Dimana :
a : panjang atap gedung (m)
b : lebar atap gedung (m)
h : tinggi atap gedung (m) GAMBAR 2. 1
Area ekivalen sangat dipengaruhi oleh benda / bangunan lain
yang ada disekitarnya, apabila jarak benda tersebut kurang dari Dalam penempatannya splitzer diletakkan pada jarak 2-3
3 (h+hs), maka area cakupan ekivalen dikurangi nilai 𝑥𝑠 .nilai meter lebih tinggi dari permukaan tertinggi bangunan guna
𝑥𝑠 ditulis dengan persamaan 3 [6] menghindari peningkatan frekuensi sambaran petir langsung
[7]. Dalam menghitung area proteki berdasarkan penempatan
𝑑+3(ℎ𝑠−ℎ)
𝑥𝑠 = (3) splitzer, terdapat berbagai metode yaitu dengan metode sudut
2
proteksi (Razevig), bola bergulir (Rolling Sphere) atau metode
Dimana : jala (Mesh). Besarnya radius proteksi (R) dalam metode
Rolling Sphere berhubungan dengan besarnya nilai arus petir
Xs : pengaruh jarak benda sekitar (m2) dan dinyatakan dengan persamaan 5 [5]
d : jarak antara bangunan dan benda (m)
hs : tinggi benda sekitar bangunan (m) 𝑅 (𝑚) = 𝐼 0.75 (5)
Dimana : Dimana :
R (m) = Radius proteksi (m) Rp : Tahanan pentanahan ( ohm )
I = Arus maksimum (kA) ρ : Tahanan jenis tanah ( ohm-cm )
Setelah menentukan radius proteksi yang akan digunakan, a : Jari-jari penampang pasak ( cm )
maka selanjutnya adalah menghitung besarnya sudut lindung.
L : Panjang pasak tanah ( cm )
Jika tinggi bangunan yang diproteksi lebih kecil dari radius,
besarnya sudut lindung dari batang splitzer ke area proteksi - Multiple Rod
dihitung dengan persamaan 6 [8] Persamaan yang digunakan pada metode pasak tunggal
ℎ dikembangkan oleh Professor H.B. Dwight dari Institut
𝑎0 = 𝑠𝑖𝑛−1 (1 − ) (6)
𝑟 Teknologi Massachusetts. Jika nilai tahanan pada pasak
Dimana : tunggal belum memenuhi nilai tahanan yang diinginkan, maka
dilakukan penambahan elektrode dengan cara menambahkan
α : sudut proteksi
batang elektroda dimana jarak elektroda minimal 2 meter dan
h : tinggi splitzer (m) dihubungkan dengan kabel elektroda. Apabila masih
r : radius proteksi (m) memerlukan elektroda ketiga, maka elektroda ketiga harus
F. Sistem Konduktor diatur hingga memeiliki jarak yang sama dengan elektroda
lainnya seperti terlihat pada Gambar 2.2.
Sistem konduktor merupakan salah satu sistem dari proteksi
petir eksternal yang berfungsi sebagai penyalur arus petir
(down konduktor) yang diterima dari terminasi udara menuju
elektroda bumi. Pada sistem konduktor luas penghantar arus
petir menuju sistem terminasi bumi dihitung berdasarkan
persamaan 7 sebagai berikut [9]:
8.5 × 10−6 𝑆
𝐴=𝐼√ 𝑇 (7)
𝑙𝑜𝑔10(274+1)
Dimana :
A = Luas penampang penghantar (mm2)
I = Arus petir maksimum (kA) GAMBAR 2. 2
S = Arus gangguan berlangsung (detik) Ketiga batang elektroda membentuk segitiga sama sisi dengan
T = Temperature konduktor yang diizinkan jarak elektroda tidak boleh kurang dari dua kali panjang
Arus gangguan belangsung yaitu 0.001 detik dan tempertur elektroda[3] Dimana perhitungan yang digunakan berdasarkan
konduktor yang diizinkan adalah 1000◦ C [9]. Jika hasil persamaan 9 yaitu :
perhitungan yang diperoleh lebih kecil dari konduktor yang ρ 4L
(ln − 1)
akan digunakan, maka Adrias (2000) yang dikutip oleh Gusrita Rp = 2πL 𝑎 xF (9)
(2009) menyatakan bahwa apabila luas penampang kabel yang n
akan digunakan tidak ada maka dapat digunakan kabel atau Dimana :
kawat yang mendekati nilai hasil perhitungan dan tidak boleh n = Jumlah elektroda
menggunakan kabel atau kawat yang lebih kecil dari hasil F = Faktor perkalian berdasarkan Tabel 2.1 [11]
perhitungan tersebut [9].
TABEL 2.1 FAKTOR PENGALI
G. Sistem Terminasi Bumi Jumlah rod F
Sistem terminasi bumi merupakan salah satu dari sistem 2 1.16
proteksi petir eksternal yang berfungsi untuk merambatkan 3 1.29
arus petir yang diterima dari konduktor menuju bumi. Dalam
4 1.36
standar instalasi penangkal petir, nilai tahanan pentanahan
untuk penangkal petir eksternal maksimal sebesar 5Ω. . 8 1.68
Terdapat beberapa metode dalam menghitung nilai tahanan 12 1.80
pentanahan diantaranya yaitu menggunakan metode elektroda 16 1.92
tunggal dan multiple rod dengan persamaan sebagai berikut: 20 2.00
- Single Rod / Pasak tunggal 24 2.16
Nilai tahanan pentanahan pemasangan electrode dengan pasak
tunggal, dihitung berdasarkan persamaan 8 [10]:
ρ 4L
𝑅𝑝 = (ln − 1) (8)
2πL 𝑎
III. METODE PENELITIAN 2 buah yaitu pada tower radar PSR-SSR dan MSSR-S dengan
ketinggian yang sama. Berdasarkan tingkat proteksi pada
A. Alur Penelitian
bangunan tower radar PSR-SSR adalah tingkat IV, radius
proteksinya adalah 60 m dan arus puncak berdasarkan
Mulai persamaan 5 yaitu :
𝑅 (𝑚) = 𝐼 0.75
60 = 𝐼 0.75
Masukkan data : 0.75
- Densitas rata-rata 𝐼 = √60
sambaran petir ke 𝐼 = 234.892 𝑘𝐴
tanah (Ng) Dengan sudut lindung berdasarkan persamaan 6 yaitu :
- Data bangunan (tinggi 31
lebar dan panjang atap 𝑎0 = 𝑠𝑖𝑛 −1 (1 − )
Gedung) 150
𝑎0 = 52,498
Diperoleh hasil seperti pada gambar 3.2 berikut :
Menghitung kebutuhan proteksi bangunan
(Ae, Xs dan Nd)
Tidak
Nd > Nc
Ya
Menghitung tingkat proteksi di setiap
bangunan
GAMBAR 3. 2
Menghitung sistem terminasi udara, Tower berada diluar area proteksi seperti terlihat pada Gambar
konduktor, terminasi bumi 3.2 sehingga dilakukan perubahan nilai radius menjadi 150,
nilai arus puncak berdasarkan persamaan 5 yaitu :
Selesai 𝑅 (𝑚) = 𝐼 0.75
𝐼 = 796.993 𝑘𝐴
Besarnya sudut lindung yaitu berdasarkan persamaan 6 yaitu:
GAMBAR 3. 1
31
𝑎0 = 𝑠𝑖𝑛 −1 (1 − )
150
B. Perancangan Sistem 𝑎0 = 52,498
1. Kebutuhan proteksi Bangunan Diperoleh hasil seperti pada gambar 3.3 berikut :
Menghitung kebutuhan proteksi disetiap bangunan bertujuan
untuk menentukan apakah bangunan memerlukan proteksi
atau tidak. Pada AirNav Indonesia Cabang Yogyakarta
terdapat 4 bangunan yang akan dihitung untuk menentukan
apakah bangunan memerlukan proteksi atau tidak yaitu
bangunan peralatan, bangunan ATC (Air Traffic Control ),
TowerMonopulse Secondary Surveillance Radar (MSSR)
Mode-S dan Tower Primary Surveillance Radar – Secondary
Surveillance Radar (PSR-SSR). Dari hasil perhitungan
bangunan yang memerlukan penangkal petir eksternal yaitu
bagunan ATC, Tower radar MSSR Mode-S dan Tower PSR-
GAMBAR 3. 3
SSR.
3. Sistem Konduktor
2. Sistem Terminasi udara Kabel konduktor yang digunakan yaitu kabel terisolasi,
Penempatan splitzer pada ketinggian 3 meter dari ketinggian dikarenakan struktur bangunan yang terbuat dari besi. Dimana
bangunan yang paling tinggi yaitu pada tower radar MSSR luas penampang minimal berdasarkan persamaan 7 adalah
MODE-S Pemasangan splitzer pada tower dipasang sebanyak sebagai berikut:
8.5 × 10−6 𝑆 ρ 4L
𝐴=𝐼√ 𝑅𝑝 = (ln − 1)
𝑇 2πL 𝑎
𝑙𝑜𝑔10(274+1) ρ 4 × 10
5= (ln − 1)
8.5 × 10−6 × 0.001 2 × 3.14 × 10 0.015
𝐴 = 796.9939269 × 103 × √ 1000 ρ = 45.588 Ω-m
𝑙𝑜𝑔10( 274 +1)
Dari hasil perancangan sistem grounding dengan metode
𝐴 = 796993.9269 × 4.27562915 × 10−5
elektroda tunggal, maka tahanan jenis tanah yang dibutuhkan
𝐴 = 34.1 𝑚𝑚2
4. Sistem Terminasi Bumi untuk mendapatkan tahanan tanah sebesar 5 Ω pada elektroda
Pada saat pengukuran tahanan pentanahan, data suatu sistem tunggal dengan panjang 10 meter adalah 45.588265904 Ω-m.
grounding dengan metode elektroda tunggal yang ditanam ke
tanah dengan nilai tahanan pentanahan 43.1 Ω seperti pada Maka jika dilakukan pengolaan tanah tahanan jenis tanah yang
Gambar 3.4, panjang elektroda / kedalaman elektroda 6 m, jari- dibutuhkan berdasarkan Tabel 3.1 yaitu berada antara tanah
jari elektroda 0.015 m.
liat dan rawa.
DAFTAR PUSTAKA
[7] M. Sukmawidjaja et al., “ANALISIS
PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI
[1] S. N. Indonesia and B. S. Nasional, BANGUNAN THE BELLAGIO
“Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 RESIDENCE TERHADAP SAMBARAN
(PUIL 2000),” vol. 2000, no. Puil, 2000. PETIR,” vol. 12, pp. 75–86, 2015.
[2] E. Kantona, “Perencanaan pemasangan [8] M. Ulfa, “Perencanaan sistem penangkal
grounding penangkal petir pada bangunan cf petir di gedung bengkel teknik alat berat
silo di proyek indarung vi pt. semen padang politeknik negeri padang,” 2016.
tugas akhir,” 2016.
[9] J. Gajah, “( APLIKASI BALAI KOTA
[3] T. Akhir, “Prodi Teknik Listrik Jurusan PARIAMAN ) Oleh :,” vol. 1, no. 2, pp. 12–
Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang,” 18, 2012.
2016.
[10] E. Rod, “Pengembangan Sistem Penangkal
[4] R. Ariesta et al., “STUDI ANALISIS Petir dan Pentanahan,” vol. 3, no. 2, pp. 66–
SISTEM PENTANAHAN EKSTERNAL 71, 2016.
PADA GEDUNG UNIT PELAKSANA
TEKNIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN [11] C. P. Systems, Grounding of Industrial and
KOMUNIKASI UNIVERSITAS Commercial Power Systems, vol. 2007. 2007.
LAMPUNG,” Stud. Anal. Sist.
[12] G. Principles and R. Management,
PENTANAHAN EKSTERNAL PADA
“Introduction BS EN / IEC 62305 Lightning
GEDUNG UNIT PELAKSANA Tek. Teknol.
protection standard Key points Guide to BS
Inf. DAN Komun. Univ. LAMPUNG, pp. 1–5.
EN / IEC 62305,” vol. 44, no. 0, 2008.
[5] OPTIMALISASI SISTEM PENANGKAL
PETIR EKSTERNAL MENGGUNAKAN
JENIS EARLY STREAMER. 2010.