Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM

Disusun oleh :

Nama : Aryudi Indra Perdana


NPM : 2013021056
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Prodi : Pendidikan Matematika

JURUSAN PEND. MATEMATIKA


FAKULTAS K.I.P
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bismillah hirrohmanirrohim

Alhamdulillahirobbil alamin
Wa bihi nastaainu ala umuriddun ya waddin
Assholatu wassalamu’ala asyrofil ambiya’ wal mursalin
Sayyidina wa maulana muhammadin wa ala alihi asoh bihi ajmain
Amma ba’du…

Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa syukur kita kehadirat Allah Subhanahu
Wata’ala .. yang telah memberikan limpahan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-Nya. Dan
tidak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada baginda besar
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. beserta kerabat, sahabat dan seluruh
pengikut beliau hingga akhir zaman.

Makalah ini telah saya selesaikan dengan semaksimal mungkin, diluar itu, penulis
sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi . Oleh
sebab itu dengan segala kerendahan hati , saya selaku penyusun menerima segala kritik
dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat nyata bagi pembaca .

Jazakumullah Khairon Katsiran

Wabillahi taufik wal hidayah


Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Natar, 03 Oktober 2020

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................................................ii

BAB I : Penahuluan...........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................2

BAB II : Pembahasan........................................................................................................3

A. Pengertian Manusia Dalam Islam...............................................3


B. Penciptaan Manusia Dalam Islam...................................................................4
C. Tujuan Diciptakannya Manusia dan Tugas Manusia...................7
1. Tujuan Diciptakannya Manusia.......................................................7
2. Tugas Manusia.................................................................12
D. Pandangan Islam Terhadap Manusia.............................................................14
1. Manusia Sebagai Hamba Allah (Abd Allah)........................14
2. Manusia Sebagai al- Nas...................................................15
3. Manusia Sebagai khalifah Allah..............................................................16
4. Manusia Sebagai Bani Adam..................................................................17
5. Manusia Sebagai al- Insan.......................................................................18
6. Manusia Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)...................................19

BAB III : Penutup............................................................................................................20


A. Kesimpulan.........................................................................................20
B. Saran.............................................................................................................21
Daftar Pustaka........................................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang sangat menarik. Oleh karena


itu, manusia dan berbagai hal dalam dirinya sering menjadi
perbincangan diberbagai kalangan. Hampir semua lemabaga
pendidikan tinggi mengkaji manusia, karya dan dampak karyanya
terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan lingkungan tempat
tinggalnya. Para ahli telah mencetuskan pengertian manusia sejak
dahulu kala, namun sampai saat ini belum ada kata sepakat tentang
pengertian manusia yang sebenarnya. Hal ini terbukti dari banyaknya
sebutan untuk manusia, misalnya homo sapien (manusia berakal),
homo economices (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut
Economical Animal (Binatang ekonomi), dan sebagainya.

Agama islam sebagai agama yang paling baik tidak pernah


menggolongkan manusia kedalam kelompok binatang. Hal ini berlaku
selama manusia itu mempergunakan akal pikiran dan semua karunia
Allah SWT dalam hal-hal yang diridhoi-Nya. Namun, jika manusia
tidak mempergunakan semua karunia itu dengan benar, maka derajad
manusia akan turun, bahkan jauh lebih rendah dari seekor binatang.
Hal ini telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 179.

‫س َل ُه ْم قُلُ ْوبٌ اَّل َي ْف َقه ُْو َن ِب َه ۖا‬


ِ ۖ ‫َو َل َق ْد َذ َر ْأ َنا ل َِج َه َّن َم َك ِثيْرً ا م َِّن ْال ِجنِّ َوااْل ِ ْن‬
ٰۤ ُ ۗ
‫َو َل ُه ْم اَعْ يُنٌ اَّل ُي ْبصِ ر ُْو َن ِب َه ۖا َو َل ُه ْم ٰا َذانٌ اَّل َيسْ َمع ُْو َن ِب َها اول ِِٕ&ٕى َك‬
ْ ٰۤ ُ
ُ ٰ
١٧٩ - ‫ض ُّل ۗ اول ِِٕ&ٕى َك ُه ُم الغ ِفل ْو َن‬ َ َ‫َكااْل َ ْن َع ِام َب ْل ُه ْم ا‬

1
“Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari
kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah).
Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka
itulah orang-orang yang lengah .” (Q.S. Ar-A’raf/7 :179)1

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengertian manusia dalam sudut pandang agama islam?
2. Bagaimana konsep penciptaan manusia dalam islam?
3. Apa tujuan dan tugas penciptaan manusia?
4. Apa pandangan islam terhadap manusia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Dapat memberikan pemahaman tentang pengertian manusia dalam sudut
pandang agama islam.
2. Dapat memberikan pemahaman mengenai awal peniptaan manusia dalam
pandangan islam.
3. Dapat memberikan pemahaman mengenai tujuan manusia diciptakan dan
tugas manusia sebagai makhluk ciptaan Allah swt..
4. Dapat memberikan pemahaman tentang pandangan islam terhadap manusia.

1.4 Manfaat
Insyaallah dapat menambah wawasan pembaca mengenai pengertian
manusia dalam agama islam, mengenai awal pnciptaan manusia,
tujuan manusia diciptakan, dan apa tugas manusia diciptakan.
Semoga bermanfaaat untuk pembaca makalah ini, Aamiin...

1
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 251-252.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manusia Dalam Islam


Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diciptakan
oleh Allah swt. baik secara rohani maupun jasmani. Bahkan didalam
Al-Qur`an Allah mengisyaratkan bahwa manusia adalah makhluk
yang paling mulia. Manusia sebagai makhluk sempurna dan mulia
dengan berbagai potensi yang tidak diberikan kepada hewan, seperti
potensi akal dan potensi agama. Jadi jelas bagaimanapun
keadaannya, manusia tidak pernah sama dengan hewan.

Munir Mursyi seorang ahli pendidikan Mesir mengatakan


bahwa pendapat tentang manusia sebagai animal rationale atau al-
Insan Hayawan al-Natiq bersumber dari filsafat Yunani dan bukan
dari ajaran Islam. 2 Terkait dengan hal ini adalah gagalnya teori
evolusi Charles Darwin. Ternyata Darwin tak pernah bisa
menjelaskan dan membuktikan mata rantai yang dikatakannya
terputus (the missing link) dalam proses transformasi primata
menjadi manusia. 3 Jadi pada hakikatnya manusia tidak pernah
berasal dari hewan manapun, tetapi makhluk sempurna ciptaan Allah
dengan berbagai potensinya.

3
B. Penciptaan Manusia Dalam Islam
2
Muhammmad Munir Mursyi, Al-Tarbiyat al-Islamiyyat: Ushuluha wa Tathawwuruha
filbilad al-‘Arab, Kahirat: ‘Alam al-Kitab, 1986, hal. 16.
3
Umar Tirtarahardja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005,
hal. 3. Siti Khasinah
Firman Allah dalam surah At-Tin/95: 4, yang berbunyi:

َ ‫َل َق ْد َخ َل ْق َنا ااْل ِ ْن َس‬


٤ – ‫ان ف ِْٓي اَحْ َس ِن َت ْق ِوي ۖ ٍْم‬

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya.” (Q.S. At-Tin/95 :4).4

Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah,


lalu menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi
makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan.
Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah
diberikan Allah Swt.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan tahapan-tahapan penciptaan


manusia.Firman Allah dalam surah Al-Mu’minun/23: 12-14, yang
berbunyi:

ٍ ‫ان ِمنْ س ُٰل َل ٍة مِّنْ طِ ي‬


١٢ - ۚ ‫ْن‬ َ ‫َو َل َق ْد َخ َل ْق َنا ااْل ِ ْن َس‬

١٣ - ۖ ‫ْن‬ ٍ ‫ُث َّم َج َع ْل ٰن ُه ُن ْط َف ًة ِفيْ َق َر‬


ٍ ‫ار َّم ِكي‬

‫ُث َّم َخ َل ْق َنا ال ُّن ْط َف َة َع َل َق ًة َف َخ َل ْق َنا ْال َع َل َق َة مُضْ َغ ًة َف َخ َل ْق َنا ْالمُضْ َغ َة‬
‫هّٰللا‬
ُ ‫ار َك‬ َ ‫عِ ٰظمًا َف َك َس ْو َنا ْالع ِٰظ َم َلحْ مًا ُث َّم اَ ْن َشأْ ٰن ُه َخ ْل ًقا ٰا َخ ۗ َر َف َت َب‬
١٤ - ‫اَحْ َسنُ ْال َخالِ ِقي ۗ َْن‬

4
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 1076.
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air
mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang
melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging
itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk
yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.”
(Q.S Al-Mu’minun/23:12-14) 5

Ayat di atas menerangkan tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu


keadaan kepada keadaan lain, yang menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-
Nya. Begitu pula penggambaran penciptaan nabi Adam yang Allah ciptakan dari
suatu saripati yang berasal dari tanah berwarna hitam dan diberi bentuk, yang
tertera dalam surat Al Hijr ayat 26 :

٢٦ - ‫ال مِّنْ َح َم ٍا مَّسْ ُن ْو ۚ ٍن‬ َ ‫ص ْل‬


&ٍ ‫ص‬ َ ‫َو َل َق ْد َخ َل ْق َنا ااْل ِ ْن َس‬
َ ْ‫ان ِمن‬
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.”

Setelah Allah SWT menciptakan nabi Adam dari tanah. Allah ciptakan pula
Hawa dari Adam, sebagaimana firman-Nya :

“Dia menciptakan kamu dari seorang diri, kemudian Dia jadikan daripadanya
istrinya … .” (Az Zumar : 6)

“Dialah yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia
menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya … .” (Al A’raf : 189)

Dari Adam dan Hawa ‘Alaihimas Salam inilah terlahir anak-anak manusia di
muka bumi dan berketurunan dari air mani yang keluar dari tulang sulbi laki-laki
dan tulang dada perempuan hingga hari kiamat nanti.6

5
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 527.
6
Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 457
Allah SWT menempatkan nuthfah (yakni air mani yang terpancar dari laki-
laki dan perempuan dan bertemu ketika terjadi jima’) dalam rahim seorang ibu
sampai waktu tertentu. Dia Yang Maha Kuasa menjadikan rahim itu sebagai
tempat yang aman dan kokoh untuk menyimpan calon manusia. Dia nyatakan
dalam firman-Nya :

ٍ ۙ ‫اَ َل ْم َن ْخلُ ْق ُّك ْم مِّنْ م َّۤا ٍء م َِّهي‬


٢٠ - ‫ْن‬
٢١ – ‫ْن‬ ٍ ‫ار َّم ِكي‬ ٍ ‫َف َج َع ْل ٰن ُه ِفيْ َق َر‬
٢٢ – ‫ا ِٰلى َقدَ ٍر مَّعْ لُ ْو ۙ ٍم‬
٢٣ - ‫َف َقدَ رْ َن ۖا َف ِنعْ َم ْال ٰق ِدر ُْو َن‬
“Bukankah Kami menciptakan kalian dari air yang hina? Kemudian Kami
letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim) sampai waktu yang ditentukan,
lalu Kami tentukan (bentuknya), maka (kamilah) sebaik-baik yang menentukan.”
(Al Mursalat : 20-23)

Dari nuthfah, Allah jadikan ‘alaqah yakni segumpal darah beku yang bergantung
di dinding rahim. Dari ‘alaqah menjadi mudhghah yakni sepotong daging kecil
yang belum memiliki bentuk. Setelah itu dari sepotong daging bakal anak
manusia tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian membentuknya memiliki
kepala, dua tangan, dua kaki dengan tulang-tulang dan urat-uratnya. Lalu Dia
menciptakan daging untuk menyelubungi tulang-tulang tersebut agar menjadi
kokoh dan kuat. Ditiupkanlah ruh, lalu bergeraklah makhluk tersebut menjadi
makhluk baru yang dapat melihat, mendengar, dan meraba.7

C. Tujuan Diciptakannya Manusia dan Tugas Manusia


1. Tujuan Diciptakannya Manusia
7
Tafsir Ibnu Katsir juz 3 halaman 457
Setiap penciptaan pasti memiliki tujuan. Robot deprogram
untuk mematuhi setiap perintah pembuatnya, begitu juga manusia
yang diciptakan untuk beribadah mematuhi setiap perintah-Nya dan
menjahui semua larangan-Nya.
Seperti firman Allah dalam Al-Quran surat Az-Zariyat ayat 56.

َ ‫ت ْال ِجنَّ َوااْل ِ ْن‬


٥٦ – ‫س ِااَّل لِ َيعْ ُب ُد ْو ِن‬ ُ ‫َو َما َخ َل ْق‬
“Dan tidak Ku-ciptakan jin dan manusia melainka untuk menyembah
kepada-Ku.” (Q.S. Az-Zariyat/51: 56)

Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa, kedudukan


manusia dalam sistem penciptaannya adalah sebagai hamba Allah.
Kedudukan ini berhubungan dengan hak dan kewajiban manusia di
hadapan Allah sebagai penciptanya. Dan tujuan penciptaan manusia
adalah untuk menyembah kepada Allah SWT. Penyembahan manusia
kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap
terhadap terwujudnya sesuatu kehidupan dengan tatanan yang baik
dan adil. Karena manusia yang diciptakan Allah sebagai makhluk
yang paling canggih, mampu menggunakan potensi yang dimilikinya
dengan baik, yaitu mengaktualisasikan potensi iman kepada Allah,
menguasai ilmu pengetahuan, dan melakukan aktivitas amal saleh,
maka manusia akan menjadi makhluk yang paling mulia dan
makhluk yang berkualitas di muka bumi ini sesuai dengan fitrahnya
masing-masing.

7
Misi penciptaan manusia adalah untuk penyembahan kepada sang pencipta,
Allah SWT. Pengertian penghambaan kepada Allah tidak boleh diartikan secara
sempit dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam sholat
saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia kepada hukum-hukum Allah
dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini, baik yang menyangkut
hubungan vertical maupun horizontal.

Penyembahan manusia kepada Allah lebih mencerminkan


kebutuhan manusia terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan
tatanan yang baik dan adil. Oleh karena itu penyembahan tersebut
harus dilakukan secara sukarela tanpa paksaan, hanya karena Allah
(penyembahan yang sempurna dari seorang manusia akan menjadikan
dirinya sebagai khalifah di muka bumi). Keseimbangan alam dapat
terjaga dengan hukum-hukum alam yang kokoh. Keseimbangan pada
kehidupan manusia dapat terjaga dengan tegaknya hukum. Hukum
kemanusiaan yang telah Allah tekankan. Kekacauan kehidupan
manusia tidak sekedar akan menghancurkan tatanan kehidupan
kemanusiaan mereka sendiri, tetapi juga dapat menghancurkan
bagian-bagian alam semesta yang lain.

١٠٧ - ‫َو َمٓا اَرْ َس ْل ٰن َك ِااَّل َرحْ َم ًة لِّ ْل ٰع َل ِمي َْن‬

“Dan tidaklah kami mengutus kamu melainkan untuk menjadikan rahmat


bagi semesta alam” (Q.S. Al-Anbia’/21 107)

8
Maka jelaslah kesatuan manusia dan alam semesta ini dapat
terjaga dengan baik jika manusia dapat menjalankan fungsi
kekhalifahannya dimuka bumi ini. Manusia dibekali akal selain naluri
yang membedakan dengan hewan. Dan akal pula yang sering kali
membuat manusia memiliki agenda sendiri ketika melakukan
penciptaan, bahkan tak jarang bertentangan dengan misi penciptaan
dirinya. Islam merupakan sistem hidup yang tidak memisahkan antara
kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang kita lakukan di dunia menjadi
rujukan dimana kelak Allah SWT akan menempatkan kita, surga atau
neraka.
Firman Allah swt.. dalam surah Al-Baqarah/2: 30, yang berbunyi :

ٰۤ ْ
‫ض َخلِ ْي َف ًة ۗ َقالُ ْٓوا اَ َتجْ َع ُل‬ ِ ْ‫ر‬َ ‫اْل‬ ‫ا‬ ‫ِى‬
‫ف‬ ٌ
‫ل‬ ِ‫اع‬ ‫ج‬
َ ْ‫ي‬ ِّ
‫ن‬ ‫ِا‬ ‫ة‬
ِ َ
‫ك‬ ‫ٕى‬
&
ِ َ ‫َوا ِْذ َقا َل َرب‬
ِٕ ‫ُّك لِل َم‬
‫ل‬
ُ‫ِك َو ُن َق ِّدس‬َ ‫ك ال ِّد َم ۤا ۚ َء َو َنحْ نُ ُن َس ِّب ُح ِب َحمْ د‬
ُ ‫ِف ْي َها َمنْ ُّي ْفسِ ُد ِف ْي َها َو َيسْ ِف‬
٣٠ - ‫َل َك ۗ َقا َل ِا ِّن ْٓي اَعْ َل ُم َما اَل َتعْ َلم ُْو َن‬
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka
berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami
bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.” (Q.S. Al-Baqaraah/2: 30)

Manusia diciptakan akan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.
Manusia bertugas menyuburkan bumi dengan menjalankan syariat. Untuk
menjalankan tugasnya, manusia dilengkapi dengan perangakat yang sempurna.
Perngakat itu dianugerahkan Allah secara bertahap, agar menusia dapat memiliki
waktu untuk mengembangaka potensi itu.

9
Pada saat lahir manusia, belum bisa melihat dan juga berbahasa seperti
sekarang. Mereka baru bisa mendengar. Setelah itu diberikanlah penglihatan,
kemudian ia mengembangkan organ-oragan geraknya agar dapat berdiri dan
berjalan, ia mendapatkan informasi berupa suara, warna, rasa, bau dan tekstur,
mulailah memiliki kemampuan berbahasa. Dia mulai dapat mempelajari hidup.
Aqalnya semakin berkembang. Saat akalnya berkembang inilah seharusnya
manusia diajarkan tentang Allah dan syariat yang dibebankan padanya. Sebab
pada masa ini, nafsu dan emosi manusia belum sempurna, sehingga akal masih
mendominasi fikiranya. Akal adalah elemen hati yang patuh kepada Allah. Emosi
dan keinginannya belum sempurna. Dia baru memiliki keinginan makan, minum,
perasaan sayang yang tulus, perasaan marah, sedih, senang,dsb. Jika pada masa ini
manusia diberi informasi dan pelatihan yang cukup tentang Allah, syariat, akhlak
mulia, tugas manusia, insya Allah manusia tersebut akan mudah menjalankan
tugas-tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Maka sangat penting nuntuk
mengembangkan akal secara maksimal pada tahap-tahap awal.

Setelah kedewasaan akal dan emosi berkembang, mulailah nafsu dan


tubuhnya mulai menjadi sempurna. Ia mulai memahami dan mengalami apa yang
disebut syahwat terhadap lawan jenis. Mulai saat itulah ia harus berdiri
menjalankan tugasnya sebagai khalifah. Tetapi ada satu hal yang mungkin
dilupakan manusia, yaitu kedewasaan ruh. Dan ternyata tidak semua manusia
berkembang dengan pesat diwaktu dini dalam hal ini. Mungkin hanya ruh pada
nabi dan rosul saja yang berkembang pesat. Ruhnya disaan masih bayi.
Sedangkan yang lain berumur tujuh tahun barulah berkembang pesat dan ada pula
yang ruhnya malah makin kedil tidak berkembang. Ruh inilah yang didalamnya
terdapat potensi pengenalan kepada Allah yang telah menciptakan segalanya. Ruh
inilah yang akan mencintai Allah. Dan itulah tujuan manusia diciptakan agar
mengenal Allah. Dengan mengenal Allah, ibadah dan perjalanan kita tidak salah
alamat, dengan syariat Allah, ibadah dan perjalanan kita tidak salah cara.

10
Allah mengajarkan manusia untuk menyembahNya agar manusia tidak
menyembah selain-Nya. Sebab nenyembah dan mencintai yang selain Dia akan
menyebabkan manusia menjadi resah gelisah dan gundah gulana.
Seharusnya kita sadar bahwa kita hanyalah makhluk suatu ciptaan. Allah
menciptakan kita bukan sekedar iseng. Allah menciptakan kita untuk suatu yang
besar,untuk menjadi khalifah di bumi. Tetapi kita sering melupakan Allah
disebabkan kita terlalu asyik dengan pekerjaan kita.
Firman Allah swt. :

١٦ - ‫ض َو َما َب ْي َن ُه َما ٰلع ِِبي َْن‬


َ ْ‫َو َما َخ َل ْق َنا ال َّس َم ۤا َء َوااْل َر‬

“Dan tidaklah kita ciptakan langit dan bumi dan segalanya yang ada
diantara keduanya dengan bermain-main.” (QS. Al-Anbia’/21: 16).

- ‫َف َذرْ ُه ْم َي ُخ ْوض ُْوا َو َي ْل َعب ُْوا َح ٰ ّتى ي ُٰلقُ ْوا َي ْو َم ُه ُم الَّ ِذيْ ي ُْو َع ُد ْو َن‬
٨٣
“Maka biarlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main
sampai mereka menemui hari yang dijanjikan kepada mereka.” (Q.S.Az-
Zukhruf/43: 83).

ِ ‫ض َو ْال ِج َب‬
‫ال َفا َ َبي َْن‬ ِ ْ‫ت َوااْل َر‬ ِ ‫ِا َّنا َع َرضْ َنا ااْل َ َما َن َة َع َلى الس َّٰم ٰو‬
ۙ ‫ان َظلُ ْومًا َجه ُْواًل‬ ۗ ‫اَنْ يَّحْ م ِْل َن َها َواَ ْش َف ْق َن ِم ْن َها َو َح َم َل َها ااْل ِ ْن َس‬
َ ‫انُ ِا َّن ٗه َك‬
٧٢ –

11
‫لِّيُع ِّذ هّٰللا‬
ِ ‫ت َو ْال ُم ْش ِر ِكي َْن َو ْال ُم ْش ِر ٰك‬
‫ت‬ ِ ‫ب ُ ْالم ُٰن ِف ِقي َْن َو ْالم ُٰن ِف َق‬ َ َ
ࣖ ‫ان هّٰللا ُ َغفُ ْورً ا رَّ ِح ْيمًا‬
َ ‫ت َو َك‬ ِ ۗ ‫ب ُ َع َلى ْالم ُْؤ ِم ِني َْن َو ْالم ُْؤم ِٰن‬
‫وي ُت ْو هّٰللا‬
َ ََ
٧٣ -
“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit,
bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan
melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat
bodoh, sehingga Allah akan mengazab orang-orang munafik
laki-laki dan perempuan, orang-orang musyrik, laki-laki dan
perempuan; dan Allah akan menerima tobat orang-orang
mukmin laki-laki dan perempuan. Dan Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Ahzab/33: 72-73)

2. Tugas Manusia

Manusia diciptakan akan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.
Manusia bertugas menyuburkan bumi dengan menjalankan syariat. Untuk
menjalankan tugasnya, manusia dilengkapi dengan perangakat yang sempurna.
Perngakat itu dianugerahkan Allah secara bertahap, agar menusia dapat memiliki
waktu untuk mengembangaka potensi itu.

Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat Allah, yang


harus dipertanggung jawabkan di hadapanNya. Tugas hidup yang
dipikul manusia di muka bumi adalah tugaskekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan
memelihara alam.

12
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang
kekuasaan. Manusia menjadi khalifah berarti manusia memperoleh
mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif yang
memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang
ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.

Agar manusia dapat menjalankan kekhaliannya dengan baik,


Allah mengajarkan kepada manusia kebenaran dalam segala ciptaan
Allah melalui pemahaman serta pengusaan terhadap hukum-hukum
yang terkandung dalam ciptaan Allah, manusia dapat menyusun
konsep-konsep serta melakukan rekayasa membentuk sesuatu yang
baru dalam alam kebudayaan.

Di samping peran manusia sebagai khalifah Allah di muka


bumi memiliki kebebasan, ia juga sebagai hamba Allah (‘abdun).
Seorang hamba Allah harus taat dan patuh kepada perintah Allah.

Makna yang esensial dari kata ’abdun (hamba) adalah


ketaatan, ketundukan dan kepatuhan, yang kesemuanya hanya layak
diberikan kepada Allah yang dicerminkan dalam ketaatan,
kepatuhan dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.

13
D. Pandangan Islam Terhadap Manusia

Ada beberapa dimensi manusia dalam pandangan Islam, yaitu 8 :

1. Manusia Sebagai Hamba Allah (Abd Allah)


Sebagai hamba Allah, manusia wajib mengabdi dan taat
kepada Allah selaku Pencipta karena adalah hak Allah untuk
disembah dan tidak disekutukan. 9 Bentuk pengabdian manusia
sebagai hamba Allah tidak terbatas hanya pada ucapan dan
perbuatan saja, melainkan juga harus dengan keikhlasan hati,
seperti yang diperintahkan dalam surah Bayyinah:

‫َو َمٓا ا ُ ِمر ُْٓوا ِااَّل لِ َيعْ ُب ُدوا هّٰللا َ م ُْخلِصِ ي َْن َل ُه ال ِّدي َْن ەۙ ُح َن َف ۤا َء َو ُي ِق ْيمُوا الص َّٰلو َة‬
٥ - ‫الز ٰكو َة َو ٰذل َِك ِديْنُ ْال َق ِّي َم ۗ ِة‬
َّ ‫َوي ُْؤ ُتوا‬
“Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan
ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan)
agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).”
(QS:98:5).

Dalam surah adz- Dzariyat Allah menjelaskan:

َ ‫ت ْال ِجنَّ َوااْل ِ ْن‬


٥٦ - ‫س ِااَّل لِ َيعْ ُب ُد ْو ِن‬ ُ ‫َو َما َخ َل ْق‬
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Az-Zariyat/51:56).

Dengan demikian manusia sebagai hamba Allah akan


menjadi manusia yang taat, patuh dan mampu melakoni perannya
sebagai hamba yang hanya mengharapkan ridha Allah.

14

8
Desmita, Psikologi Perkembangan..., hal. 18-31.
9
Yusuf Qardhawi, Pendidikan dan Madrasah Hasan al-Banna, Jakarta: Bulan Bintang, 1994,
hal. 135.
2. Manusia Sebagai al- Nas
Manusia, di dalam al- Qur’an juga disebut dengan al- nas.
Konsep al- nas ini cenderung mengacu pada status manusia dalam
kaitannya dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan
fitrahnya manusia memang makhluk sosial. Dalam hidupnya
manusia membutuhkan pasangan, dan memang diciptakan
berpasang-pasangan seperti dijelaskan dalam surah an- Nisa’

‫س َّواحِدَ ٍة‬ &ُ ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها ال َّن‬


ٍ ‫اس ا َّتقُ ْوا َر َّب ُك ُم الَّ ِذيْ َخ َل َق ُك ْم مِّنْ َّن ْف‬
‫هّٰللا‬
َ ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجااًل َك ِثيْرً ا َّون َِس ۤا ًء ۚ َوا َّتقُوا‬ َّ ‫وَّ َخ َل َق ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب‬
‫هّٰللا‬
١ - ‫ان َع َل ْي ُك ْم َر ِق ْيبًا‬ َ ‫الَّ ِذيْ َت َس ۤا َءلُ ْو َن ِبهٖ َوااْل َرْ َحا َم ۗ اِنَّ َ َك‬

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan


kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya
(Hawa) dari (diri)-nya; dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling
meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah
selalu menjaga dan mengawasimu.”(Q.S. An-Nisa’/4: 1)

Dari firman Allah swt. di atas bisa dijelaskan bahwa manusia


adalah makhluk sosial, yang dalam hidupnya membutuhkan
manusia dan hal lain di luar dirinya untuk mengembangkan
potensi yang ada dalam dirinya agar dapat menjadi bagian dari
lingkungan soisal dan masyarakatnya.

15
3. Manusia Sebagai khalifah Allah
Hakikat manusia sebagai khalifah Allah di bumi dijelaskan dalam surah
al- Baqarah ayat 30:

ٰۤ ْ
َ َ ٓ ُ َ ً
‫ض خلِ ْيفة ۗ قال ْوا اتجْ َع ُل‬َ َ َ ‫اْل‬ ِّ َ
ِ ْ‫ُّك لِل َمل ِِٕ&ٕىك ِة ِانيْ َجاعِ ٌل فِى ا ر‬ َ ‫َوا ِْذ َقا َل َرب‬
ُ‫ِك َو ُن َق ِّدس‬ َ ‫ك ال ِّد َم ۤا ۚ َء َو َنحْ نُ ُن َس ِّب ُح ِب َحمْ د‬
ُ ‫ِف ْي َها َمنْ ُّي ْفسِ ُد ِف ْي َها َو َيسْ ِف‬
٣٠ - ‫َل َك ۗ َقا َل ِا ِّن ْٓي اَعْ َل ُم َما اَل َتعْ َلم ُْو َن‬
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka
berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang
merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami
bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui.” (Q.S. Al-Baqaraah/2: 30)

Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa sebutan khalifah itu


merupakan anugerah dari Allah kepada manusia, dan selanjutnya
manusia diberikan beban untuk menjalankan fungsi khalifah
tersebut sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan. 1 0
Sebagai khalifah di bumi manusia mempunyai wewenang untuk
memanfaatkan alam (bumi) ini untuk memenuhi Kebutuhan
hidupnya sekaligus bertanggung jawab terhadap kelestarian alam
ini. Seperti dijelaskan dalam surah al- Jumu’ah :

16

10
M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1994, hal. 162.
‫َفا َِذا قُ يت الص َّٰلوةُ َفا ْن َت ر ُْوا فِى ااْل َرْ ض وا ْب َت ُغ ْوا منْ َفضْ ل هّٰللا‬
ِ ِ ِ َ ِ ِ‫ش‬ ِ َ ِ‫ض‬
١٠ - ‫َو ْاذ ُكرُوا هّٰللا َ َك ِثيْرً ا لَّ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِح ُْو َن‬
“Maka apabila telah selesai shalat, hendaklah kamu bertebaran di muka
bumi ini dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak
agar kamu beruntung.” (Q.S. Al-Jumu’ah/62: 10)

Selanjutnya dalam surah Al- Baqarah disebutkan:

۞ ‫ك ْال َح َج ۗ َر‬ َ ‫َواِ ِذ ا ْستَس ْٰقى ُم ْو ٰسى لِقَ ْو ِم ٖه فَقُ ْلنَا اضْ ِربْ بِّ َع‬
َ ‫صا‬
ٍ ‫ت ِم ْنهُ ْاثنَتَا َع ْش َرةَ َع ْينًا ۗ قَ ْد َعلِ َم ُكلُّ اُنَا‬
‫س َّم ْش َربَهُ ْم ۗ ُكلُ ْوا‬ ْ ‫فَا ْنفَ َج َر‬
٦٠ - ‫ض ُم ْف ِس ِدي َْن‬ ْ‫ر‬َ ‫اْل‬ ‫ا‬ ‫ى‬‫ف‬ ‫ا‬‫و‬ْ َ ‫ث‬‫ع‬ْ َ ‫ت‬ ‫اَل‬‫و‬ ‫وا ْشرب ُْوا م ْن رِّ ْزق هّٰللا‬
ِ ِ َ ِ ِ ِ َ َ
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya,
lalu Kami berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!”
Maka memancarlah daripadanya dua belas mata air. Setiap
suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing).
Makan dan minumlah dari rezeki (yang diberikan) Allah, dan
janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat
kerusakan.” (Q.S. Al-Baqarah/ 2 : 60).

4. Manusia Sebagai Bani Adam


Sebutan manusia sebagai bani Adam merujuk kepada berbagai
keterangan dalam al- Qur’an yang menjelaskan bahwa manusia adalah
keturunan Adam dan bukan berasal dari hasil evolusi dari makhluk lain
seperti yang dikemukakan oleh Charles Darwin. Konsep bani Adam
mengacu pada penghormatan kepada nilainilai kemanusiaan. Konsep ini
menitikbertakan pembinaan hubungan persaudaraan antar sesama manusia
dan menyatakan bahwa semua manusia berasal dari keturunan yang sama.
Dengan demikian manusia dengan latar belakang sosia kultural, agama,
bangsa dan bahasa yang berbeda tetaplah bernilai sama, dan harus
diperlakukan dengan sama. Dalam surah al- A’raf dijelaskan:

17
‫ٰي َبن ِْٓي ٰادَ َم اَل َي ْف ِت َن َّن ُك ُم ال َّشي ْٰطنُ َك َمٓا اَ ْخ َر َج اَ َب َو ْي ُك ْم م َِّن ْال َج َّن ِة َي ْن ِز ُع َع ْن ُه َما‬
ُ ‫اس ُه َما لِي ُِر َي ُه َما َس ْو ٰات ِِه َما ۗ ِا َّن ٗه َي ٰرى ُك ْم ه َُو َو َق ِب ْيلُ ٗه ِمنْ َحي‬
‫ْث اَل َت َر ْو َن ُه ۗ ْم‬ َ ‫لِ َب‬
٢٧ - ‫ِا َّنا َج َع ْل َنا ال َّش ٰيطِ ي َْن اَ ْولِ َي ۤا َء لِلَّ ِذي َْن اَل ي ُْؤ ِم ُن ْو َن‬
“Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh
setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu
bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya
untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan
pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu
tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang
tidak beriman.” (Q.S. Al-A’raf /7: 27).

5. Manusia Sebagai al- Insan


Manusia disebut al- insan dalam al- Qur’an mengacu pada potensi yang
diberikan Tuhan kepadanya. Potensi antara lain adalah kemampuan
berbicara

َ ‫َعلَّ َم ُه ْال َب َي‬


٤ - ‫ان‬
“mengajarnya pandai berbicara.” (Q.S. Ar-Rahman/55: 4)

kemampuan menguasai ilmu pengetahuan melalui proses tertentu

٤ - ‫ت َرب ِِّه ْم ِااَّل َكا ُن ْوا َع ْن َها مُعْ ِرضِ ي َْن‬ ِ ‫َو َما َتأْ ِتي ِْه ْم مِّنْ ٰا َي ٍة مِّنْ ٰا ٰي‬
ٖ‫ف َيأْ ِتي ِْه ْم اَ ۢ ْنب ٰۤـؤُ ا َما َكا ُن ْوا ِبه‬
َ ‫َف َق ْد َك َّذب ُْوا ِب ْال َح ِّق َلمَّا َج ۤا َء ُه ۗ ْم َف َس ْو‬
٥ - ‫َيسْ َته ِْزء ُْو َن‬
“Dan setiap ayat dari ayat-ayat Tuhan yang sampai kepada
mereka (orang kafir), semuanya selalu diingkarinya, Sungguh,
mereka telah mendustakan kebenaran (Al-Qur'an) ketika
sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada
mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka
perolok-olokkan.”(Q.S. Al-An’am/6: 4-5)

18
Namun selain memiliki potensi positif ini, manusia sebagai al- insan
juga mempunyai kecenderungan berprilaku negatif (lupa). Misalnya dijelaskan
dalam surah Hud:

٩ - ‫ان ِم َّنا َرحْ َم ًة ُث َّم َن َزعْ ٰن َها ِم ْن ۚ ُه ِا َّن ٗه َل َئـ ُُٔ& ْوسٌ َكفُ ْو ٌر‬
َ ‫َو َل ِِٕ&ٕىنْ اَ َذ ْق َنا ااْل ِ ْن َس‬
“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat,
kemudian rahmat itu kami cabut dari padanya, pastilah ia
menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (Q.S. Hud/11:
9).

6. Manusia Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)


Hasan Langgulung mengatakan bahwa sebagai makhluk
biologis manusia terdiri atas unsur materi, sehingga memiliki
bentuk fisik berupa tubuh kasar (ragawi). Dengan kata lain
manusia adalah makhluk jasmaniah yang secara umum terikat
kepada kaedah umum makhluk biologis seperti berkembang biak,
mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan, serta
memerlukan makanan untuk hidup, dan pada akhirnya mengalami
kematian.

19
BAB III

PENETUP

A. Kesimpulan

Manusia dalam agama islam diartikan sebagai makhluk Allah SWT yang
memiliki kelebihan dari makhluk lain, salah satu buktinya adalah kepatuhan
manusia pada Allah SWT melalui perjuangan yang berat melawan hawa nafsu dan
godaan syetan sedangkan kepatuhan malaikat kepada Allah SWT karena sudah
tabiatnya, sebab malaikat tidak memiliki hawa nafsu . Oleh karena itu sebagai
manusia (makhluk ciptaan Allah) seharusnyalah kita senantiasa bersyukur atas
karunia dan kasih sayang-Nya, karna salah satu kunci kesuksesan adalah
bersyukur.

۞ ‫َو َل َق ْد َكرَّ مْ َنا َبن ْ&ِْٓٓي ٰادَ َم َو َح َم ْل ٰن ُه ْم فِى ْال َبرِّ َو ْال َبحْ ِر َو َر َز ْق ٰن ُه ْم‬
٧٠ - ࣖ ‫ت َو َفض َّْل ٰن ُه ْم َع ٰلى َك ِثي ٍْر ِّممَّنْ َخ َل ْق َنا َت ْفضِ ْياًل‬ َّ ‫م َِّن‬
ِ ‫الطي ِّٰب‬
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak adam (manusia) dan Kami
angkut mereka didarat dan dilaut, dan Kami melebihkan mereka atas makhluk-
makhluk yang Kami ciptakan, dengan kelebihan yang menonjol.” ( QS. Al Isra
70).
Fungsi utama manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi
ini dan perannya sebgai khalifah sebagaimana yang ditetapkan Allah
SWT mencakup tiga poin yaitu belajar, mengajarkan ilmu, dan
membudayakan ilmu. Tenggung jawab manusia sebagai khalifah
yang berarti wakil Allah adalah mewujudkan kemakmuran di muka
bumi, mengelola dan memelihara bumi.

20
Sebenarnya Al Quran sudah membahas semua hal mengenai
fungsi, peran dan tanggung jawab manusia. Oleh karena itu manusia
wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat memahami apa
fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia, sehingga
dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna .

B. Saran

Dari penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar


sebagai seorang manusia kita harus menjadi individu yang dapat
bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sebagai makhluk sosial,
manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu kita harus saling
tolong menolong dalam kebaikan antar sesama.

Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat


dianjurkan untuk dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan
manusia tentang pengetahuan Agama. Selain itu, makalah ini
diharapkan dapat membantu pembaca untuk menggali lebih dalam
Hakikat Manusia menurut Islam.

21
DAFTAR PUSTAKA

Al-Irsyad Al-Nafs, Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam Volume 2, Nomor 1 Desember


2015 : 93-115

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Semarang: Toha Putra, 1989).

Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. XIII, No. 2, Februari 2013

Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Hukum Vol.16, No.2, December 2018, 54.59

Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid, Vol. 20, No. 2,
November 2017

Muthahhari, Murtadha, 1992. Perspetif Tentang Manusia dan Agama, Mizan, Bandung

22

Anda mungkin juga menyukai