Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Retardasi Mental

1. Pengertian

Retardasi mental adalah keadaan dengan intelegensi yang kurang

(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa

anak).Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara

keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang.

Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental

merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan

gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif (Muhith,

2015). Menurut liptak (1996) dalam Soetjiningsih (2016) mengatakan

yang dimaksud dengan retardasi mental adalah anak yang mempunyai IQ

dibawah 70/75, onset sebelum 18 tahun, dan terdapat keterbatasan pada

keterampilan adaptif (yaitu keterbatasan dalam berkomunikasi,menolong

diri sendiri, home living, keterampilan sosial, bermasyarakat,

mengarahkan diri, kesehatan, keamanan, fungsi akademik, menggunakan

waktu luang untuk bekerja).

Definisi retardasi mental menurut American Asociation on mental

Retardation (AAMR) adalah fungsi intelektual umum secara bermakna di

bawah normal, disertai dengan adanya keterbatasan pada 2 fungsi adaptif

atau lebih, yaitu komunikasi, menolong diri sendiri, keterampilan sosial,

9
10

mengarahkan diri, keterampilan akademik, bekerja, menggunakan waktu

luang, kesehatan dan keamanan. Keterbatasan ini timbul sebelum umur 18

tahun (Soetjiningsih, 2016).

2. Klasifikasi

Menurut Soetjiningsih (2016), terdapat bermacam-macam klasifikasi

retardasi mental, yaitu :

a. Klasifikasi menurut American Association Mental Deficiency

(AAMD) dan WHO

Tabel 2.1 Klasifikasi subklafikasi retardasi mental


Derajat American associaton World health
mental deficiency organization
Ringan 55-69 50-70
Sedang 40-54 35-49
Berat 25-39 20-34
Sangat berat 0-24 0-20
Sumber : Soetjiningsih (2016).

b. Menurut American Association on Mental Retardation (AAMR)

AAMR hanya membagi retardasi mental menjadi 2 kategori yaitu

retardasi mental ringan dan berat

Tabel 2.2 Perbedaan Kriteria Retardasi Mental Berdasarkan DSM-IV-

TR dan AAMR

No Klasifikasi Retardasi DSM-IV-TR AAMR


Mental
1. Ringan (IQ) 55-69 51-75
2. Sedang (IQ) 40-54
3. Berat (IQ) 25-39 < 50
4. Sangat berat (IQ) < 24
Sumber : Soetjiningsih (2016).

Sementara itu, klasifikasi retardasi mental menurut Muhith (2015)

dapat dilihat tabel 2.3 adalah sebagai berikut :


11

Klasifikasi Retardasi Mental IQ


Retardasi mental berat sekali IQ di bawah 20 atau 25
Sekitar 1 sampai 2% dari orang
yang terkena retardasi mental.
Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40
Sebanyak 4% dari orang yang
terkena retardasi mental
Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55
Sekitar 10% dari orang yang
terkena retardasi mental
Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70
Sekitar 85% dari orang yang
terkena retardasi mental
Sumber : Muhith, 2015

3. Etiologi

Menurut Lumbantobing (2001) dalam Muhith (2015)

mengatakan penyebab kelainan menal ini adalah faktor keturunan

(genetik) atau tak jelas sebabnya (simpleks) keduanya disebut retardasi

mental primer. Sedangkan faktor sekunder disebabkan oleh faktor luar

yang berpengaruh terhadap otak bayi dalam kandunan atau anak-anak.

Muhith (2015) mengatakan Retardasi Mental menurut penyebabnya,

yaitu :

a. Akibat infeksi dan atau intoksikasi

Kelompok Akibat infeksi dan atau intoksikasi termasuk

keadaan retardasi mental karena kerusakan jaringan otak akibat

infeksi intrakranial karena serum, obat atau zat toksik lainnya.

b. Akibat rudapaksa atau sebab fisik lain

Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain seperti sinar

x, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan aborsi dapat


12

mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa

sesudah lahir tidak begitu sering mengakibatkan retardasi mental.

c. Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi

Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh

gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolisme lemak,

karbohidrat, dan protein), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam

kelompok ini. Ternyata gangguan gizi yang berat dan berlangsung

lama sebelum umur 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan

otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan dapat

diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun,

sesudah ini biarpun anak itu dibanjiri dengan makanan bergizi,

intelegensi yang rendah itu sudah sukar ditingkatkan.

d. Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal)

Kelompok Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal),

termasuk retardasi mental akibat neoplasma (tidak termasuk

petumbuhan sekunder karena rudapaksa atau peradangan) dan

beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, tetapi yang belum

diketahui betul etiologinya (diduga herediter). Reaksi sel-sel otak

ini dapat bersifat degenerative, infiltrative, radang, proliferatif,

sklerotik atau reparatif.


13

e. Akibat penyakit atau pengaruh prenatal yang tidak jelas

Keadaan ini diketahui sudah ada sejak sebelum lahir, tetapi

tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer dan

defek kogenital yang tidak diketahui sebabnya

f. Akibat kelainan kromosom

Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlah atau

dalam bentuknya

g. Akibat prematuritas

Kelompok ini termasuk retardasi mental yang berhubungan

dengan keadaan bayi pada waktu lahir berat badannya kurang dari

2500 gram atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu serta

tidak terdapat sebab-sebab lain seperti dalam sub kategori sebelum

ini.

h. Akibat gangguan jiwa yang berat

Membuat diagnosa ini harus jelas telah terjadi gangguan

jiwa yang berat dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak

i. Akibat deprivasi psikososial

Retardasi mental dapat disebabkan oleh factor-faktor

biomedik maupun sosiobudaya.

4. Gejala klinis

Menurut Shapiro (2007) dalam Soetjiningsih (2016), gejala klinis yang

sering menyertai retardasi mental berdasarkan umur adalah sebagai

berikut :
14

a. Newborn : sindrom dismorfik, mikrosefali, disfungsi sistem organ

major

b. Early infacy (2-4 bulan) : gagal berinteraksi dengan lingkungan,

gangguan penglihatan atau pendengaran

c. Later infacy (6-18 bulan) : keterlambatan motorik kasar

d. Toddlers ( 2-3 tahun): keterlambatan atau kesulitan bicara

e. Preschool (3-5 tahun) : keterlambatan atau kesulitan bicara,

masalah perilaku termasuk kemampuan bermain, keterlambatan

perkembangan motorik halus ( menggunting, mewarnai,

menggambar

f. School age (> 5 tahun) kemampuan akademik kurang, masalah

perilaku (perhatian, kecemasan, nakal dan lainnya)

Sementara itu, menurut Melly Budiman dalam

Soetjiningsih (2016), gejala retardasi mental tergantung pada

tipenya yaitu :

1) Retardasi mental ringan

Kelompok ini merupakan bagian terbesar retardasi

mental mental. Kebayakan termasuk dalam tipe social budaya

dan diagnosis dibuat setelah anak bebrapa kali tidak naik

kelas.Golongan ini termasuk mampu didik artinya selain dapat

diajar baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa

dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan

mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Namun


15

pada umumnya mereka kurang mampu menghadapi stres

sehingga tetapmembutuhkan bimbingan dari keluarganya

2) Retardasi mental sedang

Kelompok ini kira-kira meliputi 12 % dari seluruh

penderita retardasi mental. Mereka mampu latih, tetapi tidak

mampu didik.Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat

sampai kelas 2 SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu

keterampilan tertentu misal pertukangan, pertanian, kerajinan

tangan. Apabila bekerja nanti, mereka perlu pengawasan.

Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri.

Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi stres dan

kurang dapat mandiri sehingga memerlukan bimbingan dan

pengawasan

3) Retardasi mental berat

Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental

masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakan secara dini,

karena selain ada gejala klinis yang menyertai juga ada

keluhan dari orang tua bahwa sejak awal anak sudah

mengalami keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa.

Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih

hygiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana,

tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan

pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya


16

4) Retardasi mental sangat berat

Kelompok ini adalah sekitar 1%dan termasuk dalam

tipe klinik.Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala mental

maupun fisik sangat jelas.Kemampuan berbahasanya sangat

minimal. Seluruh hidup penyandang reterdasi mental ini

tergantung pada orang di sekitarnya.

B. Konsep Dukungan Keluarga

1. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah interaksi yang dikembangkan oleh orang

tua yang dicirikan oleh perawatan, kehangatan, persetujuan, dan berbagai

perasaan positif orang tua kepada anak. Dukungan orang tua membuat

anak merasa nyaman terhadap kehadiran orang tua dan menegaskan dalam

benak anak bahwa dirinya diterima dan diakui sebagai individu (Lestari,

2012).

Menurut Kane (1988) dalam Friedman (2014) mendefinisikan

dukungan sosial keluarga sebagai proses hubungan antara keluarga dan

lingkungan sosialnya. Tiga dimensi interaksional dukungan sosial keluarga

bersifat timbal balik (sifat dan frekuensi dari hubungan timbal balik),

anjuran/ umpan balik (kualitas/kuantitas komunikasi), dan keterlibatan

emosional (derajat keakraban dan rasa percaya) dalam hubungan sosial.

Dukungan sosial keluarga adalah proses yang terjadi selama masa

hidup, dengan sifat dan tipe dukungan sosial bervariasi pada masing-
17

masing tahap siklus kehidupan keluarga. Misalnya tipe dan kuantitas

dukungan sosial selama tahap pernikahan (sebelum pasangan muda

memiliki anak) sangat drastis berbeda dibandingkan tipe dan jumlah

dukungan sosial yang dibutuhkan saat keluarga tersebut di tahap akhir

siklus kehidupan. Walaupun demikian, dalam semua tahap siklus

kehidupan, dukungan sosial keluarga memungkinkan keluarga berfungsi

dengan penuh kompetensi dan sumber. Hal ini meningkatkan adaptasi dan

kesehatan keluarga (Friedman, 2014).

2. Jenis dukungan keluarga

Keluarga merupakan bagian dalam kelompok sosial, ada 5 dimensi

dari dukungan sosial keluarga Friedam (1998) dalam Astari (2010) yaitu :

a. Dukungan informasial

mencakup pemberian nasehat, petunjuk saran dan mengajarkan

keterampilan yang biasa menyediakan pemecahan. Manfaat dalam

dukungan ini adalah adanya informasi yang diberikan dapat

menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. Dukungan

informasional, keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

disseminator (penyebar) informasi tentang dunia yang dapat digunakan

untuk mengungkapkan suatu masalah.

b. Dukungan penghargaan

Ungkapan penghargaan positif untuk orang lain, dorongan maju,

persetujuan dengan gagasan atau dengan individu, dan perhatian kepada

individu lain. Dukungan penghargaan, keluarga bertindak (keluarga


18

bertindak sebagai sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan

memerantai pemecahan masalah dan merupakan sumber validator

identitas anggota Dukungan penghargaan terjadi melalui ekspresi

penghargaan yang positif melibatkan pernyataan setuju dan panilaian

positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa orang lain yang

berbanding positif antara individu dengan orang lain

c. Dukungan instrumental

Bantuan secara langsung seperti ketika anggota keluarga lain

memberikan menolong, membantu menyelesaikan masalah seseorang

pada situasi tertentu. Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis

dan konkrit. Menurut Lestari (2012) dukungan instrumental mencakup

perilaku –perilaku yang tidak menunjukan afeksi secara terbuka, namun

masih berkontribusi pada perasaan yang diterima dan disetujui yang

dirasakan anak. Bentuk dukungan instrumental orang tua misalnya

penyediaan sarana dan prasarana bagi pencapaian prestasi atau

penguasa kompetensi.

d. Dukungan emosional

Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap

individu-individu lain, dengan begitu individu merasa dicintai dari

merasa aman. Menurut Lestari (2012) dukungan emosi mengarah pada

aspek emosi dalam relasi orang tua dan anak, mencakup perilaku-

perilaku secara fisik atau verbal menunjukan afeksi atau dorongan dan

komunikasi yang positif/ terbuka.


19

e. Dukungan sosial

Hubungan sosial adalah yang memerlukan bantuan orang lain, bisa

juga menghabiskan waktu dengan orang lain pada waktu luang atau

rekreasi. Oleh karena itu, individu merupakan bagian dari keluarga,

teman sekolah atau kerja, kegiatan agama atau bagian dari kelompok

lainnya. Menurut Friedman (2014) dukungan sosial merujuk pada

dukungan sosial yang dirasakan oleh anggota keluarga dapat di akses

(dukungan sosial dapat atau tidak dapat digunakan tetapi anggota

keluarga menerima bahwa orang pendukung siap memberikan bantuan

dan pertolongan jika dibutuhkan).

3. Faktor –faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Faktor- faktor yang mempengaruhi dalam memberikan dukungan

keluarga menurut Purnawan (2008) dalam Nababan (2018) terbagi menjadi

dua bagian yaitu faktor internal dan eksternal :

a. Factor internal

1) Tahap perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan bentuk

kompleks perpindahan yang mencakup perubahan dalam proses

biologis, kognitif, dan sosioekonomi. Setiap proses perkembangan

mempengaruh kemampuan seseorang dalam memelihara

kesehatannya maupun kehidupan sosialnya. Salah satu faktor yang

mempengaruhi seseorang dalam memelihara kesehatan serta

kehidupan sosialnya adalah usia. Setiap rentang usia (bayi- lansia)


20

memiliki pemahaman dan respon yang berbeda-beda terhadap

perubahan kesehatan.

2) Pendidikan dan tingkat pengetahuan

Pendidikan merupakan suatu jenjang tertinggi yang pernah

dicapai oleh seseorang dalam kehidupannya sedangkan

pengetahuan merupakan setiap hal yang diketahui seseorang

mengenai sesuatu. Menurut Notoatmodjo (2005) dalam Nababan

(2018) semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin

tinggi pula tingkat pengetahuannya. Tingkat pendidikan dan

pengetahuan yang dimiliki keluarga akan mempengaruhi keluarga

dalam meningkatkan dan memelihara kesehatan keluarga.

3) Spiritual

Spiritual merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang

dalam menjalani praktik kehidupan sehari-hari. Aspek spiritual

dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya,

mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan hubungan

dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan

arti dalam hidup. Keluarga yang memiliki praktik spiritual yang

baik akan memiliki keyakinan dan harapan yang baik bagi

kesembuhan anggota keluarga yang sakit.


21

b. Faktor Eksternal

1) Faktor emosi

Menurut Potter & Perry (2010) dalam Nababan (2018)

Emosional juga mempengaruhi seseorang dalam memberikan

dorongan, motivasi serta dukungan terhadap individu lainnya.

Keluarga yang memiliki emosional yang baik mampu memberikan

pengaruh yang positif atau dukungan yang baik pada anggota

keluarga yang mengalami sakit

2) Faktor sosioekonomi

Sosial ekonomi adalah keadaan atau kedudukan seseorang di

dalam masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang

ditentukan oleh pedapatan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan

kekayaan yang dimiliki. Sosioekonomi dapat mempengaruhi

seseorang dalam memberikan dukungan pada individu yang sedang

sakit. Misalnya jika ada anggota keluarga yang mengalami sakit,

keluarga sudah menyiapkan anggaran dana atau bantuan

lainnya berupa dukungan pada anggota keluarga yang sakit.

3) Latar belakang Budaya

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh/ kompleks dan

luas. Budaya dipengaruhi oleh beberapa hal seperti sosioekonomi

yang mempengaruhi seseorang dalam menjalani kehidupannya.

Latar belakang merupakan salah satu indikator seseorang dalam

memberikan dukungan pada anggota keluarganya. Praktik budaya


22

yang baik dalam keluarga mempengaruhi individu dalam

memberikan dukungan pada anggota keluarga yang mengalami

sakit.

4. Dukungan orang tua yang baik

Menurut lestari (2016) perlu diperhatikan bahwa dukungan orang

tua yang baik adalah dukungan otonom (autonomy support) dan bukan

dukungan direktif (directive support), dalam dukungan otonom orang tua

bertindak sebagai fasilitator bagi anak untuk menyelesaikan masalah,

membuat pilihan dan menentukan nasib sendiri. Sedangkan dukungan

direktif orang tua banyak memberikan instruksi, mengendalikan, dan

cenderung mengambil alih.


23

C. Kerangka teori

Anak retardasi mental Ciri-ciri anak retardasi


mental
Jenis-jenis dukungan keluarga fungsi adaptif atau lebih
1. Dukungan informasial
yaitu komunikasi,
2. Dukungan emosional
3. Dukungan penghargaan menolong diri sendiri,
4. Dukungan instrumental keterampilan sosial,
5. Dukungam sosial . mengarahkan diri,
keterampilan akademik,
Dukungan keluarga
Faktor yang mempengaruhi dukungan bekerja, menggunakan
keluarga waktu luang, kesehatan
1. Faktor internal dan keamanan
a. Tahap perkembangan
b. Pendidikan dan tingkat
pengetahuan
c. Spiritual
2. Faktor eksternal
a. Faktor emosi
b. Faktor sosioekonomi
c. Latar belakang budaya

Keterangan

: Tidak diteliti

: Diteliti

Gambar 2. 1 Kerangka Teori

Sumber : Soetjiningsih (2016), Atsari (2010), Nababan (2018)


24

D. Kerangka konsep

Gambaran Dukungan KeluargaTerhadap Anak Retardasi


Mental

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai