1320015024-3-Bab Ii
1320015024-3-Bab Ii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
usaha yang memberikan layanan penginapan dan medis dalam jangka pendek dan
untuk orang yang menderita sakit, terluka atau melahirkan. Dalam pelaksanaannya,
rumah sakit juga memberikan pelayanan dasar berobat jalan untuk pasien yang tidak
membutuhkan pelayanan rawat inap. Adapun fungsi rumah sakit adalah sebagai
penyedia pelayanan kesehatan yang holistik kepada masyarakat, baik kuratif maupun
untuk mengadakan latihan tenaga kesehatan serta melakukan penelitian (Ilyas, 2011).
Menurut Peraturan Kesehatan Republik Indonesia No. 340 / Menkes / per / III
/ 2010, tentang klasifikasi Rumah Sakit, yang dimaksud dengan rumah Sakit khusus
adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit. Dengan ketentuan jumlah tenaga
1
2
keterpaduan antara daya pikir dengan fisik manusia yang mampu mencerminkan
kualitas usaha dan usaha kerja dari manusia tersebut dalam menghasilkan barang
atau jasa tertentu. Begitu pentingnya SDM terhadap suatu proses pembangunan,
Ramelan (1999), menyatakan bahwa SDM merupakan inti dari pembangunan itu
sendiri.
berbagai konflik dan permasalahan yang timbul dalam level karyawan, pegawai,
buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya yang memiliki peranan dalam menentukan
aktifitas dan produktifitas kinerja organisasi atau perusahaan demi tercapainya tujuan
sakit dimulai berurutan dan bersifat holistik, dalam tahapan penerimaan pegawai,
sampai dengan putusnya hubungan kerja dengan rumah sakit terkait. Ruang lingkup
manajemen ketenagaan mencakup: (1) analisis masa kini dan mendatang tentang
prediksi kebutuhan tenaga, sistem rekruitmen dan seleksi, penempatan kerja yang
mencapai produktifitas organisasi yang bersangkutan. Hal ini dapat dipahami karena
semua kegiatan organisasi dalam mencapai misi dan tujuannya, tergantung kepada
manusia yang mengelola organisasi itu. Oleh sebab itu SDM harus dikelola
sedemikian rupa sehingga berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai misi dan
tujuan organisasi. Tujuan tersebut dapat dijabarkan ke dalam 4 (empat) tujuan yang
ini kebutuhan dan tantangan yang timbul dari masyarakat. Suatu organisasi
Tujuan organisasi adalah untuk melihat bahwa manajemen SDM itu ada
secara keseluruhan. Manajemen SDM bukan suatu tujuan dan akhir suatu
suatu tujuan organisasi secara keseluruhan. Oleh sebab itu, suatu unit atau
Tujuan fungsi adalah untuk untuk memelihara kontribusi bagian lain agar
daya tersebut menyatakan bahwa setiap unit dapat menjaga peranannya yaitu
Dalam upaya untuk mencapai tujuan manajemen SDM tersebut, maka suatu
memelihara pegawai SDM agar semua fungsi organisasi dapat berjalan seimbang.
perencanaan yang sedikit berbeda dengan organisasi yang lain. Perencanaan SDM
rumah sakit merupakan sistem perencanaan SDM yang juga dilakukan berdasarkan
perencanaan SDM rumah sakit harus berdasarkan fungsi (kompetensi kerja) dan
beban kerja agar dapat berjalan dengan baik karena kesesuaian SDM dengan
kompetensi dan beban kerja telah didapatkan. Terdapat lima langkah yang perlu
5
dilakukan dalam merencanakan kebutuhan SDM rumah sakit, yaitu (1) analisa tenaga
rumah sakit yang dimiliki saat ini dan bagaimana kecukupannya berdasarkan
prediksi di masa yang akan datang, (2) analisa persediaan rumah sakit, (3) analisa
kebutuhan tenaga kesehatan rumah sakit di masa yang akan datang, (4) analisa
dimiliki saat ini dan (5) dokumen kebutuhan tenaga rumah sakit yang mencakup
jumlah, jenis dan kompetensi yang dibutuhkan berdasarkan periode waktu tertentu
(Ilyas, 2011). Berikut bagan yang menggambarkan proses perencanaan SDM rumah
sakit:
Analisa Kesenjangan
Dokumen Rencana
SDM
2.4 Perawat
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1176 tahun 2011 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan, adalah sebagai salah satu profesi yang selalu
berhubungan secara langsung dengan pasien, perawat dituntut untuk memahami dan
pelayanan keluhan pasien sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan (RS
1. Akuntabilitas Utama
keperawatan
penanganan keluhan
jawabnya.
tanggung jawabnya
7
b. Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan
mungkin
menjadi tanggungjawabnya
h. Mengikuti operan jaga yang diadakan pada setiap akhir dinas dan
tanggungjawabnya
berdasarkan kepada kaidah keperawatan secara ilmu dan secara manusiawi diberikan
1. Model Fungsional
2. Model Kasus
kasus yang dimiliki pasien, sehingga pasien dapat ditangani dengan baik.
3. Model Tim
tim yang terkoordinasi dan kooperatif satu sama lain untuk memberikan
perawatan.
4. Model Primer
perawat yang bertugas secara primer atas pasien dari mulai pasien masuk
psikologis, jiwa dan akan semakin mampu untuk berfikir rasional sehingga
3. Masa kerja yang relatif lama disertai dengan bertambahnya usia maka akan
4. Seseorang yang telah menikah dan telah memiliki tanggung jawab akan
pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan dalam waktu satu tahun
banyaknya jenis pekerjaan yang dapat diselesaikan oleh satu orang tenaga kesehatan
dalam waktu satu tahun kerja sesuai dengan standar profesional yang telah
satuan kerja dengan menjumlah semua beban kerja lalu dibagi dengan kapasitas kerja
jawab yang harus dilakukan (Irnalita, 2008). Berdasarkan pengertian ini, jelas dapat
diambil kesimpulan bahwa analisa beban kerja juga memperhitungkan kualitas, yang
kualitas dan prestasi kerja yang disebabkan oleh tingginya beban kerja juga akan
berdampak kepada diri perawat seperti penurunan motivasi kerja yang berefek
pelaksana di Rumah Sakit Umum dr. Pringadi Medan, belum mampu memberikan
beban kerja personel perlu dilakukan menggunakan teknik yang reliable sehingga
Hasil pengukuran beban kerja akan baik jika di gunakan oleh ahlinya dalam
Menurut Ilyas (2011), terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan untuk
Work Sampling merupakan suatu teknik hitung beban kerja yang digunakan
untuk menghitung besarnya beban kerja yang didapatkan dalam suatu unit, bidang
11
4. Pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan schedule jam kerja.
work sampling berdasarkan kepada kegiatan yang menjadi standar yang telah
dilakukan pada aktifitas atau kegiatan asuhan keperawatan yang dilakukan perawat
tahapan yang harus dilakukan dalam menggunakan teknik work sampling antara lain:
sebagai kegiatan produktif dan tidak produktif atau kegiatan langsung dan
work sampling.
Untuk meningkatkan akurasi penelitian, interval yang lebih pendek lebih baik
kemungkinan lost of attention dari sampel. Biasanya dilakukan selama 7 hari kerja
selama 24 jam (3 shif) dalam 7 hari kerja, dengan demikian jumlah pengamatan :
5 (menit)
apa saja yang dilakukan oleh sampel. Kelebihan dari teknik ini adalah kita mampu
sekaligus menilai kualitas kinerja dari sampel sambil menghitung beban kerjanya.
Yang harus dilakukan dalam menjalankan teknik ini antara lain : (Ilyas, 2011).
purposive sampling.
2. Jumlah perawat yang dinilai mahir dan diamati kegiatannya dapat satu
perawat.
terkait dengan profesi kompetensi dan fungsi sampel yang diamati dan
belum jelas kualitas tahapannya sebagai penilaian holistik. Selain itu, teknik ini baik
Table 2.1 Perbedaan Work Sampling dengan Time and motion Study
waktu yang dihabiskan dalam melakukan pekerjaannya. Karena itulah, teknik ini
terlebih dahulu pedoman dan formulir isian untuk para sampel. Penjelasan dasar
mengenai cara pengisian formulir harus dilakukan oleh peneliti terlebih dahulu
dalam penelitian ini adalah kegiatan, waktu, dan lamanya kegiatan (Ilyas, 2011 dan
Indriana, 2009). Data yang telah didapatkan dari para sampel kemudian diolah untuk
mendapatkan analisa mengenai beban kerja tertinggi dan jenis pekerjaan yang
yang dibutuhkan bagi pekerja yang telah memenuhi syarat atas kemampuan untuk
ditetapkan. Adapun waktu yang digunakan dalam pengukuran kerja antara lain :
1. Waktu standar
Undang No. 13 tahun 2003 tentang Tenaga Kerja (terutama dalam pasal
77), hari kerja yang dibebankan pekerja dengan memiliki jam kerja 7 jam
dalam sehari dan 40 jam dalam seminggu adalah 6 hari kerja, sedangkan
15
bagi pekerja yang dengan jam kerja 8 jam dalam sehari dan 40 jam dalam
2. Waktu Produktif
dalam satu hari kerja adalah 80% : 20 % karena tidak mungkin tenaga
Waktu produktif
Terbagi menjadi 2, yaitu (1) waktu kerja dasar, yaitu waktu kerja
kegiatan/produk jasa dan (2) waktu kerja tambahan, yaitu waktu kerja
yang melebihi waktu kerja dasar yang timbul akibat kinerja yang tidak
operasional lainnya
tingkat produktifitas akan menurun. Hal ini bisa disebabkan oleh (1)
sakit secara garis besar, yaitu berdasarkan target pelayanan kesehatan, berdasarkan
tidur (Ilyas, 2011). Kali ini hanya akan dibahas beberapa dari metode diatas, yaitu
Metode Work Indikator of Staffing Need (WISN) yang berdasarkan kepada indikator
beban kerja riil dan rasio kapasitas seseorang dalam melakukan tugasnya pada suatu
sarana kesehatan dan Metode Ilyas yang berdasarkan kepada prinsip demand.
Metode ini biasanya digunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan tenaga dalam
skala yang besar, misalnya di kantor dinas kesehatan dan rumah sakit tingkat
alokasi/realokasi tenaga akan lebih mudah dilakukan. Metode ini mudah diterapkan
secara teknis dan sifatnya holistik. Adapun kelemahan metode WISN menurut
karena akan digunakan sebagai dasar untuk input data yang selanjutnya akan
Indonesia (PPNI)
Gillies, hanya saja satuan hari diubah menjadi minggu. Selanjutnya jumlah hari kerja
efektif juga dihitung dalam minggu sebanyak 41 minggu dan jumlah jam kerja
perhari selama 40 jam per minggu. Tampak pada formula PPNI tidak ada sesuatu
yang baru dengan konsep dengan formula Gillies. PPNI berusaha menyesuaikan
dibutuhkan oleh pasien selama 24 jam. Jam waktu perawatan berkisar antara 3
sampai dengan 4 jam tergantung jenis penyakit, tindkan dan aplikasi keperawatan di
rumah sakit. BOR rumah sakit adalah prosentase rata-rata jumlah tempat tidur yang
digunakan selama periode tertentu misalnya selama satu semester, atau setahun. Hari
kerja efektif selama 41 minggu yang dihitung sebagai berikut : 365 – 52 (hari
minggu) - 12 (hari libur nasional) – 12 (hari libur cuti tahunan) = 289 hari : 7
hari/minggu = 41 minggu.
diasumsikan perawat oleh PPNI dihitung hanya sebesar 75% sehingga jumlah tenaga
2.7.3 Depkes
berdasarkan pengelompokan unit kerja di rumah sakit, yaitu unit rawat inap dewasa,
rawat inap anak/perinatal, rawat inap intensif, gawat darurat, kamar bersalin, kamar
18
operasi dan rawat jalan dengan menggunakan rumus kebutuhan tenaga perawat di
ruang perawatan.
menambah perawat libur (loss day) dan tugas non keperawatan. Tenaga keperawatan
yang mengerjakan pekerjaan non keperawatan diperkirakan 25% dari jumlah tenaga
keperawatan.
beban kerja yang relatife cepat dengan keakuratan yang tinggi sehingga mampu
keputusan manajemen (Ilyas, 2011). Dasar dari metode ini adalah melalui
produk/unit yang dibutuhkan. Dengan kata lain, beban kerja secara spesifik
tergantung kepada transaksi bisnis yang dilakukan setiap unit kerja. Untuk
melakukan perhitungan yang baik, diperlukan informasi yang akurat terkait : (Ilyas,
2001)
penunjang sejelas-jelasnya
3. Jenis dan jumlah transaksi bisnis per hari, per minggu, per bulan
jumlah kegiatan yang dilakukan dan waktu transaksi bisnis. Beban kerja setiap unit
per hari dapat disajikan dalam satuan menit atau jam perhari kerja. Formula Ilyas
untuk menghitung perawat yang dibutuhkan rumah sakit, memiliki komponen yang
A X B X 365
Tenaga perawat =
255 X jam kerja/hari
Keterangan
(365-(12 hari libur nasional 12 hari libur cuti tahunan) x ¾ = 255 hari)
Jumlah hari kerja efektif perawat di rumah sakit yaitu 255 hari per tahun. Jumlah
hari kerja efektif per tahun ini berasal dari jumlah hari pertahun (365) dikurangi
jumlah hari libur nasional (12) dan cuti (12) dikali tiga per empat. Indeks ¾
merupakan indeks yang berasal dari karakteristik jadwal kerja perawat dirumah sakit.
Indeks ¾ berasal dari setiap empat hari kerja efektif, perawat mendapat libur satu
(menggunakan Time and Motion Study kepada 8 perawat kemudian diolah dengan
metode Ilyas) dan kompetensi kerja (indepth interview kepada 3 informan dengan
penelitian ini secara umum menggambarkan adanya kesenjangan antara beban kerja
yang diterima oleh perawat instalansi Hemodialisa dengan tenaga kerja yang
tersedia, sehingga dibutuhkan penambahan tenaga kerja sebanyak satu orang perawat
(berdasarkan hasil hitung waktu produktif) atau dua orang perawat (berdasarkan