Anda di halaman 1dari 13

Tugas Turorial 1

Pembelajaran IPA di SD - PDGK4202.780006

IDENTITAS
Nama : Agussalim
NIM : 859143904
TTL : Raba, 17-08-1989

Jawaban :

Tugas Tutorial 1
Soal no.1
Sebutkan dan jelaskan 4 teori belajar kognitif pada pembelajaran IPA di SD?
 
Soal no.2
Buatlah contoh penerapan dari salah satu teori belajar kognitif dalam pembelajaran IPA di SD!
 
Soal no.3
Sebutkan dan jelaskan 3 pendekatan dalam pembelajaran IPA di SD!
 
Soal no.4
a. Sebutkan 3 metode belajar pada pembelajaran IPA di SD beserta manfaatnya!?
b. Sebutkan metode yang paling sesuai di terapkan di sekolah tempat bapak/ibu mengabdi. dan jelaskan
alasan pemilihan metode tersebut.

Jawaban :
1. 4 teori belajar kognitif pada pembelajaran IPA di SD :
a. Teori Piaget
Dari teori Piaget ini, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
pembelajaran di kelas antara lain bahwa Piaget beranggapan anak bukan
merupakan suatu botol kosong yang siap untuk diisi, melainkan anak
secara aktif akan membangun pengetahuan dunianya. Satu hal lagi, teori
Piaget mengajarkan kita pada suatu kenyataan bahwa seluruh anak
mengikuti pola perkembangan yang sama tanpa mempertimbangkan
kebudayaan dan kemampuan anak secara umum. Hanya umur anak di
mana konservasi muncul sering berbeda. Poin yang penting ini
menjelaskan kita mengapa pembelajaran IPA di SD banyak menggunakan
percobaan-percobaan nyata dan berhasil pada anak yang lemah dan anak
yang secara kebudayaan terhalangi. Pembelajaran berlandaskan teori
Piaget harus mempertimbangkan keadaan tiap siswa (dikatakan sebagai
terpusat pada siswa) dan siswa diberikan banyak kesempatan untuk
mendapatkanpengalaman dari penggunaan inderanya.
b. Teori Bruner
Bruner mengemukakan model belajar yang disebut model belajar
penemuan. Seiring dengan hal tersebut, dalam penerapannya di kelas
Bruner juga mengemukakan model pembelajaran di kelas yang disebut
sebagai model pembelajaran penemuan (discovery teaching). Sesuai
dengan teori belajar penemuan, tujuan pembelajaran penemuan ini bukan
hanya untuk memperoleh pengetahuan saja melainkan untuk memberikan
motivasi kepada siswa, melatih kemampuan berpikir intelektual, dan
merangsang keingintahuan siswa. Bruner mengemukakan bahwa proses
pembelajaran di kelas bukan untuk menghasilkan perpustakaan hidup
untuk suatu subjek keilmuan, tetapi untuk melatih siswa berpikir secara
kritis untuk dirinya, mempertimbangkan hal-hal yang ada di sekelilingnya,
dan berpartisipasi aktif di dalam proses mendapatkan pengetahuan. Di sini
jelas bahwa proses pembelajaran yang dianjurkan oleh Bruner merupakan
proses pembelajaran di mana siswa secara aktif mencari sendiri
pengetahuan yang diinginkan.
c. Teori Belajar Gagne
Menurut Gagne, belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan
seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan
tersebut bersifat relatif tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu
terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru. Seorang dapat
mengetahui belajar telah berlangsung pada diri seseorang apabila dia
mengamati adanya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, dan
perubahan tersebut bertahan lama. Sebagai contoh siswa kelas IV SD
yang bernama Harun sebelum proses belajar berlangsung tidak mengerti
proses fotosintesis pada daun, sedangkan setelah belajar dia dapat
menjelaskan proses fotosintesis pada daun, perubahan zat-zat yang
terjadi selama proses fotosintesis berlangsung, dan sebagainya
d. Teori Belajar Ausubel
Ausubel dalam bukunya Educational Psychology: A Cognitive View,
menyatakan bahwa faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar
ialah apa yang telah diketahui siswa. Pernyataan Ausubel inilah yang
menjadi inti teori belajarnya, yaitu belajar bermakna.Belajar secara verbal
diajarkan melalui pengajaran langsung seperti ceramah dan sudah
berlangsung selama bertahun-tahun. Penelitian tentang cara mengajar
yang efektif yang baru saja dilakukan mengindikasikan bahwa jika
informasi yang diinginkan dapat masuk ke dalam memori atau ingatan,
maka model pengajaran secara langsung adalah cara yang terbaik.
Belajar secara verbal atau langsung adalah lebih efektif untuk diberikan di
kelas-kelas bawah yaitu kelas I sampai dengan kelas III, sedangkan untuk
kelas atas yaitu mulai kelas IV sampai dengan kelas VI, maka pengajaran
secara verbal keefektifannya akan semakin berkurang.

2. Contoh penerapan teori Piaget

Materi : Mengidentifikasi sifat-sifat cahaya

 Alat dan bahan (skor 0-35)


1. Gelas kaca
2. Gelas keramik
3. Air
4. Sendok
5. Cermin
6. Senter
7. Kertas putih

 Langkah-langkah kegiatan percobaan 1


1) Letakkan kertas putih di belakang gelas kaca bening, kertas putih tersebut
berfungsi untuk menangkap cahaya (skor 0-10)
2) Arahkan sorot senter ke gelas kaca bening dari arah depan, amati cahaya
yang tertangkap di kertas putih (skor 0-10)
3) Ulangi kegiatan tersebut dengan mengganti gelas kaca bening dengan gelas
kaca keramik. Amati keadaan kertas putih. (skor 0-10)
 Pertanyaan 1 : Apa yang terjadi pada kertas putih ketika cahaya
senter diarahkan ke gelas kaca bening dan gelas kaca keramik ?
(skor 0-10)

 Langkah kegiatan pada percobaan 2


1) Arahkan senter menyala ke cerminyang letaknya tegak, miring ke kiri dan
miring ke kanan (skor 0-10)
2) Perhatikan peristiwa yang terjadi . (skor 0-10)
 Pertanyaan 2 : Apa yang akan terjadi ketika cahaya senter mengenai
permukaan cermin ? (skor 0-10)

 Langkah kegiatan pada percobaan 3


1) Isilah gelas kaca bening dengan air (skor 0-10)
2) Masukkan sendok ke dalam gelas tersebut (skor 0-10)
 Pertanyaan 3 : Bagaimana penampakan sendok yang dimasukkan
dalam air ? (skor 0-10)

 Kesimpulan
Uraikan kesimpulan dari percobaan 1, 2 dan 3 ! (skor 0-30)
1)…………………………
2)…………………………
3)…………………………

3. Penerapan Pendekatan dalam Pembelajaran IPA di SD :


2.1. Pendekatan Lingkungan
Pemanfaatan lingkungan dalam pengajaran mempunyai keuntungan praktis dan
ekonomis. Keuntungan praktis karena mudah diperoleh, sedangkan keuntungan ekonomis karena
murah dan dapat dijangkau oleh seluruh siswa. Dengan memanfaatkan lingkungan sekaligus juga
memanfaatkan kepedulian siswa untuk mencintai lingkungan belajarnya. Hal ini akan lebih
terasa bermakna, bermanfaat dan langsung dapat dirasakan oleh siswa.

Kegiatan Belajar 2
Penerapan Pendekatan dalam Pembelajaran IPA
2.1. Pendekatan Lingkungan
Pemanfaatan lingkungan dalam pengajaran mempunyai keuntungan praktis dan
ekonomis. Keuntungan praktis karena mudah diperoleh, sedangkan keuntungan ekonomis karena
murah dan dapat dijangkau oleh seluruh siswa. Dengan memanfaatkan lingkungan sekaligus juga
memanfaatkan kepedulian siswa untuk mencintai lingkungan belajarnya. Hal ini akan lebih
terasa bermakna, bermanfaat dan langsung dapat dirasakan oleh siswa.
Ada beberapa cara teknik atau cara mengajar dengan pendekatan lingkungan alam
sekitar, yaitu: Survey, Camping / berkemah, Field Trip / karya wisata. Pendekatan lingkungan
adalah pendekatan yang berorientasi pada alam bebas dan nyata,S. Misalnya; Praktik Lapangan,
Mengundang nara sumber, Proyek Pelayanan, dan Pengabdian kepada masyarakat.
Kelebihan mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar, yaitu :
a. Lebih menarik dan tidak membosankan
b. Hakikat belajar akan lebih bermakna
c. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih
akurat
d. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif
e. Sumber belajar menjadi lebih kaya
f. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya.
Kekurangan mengajar dengan pendekatan lingkungan alam sekitar, yaitu :
a. Volume dan kekuatan suara harus lebih besar, agar dapat ditangkap oleh audiens.
b. Guru/dosen harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk memusatkan perhatian audiens.
c. Model pembelajaran harus dibuat menarik, variatif
d. Sangat tergantung cuaca
e. konsentrasi audiens kurang

2.2. Pendekatan Sain-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat


beberapa penerapan dalam kegiatan pembelajaran:
a.    Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi
Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi ini tidak memungkinkan bagi guru
bertindak sebagai satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori.
b.    Pengalaman intelektual, emosional dan fisik
Pengalaman ini dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal. Ini berarti
kegiatan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan kepada siswa memperlihatkan unjuk
kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep dan prinsip sangat
dibutuhkan.
c.    Penanaman sikap dan nilai sebagai pengabdi
Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tata cara memproses dan memperoleh
kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan siswa pada kesadaran
keterbatasan manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila dibandingkan dengan keterbatasan
dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi (Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 135 – 138).
Menurut Anwariyah dalam Munawarah (2002 : 5) ada empat macam penerapan Sains
Teknologi Masyarakat (STM) dalam pembelajaran yaitu:
1.      Menyadari hubungan yang kompleks antara ilmu, teknologi dan masyarakat
2.      Mengerti dan mampu mengadaptasikan diri dengan berbagai perubahan besar sebagai akibat
perkembangan IPTEK serta dampak-dampak bagi individu dan masyarakat.  
3.      Mampu membuat keputusan yang tepat mengenai penggunaan teknologi dala masyarakat
khususnya yang melibatkan unsur-unsur sosial, seperti lingkungan, energi, kependudukan, bio
genetika, teknologi, maknan, transportasi dan lain-lain.
4.      Secara realistik dapat memproyeksikan alternatif masa depan beserta konsekwensi positif dan
negatifnya.
Menurut Wahyudi, dkk dalam Munawarah (2004 : 7) ada beberapa keunggulan yang
dapat diperoleh dari pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu:
a.    Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi tujuan
 Meningkatkan keterampilan inquiry dan pemecahan, di samping keterampilan proses.

 Menekankan cara belajar yang baik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
 Menekankan sains dalam keterpaduan dan antara bidang studi.
b.    Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi pembelajaran
 Menekankan keberhasilan siswa

 Menggunakan berbagai strategi

 Menyadarkan guru bahwa kadang-kadang dirinya tidak selalu berfungsi sebagai sumber
informasi.
c.    Keunggulan pendekatan STM ditinjau dari segi evaluasi
 Ada hubungan antara tujuan, proses dan hasil belajar

 Perbedaan antara kecakapan, kematangan serta latar belakang siswa juga diperhatikan. 

 Kualitas efisiensi dan keefektifan serta fungsi program juga dievaluasi. 

 Guru juga termasuk yang dievaluasi usahanya yang terus menerus dalam membantu
siswa.
Ada bebrapa tahapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM), yaitu:
 Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau masalah
aktual yang ada di masyarakat dan dapat diamati oleh siswa.
 Dalam pembentukan konsep yang siswa membangun atau mengkonstruksikan
pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.
 Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan masalah yang menganalisis masalah atau isu
yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami
sebelumnya.
 Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberi pemantapan konsep agar tidak terjadi
kesalahan konsep pada siswa.
 Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa terhadap
materi yang dikaji (www.dunia guru com.)
Aisyah (2007), mengemukakan empat hambatan pembelajaran dengan pendekatan STM, yaitu waktu,
biaya, kompetensi guru, dan komunikasi dengan stakeholder (orang tua, masyarakat, dan birokrat).
hambatan lain dalam penerapan pendekatan ini adalah siswa belum terbiasa untuk berpikir kritis dan
belajar mengambil pengalaman di lapangan, sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketekunan guru untuk
mengarahkan dan membimbing siswa dalam pembelajaran

2.3. Pendekatan Faktual


Pembelajaran dilakukan dengan menyodorkan fakta-fakta hasil penemuan IPA dengan harapan
siswa dapat memperoleh informasi tersebut. Metodenya antara lain adalah dengan membaca,
menyampaikan pendapat ahli dari buku, demonstrasi, latihan ( drill), dan memberikan test.

2.4. Pendekatan Konseptual


Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu :
a.    Tahap Enaktif, yaitu melalui Pengenalan benda konkret. menghubungkan dengan pengalaman
lama atau pengalaman baru, dan pengamatan, penafsiran tentang benda baru.contohnya
            Pengajar memperlihatkan barang-barang yang sering dipakai orang sehari-hari untuk menutup
badan dan perlengkapannya. Pembelajar diminta mengamati dan menghubungkan dengan apa
yang pernah dialaminya atau barangkali ada kreasi baru.
            Pengajar bertanya agar mendapat respons tentang barang-barang tersebut. Apakah kamu pernah
mengenakan barang seperti ini jawabnya ya atau tidak. Apakah kamu pernah mengenakan
barang seperti ini, jawabnya ya atau tidak. Apakah barang-barang ini sambil diperagakan,
dipakai di badan, disebagian badan atau di seluruh badan serta dikaki, di tangan atau di leher,
jawabnya “ ya atau tidak “.
b.   Tahap Simbolik yaitu dengan memperkenalkan ; Simbol, lambang, kode, membandingkan
antara contoh dan non contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya.
Seta memberi nama, istilah, serta definisi. dimana pengajar memperlihatkan gambar tentang
barang-barang yang ditunjukkan pada a dan b. Pembelajar menunjuk dan menyebut ciri-ciri
khusus tiap-tiap benda tersebut, dan Pengajar bersama pembelajar memberi sebuah nama atau
istilah. Gambar atau barang yang termasuk baju dan gambar atau barang yang bukan baju tetapi
sebagai pelengkap. Pembelajar secara lisan dapat menyebut dengan nama dan definisinya.
c.    Tahap Ikonik merupakan tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti ; Menyebut nama,
istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.

2.5. Pendekatan Pemecahan Masalah


Secara garis besar strategi pemecahan masalah mengacu kepada model empat-tahap
pemecahan masalah yang diusulkan oleh George Polya sebagai berikut.
1. Memahami masalah
2. Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah
3. Melaksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua
4. Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh[

Selain itu, John Dewey juga mengemukakan tentang strategi pemecahan masalah dan
gambaran pemecahan masalah, yaitu:
1.   merumuskan masalah dengan jelas
2.   menelaah permasalahan
3.   merumuskan permasalahan secara jelas
4.   memnghipun, mengelompokan data sebagai bahan pembuktian hipotesis
5.   pembuktian hipotesis
6.   menentukan pilihan pemecahan/keputusan
Langkah-langkah pemecahan masalah secara kelompok yang di kemukakan oleh David
Johnson dan Frank Johnson adalah sebagai berikut :
1.      definisi Masalah
2.      Diagnosis Masalah
3.      Merumuskan Alternatif Strategi
4.      Penentuan dan Penerapan susatu Strategi
5.      Evaluasi Keberhasilan Strategi
Ciri-ciri pendekatan pemecahan masalah yaitu :
      diawali dengan masalah yang rutin dengan memilih masalah yang berkaitan dengan situasi nyata
dalam kehidupan
      mempunyai penyelesaian yang berbeda
      mengembangkan sifat ilmiah seperti jujur, teliti, terbuka, propesional dan kerja keras
mengaplikasikan pemahaman pengetahuan dalam kehidupan

2.6. Pendekatan Nilai


Pendekatan nilai adalah cara mengajarkan IPA dengan menggunakan pandangan suatu
nilai dan pada akhirnya siswa diharapkan dapat memahami dan menerapkan nlai tsb dalam
keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kesepurnaan kehidupa, lingkungan, dan alam
semesta.

2.7. Pendekatan Inkuiri.


Berikut merupakan penjelasan dari siklus pembelajaran pendekatan inkuiri:
a.    Mengamati adalah Kegiatan mengamati objek-objek dan fenomena alam sekitar melalui
pancaindera: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa atau pengecap.
Informasi yang diperoleh dapat menuntun keinginan tahu, mempertanyakan, memikirkan,
melakukan intepretasi tentang lingkungan, dan meneliti lebih lanjut.
b.   Bertanya. Kegiatan dimana siswa mempunyai rasa keingintahuan yang mendalam yang
diwujudkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang dipelajari.
c.    Hipotesis adalah Kegiatan siswa memberikan jawaban sementara atas pertanyaan yang telah
dibuat.
d.   Mengumpulkan data adalah Kegiatan mencari informasi berupa data dari bahan atau materi yang
diteliti atau dipelajari. Mengumpulkan data bisa melalui kegiatan observasi, misalnya membaca
buku untuk memperoleh informasi pendukung.
e.    Menganalisis data adalah kegiatan Mengolah data dan menyajikan data tertentu untuk
memperoleh suatu kesimpulan. Analisis data pada penyajiannya dapat berupa tulisan, gambar,
laporan, tabel, dan karya lainnya.
f.    Menarik kesimpulan adalah Peringkasan atau hasil akhir dari proses analisis data.

2.8. Pendekatan Keterampilan Proses


Pendekatan keterampilan proses adalah suatu cara untuk mengembangkan keterampilan-
keterampilan yang menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta
penumbuhan sikap dan nilai. (Conny Semiawan, 2002: 16). Pengajaran dengan pendekatan
keterampilan proses dilaksanakan dengan beberapa langkah, sebagai berikut:
1.      Observasi. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengamatan yang terarah tentang gejala atau
fenomena sehingga mampu membedakan yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan pokok
permasalahan.Pengamatan di sini diartikan sebagai penggunaan indera secara optimal dalam
rangka memperoleh informasi yang lengkap atau memadai.
2.      Mengklasifikasikan. Kegiatan ini bertujuan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-
syarat tertentu.
3.      Menginterpretasikan atau menafsirkan data. Dimana yang dikumpulkan melalui observasi,
perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau penelitian sederhana dapat dicatat atau disajikan dalam
berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, diagram.
4.      Meramalkan (memprediksi). Dimana hasil interpretasi dari suatu pengamatan digunakan untuk
meramalkan atau memperkirakan kejadian yang belum diamati atau kejadian yang akan datang.
Ramalan berbeda dari terkaan, ramalan didasarkan pada hubungan logis dari hasil pengamatan
yang telah diketahui sedangkan terkaan didasarkan pada hasil pengamatan.
5.      Membuat hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau
pengamatan tertentu.Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka tabir penemuan
berbagai hal baru.
6.      Mengendalikan variabel. Variabel adalah faktor yang berpengaruh.Pengendalian variabel adalah
suatu aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak sesulit yang kita bayangkan. Hal ini
tergantung dari bagaimana guru menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anak
mengontrol dan memperlakukan variabel.
7.      Merencanakan penelitian / eksperimen. Eksperimen adalah melakukan kegiatan percobaan untuk
membuktikan apakah hipotesis yang diajukan sesuai atau tidak.
8.      Menyusun kesimpulan sementara bertujuan menyimpulkan hasil percobaan yang telah dilakukan
berdasarkan pola hubungan antara hasil pengamatan yang satu dengan yang lainnya.
9.      Menerapkan (mengaplikasikan) konsep adalah menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam
situasi baru atau dalam menyelesaikan suatu masalah,misalnya sesuatu masalah yang dibicarakan
dalam mata pelajaran yang lain.
10.  Mengkomunikasikan bertujuan untuk mengkomunikasikan proses dari hasil perolehan kepada
berbagai pihak yang berkepentingan, baik dalambentuk kata-kata, grafik, bagan maupun tabel
secara lisan maupun tertulis.
Praktik pengajaran dengan PKP menuntut perencanaan yang sungguh-sungguh dan
berkeahlian, kreatif dalam pelaksanaan pengajaran, cakap mendayagunakan aneka media serta
sumber belajar. Jadi guru bersama siswa semakin dituntut bekerja keras agar praktik PKP berhasil
efektif dan efisien.
Ilmu pengetahuan alam memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah di alam sekitar
melalui proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA seperti yang tertuang dalam kurikulum 2006,
yaitu pembelajaran yang berorientasi pada hakikat IPA yang meliputi produk, proses, dan sikap
ilmiah melalui keterampilan proses.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran IPA lebih menekankan pada
pendekatan keterampilan proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-
konsep, teori dan sikap ilmiah di pihak siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas
maupun produk pendidikan.
Sementara itu Darmodjo dan Kaligis, (2002: 52) merinci keterampilan-keterampilan proses
dalam pendidikan IPA itu meliputi :
1.      Keterampilan mengobservasi ( membedakan, menghitung dan mengukur.
2.      Keterampilan mengklasifikasi, yang meliputi menggolong-golongkan atas dasar aspek-aspek
tertentu, serta kombinasi antara menggolongkan dengan mengurutkan.
3.      Keterampilan menginterpretasi, termasuk menginterpretasi data, grafik, maupun mencari pola
hubungan yang terdapat dalam pengolahan data.
4.      Keterampilan memprediksi, termasuk membuat ramalan atas kecenderungan dalam pengolahan
data.
5.      Keterampilan membuat hipotesis, meliputi kemampuan berpikir deduktif dengan menggunakan
konsep-konsep, teori-teori maupun hukum-hukum IPA yang telah dikenal.
6.      Keterampilan mengendalikan variabel, yaitu upaya mengisolasi variabel yang tidak diteliti
sehingga adanya perbedaan pada hasil eksperimen adalah dari variabel yang diteliti.
7.      Keterampilan merencanakan dan melakukan penelitian, eksperimen yang meliputi penetapan
masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis.
8.      Keterampilan menyimpulkan atau inferensi, yaitu kemampuan menarik kesimpulan dari
pengolahan data.
9.      Keterampilan menerapkan atau aplikasi, atau menggunakan konsep atau hasil penelitian ke dalam
perikehidupan dalam masyarakat.
10.  Keterampilan mengkomunikasikan, yaitu kemampuan siswa untuk dapat mengkomunikasikan
pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun penelitiannya kepada orang lain baik secara lisan
maupun secara tertulis.
Surapranata (2004) mengemukakan berbagai bentuk penilaian yang dapat digunakan,
khususnya dalam penilaian berbentuk kelas, yakni: Tes tertulis, Tes perbuatan, Pemberian tugas,
Penilaian proyek, Penilaian sikap, da Penilaian Portofolio.
Adapun keunggulan pendekatan keterampilan proses adalah :
         Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga mempermudah pemahaman siswa terhadap
materi pelajaran
         siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari
         melatih siswa untuk berpikir lebih aktif dalam pembelajarann
         mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru
         memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
Sedangkan kelemahan pendekatan keterampilan proses, dikemukakan oleh Sagala (2003:75),
sebagai berikut:
1) Memerlukan banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyesuaikan bahan pengajaran yang
ditetapkan dalam kurikulum, 2) memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak
semua sekolah dapat menyediakannya, 3) merumuskan masalah, menyusun hipotesis, merancang
suatu percobaan untuk memperoleh data yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak setiap siswa
mampu melaksanakannya.

2.9. pendekatan Sejarah


Siswa diajak untuk membaca buku atau mendengarkan informasitemuan-temuan IPA
bukan untuk melakukan suatu kegiatan. Seperti halnyapendekatan faktual dan pendekatan
konseptual, pendekatan ini lebih menekankan penyampaian produk atau hasil IPA, sedikit
menjelaskan proses mendapatkantemuan tsb, namun tidak banyak melibatkan siswa dengan
bagaimana proses konkret yang dilaluinya.

4. .
5. .
6. .
7. .

Anda mungkin juga menyukai