PEMERINTAHAN-MODUL-SESI 3
BAB III
AKUNTANSI BELANJA DAN BEBAN
Disusun oleh:
Ita Kumaratih, Dra., Ak. M.Si
A. DEFINISI
1
No Beban Belanja
1 Diukur dan diakui dengan basis Diukur dan diakui dengan basis
akuntansi akrual akuntansi kas
3 Berada dalam kode rekening atau Berada dalam kode rekening atau
Bagan Akun Standar (BAS) nomer 9 Bagan Akun Standar (BAS) nomer 5
A. KLASIFIKASI
Berdasarkan PSAP 02 tentang LRA dalam PP 71 tahun 2010, belanja dapat
diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi dan
fungsi.
Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokkan belanja yang didasarkan pada
jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas. Klasifikasi ekonomi pada
pemerintah pusat meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja modal,
bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lain-lain. Klasifikasi
ekonomi pada pemerintah daerah meliputi belanja pegawai, belanja barang,
belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial dan belanja tak terduga.
2
pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi,
perlindungan lingkungan hidup, perumahan dan pemukiman, kesehatan,
pariwisata dan budaya, agama dan pendidikan.
Berikut adalah klasifikasi belanja dalam LRA menurut PSAP 02 PP 71/2010 dan
kewenangan atas belanja tersebut:
BELANJA KEWENANGAN
Belanja Operasi
Belanja Pegawai SKPD
Belanja Barang SKPD
Bunga PPKD
Subsidi PPKD
Hibah PPKD
Bantuan Sosial PPKD
Belanja Modal
Belanja Tanah SKPD
Belanja Peralatan dan Mesin SKPD
Belanja Gedung dan Bangunan SKPD
Belanja Jalan, Irigasi, dan Jaringan SKPD
Belanja Aset Tetap Lainnya SKPD
Belanja Aset Lainnya SKPD
Belanja Tak Terduga
Belanja Tak Terduga PPKD
3
Sedangkan, berdasarkan PSAP 12 tentang Laporan Operasional (LO),
beban hanya diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi, yang pada
prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban. Berikut adalah
klasifikasi beban dalam LO menurut PSAP 12 PP 71/2010 dan kewenangan atas
beban tersebut:
BEBAN KEWENANGAN
Beban Operasi – LO
Beban Pegawai SKPD
Beban Barang dan Jasa SKPD
Beban Bunga PPKD
Beban Subsidi PPKD
Beban Hibah PPKD
Beban Bantuan Sosial PPKD
Beban Penyusutan dan Amortisasi SKPD
Beban Penyisihan Piutang SKPD
Beban Lain-Lain SKPD
Beban Transfer
Beban Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah PPKD
Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya PPKD
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke PPKD
Pemerintah Daerah Lainnya
Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa PPKD
Beban Transfer Bantuan Keuangan Lainnya PPKD
Beban Transfer Dana Otonomi Khusus PPKD
Defisit Non Operasional PPKD
Beban Luar Biasa PPKD
B. PENGAKUAN
Dalam terminologi akuntansi komersil, belanja atau bisa disebut juga
sebagai beban (expense) memiliki pengertian yang berbeda dengan biaya
(cost). Biaya adalah sejumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk
memperoleh suatu aset. Sedangkan beban (expense) adalah biaya yang sudah
terjadi (expired). Tidak semua biaya dapat langsung dibebankan apabila biaya
4
tersebut memiliki periode lebih dari satu tahun. Sebagai contoh adalah
pembelian pesawat oleh perusahaan penerbangan senilai Rp. 20 milyar.
Pembelian pesawat tersebut dapat diartikan sebagai biaya. Dikarenakan
pesawat ini akan digunakan selama 10 tahun, maka biaya tersebut akan
selesai dalam masa 10 tahun. Biaya yang expired per tahun selama 10 tahun
tersebut adalah beban (diwujudkan dalam bentuk beban depresiasi). Karena
itulah dalam akuntansi sektor swasta dikenal konsep yang bernama
Penandingan biaya dengan pendapatan (matching cost against revenue)
Selain itu, belanja juga harus diakui apabila suatu entitas sudah
memperoleh manfaat ekonomi walaupun entitas tersebut belum melakukan
pembayaran. Contoh dari pengakuan ini adalah pembayaran telepon. Pada
akhir bulan, entitas harus mengakui adanya belanja telepon selama bulan
yang bersangkutan. Walaupun pembayaran untuk penggunaan telepon
tersebut akan dilakukan di bulan berikutnya.
Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain
ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum negara/daerah.
Contohnya tagihan rekening telepon dan rekening listrik seperti yang tertulis
di atas. Terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas kepada pihak
lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset
nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah. Terjadinya penurunan
manfaat ekonomi atau potensi jasa terjadi pada saat penurunan nilai aset
sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu.
Contohnya adalah penyusutan atau amortisasi.
5
C. PROSEDUR BEBAN DI SKPD
Beban Pegawai
Pembayaran atas beban pegawai dapat dilakukan melalui mekanisme
UP/GU/TU seperti honorarium non PNS, atau melalui mekanisme LS
seperti beban gaji dan tunjangan.
Belanja gaji tersebut dicatat jumlah brutonya, yaitu nilai sebelum potongan-
potongan. Berbagai potongan atas gaji dan tunjangan tidak dicatat oleh PPK-
SKPD, karena akan dicatat oleh Fungsi Akuntansi PPKD.
Beban pegawai yang pembayarannya melalui mekanisme UP/GU/TU, beban
pegawai diakui ketika bukti pembayaran beban (misal: bukti pembayaran
honor) telah disahkan pengguna anggaran. Berdasarkan bukti tersebut,
PPK-SKPD akan menjurnal:
6
Beban Barang dan Jasa
Pembayaran atas beban barang dan jasa dapat dilakukan melalui mekanisme
UP/GU/TU atau melalui mekanisme LS.
Ketika SP2D LS untuk pembayaran beban barang dan jasa tersebut terbit,
PPK-SKPD menjurnal:
7
Potongan Pajak
Dalam pelaksanaan belanja barang dan jasa, seringkali terdapat potongan pajak,
sehingga dana yang diterima oleh pihak ketiga adalah jumlah neto (setelah dikurangi
potongan pajak). Namun demikian, PPK-SKPD tetap mencatan beban dan belanja
tersebut dalam jumlah bruto. PPK-SKPD kemudian mencatat potongan tersebut
sebagai utang dengan jurnal sebagai berikut:
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Utang PFK …… xxx
Pengembalian Beban
Dalam kasus terjadi penerimaan kembali beban pada periode berjalan dan
mempengaruhi posisi kas, PPK-SKPD melakukan pencatatan dengan menjurnal:
Kasus pengembalian beban juga dapat terjadi pada belanja-belanja yang terjadi di
periode sebelumnya (pengembalian dilakukan setelah laporan keuangan terbit).
Pada kasus seperti ini harus diidentifikasi terlebih dahulu apakah pengembalian
terjadi pada belanja yang sifatnya berulang atau tidak berulang.
▪ Dalam hal pengembalian terjadi pada belanja yang sifatnya berulang (recurring), PPK-
SKPD menjurnal:
8
RK PPKD xxx
Beban ……… xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
Belanja ……… xxx
▪ Dalam hal pengembalian belanja yang sifatnya tidak berulang (non-recurring), PPK-
SKPD tidak melakukan pencatatan. Pencatatan dilakukan oleh Fungsi Akuntansi PPKD
dengan menjurnal:
9
Contoh Soal:
1. Pada tanggal 1 Februari 2013, BUD menerbitkan SP2D LS Gaji sebesar Rp
150.000.000 dengan rincian Gaji Pokok sebesar Rp 100.000.000 dan
Tunjangan Keluarga sebesar Rp 50.000.000
2. Pada tanggal 20 Maret 2013, SKPD membayar pembelian makanan dan
minuman rapat dengan uang UP sebesar Rp 2.000.000
3. Pada tanggal 1 Juli 2013, SKPD membeli ATK senilai Rp 850.000.000
kepada supplier namun belum dilakukan pembayaran
4. Pada tanggal 10 Juli 2013, supplier ATK mengirimkan tagihan atas pembelian
pada tanggal 1 Juli 2013 dan SKPD membayar Rp 850.000.000 dengan
menggunakan uang UP
5. Pada tanggal 3 September 2013, BUD menerbitkan SP2D LS Barang untuk
pembelian seperangkat komputer senilai Rp 120.000.000
10
D. PROSEDUR BEBAN DI PPKD
Beban Bunga
Beban Bunga merupakan alokasi pengeluaran pemerintah daerah untuk
pembayaran bunga (interest) yang dilakukan atas kewajiban penggunaan
pokok utang (outstanding principal) termasuk beban pembayaran biaya-
biaya yang terkait dengan pinjaman dan hibah yang diterima pemerintah
daerah seperti biaya commitment fee dan biaya denda.
Beban Bunga meliputi Beban Bunga Pinjaman dan Beban Bunga Obligasi.
Beban bunga diakui saat bunga tersebut jatuh tempo untuk dibayarkan.
Untuk keperluan pelaporan keuangan, nilai beban bunga diakui sampai
dengan tanggal pelaporan walaupun saat jatuh tempo melewati tanggal
pelaporan.
Berdasarkan Dokumen Perjanjian Utang, Fungsi Akuntansi PPKD membuat
bukti memorial terkait pengakuan beban bunga untuk diotorisasi oleh PPKD.
Berdasarkan Bukti memorial tersebut Fungsi Akuntansi PPKD menjurnal:
Beban Bunga …… xxx
Utang Bunga xxx
11
Beban Subsidi
Beban Subsidi merupakan pengeluaran atau alokasi anggaran yang
diberikan pemerintah daerah kepada perusahaan/lembaga tertentu agar
harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat.
Beban subsidi diakui pada saat kewajiban pemerintah daerah untuk
memberikan subsidi telah timbul.
Beban Hibah
12
PPKD dan Pemerintah Daerah Lain/Perusahaan Daerah/Masyarakat/Ormas
bersama-sama melakukan penandatanganan Naskah Perjanjian Hibah Daerah
(NPHD). Berdasarkan NPHD, Fungsi Akuntansi PPKD kemudian mencatat
pengakuan beban hibah dengan jurnal:
Beban Bantuan Sosial merupakan beban pemerintah daerah dalam bentuk uang
atau barang yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan/atau
masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang
bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
13
Beban Transfer
Apabila pengakuan beban transfer dilakukan pada saat SP2D terbit, maka
jurnal yang dibuat oleh Fungsi Akuntansi PPKD adalah:
14
Ketika SP2D LS untuk pembayaran beban transfer telah terbit, Fungsi Akuntansi
PPKD akan menjurnal:
Utang Transfer …… xxx
Kas di Kas Daerah xxx
Transfer …….… xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
Contoh soal:
1. Pemda memiliki utang jangka panjang dan harus membayar bunganya setiap
tahun. Jatuh tempo pembayaran bunga adalah setiap tanggal 30 Maret.
Pemda harus membayar bunga Rp 12.000.000 setiap tahunnya pada tanggal
30 Maret. Pada tanggal 31 Desember 2012, Pemda mencatat jumlah bunga
terutang.
2. Pada tanggal 30 Maret 2013, Pemda membayar bunga sebesar Rp
12.000.000
3. Pada tanggal 15 Agustus 2013, Pemda memberikan transfer bantuan
keuangan kepada desa sebesar Rp 230.000.000
4. Pada tanggal 18 November 2013, Pemda menandatangani Naskah Perjanjian
Hibah Daerah (NPHD) dengan aparat Desa. Dinyatakan bahwa Pemda akan
memberikan hibah kepada Organisasi Kepemudaan Kelurahan sebesar Rp
40.000.000
15
5. Pada tanggal 28 November 2013, Pemda membayar hibah tersebut
sebesar Rp
40.000.000 dengan menggunakan SP2D-LS PPKD
16
A. Penyajian di Laporan Keuangan
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam rupiah)
Kenaikan/
No URAIAN 20X1 20X0 (%)
Penurunan
KEGIATAN OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xxx xxx
6 Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx xxx xxx xxx
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah( 3 s/d 6 ) xxx xxx xxx xxx
8
9 PENDAPATAN TRANSFER
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx
13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xxx
14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xxx
15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxx xxx xxx xxx
16
17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xxx xxx
19 Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xxx
20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19 ) xxx xxx xxx xxx
21
22 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xxx
24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xxx xxx
25 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxx xxx xxx xxx
26 Jumlah Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxx xxx xxx xxx
27
28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
29 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xxx
31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xxx
32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang sah (29 s/d 31) xxx xxx xxx xxx
33 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxx xxx xxx xxx
34
35 BEBAN
36 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx
37 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx
38 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx
39 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx
40 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx
41 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx
42 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx
43 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx
44 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
45 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx
46 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx
47 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx
48 JUMLAH BEBAN (36 s/d 47) xxx xxx xxx xxx
17
Penyajian belanja di Laporan Realisasi Anggaran:
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO. URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx
8
9 PENDAPATAN TRANSFER
10 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxxx xxxx xx xxxx
16
17 TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
20 Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx
21
22 TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
23 Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
24 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xx xxx
25 Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxxx xxxx xx xxxx
26 Total Pendapatan Transfer (15 + 20 + 25) xxxx xxxx xx xxxx
27
28 LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
29 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
30 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx
31 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
32 Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah (29 s/d 31) xxx xxx xx xxx
33 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxxx xxxx xx xxxx
34
35 BELANJA
36 BELANJA OPERASI
37 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
38 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
39 Bunga xxx xxx xx xxx
40 Subsidi xxx xxx xx xxx
41 Hibah xxx xxx xx xxx
42 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
43 Jumlah Belanja Operasi (37 s/d 42) xxxx xxxx xx xxxx
44
45 BELANJA MODAL
46 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
47 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
48 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
49 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
50 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
51 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
52 Jumlah Belanja Modal (46 s/d 51) xxxx xxxx xx xxxx
53
54 BELANJA TAK TERDUGA
55 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx
56 Jumlah Belanja Tak Terduga (55 s/d 55) xxx xxxx xx xxxx
57 JUMLAH BELANJA (43 + 52 + 56) xxxx xxxx xx xxxx
18
Daftar Pustaka
1. Erlina. (2015). Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual, berdasarkan PP No. 71 tahun
2010 dan Permendagri No. 64 tahun 2013, SAlemba Empat
2. Abdul, Halim. (2014).Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah SAP berbasis
Akrual Salemba Empat
3. Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 tahun
2010 Salemba Empat
4. PP No. 12 tahun 2019
19
20