila menu telah disepakati, maka perlu dilakukan uji coba menu. Hasil uji
menetapkan macam, jumlah dan mutu bahan makanan yang diperlukan dalam kurun
1) Susun macam bahan makanan yang diperlukan, lalu golongkan bahan makanan
atau 1 tahun).
maka dalam 1 bulan (30 hari) berlaku 3 kali siklus. Bila 1 bulan adalah 31 har,
e) Hitung kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan untuk kurun waktu
dengan spesifikasinya.
pelayanan minimal Rumah Sakit, bahwa secara umum dapat pula dihitung secara
sederhana dengan rumus sebagai berikut (contoh menu 10 hari): Rumus kebutuhan
Bahan Makanan untuk 1 tahun: (365 hari/10) x (jumlah konsumen rata-rata x total
biaya yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi pasien dan karyawan
sebelumnya.
d) Buat pedoman berat bersih bahan makanan yang digunakan dan dikonversikan
e) Hitung indeks harga makanan per orang per hari dengan cara mengalikan
berat kotor bahan makanan yang digunakan dengan harga satuan sesuai
berlaku.
oleh unit/ Instalasi Gizi sesuai dengan ukuran, bentuk, penampilan, dan kualitas
1) Spesifikasi Tehnik
Biasanya digunakan untuk bahan yang dapat diukur secara objektif dan diukur
makanan dengan tingkat kualitas tertentu yang secara nasional sudah ada.
2) Spesifikasi Penampilan
dan jelas. Contoh: Spesifikasi Ikan tongkol adalah tanpa tulang atau fillet, berat ½ kg
/ potong, daging tidak berlendir, kenyal, bau segar tidak amis, dan tidak beku. Secara
c) Tingkat kualitas
f) Identifikasi pabrik
3) Spesifikasi Pabrik
Diaplikasikan pada kualitas barang yang telah dikeluarkan oleh suatu pabrik
dan telah diketahui oleh pembeli. Misalnya spesifikasi untuk makanan kaleng.
b. Survei Pasar
Survey pasar adalah kegiatan untuk mencari informasi mengenai harga bahan
makanan yang ada dipasaran, sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan sebagai
dasar perencanaan anggaran bahan makanan. Dari survei tersebut akan diperoleh
perkiraan harga bahan makanan yang meliputi harga terendah, harga tertinggi, harga
bertujuan untuk tersedianya daftar pesanan bahan makanan sesuai menu, waktu
4) Adanya menu dan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan selama periode
terkait dengan produk yang benar, jumlah yang tepat, waktu yang tepat dan harga
yang benar. Sistem pembelian yang sering dilakukan antara lain ( Kemenkes, 2013):
berlangsung.
terdahulu
meneliti, mencatat, memutuskan dan melaporkan tentang macam dan jumlah bahan
makanan sesuai dengan pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan, serta waktu
Kemenkes, 2013):
a) Tersedianya daftar pesanan bahan makanan berupa macam dan jumlah bahan
memelihara jumlah, kualitas, dan keamanan bahan makanan kering dan segar di
gudang bahan makanan kering dan dingin/beku. Prasyarat penyimpanan bahan makan
( Kemenkes, 2013):
1) Adanya ruang penyimpanan bahan makanan kering dan bahan makanan segar.
makanan.
bahan makanan yang siap diolah (mencuci, memotong, menyiangi, meracik, dan
jumlah pasien yang dilayani. Prasyarat persiapan bahan makanan ( Kemenkes, 2013):
bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas, dan aman
penampilan makanan
1) Merebus yaitu memasak dengan banyak air. Pada dasarnya ada 3 cara
(a) Api besar untuk mendidihkan cairan dengan cepat dan untuk merebus
sayuran.
(b) Api sedang untuk memasak santan dan berbagai masakan sayur.
(c) Api kecil untuk membuat kaldu juga dipakai untuk masakan yang
mendidih.
(b) Mengukus: memasak dengan uap air mendidih. Air pengukus tidak
minyak atau margarine untuk membuat layu atau setengah masak dan
makanan sesuai dengan jenis makanan dan jumlah porsi pasien yang dilayani.
sesuai diet dan ketentuan yang berlaku. Prasyarat distribusi makanan ( Kemenkes,
2013):
disajikan, tergantung pada jenis dan jumlah tenaga, peralatan dan perlengkapan yang
ada. Terdapat 3 (tiga) sistem distribusi makanan di rumah sakit, yaitu sistem yang
dipersiapkan ulang, dan disajikan dalam alat makan pasien sesuai dengan dietnya.
ditempatkan langsung ke dalam alat makanan pasien sejak dari tempat produksi, dan
4) Ruangan pasien terhindar dari bau masakan dan kebisingan pada waktu
pembagian makanan.
2013):
2013) :
1. Tidak memerlukan tempat yang luas, peralatan makan yang ada di dapur
kebutuhan pasien.
2013):
3) Besar porsi sukar diawasi, khususnya bagi pasien yang menjalankan diet.
Sisa makanan (waste) yaitu bahan makanan yang hilang karena tidak dapat
diolah atau tercecer. Sisa pengolahan ataupun sisa makanan yang mudah membusuk
dalam ilmu kesehatan lingkungan disebut garbage. Sisa makanan di piring (plate
waste) adalah makanan yang disajikan kepada pasien, tetapi meninggalkan sisa di
piring karena tidak habis dikonsumsi dan dinyatakan dalam persentase makanan yang
disajikan (Djamaluddin, 2005). Pada penelitian ini, sisa makanan yang dimaksud
adalah sisa makanan di piring (plate waste) karena berhubungan langsung dengan
rumah sakit.
% Sisa Makanan= (Berat sisa makanan/ berat makanan yang disajikan) x 100%
dikutip oleh Elizabet (2011) mengatakan bahwa sisa makanan dikatakan tinggi atau
banyak jika pasien meninggalkan makanan > 20% dan dalam waktu yang lama akan
menyebabkan defisiensi zat-zat gizi. Sisa makanan merupakan dampak dari sistem
pelayanan gizi di rumah sakit sehingga masalah terdapatnya sisa makanan tidak dapat
diabaikan karena bila masalah tersebut diperhitungkan menjadi rupiah maka akan
yang dilakukan oleh Haerani (2013) di RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung pada bulan
November dan Desember 2009 didapatkan informasi bahwa rata-rata sisa makanan
pasien dewasa sebesar 28,04% dengan rincian sisa makanan biasa 13,09%.
a. Penyajian Makanan
makanan. Meskipun makanan diolah dengan cita rasa yang tinggi tetapi dalam
penyajiannya tidak dilakukan dengan baik, maka nilai makanan tersebut tidak akan
berarti, karena makanan yang ditampilkan waktu disajikan akan merangsang indra
penglihatan sehingga menimbulkan selera yang berkaitan dengan cita rasa. Penyajian
Warna makanan akan menjadi suatu hal yang sangat penting untuk
yang disajikan dan dapat memberikan penampilan lebih menarik terhadap makanan
yang disajikan. Kombinasi warna adalah hal yang sangat diperlukan dan membantu
dalam penerimaan suatu makanan dan secara tidak langsung dapat merangsang selera
makan, dimana makanan yang penuh warna mempunyai daya tarik untuk dilihat,
untuk ditetapkan. Secara fisik dan psikologis berkaitan dalam mengevaluasi suatu
warna karena melibatkan penilaian visual, oleh karena itu selezat apapun makanan
bila tidak menarik saat disajikan akan membuat selera makan menurun. Kombinasi
warna adalah hal yang sangat diperlukan dan dapat membantu dalam penerimaan
suatu makanan dan secara tidak langsung dapat merangsang selera makan. Warna
yang menarik dan bentuk yang bervariasi akan membuat seseorang tertarik untuk
kurang berwarna, sebaiknya dibuat kombinasi warna dengan hidangan yang berwarna
lebih terang.
2) Bentuk Makanan
menu. Bentuk makanan yang serasi akan memberikan daya tarik tersendiri bagi setiap
makanan yang disajikan (Moehyi, 1992). Hal yang perlu diperhatikan adalah
dipotong memanjang, berbentuk dadu, atau dipotong parut. Selain itu ukuran
Makanan yang disajikan akan menjadi lebih menarik jika dilakukan dan
a) Bentuk makanan yang sesuai dengan asli makanan seperti ikan yang sering
d) Bentuk sajian khusus seperti bentuk nasi tumpeng atau bentuk lainnya yang
khas.
Porsi makanan adalah banyaknya makanan yang disajikan, porsi untuk setiap
individu berbeda sesuai kebutuhan makan. Porsi yang terlalu besar atau terlalu kecil
Porsi makanan akan mempengaruhi daya tarik dari konsumen karena tiap-tiap
konsumen memiliki besar porsi makanan yang berbeda dalam setiap aktivitas
makannya. Besar porsi akan mempengaruhi penampilan makanan. Jika terlalu besar
Pentingnya besar porsi makanan bukan saja berkenaan dengan penampilan makanan
waktu disajikan tetapi juga berkaitan dengan perencanaan dan perhitungan pemakaian
bahan makanan.
4) Tempat Penyajian
Penggunaan dan pemilihan alat makan yang tepat dalam penyusunan makanan
yaitu, pemilihan alat yang tepat untuk menyajikan makanan, misalnya piring,
mangkok, atau tempat penyajian makanan khusus dan susunan makanan dalam alat
perlu mendapat perhatian, karena makanan yang disusun pada alat penyajian yang
tepat akan memberikan kesan yang menarik. Cara penyajian dan peralatan yang
dengan tingkat social calon konsumen dan kualitas makanan yang disajikan. Menurut
Kemenkes (2013) bahwa penyajian makanan menjadi salah satu faktor yang
yang tinggi pada saat makan pagi dengan jenis hidangan sayur 48%sisa serta bubur
Sumiati (2008) yang menunjukkan bahwa terdapat sisa makanan 20% di RSU RA
Kartini Jepara, hal ini tidak terlepas dari faktor variasi hidangan (84%) dan penyajian
makanan ( 92%).
Makanan yang disajikan harus memenuhi 2 syarat utama yaitu cita rasa
makanan harus memberikan kepuasan bagi yang memakannya dan makanan harus
aman dalam arti makanan tidak mengandung zat atau mikroorganisme yang dapat
penglihatan, indera pencium dan indera pengecap. Makanan yang memiliki cita rasa
yang tinggi adalah makanan yang disajikan dengan menarik, menyebarkan bau yang
sedap dan memberikan rasa yang lezat. Cita rasa makanan mengandung 2 aspek
utama yaitu penampilan makanan sewaktu dihidangkan dan rasa makanan waktu
dimakan. Menurut Kemenkes (2013) bahwa cita rasa makanan menjadi salah satu
1) Aroma makanan
mempunyai daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman
makanan merupakan daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera
Aroma yang yang dikeluarkan oleh setiap makanan berbeda - beda dan
melalui pemasakan yang berbeda akan memberikan aroma yang berbeda pula. Untuk
mendapatkan bau yang cukup baik untuk sel sensori, beberapa panelis terlatih
menganjurkan untuk menghirup dengan singkat dan kuat ke bagian atas hidung.
Karena respon terhadap bau ini terekam sangat cepat dan singkat. Untuk
2) Tekstur Makanan
dalam makanan lebih menarik daripada hanya satu macam tekstur (Spear dan Vaden,
1984). Makanan yang mempunyai tekstur padat atau kenyal akan memberikan
Tekstur makanan akan menjadi hal yang berkaitan dengan struktur makanan
yang dapat dideteksi dengan baik, yaitu dengan merasakan makanan di dalam mulut.
Sifat yang digambarkan dari tekstur makanan antara lain renyah, lembut, kasar, halus,
berserat, empuk, keras, dan kenyal. Bermacam-macam tekstur makanan dalam suatu
hidangan lebih menyenangkan dari pada satu macam tekstur saja. Tekstur dapat
tekstur.
3) Keempukan makanan
dirasakan dalam mulut. Gambarannya meliputi gurih, krispi, berserat, halus, keras
dan kenyal. Keempukan dan kerenyahan (krispi) ditentukan oleh mutu bahan
ditentukan oleh mutu bahan makanan yang digunakan, juga ditentukan oleh cara
memasak yang baik, sehingga makanan yang empuk dapat dikunyah dengan
4) Tingkat Kematangan.
setiap jenis bahan makanan yang dimasak dan makanan akan mempunyai tingkat
kematangan sendiri – sendiri. Tingkat kematangan suatu makanan itu tentu saja akan
karena umumnya makanan Indonesia harus dimasak sampai benar-benar matang. Bila
dibandingkan dengan Eropa yang telah memiliki perbedaan tingkat kematangan. Ada
steak yang dimasak setengah matang, dan ada juga yang benar-benar matang. Tingkat
kematangan adalah mentah atau matangnya hasil pemasakan pada setiap jenis bahan
sendiri (Muchatab, 1991). Tingkat kematangan suatu makanan itu tentu saja
5) Temperatur Makanan
penentuan cita rasa makanan. Namun makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin
Temperatur makanan waktu disajikan mempunyai peranan dalam penentuan cita rasa
makanan. Namun makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin sangat
terjadi peningkatan sisa makanan. Untuk menjaga suhu makanan tetap hangat,
tentunya harus difasilitasi dengan kereta makanan yang dilengkapi alat pemanas,
sementara alat ini belum tersedia di Rumah Sakit tempat penelitian nya.
makanan 20% di RSU RA Kartini Jepara, hal ini tidak terlepas dari faktor tekstur
(96%) dan cita rasa makanan (68%). Hasil penelitian Fadillah (2013) memperlihatkan
bahwa terdapat sisa makan yang tinggi pada saat makan pagi dengan jenis hidangan
sayur 48%sisa serta bubur 46% sisa yang disebabkan oleh rasa makanan dan alat
makan.
pelayanan gizi rumah sakit, bertujuan untuk memberikan makanan yang bermutu dan
bergizi yang sesuai dengan standar kesehatan bagi pasien, sekaligus untuk
sisa makanan di rumah sakit antara lain nafsu makan dan persepsi makan ( penyajian
makan dan cita rasa makan). Hal ini juga sejalan yang dinyatakan Menurut Moehji
(1992) dan NHS (2005) bahwa sisa makanan disebabkan oleh penyajian makanan dan
rasa makanan.
Menurut Moehyi (1992) dan NHS (2005) bahwa penyajian makanan dapat
ditentukan dari warna makanan, bentuk makanan dan tempat penyajian. Untuk rasa
makanan dapat dilihat dari aroma makanan, tekstur makanan, keempukan makanan,
tingkat kematangan dan suhu makanan. Pandangan yang tidka jauh beberda
diungkapkan Kemenkes (2013) bahwa ketepatan cita rasa makan di rumah sakit dapat
dilihat dari aroma, suhu, penampilan, rasa dan tekstur hidangan yang diterima pasien
sesuai dengan dietnya. Untuk penyajian makanan di rumah sakit mdapat dilihat dari
beberapa hal seperti warna makanan, bentuk makanan dan tempat penyajian. Kedua
faktorini menjadi hal yang penting terhadap terjadinya sisa makanan. Untuk melihat
Kelompok Penyakit
Penyajian Makanan
Sisa Makanan
Rasa Makanan
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang berhubungan dengan sisa makan (Kemenkes 2013)
Kerangka Konsep
Penyajian Makanan
− Warna Makanan
− Bentuk Makanan
− Tempat Penyajian
Sisa Makanan
makanan dan tempat penyajian) dan cita rasa makanan (aroma makanan, tekstur
METODE PENELITIAN
design yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh cita rasa dan penyajian makanan
terhadap sisa makanan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Tahun
Berdasarkan survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang yang
dilakukan pada 10 orang pasien yang memiliki nafsu makan yang baik, tidak
mendapatkan anjuran diet khusus dan telah memasuki masa penyembuhan maka
pasien yang sama sekali tidak mengkonsumsi makanan di Rumah Sakit Umum
Daerah Deli Serdang sehingga mengkonsumsi makanan dari luar baik dari warung
3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat inap di Rumah
Sakit Umum Daerah Deli Serdang yang diperkirakan rata-rata 150 orang pasien per
hari.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum
Daerah Deli Serdang. Jumlah sampel minimal yang dapat diambil dalam penelitian
ini dihitung menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi 2 tail (1-α/2) untuk
2
Z Po (1 − Po ) + Z (1− β ) p a (1 − Pa )
(1−α )
n≥ 2
( Pa − Po ) 2
Keterangan:
n : Besar sampel minimal
α : Taraf kemaknaan 5%
makanan Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun 2016 sebesar
20%.
n≥
(1,96 0,4(1 − 0,4) + 1,28 0,2(1 − 0,2 )
2
(0,4 − 0,2) 2
n ≥ 40
Setelah dilakukan perhitungan seperti diatas, maka didapatlah besar sampel
sebanyak 40 orang pasien rawat inap, untuk mengindari bias sampel ditambahkan
sebanyak 20% menjadi 48 orang pasien rawat inap. Untuk masing-masing sampel
diambil dengan purposive sampling, kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu:
dewasa
3. Pasien yang mendapat makanan biasa (standar rumah sakit) tidak berdiet
khusus.
Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer yaitu data yang dikumpulkan dalam penelitian melalui wawancara
langsung kepada pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli
Serdang.
2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Deli
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauhmana suatu ukuran atau nilai
yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara
mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada analisis
reliability dengan nilai corrected item-total correlation sebagai rhitung, dikatakan valid
apabila nilai rhitung > rtabel dan sebaliknya. Nilai rtabel dalam penelitian ini
menggunakan taraf signifikan 95%, maka untuk sampel 30 orang yang di uji nilai
metode Cronbach’ Alpha yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran dengan ketentuan jika rhitung > rtabel maka dinyatakan reliabel. Uji validitas
dan reliabilitas dilakukan pada 30 pasien yang berada di RS Lubuk Pakam, karena
dianggap lokasi yang karakteristik pasien tang tidak jauh berbeda dengan RSUD Deli
Serdang
Variabel yang diteliti terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah penyajian makanan, rasa makanan, sedangkan
dari kuesioner
1. Penyajian Makanan
Variabel penyajian makanan dapat dilihat dari jawaban pasien rawat inap di
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang. Setiap aspek diberi skor sebagai berikut :
Nilai total penyajian makanan adalah gabungan dari aspek (warna makanan,
makanan ( warna makanan, bentuk makanan, tempat penyajian). Skor nilai maksimal:
Jumlah skor maksimal untuk seluruh aspek makan pagi dengan skor maksimal 42,
waktu makan siang memiliki skor maksimal 42 dan waktu makan malam dengan skor
2) Penyajian cukup menarik jika mendapatkan total skor: 77 - 101 ( 61% - 80%)
3) Penyajian menarik jika mendapatkan total skor : total skor : 102-126 ( > 81%)
Warna makanan akan dinilai dari hasil wawancara yang dilakukan kepada
makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang hari dan malam hari.
Nilai maksimal warna makanan adalah 42. Warna makanan akan dapat
dikategorikan menjadi :
1) Warna makanan kurang menarik jika mendapatkan total skor: total : 14-25
(<60%)
80%)
3) Warna makanan menarik jika mendapatkan total skor : total skor : 35-42 ( >
81%)
b. Bentuk Makanan
Bentuk makanan akan dinilai dari hasil wawancara yang dilakukan kepada
makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang hari dan malam hari.
Nilai maksimal bentuk makanan adalah 42. Bentuk makanan akan dapat
dikategorikan menjadi :
1. Bentuk makanan kurang menarik jika mendapatkan total skor: total : 14-25
(<60%)
80%)
81%).
c. Tempat Makanan
Tempat makanan akan dinilai dari hasil wawancara yang dilakukan kepada
lauk hewani, makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang hari dan
malam hari. Nilai maksimal tempat makanan adalah 42. Tempat makanan akan
1. Tempat makanan kurang menarik jika mendapatkan total skor: total : 14-25
(<60%)
80%)
3. Tempat
4. makanan menarik jika mendapatkan total skor : total skor : 35-42 ( > 81%)
2. Rasa Makanan
Untuk mengukur nilai total rasa makanan adalah gabungan dari aspek (aroma,
kematangan, suhu makanan). Skor nilai maksimal : Jumlah skor maksimal untuk
seluruh aspek makan pagi dengan skor maksimal 70, waktu makan siang memiliki
skor maksimal 70 dan waktu makan malam dengan skor maksimal 70 sehingga nilai
1. Cita rasa kurang enak jika mendapatkan total skor: 70-126 (<60%)
2. Cita rasa cukup enak jika mendapatkan total skor:127-168 ( 61% -80%)
3. Cita rasa enak jika mendapatkan total skor : 169-210 ( > 81%)
a. Aroma Makanan
hewani, makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang hari dan
malam hari. Nilai maksimal Aroma makanan adalah 70. Aroma makanan akan
1) Aroma makanan kurang enak jika mendapatkan total skor: total : 14-42
(<60%)
2) Aroma makanan cukup enak jika mendapatkan total skor:43-56 (61% -80%)
81%).
b. Tekstur Makanan
Tekstur makanan akan dinilai dari hasil wawancara yang dilakukan kepada
makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang hari dan malam hari.
Nilai maksimal makanan adalah 70. Tekstur makanan akan dapat dikategorikan
menjadi :
1) Tekstur makanan kurang sesuai jika mendapatkan total skor: total : 14-42
(<60%)
80%)
3) Tekstur makanan sesuai jika mendapatkan total skor : total skor : 57-70 ( >
81%).
c. Keempukan Makanan
hewani, makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang hari dan
malam hari. Nilai maksimal makanan adalah 70. Keempukan makanan akan
1) Keempukan makanan kurang sesuai jika mendapatkan total skor: total : 14-
42 (<60%)
-80%)
3) Keempukan makanan sesuai jika mendapatkan total skor : total skor : 57-70 (
> 81%).
d. Tingkat Kematangan
makanan lauk hewani, makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang
hari dan malam hari. Nilai maksimal makanan adalah 70. Tingkat kematangan
56 ( 61% -80%)
3) Tingkat kematangan makanan sesuai jika mendapatkan total skor : total skor
e. Suhu Makanan
Suhu makanan akan dinilai dari hasil wawancara yang dilakukan kepada
makanan lauk nabati, sayur dan buah) saat pagi hari, siang hari dan malam hari.
menjadi :
1) Suhu makanan kurang hangat jika mendapatkan total skor: total : 14-42
(<60%)
2) Suhu makanan cukup hangat jika mendapatkan total skor:43-56 ( 61% -80%)
3) Suhu makanan hangat jika mendapatkan total skor : total skor : 57-70 ( >
81%).
3. Sisa Makanan
Pada variabel sisa makanan, hasil ukur berupa persentase dari hasil
2013) :
b) Analisis bivariat, yaitu analisis yang digunakan untuk melihat ada tidaknya
makanan) dan veriabel terikat (sisa makanan) dengan menggunakan uji chi
square, dengan pertimbangan skala data yang merupakan skala ordinal. Jika
nilai p < 0,05 maka akan dilanjutkan dengan menggunakan uji multivariate.
pengaruh varibel bebas (penyajian makan dan cita rasa makanan) terhadap
diujikan adalah variabel bebas yang memiliki nilai p < 0,25. (Sugiyono,
2006).
HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang merupakan rumah sakit umum
milik pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang secara teknis berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati Kepala Daerah Kabupaten Deli Serdang serta
Pelayanan sesuai SK.No. HK.03.05 /III /3389 /2008. Rumah Sakit Umum Daerah
Deli Serdang dipimpin oleh seorang Direktur. Memiliki 14 jenis tenaga spesialis
Mata, THT, Kulit dan Kelamin, Paru, Jiwa, Neurologi, Anaestesi, Radiologi, Patologi
rumah sakit terdiri dari tenaga medis, para medis serta tenaga non medis lainnya
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang mempunyai wilayah kerja efektif di
14 Kecamatan yang wilayahnya berdekatan dengan letak Rumah Sakit Umum Daerah
Deli Serdang dari 22 Kecamatan yang ada di Kabupaten Deli Serdang, dengan jumlah
cepat berubah dalam era globalisasi dan otonomi daerah maupun kebijakan
tuntutan masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan, maka RSUD Deli Serdang
peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dan teknologi kedokteran
Pelaksanaan tugas Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang didukung oleh
pelayanan penunjang seperti Instalasi Gizi sebagai unit pelayanan yang bertanggung
jawab dalam pengadaan dan pelayanan gizi untuk terapi dan penyembuhan sesuai
dengan kondisi dan jenis penyakit pasien. Pelayanan gizi di selenggarakan secara
terintegrasi dengan unit pelayanan kesehatan di rumah sakit, agar di capai pelayanan
PGRS RSUD Deli Serdang mempunyai bagan organisasi dan uraian tugas
yang jelas bagi semua personil dengan kriteria : (a) PGRS dikelola dan diorganisir
oleh Dietesien sebahai koordinator, (b) pola kegiatan gizi rumah sakit harus
mencakup kegiatan yang telah ditetapkan Depkes RI sesuai dengan kelas rumah sakit,
(c) ada bagan organisasi yang menggambarkan secara jelas garis komando yang
menunjukkan tanggung jawab kewenangan dan hubungan kerja dalam pelayanan gizi
dengan unit lain, (d) Ada uraian tertulis untuk setiap petugas yang mencakup :
kualifikasi sesuai jabatan, garis komando, fungsi dan tanggung jawab, penilaian staf /
karyawan, pertemuan berkala staf instalasi gizi diadakan paling sedikit setiap bulan,
berikut : menyusun standar makanan rumah sakit sesuai dengan penuntun diet,
menyusun kebutuhan diet pasien rawat inap, menyusun menu dan perencanaan
kebutuhan bahan makanan, menyusun anggaran belanja instalasi gizi, menyusun diet
pasien rawat inap sesuai dengan keadaan pasien dan penyakitnya, melakukan
mengelola produksi dan distribusi makanan bagi pasien rawat inap dan pasien rawat
jalan serta karyawan, melakukan evaluasi diet di ruang rawat inap, merencanakan dan
melakukan penyuluhan konsultasi diet dan rujukan diet bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan.
persyaratannya yang telah ditetapkan antara lain: (1) instalasi gizi dapat dicapai
semua ruangan perawatan sehingga pelayanan gizi dapat diberikan merata untuk
semua pasien, (2) instalasi gizi terletak sedemikian rupa keributan dan kegaduhan
dari instalasi gizi tidak mengganggu ruang lain, (3 instalasi gizi mempunyai jalan
Penanganan hygiene dan sanitasi dapur instalasi gizi dilakukan dengan tujuan:
(a) tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen,
(b) menurunnya kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui
meliputi: bahan makanan, sarana fisik atau ruangan, peralatan dapur serta tenaga
menggunakan air ledeng dari PDAM, sehingga terjamin kebersihannya. Sampah hasil
kegiatan penyelenggaran makanan di instalasi gizi ditangani dengan cara buang atau
Tenaga kerja pada unit gizi Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang terdiri
gudang, dan pembagian tugas setiap pelaksana instalasi gizi sudah jelas.
langsung oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang. Penentuan diet atau
jenis makanan pasien ditentukan oleh gizi ruangan yang disusun berdasarkan
diagnosis penyakit.
setiap hari yang dilakukan oleh gizi ruangan kepada bidang administrasi permintaan
Bahan makanan yang akan diolah selama satu hari kepada seluruh pasien terlebih
penyajian ke tempat makanan pasien tidak sama banyaknya, hal itu dikarenakan
Umum Daerah Deli Serdang dilakukan dengan cara sentralisasi. Semua makanan
yang telah diolah dibagikan ke tempat alat makan pasien sesuai dengan diet yang
trolley.
makanan, rasa makanan. Untuk variabel dependen yaitu sisa makanan yang dianalisis
secara univariat.
sampel yaitu usia, jenis kelamin, dan lama rawat inap. Berdasarkan tabel 4.1
menunjukkan sebahagian besar responden memiliki usia 26-45 tahun yaitu sebanyak 34
orang(70,8%), responden yang memiliki usia 18-25 tahun sebanyak10 orang (20,8%) dan
responden yang memiliki usia 46-70 tahun sebanyak 4 orang (8,4%). Untuk jenis
kelamin responden paling banuak yaitu perempuan sebanyak 26 orang (54,2%) dan
merupakan karakteristik sampel yang berhasil dikumpulkan pada tabel 4.1 dibawah ini:
makanan di Rumah Sakit Umum Deli Serdang dengan kategori menarik sebanyak 23
orang (47,9%). Untuk penyajian makanan dalam kategori cukup menarik sebanyak 25
warna makanan dalam kategori kurang menarik sebanyak 20 orang (41,7%) dan
cukup menarik sebanyak 27 orang (56,3%), bentuk makanan dalam kategori kurang
menarik sebanyak 11 orang (22,9%) dan bentuk makanan dalam kategori menarik
tempat makanan dalam kategori kurang menarik sebanyak 13 orang (27,5%) dan
makanan diketahui bahwa makanan pokok paling banyak dalam kategori cukup
menarik sebanyak 66,7%, makanan pokok dalam kategori menarik sebanyak 18,7%,
makanan pokok dalam kategori kurang menarik sebanyak 14,6%. Makanan lauk
hewani paling banyak dalam kategori cukup menarik sebanyak 75%, makanan lauk
kategori kurang menarik sebanyak 14,6%. Makanan lauk nabati paling banyak dalam
kategori cukup menarik sebanyak 50,1%, makanan lauk nabati dalam kategori
menarik sebanyak 16,6%, makanan lauk nabati dalam kategori kurang menarik
sebanyak 33,3%.
58,4%, makanan sayur dalam kategori menarik sebanyak 12,5%, makanan sayur
dalam kategori kurang menarik sebanyak 29,1%. Makanan buah paling banyak dalam
kategori cukup menarik sebanyak 75%, makanan buah dalam kategori menarik
sebanyak 10,4%, makanan buah dalam kategori kurang menarik sebanyak 14,6%.
Penyajian makanan terdiri dari warna makanan, bentuk makanan dan tempat
penyajian makanan. Penilaian penyajian makanan menurut waktu makan pasien Rumah
Sakit Umum Daerah Deli Serdang. Hasil penelitian pada tabel menunjukkan bahwa
penyajian makan pagi paling banyak menarik pada makanan lauk nabati sebanyak 14
orang (29,2%), untuk makanan pagi yang paling banyak cukup menarik pada makanan
makanan sayur sebanyak 10 orang (25,8%). Untuk penyajian makan siang paling banyak
menarik pada makanan pokok sebanyak 19 orang (39,6%), untuk makanan siang yang
paling banyak cukup menarik pada makanan lauk hewani sebanyak 40 orang (83,3%) dan
untuk makanan siang paling banyak kurang menarik pada makanan sayur sebanyak 24
orang (50%). Untuk penyajian makan malam paling banyak menarik pada makanan pokok
dan sayur sebanyak 7 orang (14,5%), untuk makanan malam yang paling banyak cukup
menarik pada makanan sayur sebanyak 34 orang (70,8%) dan untuk makanan malam
paling banyak kurang menarik pada makanan lauk nabati sebanyak 22 orang (45,8%).
Penilaian responden terhadap cita rasa makanan terdiri dari aroma makanan,
makanan,dikategorikan menjadi tiga yaitu kurang enak ,cukup enak dan enak.
makanan di Rumah Sakit Umum Deli Serdang dengan kategori enak sebanyak 18
orang (37,5%). Untuk rasa makanan dalam kategori cukup enak sebanyak 30 orang
pasien (62,5%).
Frekuensi
No Rasa Makanan
n %
1 Cukup Enak 30 62,5
2 Enak 18 37,5
Jumlah 48 100
Cita rasa makanan terdiri dari aroma makanan, tekstur makanan, keempukan
makanan, tingkat kematangan makanan dan suhu makanan. Hasil penelitian pada
tabel menunjukkan bahwa rasa makan pagi paling banyak enak pada makanan pokok
sebanyak 18 orang (37,5%), untuk rasa makanan pagi yang paling banyak cukup enak
pada makanan sayur sebanyak 32 orang (66,7%) dan untuk rasa makanan paling
banyak kurang enak pada makanan lauk nabati sebanyak 11 orang (22,9%). Untuk
rasa makan siang paling banyakEnak pada makanan buah sebanyak 17 orang (35,
4%), untuk rasa makanan siang yang paling banyak dalam kategori Cukup enak pada
makanan lauk hewani sebanyak 34 orang (70,8%) dan untuk rasa makanan siang
12 orang (25%). Untuk rasa makan malam paling banyak enak pada makanan pokok
sebanyak 19 orang (39, 6%), untuk rasa makanan malam yang paling banyak dalam
kategori cukup enak pada makanan sayur sebanyak 31 orang (64,6%) dan untuk rasa
makanan malam paling banyak dalam kategori kurang enak pada makanan pokok
sebanyak 17orang (35,4%). Rasa makanan dikategorikan menjadi tiga, yaitu kurang
Tabel 4.6. Distribusi Penilaian Rasa Makanan Menurut Waktu Makan Pasien
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang
menunjukkan rasa makanan dalam kategori enak sebanyak 10 orang (20,8%), aroma
makanan dalam kategori cukup enak sebanyak 24 orang (50%) dan aroma makanan
dalam kategori kurang enak sebanyak 14 orang (29,2%). Aspek rasa makanan
(25%), tekstur makanan dalam kategori cukup enak sebanyak 26 orang (54,2%) dan
sebanyak 28 orang (58,3%) dan keempukan makanan dalam kategori kurang sesuai
makanan dalam kategori sesuai sebanyak 13 orang (27 %), tingkat kematangan
dalam kategori sesuai sebanyak 15 orang (31,3%) dan tingkat kematangan makanan
dalam kategori kurang sesuai sebanyak 7 orang (14,6%). Aspek rasa makanan
sebanyak 7 orang (14,6%), tingkat suhu makanan dalam kategori cukup hangat
sebanyak 21 orang (43,8%) dan suhu makanan dalam kategori kurang hangat
Jenis makanan yang enak pasien ada 5 macam yaitu makanan pokok, lauk
hewani, lauk nabati, sayuran dan buah. Ada perbedaan penilaian rasa untuk setiap
jenis makanan tersebut. Rasa makanan pokok mayoritas cukup enak yaitu sebanyak
21 orang (43,7%), rasa makanan enak sebanyak 14 orang (29,3%) dan rasa kurang
enak sebanyak 13 orang (27%). Rasa makanan lauk hewani mayoritas cukup enak
yaitu sebanyak 29 orang (60,4%), rasa makanan enak sebanyak 11 orang (22,9%) dan
rasa kurang enak sebanyak 8 orang (16,7%). Rasa lauk nabati mayoritas cukup enak
sebanyak 27 orang (56,2), rasa makanan enak sebanyak 13 orang (27,1%) dan rasa
kurang enak sebanyak 8 orang (16,7%). Rasa sayur mayoritas kurang enak sebanyak
30 orang (60,4%), rasa makanan enak sebanyak 8 orang (16,7%) dan rasa kurang
enak sebanyak 11 orang (22,9%). Rasa buah mayoritas cukup enak sebanyak 22
orang (45,8%), rasa makanan enak sebanyak 13 orang (27%) dan rasa kurang enak
Sisa makanan dikategorikan menjadi 2 yaitu sedikit dan banyak, bila sisa
makanan ≤20% dikatakan sedikit, dan banyak bila sisa makanan >20%. Berdasarkan
tabel diatas menunjukkan bahwa sisa makanan di Rumah Sakit Umum Deli Serdang
dengan kategori sisa banyak (>20%) yaitu sebanyak 25 orang (52,1%) sedangkan
sisa makanan pasien dalam kategori sisa sedikit (≤20% ) sebanyak 23 orang (47,9%).
Distribusi persentase sisa makanan pasien rawat inap RSUD Deli Serdang
Frekuensi
No Sisa Makanan
N %
1 Banyak (>20%) 25 52,1
2 Sedikit(≤20%) 23 47,9
Jumlah 48 100
Berdasarkan tabel dibawah persentase sisa makanan yang paling banyak pada
sayur sebanyak 23,1%, makanan pokok sebanyak 20,7%, makanan lauk hewani
6,8%.
Berdasarkan tabel dibawah persentase sisa makanan yang paling banyak pada
pagi hari dengan sisa makanan pokok sebanyak 24%, sisa lauk hewani sebanyak
10,3%, sisa makanan lauk nabati sebanyak 8,6%, sisa sayur sebanyak 11,4% dan sisa
buah sebanyak 6,4%. Sisa makanan yang paling banyak pada siang hari dengan sisa
makanan pokok sebanyak 19,6%, sisa lauk hewani sebanyak 23,2%, sisa makanan
lauk nabati sebanyak 25,2% dan sisa sayur sebanyak 28,7%, sisa buah sebanyak
4,8%. makanan yang paling banyak pada malam hari dengan sisa makanan pokok
sebanyak 18,5%, sisa lauk hewani sebanyak 16,9%, sisa makanan lauk nabati
sebanyak 11,7%, sisa sayur sebanyak 29,3% dan sisa buah sebanyak 8,8%.
karakteristik variabel bebas ( penyajian makan dan cita rasa makanan) dan veriabel
terikat (sisa makanan) dengan menggunakan uji exact fisher Jika hasil analisis
statistik menunjukkan nilai p < 0,05 maka diasumsikan terdapat hubungan antara
menyatakan warna makanan dalam kategori cukup menarik terdapat 14 orang pasien
yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan makanan
sedikit (≤20%) sebanyak 6 orang . Dari sebanyak 18 orang pasien yang menyatakan
yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan pasien yang
memiliki sisa makanan sedikit (≤20%) sebanyak 8 orang. Dari sebanyak 10 orang
pasien yang menyatakan warna makanan dalam kategori warna makanan menarik
terdapat 1 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan
pasien yang memiliki sisa makanan sedikit(≤20%) sebanyak 9 orang. Hasil uji
statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,008 yang berarti terdapat
hubungan antara warna makanan makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap di
menyatakan bentuk makanan dalam kategori cukup menarik terdapat 8 orang pasien
yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan makanan
sedikit (≤20%) sebanyak 3 orang . Dari sebanyak 27 orang pasien yang menyatakan
bentuk makanan dalam kategori bentuk makanan cukup menarik terdapat 15 orang
yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan pasien yang
pasien yang menyatakan bentuk makanan dalam kategori bentuk makanan menarik
terdapat 2 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan
pasien yang memiliki sisa makanan sedikit (≤20%) sebanyak 8 orang. Hasil uji
statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,047 yang berarti terdapat
hubungan antara bentuk makanan makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap
menyatakan tempat makanan dalam kategori cukup menarik terdapat 11 orang pasien
yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan makanan
sedikit (≤20%) sebanyak 2 orang . Dari sebanyak 24 orang pasien yang menyatakan
tempat makanan dalam kategori tempat makanan cukup menarik terdapat 11 orang yang
memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan pasien yang memiliki sisa
makanan sedikit (≤20%) sebanyak 13 orang. Dari sebanyak 11 orang pasien yang
menyatakan tempat makanan dalam kategori tempat makanan menarik terdapat 3 orang
sisa makanan sedikit(≤20%) sebanyak 8 orang. Hasil uji statistic menggunakan exact
fisher diperoleh nilai p=0,013 yang berarti terdapat hubungan antara tempat makanan
makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang.
pasien yang banyak menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan makanan
sedikit sebanyak 7 orang . Dari sebanyak 23 orang pasien yang merasakan penyajian
makanan menarik terdapat 7 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori
banyak dan pasien yang memiliki sisa makanan sedikit sebanyak 16 orang. Hasil uji
statistic diperoleh nilai p=0,004 yang berarti terdapat hubungan antara penyajian
makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang.
menyatakan aroma makanan dalam kategori Cukup enak terdapat 8 orang pasien
yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan makanan
sedikit (≤20%) sebanyak 2 orang . Dari sebanyak 24 orang pasien yang menyatakan
aroma makanan dalam kategori aroma makanan Cukup enak terdapat 15 orang yang
memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan pasien yang memiliki sisa
makanan sedikit (≤20%) sebanyak 9 orang. Dari sebanyak 14 orang pasien yang
yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan pasien yang
menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,002 yang berarti terdapat hubungan
antara aroma makanan makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap di RSUD
Deli Serdang.
menyatakan tekstur makanan dalam kategori Cukup enak terdapat 9 orang pasien
yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan makanan
sedikit (≤20%) sebanyak 1 orang . Dari sebanyak 26 orang pasien yang menyatakan
tekstur makanan dalam kategori Cukup enak terdapat 12 orang yang memiliki sisa
makanan dalam kategori banyak (>20%) dan pasien yang memiliki sisa makanan
sedikit (≤20%) sebanyak 14 orang. Dari sebanyak 12 orang pasien yang menyatakan
memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan pasien yang memiliki sisa
fisher diperoleh nilai p=0,019 yang berarti terdapat hubungan antara tekstur makanan
makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang.
pasien yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan
makanan sedikit (≤20%) sebanyak 2 orang . Dari sebanyak 28 orang pasien yang
terdapat 15 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan
pasien yang memiliki sisa makanan sedikit (≤20%) sebanyak 13 orang. Dari
kategori banyak (>20%) dan pasien yang memiliki sisa makanan sedikit(≤20%)
sebanyak 8 orang. Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai
pasien yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan
makanan sedikit (≤20%) sebanyak 2 orang . Dari sebanyak 26 orang pasien yang
terdapat 18 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan
pasien yang memiliki sisa makanan sedikit (≤20%) sebanyak 8 orang. Dari sebanyak
makanan enak terdapat 2 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak
(>20%) dan pasien yang memiliki sisa makanan sedikit(≤20%) sebanyak 13 orang.
Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,001 yang berarti
terdapat hubungan antara kematangan makanan dengan sisa makanan pasien rawat
pasien yang banyak (>20%) menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan
makanan sedikit (≤20%) sebanyak 1 orang . Dari sebanyak 21 orang pasien yang
terdapat 15 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak (>20%) dan
pasien yang memiliki sisa makanan sedikit (≤20%) sebanyak 6 orang. Dari sebanyak
makanan enak terdapat 4 orang yang memiliki sisa makanan dalam kategori banyak
(>20%) dan pasien yang memiliki sisa makanan sedikit(≤20%) sebanyak 16 orang.
Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p<0,001 yang berarti
terdapat hubungan antara kematangan makanan dengan sisa makanan pasien rawat
menyatakan rasa makanan dalam kategori cukup enak terdapat 20 orang pasien yang
banyak menyisakan makanan dan pasien yang menyisakan makanan sedikit sebanyak
10 orang . Dari sebanyak 18 orang pasien yang menyatakan rasa makanan dalam
kategori enak ternyata terdapat 5 orang pasien yang memiliki sisa makanan dalam
kategori banyak dan pasien yang memiliki sisa makanan sedikit sebanyak 13 orang.
Hasil uji statistic diperoleh nilai p=0,016 yang berarti terdapat hubungan antara rasa
makanan makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang.
Pada penelitian ini, variabel bebas yang memenuhi kriteria kemaknaan statistik
(p < 0,25) dimasukkan ke dalam analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi
logistik, yaitu variabel penyajian makanan dan variabel rasa makanan. Analisis
determinan tingkat sisa makanan pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang.
regresi logistik berganda yaitu salah satu pendekatan model statistik untuk
variabel dependen kategori yang bersifat dikotomi atau binary. Variabel yang
dimasukkan dalam model prediksi regresi logistik berganda adalah variabel dengan
nilai p < 0,25. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.23. Pengaruh Penyajian Makanan dan Rasa Makanan Terhadap Sisa
Makanan Pasien di RSUD Deli Serdang
bentuk makanan, tempat makanan dan rasa makanan dalam bentuk variabel aroma
makanan, tekstur makanan, empuk makanan, matang makanan dan suhu makanan
berpengaruh terhadap sisa makanan. Variabel yang paling dominan terhadap sisa
makanan pasien rawat inap adalah variabel penyajian makanan melalui tempat
penyajian makanan dengan nilai Exp (B) 4,503 dan variabel penyajian makanan
tempat penyajian makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 4,503 sehingga dapat
disimpulkan bahwa penyajian makanan dengan bentuk yang menarik akan berpeluang
makanan dengan kategori tidak menarik. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik,
variabel penyajian makanan dengan bentuk makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar
4,283 sehingga dapat disimpulkan bahwa penyajian makanan dengan bentuk yang
≤20%)
menarik akan berpeluang 4,283 kali membuat sisa makanan sedikit (
Variabel rasa makanan dengan variabel suhu makanan diperoleh nilai Exp (B)
sebesar 3,724 sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa makanan dengan suhu
≤20%)
yangEnak akan berpeluang 3,724 kali membuat sisa makanan sedikit (
dibandingkan rasa makanan dengan suhu yang tidakEnak. Variabel rasa makanan
dengan variabel kematangan makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 3,111 sehingga
PEMBAHASAN
Warna makanan akan menjadi suatu hal yang sangat penting untuk
yang disajikan dan dapat memberikan penampilan lebih menarik terhadap makanan
yang disajikan. Kombinasi warna adalah hal yang sangat diperlukan dan membantu
dalam penerimaan suatu makanan dan secara tidak langsung dapat merangsang selera
makan, dimana makanan yang penuh warna mempunyai daya tarik untuk dilihat,
oleh pihak RSUD Deli Serdang sudah cukup menarik dan menarik bagi pasien
meskipun begitu masih terdapat komponen penyajian makanan yang kurang menarik
bagi pasien seperti warna makanan dan tempat penyajian. Hasil penelitian Anwar
(2012) dan Kasmin (2007) menunjukkan bahwa sebahagian besar pasien menyatakan
penyajian makanan dalam bentuk warna yang dilakukan pihak rumah sakit dalam
kategori menarik dan cukup menarik yang membuat terjadinya sisa makanan menjadi
semakin sedikit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
RSHS Bandung dalam kategori menarik dan berdampak kepada sedikitnya sisa
berarti terdapat hubungan antara warna makanan makanan dengan sisa makanan
pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang. Hasil penelitian Sembiring (2014) juga
RS Pringadi Medan.
warna makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 1,443 sehingga dapat disimpulkan
bahwa penyajian makanan dengan warnaa menarik akan berpeluang 1,433 kali
membuat sisa makanan sedikit (≤20%) dibandingkan warna makanan dengan kategori
kurang menarik . Hasil penelitian tersebut sama dengan penelitian Munawar (2011)
warna makanan kurang menarik akan menyisakan makanan lebih banyak, warna
Pasien di RSUD Deli Serdang menilai bubur yang disajikan warnanya pucat
sehingga kurang menarik dan kurang ada kombinasi warna pada makanan yang
disajikan. Warna pisang memberi kesan terlalu matang dan menurut responden
terdapat buah yang kelihatan belum masak karena warnanya telalu muda kelihatannya
Moehyi (1992 ), makanan orang sakit harus memperhatikan warna makanan yang
dipilih sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan menarik dan rasa senang pada
orang sakit, hal ini tidak terlepas dari warna yang menarik akan membuat orang akan
dikonsumsi atau tidak. Warna dalam makaanan akan melibatkan penilaian visual,
oleh karena itu selezat apapun makanan bila memiliki warna yang tidak menarik saat
disajikan akan membuat selera makan menurun, warna makanan memegang peranan
utama dalam penyajian makanan. Kombinasi warna adalah hal yang sangat
diperlukan dan dapat membantu dalam penerimaan suatu makanan dan secara tidak
menu yang dihidangkan dan membuat variasi tempat penyajian agar meningkatkan
Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,013 yang
berarti terdapat hubungan antara tempat makanan dengan sisa makanan pasien rawat
inap di RSUD Deli Serdang. Variabel penyajian makanan dengan bentuk makanan
diperoleh nilai Exp (B) sebesar 4,283 sehingga dapat disimpulkan bahwa penyajian
makanan dengan bentuk yang menarik akan berpeluang 4,283 kali membuat sisa
menarik . Hasil penelitian Muhlisina (2012) menunjukkan bahwa makanan yang telah
Sukarti (2010) bahwa besar porsi dan bentuk potongan menjadi salah satu penyebab
merasa buah yang diberikan bentuknya terlalu besar karena mereka mengaku tidak
dapat mengkonsumsi buah yang terlalu besar potongannya dan responden juga
meminta bentuk ikan dan lauk pauk agar dipotong lebih kecil-kecil lagi dan dibuat
lebih menarik. Bentuk makanan disajikan yang tidak dipotong lebih kecil juga
porsinya padahal pihak instalasi gizi telah mengukur dan menyesuaikan porsi yang
untuk pasien.
membentuk makanan sayuran seperti wortel seperti dadu atau irisan memanjang sawi
diiris tipis, sesuai dengan cara pengolahan menu masing-masing namun bentuk
penyajian yang dilakukan tidak banyak berubah karena warna makanan masih pucat
sehingga membuat pasien tidak berminat untuk mengkonsumsinya. Pihak RSUD Deli
Serdang menyajikan lauk hewani yang tidak di inovasi, bentuk ikan yang disajikan
tidak mengalami perubahan seperti bentuk ikan yang masih hidup padahal jika ikan
yang disajikan dibentuk dengan melakukan fillet dan modifikasi bentuk lainnya akan
semakin meningkatkan minat pasien terhadap konsumsi makanan. Pihak RSUD Deli
bentuk makanan yang diberikan yang membuat pasien akan mengkonsumsi makanan
tersebut.
dan meningkatkan selera makan, hal inilah yang menyebabkan sebahagian besar
pasien di RSUD Deli Serdang menilai bahwa bentuk makanan yang disajikan oleh
makanan dan cara penyajian makanan (Moehyi, 1992). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penyajian makanan yang dilakukan oleh pihak RSUD Deli
Serdang sudah cukup menarik dan menarik bagi pasien meskipun begitu masih
terdapat komponen penyajian makanan yang kurang menarik bagi pasien seperti
nilai Exp (B) sebesar 4,503 sehingga dapat disimpulkan bahwa penyajian makanan
makanan di RS. Dr. Kariadi Semarang disebabkan penyajian makanan seperti tempat
bahwa terdapat sisa makan yang tinggi pada saat makan pagi dengan jenis hidangan
sayur 48% sisa serta bubur 46% sisa yang disebabkan oleh tempat penyajian yang
kurang baik. Hasil penelitian Sumiati (2008) yang menunjukkan bahwa terdapat sisa
makanan 20% di RSU RA Kartini Jepara, hal ini tidak terlepas dari tempat penyajian
makanan ( 92%).
satu faktor yang mempengaruhi sisa makanan. Tempat penyajian makanan seperti
mengkonsumsi makanan. Menurut Moehyi (1992) dan NHS (2005) bahwa penyajian
makanan dapat ditentukan dari warna makanan, bentuk makanan dan tempat
penyajian.
penyajian untuk kelas 3 dan kelas 2 sedangkan tempat penyajian makanan untuk
keramik dan mangkok untuk pasien sebagai tempat penyajian makanan disebabkan
Pasien RSUD Deli Serdang pada kelas 1 dan kelas 3 mengeluhkan tempat
penyajian yang terlalu kecil karena tempat nasi, sayur hanya diletakkan dalam
mangkok sedangkan lauk hewani dan lauk nabati digabungkan dalam satu mangkok.
Pasien RSUD Deli Serdang ingin tempat penyajian makanan yang lebih besar dalam
bentuk piring sebagai tempat makanan pokok sehingga mereka dapat menikmati
makanan yang diberikan pihak RSUD Deli Serdang. Untuk pasien RSUD Deli
Serdang di kelas 1 dan kelas VIP masih terdapat yang memberikan keluhan terkait
tempat penyajian makanan terlalu kecil dan warna tempat penyajian dinilai tidak
menarik .
Terbatasnya tempat penyajian makanan akan menjadi faktor penghambat bagi pasien
penyajian makanan perlu diperhatikan beberapa hal pokok yaitu, pemilihan tempat
penyajian makanan yang tepat misalnya piring, mangkok, atau tempat penyajian
makanan khusus dan susunan makanan dalam alat penyajian makanan. Untuk
karena makanan yang disusun pada alat penyajian yang tepat akan memberikan kesan
yang menarik. Cara penyajian dan peralatan yang digunakan dalam menghidangkan
penghidangan dan penggunaan peralatan harus sesuai dengan tingkat sosial calon
Makanan yang disajikan harus memenuhi 2 syarat utama yaitu cita rasa makanan
harus memberikan kepuasan bagi yang memakannya dan makanan harus aman dalam
arti makanan tidak mengandung zat atau mikroorganisme yang dapat mengganggu
kesehatan tubuh. Cita rasa makanan ditimbulkan oleh terjadinya rangsangan terhadap
berbagai indera dalam tubuh manusia, terutama indera penglihatan, indera pencium
dan indera pengecap. Aroma makanan yang menarik akan memberikan rangsangan
Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,019 yang berarti
terdapat hubungan antara tekstur makanan makanan dengan sisa makanan pasien
rawat inap di RSUD Deli Serdang. Variabel rasa makanan dengan variabel aroma
makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 1,914 sehingga dapat disimpulkan bahwa
rasa makanan dengan aroma makanan yang dapat diterima akan berpeluang 1,914kali
Hasil penelitian yang tidak jauh berbeda diungkapkan Munawar (2011) di RSHS
Bandung yang menunjukkan sedikit dan banyaknya sisa makanan di RSHS Bandung
Anwar (2012) yang menunjukkan bahwa semakin baik aroma makanan yang
Aroma Makanan yang tersebar dalam makanan akan memberikan daya tarik
yang sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga mampu
Demikian pula cara memasak makanan yang berbeda akan memberikan aroma yang
berbeda pula (Moehyi, 1992 ). Aroma yang disebarkan oleh makanan merupakan
daya tarik yang sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga
membangkitkan selera.
makanan yang disajikan, hal ini disebabkan aroma yang baik akan memberikan daya
sakit memiliki aroma yang berbeda beda sesuai dengan jenis makanan dan cara
memasaknya.
menarik ataupun aroma makanan yang disajikan tidak seperti aroma makanan yang
biasa mereka dapatkan. Pasien RSUD Deli Serdang berpandangan lauk hewani dalam
bentuk ikan yang disajikan pada menu hidangan terkadang mengeluarkan aroma
amis, hal ini menimbulkan banyak pasien tidak menghabiskan lauk hewani tersebut.
Aroma makanan yang terlalu menyengat pada lauk hewani akan membuat pasien
akan kehilangan selera makan sehingga pasien akan menyisakan makanan yang
diberikan oleh pihak rumah sakit dan mencoba mencari alternative makanan lainnya.
Makanan yang terlalu lembek juga akan membuat sebahagian besar pasien tidak akan
mengkonsumsi makanan yang diberikan karena makanan yang terlalu lembek akan
Petugas RSUD Deli Serdang yang menggunakan terlalu banyak bumbu juga
akan memberikan aroma makanan yang berbeda, menurut pasien yang membuat
pasien tidak akan mengkonsumsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit. Usaha
untuk membentuk cita rasa makanan dengan aroma makanan yang semenarik
mungkin akan meningkatkan daya tarik pasien RSUD Deli Serdang terhadap
Makanan dengan tekstur cair, kenyal, dan keras merupakan karakteristik dari
Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,019 yang
berarti terdapat hubungan antara tekstur makanan makanan dengan sisa makanan
pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang. Variabel cita rasa makanan dengan variabel
tekstur makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 0,604 sehingga dapat disimpulkan
bahwa cita rasa makanan dengan tekstur makanan yang dapat diterima akan
disajikann pihak RSUD sudah sesuai cita rasa yang mereka inginkan sehingga
yang tidak terlalu empuk dan tidak terlalu keras akan meningkatkan daya terima
pasien terhadap makanan tersebut. hasil penelitian Chanzul (2002) dan Adlisman
(1996) menunjukkan bahwa tekstur makanan menjadi salah satu penyebab terjadinya
Cita rasa makanan yang disajikan Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Deli
Serdang kepada pasien masih kurang enak seperti tekstur makanan yang menurut
mereka aneh dan tidak seperti rasa makanan yang biasa mereka konsumsi. Makanan
yang terlalu lembek ataupun terlalu keras yang diberikan oleh pihak RSUD Deli
Serdang juga akan membuat sebahagian besar pasien tidak akan mengkonsumsi
makanan yang diberikan, pasien RSUD Deli Serdang menyatakan tekstur nasi yang
atau ikan yang terlalu keras sehingga mereka enggan untuk mengkonsumsinya.
Makanan yang diberikan di RSUD Deli Serdang terlalu banyak menggunakan bumbu
sehingga menimbulkan tekstur makanan yang berbeda menurut pasien yang membuat
pasien tidak akan mengkonsumsi makanan yang disediakan oleh rumah sakit.
Tekstur makanan akan menjadi hal yang berkaitan dengan struktur makanan
yang dapat dideteksi dengan baik, yaitu dengan merasakan makanan di dalam mulut.
Sifat yang digambarkan dari tekstur makanan antara lain renyah, lembut, kasar, halus,
berserat, empuk, keras, dan kenyal. Bermacam-macam tekstur makanan dalam suatu
hidangan lebih menyenangkan dari pada satu macam tekstur saja. Tekstur dapat
halus. Hal tersebut adalah beberapa sifat yang digunakan untuk menggambarkan
tekstur.
makanan yang dirasakan dalam mulut. Keempukan makanan meliputi gurih, krispi,
berserat, halus, keras dan kenyal. Keempukan dan kerenyahan (krispi) ditentukan
ditentukan oleh mutu bahan makanan yang digunakan, juga ditentukan oleh cara
Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,009 yang
berarti terdapat hubungan antara keempukan makanan makanan dengan sisa makanan
pasien rawat inap di RSUD Deli Serdang .Variabel cita rasa makanan dengan variabel
keempukan makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 0,318 sehingga dapat
disimpulkan bahwa cita rasa makanan dengan keempukan makanan dapat diterima
akan berpeluang 0,318 kali membuat sisa makanan sedikit (≤20%) dibandingkan cita
rasa makanan dengan keempukan makanan yang kurang dapat diterima. Hasil
dengan tingkat keempukan makanan yang tidak sesuai akan memicu terjadinya sisa
pokok, sayur, lauk hewani dan lauk nabati yang menurut pasien dapat diterima
berkualitas memiliki cita rasa keempukan yang dapat diterima, makanan yang tidak
terlalu lembek atau terlalu keras . Makanan yang tidak memiliki keempukan yang
dapat diterima dapat terjadi karena terjadi kesalahan dalam pengolahan bahan
makanan sehingga struktur makanan menjadi terlalu lembek atau terlalu keras selain
Makanan memiliki keempukan yang baik akan mudah dikunyah dengan sempurna
yaitu keempukan makanan lauk hewani dan lauh nabati. Pasien RSUD Deli Serdang
kurang dapat diterima, hal ini disebabkan masakan yang diberikan terlalu keras dan
terdapat juga yang terlalu lembek sehingga menganggu rasa dalam bentuk
Pasien RSUD Deli Serdang akan mencoba sedikit keempukan dari lauk yang
diberikan dan jika menurut mereka keempukan itu terlalu berlebihan atau terlalu
sedikit maka pasien akan meninggalkan makanan yang diberikan terutama keluhan
untuk ikan yang terlalu keras dan sayur yang terlalu keras untuk dikonsumsi.
Makanan RSUD Deli Serdang yang empuk akan menjadi makanan yang disenangi
oleh pasien RSUD Deli Serdang dan mudah dicerna, makanan empuk akan
memudahkan pasien RSUD Deli Serdang dalam mengunyah makan dan juga usus
pada setiap jenis bahan makanan yang dimasak dan makanan akan mempunyai
tingkat kematangan sendiri – sendiri. Tingkat kematangan suatu makanan itu tentu
Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p=0,001 yang
berarti terdapat hubungan antara kematangan makanan dengan sisa makanan pasien
rawat inap di RSUD Deli Serdang. Variabel cita rasa makanan dengan variabel
kematangan makanan diperoleh nilai Exp (B) sebesar 3,111 sehingga dapat
disimpulkan bahwa cita rasa makanan dengan kematangan makanan yang dapat
diterima akan berpeluang 3,111 kali membuat sisa makanan sedikit ≤20%)
(
dibandingkan cita rasa makanan dengan kematangan makanan yang kurang dapat
diterima.
kematangan makanan yang kurang baik sehingga berdampak kepada terjadinya sisa
makanan pada 16,6% pasien di RS Sanglah Denpasar. Hasil penelitian yang tidak
atau menurunnya sisa makanan dikarenakan adanya variasi rasa makanan yang salah
bahwa kematangan makanan akan berdampak kepada sisa makanan pasien RS Santa
dapat diketahui dengan mencicipinya terlebih dahulu namun sering sekali tingkat
dengan cara dan waktu pemasakan yang dilakukan. Untuk bahan makanan daging
memiliki waktu pemasakan yang lebih lama dibandingkan dengan bahan makanan
nabati dan sayuran namun kematangan yang disukai orang juga akan berbeda antara
kematangan bahan makanan daging dengan kematangan makanan nabati dan sayuran.
dikunyah menjadi tidak enak. Buah menjadi makanan yang memiliki tingkat
kematangan yang kurang baik, terdapat pula buah yang disajikan terlalu matang
seperti buah pisang sehingga ketika dikonsumsi sudah sangat lembek dan membuat
Kematangan makanan dari sayur dapat dilihat dari penampilannya sayur yang
disajikan terlalu matang sehingga warna yang dihasilkan tidak segar dan teksturnya
menjadi lembek. Sebaiknya proses pengolahan makanan seperti sayur tidak terlalu
lama dan tidak terlalu banyak agar cita rasa yang dihasilkan menjadi baik dan tidak
berubah.
manusia seperti indera penciuman dan indera pengecap. Indera pengecap akan
lebih dinikmati daripada masakan yang terlalu matang. Untuk makanan yang tidak
matang akan membuat tekstur makanan tersebut menjadi keras sehingga konsumen
beberapa makanan yang tingkat kematangannya tidak memiliki ukuran yang jelas
karena setiap orang memiliki selera berbeda untuk kematangan makanan ini seperti
tingkat kematangan steak namun untuk makanan lainnya biasanya mayoritas orang
penentuan cita rasa makanan. Namun makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin akan
makanan waktu disajikan mempunyai peranan dalam penentuan cita rasa makanan. Namun
makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin sangat mempengaruhi sensitifitas saraf
pengecap terhadap rasa makanan sehingga dapat mengurangi selera untuk memakannya
(Moehyi, 1992).
Hasil uji statistic menggunakan exact fisher diperoleh nilai p<0,001 yang berarti
terdapat hubungan antara kematangan makanan dengan sisa makanan pasien rawat inap di
RSUD Deli Serdang. Variabel cita rasa makanan dengan variabel suhu makanan diperoleh
nilai Exp (B) sebesar 3,724 sehingga dapat disimpulkan bahwa cita rasa makanan dengan
suhu yang dapat diterima akan berpeluang 3,724 kali membuat sisa makanan sedikit
(≤20%) dibandingkan cita rasa makanan dengan suhu yang kurang dapat diterima.
Hasil penelitian tidak jauh berbeda diungkapkan Aula (2011) yang menunjukkan
bahwa rata-rata responden yang memiliki sisa makanan banyak disebabkan suhu makanan
terdapat sisa makanan 20% di RSU RA Kartini Jepara, hal ini tidak terlepas dari suhu
makanan yang tidak terjaga dengan baik . Hasil penelitian Fadillah (2013) memperlihatkan
bahwa terdapat sisa makan yang tinggi pada saat makan dengan jenis hidangan nasi dan
ikan yang tersisa disebabkan pasien tidak selera mengkonsumsi makanan dengan suhu
rasa makanan. Suhu makanan dapat mempengaruhi daya terima seseorang terhadap
terhadap temperatur makanan akan membuat terjadi peningkatan sisa makanan. Untuk
menjaga suhu makanan tetap hangat, tentunya harus difasilitasi dengan kereta makanan
yang dilengkapi alat pemanas, sementara alat ini belum tersedia kereta makanan dengan
Terdapat pula pasien di RSUD Deli Serdang yang lebih menyukai makanan yang
dihidangkan harus dengan suhu hangat sehingga jika nasi dan sayuran yang dihidangkan
tidak dalam keadaan hangat maka pasien cenderung tidak mau mengkonsumsi atau pasien
akan menyuruh anggota keluarga untuk membeli makanan diluar yang dalam keadaan
suhu hangat. Terjadinya suhu makanan yang tidak disukai oleh pasien disebabkan tenaga
kesehatan terlalu cepat menghidangkan makanan kepada pasien sehingga ketika pasien
ingin mengkonsumsi makanan ternyata makanan yang diberikan sudah tidak hangat,
padahal suhu makanan memegang peranan penting dalam penentuan cita rasa makanan.
makannya sudah bisa ditimbulkan melalui rangsangan panca indera mata yaitu penyajian
yang menarik, aroma yang sedap serta bentuk makanan yang menarik. Selera makan
pasien akan semakin berkurang jika mereka merasakan makanan yang dihidangkan sudah
terlalu dingin yang membuat nafsu makan pasien akan hilang sehingga membuat pasien
Suhu makanan di RSUD Deli Serdang akan baik jika ada manajemen waktu yang
baik di instalasi gizi RSUD Deli Serdang. Proses pengolahan makanan mulai dari bahan
Pembagian waktu makanan yang tepat dengan jam makan pasien serta jarak waktu
yang sesuai antara makan pagi, siang dan malam hari dapat mempengaruhi habis tidaknya
makanan yang disajikan dan mempengaruhi suhu makanan yang akan disajikan. Jadwal
pemberian makan yang tidak teratur akan membuat makanan yang sudah siap akan
mengalami waktu penungguan sehingga pada saat makanan akan disajikan ke pasien,
makanan menjadi tidak menarik karena mengalami perubahan dalam suhu makanan yang
sudah tidak hangat. Kekurangan ketersediaan tenaga di Instalasi Gizi RSUD Deli Sedang
menjadi permasalahan sehingga membuat jadwal pemberian makan tidak teratur sehingga
suhu makanan tidak terjaga dan pasien mendapatkan makanan yang sudah dalam keadaan
dingin. Kepemilikan troli atau lemari penghangat menjadi suatu hal yang sangat penting
dalam menjaga suhu makanan agar tetap hangat ketika dilakukan pendistribusian makanan.
Deli Serdang. Petugas RSUD Deli Serdang sebaiknya memberikan angket kepada pasien
mengenai suhu makanan yang disajikan untuk mengetahui suhu yang diinginkan pasien,
serta menanggapi masukan dan kritikan dari pasien mengenai suhu makanan yang
disajikan.
6.1. Kesimpulan
Rumah Sakit Umum Deli Serdang dalam kategori cukup menarik yaitu sebanyak
(52,1%) dan penyajian makanan dalam kategori cukup menarik sebanyak (47,9%).
Rasa makanan dalam kategori cukup enak sebanyak (62,5%) dan rasa makanan
2. Sisa makanan di Rumah Sakit Umum Deli Serdang sebahagian besar dalam
kategori sisa banyak (>20%) yaitu sebanyak (52,1%) sedangkan sisa makanan
Exp (B) sebesar 4,503 sehingga dapat disimpulkan bahwa penyajian makanan
dengan tempat penyajian makanan yang menarik akan berpeluang 4,503 kali
sebesar 3,724 sehingga dapat disimpulkan bahwa cita rasa makanan dengan suhu
yang dapat diterima akan berpeluang 3,724 kali membuat sisa makanan sedikit
(≤20%) dibandingkan cita rasa makanan dengan suhu yang kurang dapat diterima.
6.2. Saran
1. Diharapkan kepada Kepala Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Deli Serdang dapat
meningkatkan mutu dan cita rasa makanan dengan memberikan pelatihan dan studi
mempunyai cita rasa yang tinggi, sehingga sisa makanan dapat dihindari
seminimal mungkin.
2. Ahli gizi Rumah Sakit Umum Deli Serdang lebih memperhatikan cara penyajian
yang meliputi warna makanan, bentuk hidangan dan tempat penyajian sehingga
3. Diharapkan kepada ahli gizi Rumah Sakit Umum Deli Serdang untuk melakukan
evaluasi secara periodik dengan cara memberikan angket kepada pasien mengenai
penyajian dan cita rasa makanan yang disajikan untuk mengetahui menu yang
disukai dan menu yang tidak disukai pasien, serta menanggapi masukan dan
Analisis Sisa Makanan Lunak di Beberapa Rumah Sakit di DKI Jakarta, Tahun 2011.
Jurnal Gizi Indon 2012, 35(2):97-108. Poltekkes Kemenkes JakartaII.
Aristi Della. 2010. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan sisa makanan pada
pasien pasca melahirkan di RSU Kabupaten Tangerang. UIN Jakarta.
Asih, Nofitry. 2009. Hubungan Penilaian Cita Rasa Makanan Dan Reaksi Obat
Dengan Daya Terima Makanan Lunak Pada Pasien Tuberkulosis Paru Di
RSUP. Dr Hasan Sadikin Bandung. Karya Tulis Ilmiah Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Bandung
Berdhika Dian. 2012. Hubungan Penampilan Makanan dan Faktor Lainnya dengan
Sisa Makanan Biasa Pasien Kelas III Seruni RS Puri Cinere Depok.
EsaUnggul.
Barton, A.D, Beigg CL, Macdonald IA, Allison SP, 2000. High Food Wastage and
Low Nutritional intakes in Hospital Patients. Clinical Nutrition Journal
__________. 2007. Skrining Malnutrisi Pada Anak yang Dirawat di Rumah Sakit.
Jakarta : Depkes RI.
__________, 2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta : Depkes RI
Djamaluddin, M, Endy P dan Ira P .2005. Analisis Zat Gizi dan Biaya Sisa Makanan
pada Pasien dengan Makanan Biasa. Jurnal Gizi Klinik Indonesia.
Fadilah, Oktaviani. 2013. Sisa Makanan, Kontribusi Zat Gizi dan Biaya Makan
Pasien Rawat Inap Di RSUD Salatiga. Univ Muhammadiyah Surakarta.
Hadiyati, Fauzatun. 2015. Hubungan Penampilan Makanan, Rasa Makanan, dan Mual
Muntah Pasca Kemoterapi Dengan Sisa Makanan pasien Kanker Anak
Umur 6-18 Tahun di Rumah Sakit Kanker Dharmais Tahun 2015.
Universitas Esa Unggul.
Irawati, 2010. Analisis Zat Gizi dan Biaya Sisa Makanan Pasien Skizofrenia Rawat
Inap di Rumah Sakit Jiwa Madani Palu. Jurnal Gizi Klinik Indonesia
6(3): 123-131.
Kasmin, Fitrya. 2007. Analisis Kualitas Menu atau Hidangan, Penyajian Makanan
dan Status Gizi Pasien Ruang Interna dan Ruang Bedah di RSUD Jember.
Universitas Jember. .
Lipoeto, N.I.Megasari, dan A.E.Putra. 2006. Malnutrisi dan Asupan Kalori Pasien
Rawat Inap di Rumah Sakit. Majalah Kedokteran Indonesia : vol. 56.
No.11: 3.
Mujiwarni, Endah. 2013. Faktor-Faktor Eksternal Yang Berhubungan Dengan Sisa
Makanan Biasa Pasien Bangsal Rawat Inap RSUD Salatiga. UMS
Surakarta.
Munawar, A. 2011. "Hubungan Makanan, Rasa Makanan dan Faktor Lainnya Dengan
Sisa Makanan (Lunak) Pasien Kelas 3 di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung" (tesis). Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan
Masyarakat.
Nuryanti, Puji, Margo Utomo dan Mifbakhuddin. 2008. Hubungan antara Waktu
Penyajian, Penampilan dan Rasa Makanan dengan Sisa Makanan
padaPasien Rawat Inap Dewasa di RS Bhakti Wira Tamtama Semarang.
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Puspita, Devi Karina dan Sri Ratna R. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Perilaku Menyisakan Makanan Pasien Diet Diabetes Mellitus.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (2011) 6: 120-6.
Sari, Dian Berdhika. 2012. Hubungan Penampilan Makanan dengan Faktor Lainnya
dengan Sisa Makanan Pasien Kelas 3 Seruni RS Puri Cinere Depok Bulan
April-Mei Tahun 2012. Universitas Indonesia. Jakarta.
Soegeng, Santoso. 2004. Kesehatan & Gizi. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Sumiyati. 2008. Sisa Makanan Pasien Dan Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi
Sisa Makanan Pasien Di Ruang Anggrek RSU Ra Kartini Jepara.
Universitas Muhammadiyah Semarang.
Williams Peter dan Karen Walton. 2011, Plate Waste in Hospitals and Strategies for
Change, Journal of Clinical Nutrition and Metabolism, vol. 6, no, 6, pp.
235-241. Dari : http:// www.elsevier.com/locate/clnu. [8 Maret 2016].
Wirasamadi, Nuluh P. 2015. Analisis Jumlah, Biaya dan Faktor Penentu Terjadinya
Sisa Makanan Pasien Rawat Inap di RSUP Sanglah Denpasar. Tesis.
Udayana Denpasar.
FORM OBSERVASI
Nilai :
− Jika Bapak/ Ibu melihat penyajian makanan kurang menarik berikan nilai 1
− Jika Bapak/ Ibu melihat penyajian makanan cukup menarik berikan nilai 2
− Jika Bapak/ Ibu melihat penyajian makanan menarik berikan nilai 3
Nilai :
− Jika Bapak/ Ibu merasa makanan kurang enak berikan nilai 1
− Jika Bapak/ Ibu merasa makanan cukup enak berikan nilai 2
− Jika Bapak/ Ibu merasa makanan enak berikan nilai 3
.
Makanan Pokok
Lauk Hewani
Makan Lauk Nabati
Siang Sayur
Buah
Makanan Pokok
Lauk Hewani
Makan Lauk Nabati
Malam Sayur
Buah
Sisa Makanan
Sisa Kategori
Frequency Percent
Valid > 20% ( banyak) 25 52.1
≤25% ( sedikit) 23 47.9
Total 48 100.0
Model Summary
Cox & Snell R Nagelkerke R
Step -2 Log likelihood Square Square
1 53.852a .231 .308
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates
changed by less than .001.
Classification Tablea
Predicted
Sisa Kategori
Observed > 20% ( banyak) ≤ 20% ( sedikit) Percentage Correct
Step 1 Sisa Kategori > 20% ( banyak) 15 10 60.0
≤ 20% ( sedikit) 4 19 82.6
Overall Percentage 70.8
a. The cut value is .500
Correlation Matrix
Constant Kat_penyaji Kat_rasa
Step 1 Constant 1.000 -.681 -.673
Kat_penyaji -.681 1.000 -.063
Kat_rasa -.673 -.063 1.000
Foto Dokumentasi