Anda di halaman 1dari 12

1

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI


UJIAN CBT PADA MAHASISWA BARU DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI TAHUN 2019
Muhammad husni hamdani1, Sri Maria Puji Lestari2, Rakhmi Rafie3
Octa Reni Setiawati4
1
Prodi Kedokteran Umum, FK Universitas Malahayati
2
Dosen Psikologi Universitas Malahayati
2
Dosen FK Universitas Malahayati
4
Departement of Pediatric

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI

Skripsi, Januari 2020


Muhammad Husni Hamdani

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI


UJIAN CBT PADA MAHASISWA BARU DI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI TAHUN 2019
xvi + 60 halaman + 4 Tabel + 3 Gambar + Lampiran

ABSTRAK
Latar belakang: Efikasi diri adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk
melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian
dalam lingkungan. Efikasi diri pada mahasiswa saat akan menghadapi ujian dapat
menjadi faktor penting dalam mengurangi kecemasan mahasiswa dalam menghadapi
ujian itu sendiri. Kecemasan merupakan suatu keadaan aprehensi atau keadaan
khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Metode Penelitian:Jenis penelitian ini menggunakan metode analitik observasional
dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 110 responden.
Cara pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Analisis bivariat
menggunakan uji statistik non parametrik Spearman’s.
Hasil penelitian: Dari jumlah populasi 154 diambil 110 sampel, nilai median
55.00(sedang), nilai min-max(29-71) untuk variabel efikasi diri, sedangkan median
15.00(rendah), nilai min-max(3-39) untuk tingkat kecemasan. Hasil analisis Bivariat uji
Spearman didapatkan nilai P Value 0.011 dan nilai r -0.161.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara efikasi diri dan tingkat kecemasan pada
mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019, dengan
kekuatan korelasi rendah dan arah korelasi negatif yaitu semakin tinggi efikasi diri
maka semakin rendah tingkat kecemasan mahasiswa.

Kata kunci: Efikasi diri, Kecemasan,Ujian, Mahasiswa baru Fakultas Kedokteran.


Kepustakaan :

ABSTRACT
2

Background: Self-efficacy is one's belief in one's ability to exercise some form of


control over the functioning of that person and events in the environment. Self-efficacy
of students when they are going to face an exam can be an important factor in reducing
student anxiety in facing the exam itself. Anxiety is a state of apprehension or state of
worry that complains that something bad is about to happen.
Reseaech Methods: This type of research uses observational analytic methods with
cross sectional approach. The sample in this study were 110 respondents. How to take a
sample with purposive sampling technique. Bivariate analysis uses Spearman’s non-
parametric statistical test.
Results: From a population of 154, 110 samples were taken, the median value was
55.00 (moderate), the min-max value (29-71) for self-efficacy variables, while the
median was 15.00 (low), the min-max value (3-39) for the level of anxiety. The results
of the Bivariate Spearman test obtained P value of 0.011 and r -0.161.
Conclusion: There is a relationship between self-efficacy and anxiety levels in new
students at the Faculty of Medicine, University of Malahayati in 2019, with the strength
of low correlation and the direction of negative correlation, the higher the self-efficacy,
the lower the level of student anxiety.

Keywords: Self-efficacy, Anxiety, CBT Exam, new medical students


Literatur :

mengetahui alasan realistis tersebut.


PENDAHULUAN Kecemasan merupakan suatu hal
Kecemasan adalah suatu penyerta yang dapat terjadi saat individu
normal dari pertumbuhan, dari mengalami stress, kecemasan dapat
perubahan, dari pengalaman sesuatu timbul ketika menemukan hal baru
yang baru dan belum dicoba, dan yang membuat individu merasa tidak
dari penemuan identitas dan arti nyaman (Ibrahim, 2012).’ Faktor-
hidup. Sebaliknya, kecemasan faktor yang menyebabkan kecemasan
patologis adalah respon yang tidak menurut stuart dan sundeen (2007)
sesuai terhadap stimulus yang ada 2 faktor yaitu internal dan
diberikan berdasarkan pada intensitas eksternal, berikut faktor internal : 1.
atau durasinya (Kaplan et al., Pengalaman, 2. Respon terhadap
2010). Kecemasan adalah gangguan stimulus, 3. Usia, 4. Gender.
alam perasaan yang ditandai Sedangkan faktor eksternal : 1.
dengan perasaan ketakutan atau Dukungan keluarga, 2. Dukungan
kekhawatiran yang mendalam dan sosial. Salah satu faktor munculnya
berkelanjutan, tidak mengalami kecemasan yaitu saat akan
gangguan dalam menilai kenyataan, menghadapi ujian yang mana
kepribadian masih tetap utuh atau merupakan masalah kecemasan yang
tidak mengalami keretakan dialami kebanyakan mahasiswa.
kepribadian normal (Hawari, 2011). Menurut Miriam Schapiro, karena
Freud membedakan kecemasan adanya rasa khawatir dengan hasil
menjadi kecemasan objektif dan yang akan dicapainya atau khawatir
neurotik. Kecemasan objektif adalah akan mendapatkan nilai yang kurang
respon realistis terhadap bahaya memuaskan.
2 eksternal, sedangkan kecemasam
neurotis timbul dari konflik tidak Sejak tahun 2015 Fakultas
sadar karena individu tidak Kedokteran Universitas Malahayati
3

juga sudah mulai menerapkan ujian mereka untuk melakukan suatu tugas
CBT pada mahasiswa semester atau belajar diberi informasi.
pertama. CBT merupakan metode Dengan demikian efikasi diri
ujian dengan soal jenis pilihan ganda pada mahasiswa saat akan
tipe A (one best answer) yang menghadapi ujian dapat menjadi
dilakukan dengan menggunakan faktor penting dalam mengurangi
program komputer, tujuanya adalah kecemasan mahasiswa dalam
untuk menilai kemampuan mahasiswa menghadapi ujian itu sendiri lebih
dalam penguasaan teori yang telah di lanjut. Efikasi diri akademis
pelajari (Ristekdikti,2016). Menurut berhubungan dengan keyakinan
Fitri Maiziani (2016). Ujian CBT mahasiswa akan kemampuanya
sendiri memiliki kelebihan seperti melakukan tugas-tugas, mengatur
pelaksanaan yang jujur dan bersih kegiatan belajar mereka sendiri, dan
dari kecurangan, waktu yang bisa hidup dengan harapan akademis
disesuaikan dengan kebutuhan, dapat mereka sendiri dan orang lain.
dilakukan pengacakan soal, dan juga Mengacu pada penelitian yang
mempermudah dalam mengoreksi dilakukan di Universitas Lampung oleh
jawaban. Walaupun didalamnya masih Siti Masruroh (2017), didapatkan
ada kekurangan dari ujian CBT sendiri bahwa efikasi diri dari 175
seperti system error yang mana bisa mahawasiswa yang menjadi
membuat jawaban tidak terdeteksi respondennsebnayak 73 (42.9%)
dengan baik oleh sistem yang ada. mahasiswa masuk pada kategori
Selain itu banyak faktor yang dapat sedang, kemudian sebanyak 54
mempengaruhi keberhasilan belajar (31.8%) mahasiswa lainya memiliki
mahasiswa, diantaranya adalah efikasi diri tinggi dan sebanyak 43
lamanya waktu belajar, lingkungan (25.3%) mahasiswa memiliki efikasi
tempat tinggal, SELF-EFFICACY- diri yang rendah.
(efikasi diri), dan masih banyak lagi. Berdasarkan data dari penelitian
Penelitian ini untuk meneliti dan juga penjelasan diatas
hubungan antara self-efficacy membuktikan bahwa efikasi diri
(keyakinan akan kemampuan diri) menjadi salah satu faktor kecemasan
dengan kecemasan dalam yang bisa menyebabkan penurunan
menghadapai ujian CBT pada kualitas akademis seorang
mahasiswa baru Fakultas Kedokteran mahasiswa, maka dari itu peneliti
Universitas Malahayati tahun 2019. tertarik untuk meneliti atau
Self-efficacy diartikan sebagai mengetahui hubungan antara efikasi
keyakinan seseorang mengenai diri dengan kecemasan pada
kemampuan dirinya dalam melakukan mahasiswa baru di Fakultas
tugas atau tindakan yang diperlukan Kedokteran Universitas Malahayati
untuk mencapai hasil tertentu. pada tahun 2019.
Individu yang memiliki efikasi diri
yang tinggi akan mengarahkan METODOLOGI
seseorang pada prestasi yang lebih Jenis penelitian ini adalah
baik dalam berbagai bidang karena kuantitatif dengan metode analitik
efikasi diri akan mengaktifkan observasional dengan menggunakan
perubahan psikologi yang mengurangi pendekatan cross sectional dan
rasa sakit dan lebih dapat mentolerir menggunakan metode sampel
stress, Self-efficacy sebagai purposive sampling Dengan maksud
kepercayaan akan kemampuan untuk melihat apakah terdapat
seseorang dalam skenario tertentu hubungan antara efikasi diri dengan
seperti percaya kepada kemampuan kecemasan dalam menghadapi ujian
CBT. pengumpulan data baik variabel
4

dependen maupun indepen-den dan Jumlah sampel pada penelitian ini


faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebanyak 110, setelah dihitung
dikumpulkan dalam waktu yang menggunakan rumus slovin dan juga
bersamaan. Populasi penelitian ini memenuhi kriteria sebagai responden.
adalah seluruh mahasiswa baru di penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Fakultas kedokteran Universitas Oktober 2019.
Malahayati yang berjumlah 146.

PEMBAHASAN

a. Analisis Uji Statistik Univariat

Distribusi Frekuensi efikasi diri peserta ujian CBT pada mahasiswa


baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019

Efikasi diri Frekuensi Presentase (%)


Rendah (13-26) 0 0
Sedang(27-40) 2 1.8
Tinggi(41-54) 108 98.2
Total 110 100

Berdasarkan tabel di atas baru saat menghadapi ujian CBT


menunjukan bahwa distribusi terbesar pada efikasi diri tinggi
frekuensi efikasi diri pada mahasiswa sebanyak 108 (98.2%) mahasiswa.

Distribusi Frekuensi tingkat kecemasan peserta ujian CBT pada


mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati
tahun 2019
Kecemasan Frekuensi Persentase(%)

tidak ada(0-13) 43 39.1


Ringan(14-20) 63 57.3
Sedang(21-27) 4 3.6
Berat (28-41) 0 0
Berat sekali (>41) 0 0

Total 110 100

Berdaberdasarkan table di atas menunjukan bahwa distribusi


frekuensi tingkat kecemasan mahasiswa baru dalam menghadapin ujian CBT
terbesar sebanyak 63 (57.3%) dengan tingkat ringan.
5

Distribusi Frekuensi Umur usia peserta ujian CBT pada mahasiswa baru di
Universitas Malahayati tahun 2019

Umu Jumlah Presentase(%)


r
16-18 85 72.3
>18 25 22.7
Total 110 100

Berdasarkan tabel di atas mahasiswa baru yang


menunjukan bahwa distribusi mengikuti ujian CBT didominasi
frekuensi berdasarkan umur dengan usia 16-18 tahun
yang menjadi responden pada dengan jumlah 85 (72.3)

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin yang Mengisi Kuesioner


padasiswa SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah

Jenis Kelamin Jumlah Presentase


Perempuan 47 42,8 %
Laki-Laki 63 57,2 %
Total 110 100 %
Berdasarkan tabel di (6,3%)berumur 15 tahun,
atas menunjukan bahwa sebanyak 127Siswa (62,0%),
distribusi frekuensi berumur 16 tahun, sebanyak
berdasarkanumur yang 53 Siswa (25,9%) yang
mengisi kuesioner pada siswa berumur 17 tahun, dan
SMA Negeri 1 Trimurjo sebanyak 12 Siswa (5,9 %)
Kabupaten Lampung Tengah yang berumur 18 tahun
sebanyak 13 siswa

b. Analisis Uji Statistik Bivariat

Hasil Uji Bivariat Hubungan efikasi diri dan tingkat kecemasan pada
Mahasiswa baru di Fakultas kedokteran Universitas Malahayati tahun
2019.
Variabel Median P value Nilai r
(Min-Max)
Efikasi diri 54.00 0.011 -0.161
(29-71)
Kecemasan 15.00
(3-39)

Pada uji analisis bivariat 2019. Berdasarkan hasil uji


peneliti menguji antara hubungan statistik Spearman pada efikasi
efikasi diri dengan tingkat diri dan tingkat kecemasan
kecemasan pada mahasiswa baru diperoleh nilai P value = 0,011
di Fakultas Kedokteran (P<0,05), artinya terdapat
Universitas Malahayati tahun “hubungan bermakna antara
6

efikasi diri dengan tingkat korelasi negatif yang dapat


kecemasan”. Nilai korelasi r = disimpulkan bahwa semakin
-0,161, artinya kekuatan korelasi tinggi kontrol diri maka semakin
penelitian ini memiliki keterkaitan rendah perilaku agresif
rendah dan mempunyai arah seseorang.

PEMBAHASAN siswa.Hal tersebut didukung oleh


Menurut hasil penelitian pada pendapat (Widiarti, 2010) bahwa
Siswa SMA Negeri 1 Trimurjo kontrol diri sangat diperlukan bagi
Kabupaten Lampung Tengah, di setiap individu, khususnya remaja
dapatkan 10 siswa (4,9%) dengan jika remaja tidak mampu untuk
kontrol diri tingkat rendah, 148 siswa melakukan kontrol diri dengan
(72,2%) dengan kontrol diri tingkat baik maka remaja di-khawatirkan
sedang, serta 47 siswa (22,9%) dapat mengalami krisis identitas,
dengan kontrol diri tingkat tinggi. sehingga remaja memiliki
Didapatkan nlai Median 82.00, Nilai kecenderungan berperilaku
minimum 51, dan nilaimaksimum negatif. Sedangkan (Denson,
120. Dengan hasil penelitian tersebut, DeWall,& Finkel, 2012; Raymond,
disebutkan bahwa rata-rata siswa 2009) menyatakan bahwa kontrol
SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten diri mampu mereduksi perilaku
Lampung Tengah memiliki agresif seseorang.

Kemampuan kontrol diri Berdasarkan hasil pengisian


tingkat sedang. Hal ini bisa diartikan kuesioner oleh siswa SMA Negeri 1
bahwa kemampuan kontrol diri pada Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
siswa SMA Negeri 1 Trimurjo dimana untuk kuesioner kontrol diri
Kabupaten Lampung Tengah dapat mayoritas siswa mengisi kolom sangat
menekan munculnya perilaku agresif setuju untuk kuesioner point 9 yaitu
pada siswa. Kontrol diri rendah ”Saya mudah terpengaruh terhadap
ditemukan pada siswa SMA Negeri 1 ajakan orang lain meskipun saya tau
Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah hal tersebut salah”. Bagi siswa
dengan jumlah 10 siswa (4,9%), hendaknya dapat berpendirian teguh
artinya siswa tersebut masih sulit dan tanamkan prinsip dalam diri agar
untuk mengontrol emosi dan tidak mudah terpengaruh pada hal-hal
perilakunya jika ada hal yang yang dapat merugikan diri sendiri dan
membuat dirinya emosi. Sedangkan orang lain.
kontrol diri tinggi, ditemukan sebesar
47 siswa (22,9%), artinya siswa Hasil penelitian ini juga sesuai
tersebut dapat mengntrol emosi dan dengan penelitian yang sudah
perilakunya dengan sangat baik. dilakukan sebelumnya oleh (Denson,
DeWall,& Finkel, 2012; Raymond,
Didapatkan rata-rata siswa 2009, dalam Permatasari, 2016)
SMA Negeri 1 Trimurjo menyatakan bahwa kontrol diri
Kabupaten Lampung Tengah mampu mereduksi perilaku agresif
memiliki kemampu-an kontrol diri seseorang. Penelitian lain juga
tingkat sedang,yang mengartikan mengatakan bahwa remaja dengan
bahwa kemampuan kontrol diri kontrol diri yang rendah lebih sering
pada siswa SMA Negeri 1 terlibat dalam perilaku antisosial
Trimurjo Kabupaten Lampung (Kuhn & Laird, 2013 dalam
Tengah dapat menekan permatasari, 2016), dimana perilaku
munculnya perilaku agresif pada agresi termasuk ke dalam perilaku
7

antisosial karena tidak sesuai dengan perilaku agresif ini berupa menyerang
norma sosial, individu dengan kontrol secara fisik, mudah meluapkan emosi,
diri tinggi memiliki nilai maupun emosi sulit untuk dikendalikan,
prinsip yang sesuai dengan norma dalam hal ini peneliti tidak me-
sosial. Sedangkan perilaku agresi nemukan siswa yang mem-perlihat-
merupakan perilaku yang tidak sesuai kan perilaku agresif tinggi secara
dengan norma sosial. Selain itu objektif, kemungkinan di-karenakan
kontrol diri yang tinggi akan membuat faktor peraturan masing-masing
individu menyadari perubahan sekolah yang me-nekankan terhadap
perilaku pada dirinya dan mampu siswa untuk selalu tertib baik didalam
merubah respon yang akan maupun diluar lingkungan sekolah.
dimunculkan. Dengan kemampuan ini,
individu mampu menekan atau Didapatkan rata-rata siswa
mengurangi perilaku agresif yang SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten
akan muncul (Baumeister, 2002; Lampung Tengah memiliki perilaku
2013 dalam permatasari, 2016). agresif tingkat sedang, perilaku yang
terjadi adalah perilaku menyerang
Dari pernyataan diatas dapat suatu objek, menyerang secara
disimpulkan bahwa kontrol diri dapat verbal atau simbolis, serta me-
menekan munculnya perilaku agresif langgar benda hak milik orang lain.
dalam diri sesorang, semakin tinggi Kejadian ini disebabkan karena salah
kontrol diri semakin rendah perilaku satu faktor yang memperngaruhi
agresif. perilaku agresif yaitu kontrol diri,
dimana rata-rata kemampuan kontrol
Menurut hasil penelitian pada diri siswa SMA Negeri 1 Trimurjo
Siswa SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah dengan
Kabupaten Lampung Tengah, di kemampuan sedang.
dapatkan 28 siswa (13,7%) dengan
perilaku agresif dengan tingkat Faktor tersebut didukung oleh
rendah, 169 siswa (82,4%) dengan pendapat Geen (dalam
perilaku agresif tingkat sedang, Taylor,E.S.,Peplau,A.L.,dan
serta8 siswa (3,9%) dengan perilaku Sears,O.D, 2015) bahwa perilaku
agresif tingkat tinggi. Didapatkan nilai agresif ini muncul disebabkan karena
Median 79.00, Nilai minimum 43 dan kurangnya kemampuan mengontrol
nilai maksimum 99. Dengan hasil diri yang mengakibatkan ketidak-
penelitian tersebut, disebutkan mampuan sesorang untuk meng-
bahwa rata-rata siswa SMA Negeri 1 hargai serta berempati terhadap
Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah orang lain.Hal ini sependapat
memiliki perilaku agresif tingkat dengan pernyataan (Chen, dalam
sedang. Hal ini bisa diartikan bahwa Situmorang Z.N, Pratiwi Y, dan Agung
perilaku agresif siswa SMA Negeri 1 P.D, 2018) bahwa perilaku agresif
Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah adalah bentuk perilaku yang
masih cukup banyak.Perilaku agresif dimaksudkan untuk menyakiti atau
rendah ditemukan pada siswa SMA melukai orang lain. Pada kalangan
Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Lam- remaja bentuk perilaku agresif yang
pung Tengah dengan jumlah 28 terjadi biasanya dalam bentuk
siswa (13,7%), artinya Siswa tersebut perilaku agresif fisik dan verbal,
masih bisa mengontrol diri dengan contoh dari perilaku agresif verbal
hanya sesekali merasa kesal ketika biasanya pelajar melontarkan kata-
ada hal yang membuatnya emosi. kata kasar dan bersikap seakan-akan
Sedangkan perilaku agresif tinggi, dirinyalah yang paling benar,
ditemukan sebesar 8 siswa (3,9%), menyindir sesama teman sebaya
8

untuk menyakiti perasaan orang lain remaja sehingga membutuhkan


dan membuat orang lain tersingung faktor-faktor yang dapat menekan
dengan cara membentak orang lain perilaku agresif remaja salah satunya
didepan umum, sedangkan untuk kontrol diri.
perilaku agresif fisik ditunjukkan Berdasarkan penelitianmenunjukan
dengan berkelahi dengan teman bahwa distribusi frekuensi
sebaya dilingkungan sekolah, me- berdasarkanumur yang mengisi
ngganggu teman saat me-ngerjakan kuesioner pada siswa SMA Negeri 1
tugas, serta melampiaskan amarah Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
dengan memukul meja atau merusak sebanyak 13 siswa (6,3%) berumur
fasilitas kelas, bahkan melakukan 15 tahun, sebanyak 127Siswa
tindakan tawuran antar pelajar (Putra (62,0%), berumur 16 tahun,
dalam Fitriana Y, Sutanto V.A dan sebanyak 53 Siswa (25,9%) yang
Nugraha P.D, 2018). berumur 17 tahun, dan sebanyak 12
Siswa (5,9 %) yang berumur 18
Berdasarkan hasil pengisian tahun.
kuesioner oleh siswa SMA Negeri 1
Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Dari pernyataan diatas menunjukan
dimana untuk kuesioner perilaku umur yang terbanyak mengisi
agresif mayoritas siswa mengisi kuesioner adalah siswa yang berumur
kolom sangat setuju untuk kuesioner 16 tahun (62.0 %) yang rata-rata
point 1 dan 8 yaitu ”Saya sering duduk di kelas X. Pada masa ini siswa
memanggil orang-orang disekitar berada pada fase awal remaja,
dengan julukan tertentu” dan “Jika dimana biasa disebut dengan fase
saya dipukul saya akan memukul topan dan badai atau fase mencari
kembali orang tersebut”. Bagi siswa jati diri. (Monks, et al, 1989 dalam Ali
hendaknya dapat menjaga perilaku M dan Asrori M, 2014 ).
baik antara teman sebaya ataupun
orang yang lebih tua, dan lebih Remaja yang berada di umur
tenang dalam menghadapi perlakuan 13 tahun sampai 18 tahun yang
dari orang lain. umumnya duduk di bangku sekolah
menengah atas, merupakan remaja
Hasil penelitian ini juga sesuai yang berada di periode
dengan penelitian yang sudah perkembangan remaja awal. Pada
dilakukan sebelumnya oleh Gunado periode remaja awal, perkembangan
(2019), penelitian pada siswa SMP di fisik pada remaja semakin tampak,
Bandar Lampung Tahun 2019, di seperti perubahan fungsi alat kelamin,
dapatkan 98 siswa (18,2%) dengan dan remaja seringkali sulit untuk
perilaku agresif dengan tingkat menyesuaikan diri dengan perubahan-
rendah, 403 siswa (74,8%) dengan perubahan yang ada pada dirinya,
perilaku agresif tingkat sedang, dan membuat mereka cenderung
serta 38 siswa (7,1%) dengan menyendiri, merasa terasingi, kurang
perilaku agresif tingkat tinggi. Dengan perhatian dari orang lain, bahkan
hasil penelitian tersebut, disebutkan merasa tidak ada yang
bahwa rata-rata siswa SMP di memperdulikannya, sehingga untuk
Bandar Lampung tahun 2019 membuat dunia sekitarnya yakin,
memiliki perilaku agresif tingkat mereka akan lebih cepat marah
sedang. dengan cara-cara yang kurang wajar
dan akan lebih sulit untuk
Dari pernyataan diatas dapat mengontrol diri (Ali M & Asrori M ,
dsimpulkan bahwa perilaku agresif 2014).
masih banyak ditemukan dikalangan
9

Berdasarkan penelitian menunjukan diri dengan perilaku agresif”.


bahwa distribusi frekuensi Didapatkan nlai Median 82.00 Nilai
berdasarkan jenis kelamin pada siswa minimum 51, dan nilai maksimum 12
SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten Didapatkan nlai Median 82.00, Nilai
Lampung Tengahsebanyak 135siswa minimum 51, dan nilai maksimum
(65,9%) dengan jenis kelamin 120 untuk kontrol diri dan Didapatkan
perempuan, dan sebanyak 70 Siswa nilai Median 79.00, Nilai minimum 43
(34,1%), dengan jenis kelamin laki- dan nilai maksimum 99 untuk perilaku
laki. agresif. Nilai korelasi r = -0,161,
Pernyataan diatas menunjukan artinya kekuatan korelasi penelitian
bahwa siswa SMA Negeri 1 Trimurjo ini memiliki keterkaitan rendah dan
Kabupaten Lampung Tengah yang mempunyai arah korelasi negatif yang
mengisi kuesioner terbanyak adalah dapat disimpulkan bahwa semakin
siswa dengan jenis kelamin tinggi kontrol diri maka semakin
Perempuan yaitu 135 siswa (65,9 %). rendah perilaku agresif seseorang.
Hal ini dikarenakan berdasarkan data
dan informasi yang kami dapatkan Hal ini didukung oleh teori
bahwa siswa SMA Negeri 1 Trimurjo yang disebutkan Triatna (dalam
Kabupaten Lampung Tengah lebih Fitrianisa. A, 2018) bahwa
banyak perempuan dibandingkanlaki- keberhasilan siswa tidak hanya
laki. ditandai dengan prestasi akademisnya
Berdasarkan hasil pengisian saja, tetapi juga harus dilihat dari
kuesioner oleh siswa SMA Negeri 1 kemampuan dalam mengendalikan
Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah perilakunya dalam beretika di
dimana untuk kuesioner perilaku lingkungan sosial, taraf inteligensi
agresif mayoritas siswa laki-laki seseorang bukan merupakan satu-
mengisi kolom sangat setuju untuk satunya faktor yang menentukan
kuesioner point 8 yaitu “Jika saya keberhasilan seseorang karena ada
dipukul saya akan memukul kembali faktor lain yang mempengaruhi,
orang tersebut”, hal ini menunjukan emosional dalam hal ini sangat
bahwa remaja laki-laki lebih dibutuhkan, emosional menentukan
cenderung melakukan agresivitas apakah seseorang dapat atau tidak
dibanding remaja perempuan, mengendalikan perilakunya, khusus-
pernyataan ini sesuai dengan teori nya perilaku agresif. Tingkah laku
oleh (Onukwufor, 2013 dalam agresif adalah contoh perlibatan diri
permatasari, 2016) menyatakan salah dalam menghadapi berbagai ancaman
satu penyebab terjadinya perilaku sebagai upaya mekanisme pertahanan
agresif adalah faktor fisiologis. diri (self-defense mechanism). Hal ini
Beberapa penelitian menyatakan merupakan akar dari segala kendali
bahwa laki-laki memiliki diri, sebab semua emosi, sesuai
kecenderungan lebih tinggi dalam dengan sifatnya, membawa pada
melakukan perilaku agresi secara salah satu dorongan hati untuk
fisik. Hal ini dipengaruhi oleh produksi bertindak.
hormon ACTH, adrenalin, testosteron, Kontrol diri sangat diperlukan
dan campuran senyawa androgenik bagi setiap individu, khususnya
pada sistem limbik. remaja jika remaja tidak mampu
untuk melakukan kontrol diri dengan
Berdasarkan hasil uji statistik baik maka remaja dikhawatirkan
Spearman pada kontrol diri dan dapat mengalami krisis identitas,
perilaku agresif diperoleh nilai P value sehingga remaja memiliki
= 0,021 (P<0,05), artinya terdapat kecenderungan berperilaku negatif
“hubungan bermakna antara kontrol (Widiarti, 2010).
1
0

terhadap tindakan yang akan diambil.


Bandura (dalam Fitrianisa Seseorang yang tidak dapat meng-
A.,2018) berpendapat bahwa perilaku endalikan atau mengontrol emosi dan
agresif merupakan sesuatu yang perilakunya maka akan mengambil
dipelajari dan bukan perilaku yang keputusan secara singkat untuk
dibawa individu sejak lahir. Perilaku menentukan tindakannya. Segala
agresif ini dipelajari dari lingkungan tindakan yang telah diambil maka
sosial seperti interaksi dengan akan berpengaruh terhadap kelang-
keluarga, interaksi dengan teman sungan hidupnya. Semakin tinggi
sebaya, dan media massa melalui kemampuan kontrol diri sesorang
modelling. Geen (dalam Taylor, E. S., maka semakin rendah perilaku agresif
Peplau,A.L., dan Sears, O. D, 2015) yang dia lakukan.
bahwa perilaku agresif ini muncul
disebabkan karena kurangnya
kemampuan mengontrol diri yang KESIMPULAN
mengakibatkan ketidak-mampuan Diketahui hasil
sesorang untu menghargai serta penelitianmenunjukan bahwa rata-
berempati terhadap orang lain. rata distribusi kontrol diri pada siswa
SMA Negeri 1 Trimurjo Kabupaten
Kekuatan korelasi kontrol diri Lampung Tengah sebanyak148 siswa
dan perilaku agresif dalam peneltian dengan intensitas sedang (72,2%),
ini didapatkan 16,1% dan tergolong nilai Median 82.00, Nilai minimum 51,
rendah, sehingga terdapat 83,9% dan nilai maksimum 120. Hal ini
variabel lain yang dapat memberikan menunjukan bahwa kontrol diri pada
kontribusi pada perilaku agresi siswa SMA Negeri 1 Trimurjo
remaja. Pola asuh orangtua bisa Kabupaten Lampung Tengah adalah
menjadi salah satu prediktor tingkat sedang.
perilaku agresi pada remaja. Remaja
yang tumbuh dalam keluarga yag Diketahui hasil
kasar dan orangtua yang penelitianmenunjuk-kan bahwa rata-
mengabaikan anaknya cenderung rata distribusi perilaku agresif pada
melakukan perilaku yang menyim- siswa SMA Negeri 1 Trimurjo
pang (Steinberg, 2002). Kabupaten Lampung Tengah
sebanyak169 siswa dengan intensitas
Berdasarkan penelitian oleh sedang (82,4%), Didapatkan nilai
Permatasari (2016) menunjukkan Median 79.00, Nilai minimum 43 dan
bahwa kontrol diri dapat menjadi nilai maksimum 99. Hal ini
prediktor terhadap perilaku agresi menunjukan bahwa tingkat perilaku
pada remaja (p < 0,05). Selain itu, agresif pada siswa SMA Negeri 1
kontrol diri juga mampu memprediksi Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah
perilaku agresi pada remaja secara adalah tingkat sedang.
negatif. Hal tersebut menunjukkan
bahwa ketika remaja memiliki kontrol Berdasarkan hasil uji statistik
diri yang rendah maka ia akan Spearman pada kontrol diri dan
berperilaku secara agresif. Sebaliknya perilaku agresif diperoleh nilai P value
remaja yang memiliki kontrol tinggi = 0,021 (P<0,05), artinya terdapat
tidak memiliki kecenderungan untuk “hubungan bermakna antara kontrol
memunculkan perilaku agresif. diri dengan perilaku agresif pada
siswa SMA Negeri 1 Trimurjo
Dari pernyataan diatas maka Kabupaten Lampung Tengah ”. Nilai
dapat diambil kesimpulan bahwa korelasi r = -0,161, artinya penelitian
kontrol diri sangat berpengaruh ini memiliki kekuatan korelasi
1
1

rendah dan mempunyai arah korelasi maka semakin rendah perilaku


negatif yang dapat disimpulkan agresif seseorang.
bahwa semakin tinggi kontrol diri

DAFTAR PUSTAKA
Ali, M dan Asrori,M. (2014).Psikologi Gunado, A.(2019).Hubungan
remaja: Perkembangan peserta Intensitas Bermain Game Online
didik.Jakarta: PT Bumi Aksara dengan Perilaku Agresif Pada
Auliya, M., & AULIYA, M. (2015). Siswa SMP di Bandar Lampung
Hubungan Kontrol Diri Dengan Tahun 2019.Universitas
Perilaku Agresi Pada Siswa Sma Malahayati: Bandar Lampung
Negeri 1 Padangan Illahi, U., Neviyarni, N., Said, A., &
Bojonegoro. Character: Jurnal Ardi, Z. (2018). Hubungan
Penelitian Psikologi., 2(3) antara kecerdasan emosi
Di kutip dari www.bankdata.kpai.go.id dengan perilaku agresif remaja
, data anak sebagai pelaku dan implikasinya dalam
tindak pidana, di akses tanggal bimbingan dan konseling. JRTI
21 agustus 2017 pada pukul (Jurnal Riset Tindakan
20.00.WIB Indonesia), 3(2), 68-74.
Dikutip dari http://radarlampung.co.id Nadifa Andriani, D. (2014). Hubungan
, pelajar SMKN 1 Metro terlibat antara persepsi menggunakan
tawuran,di akses tanggal 23 Juli handphone dengan kontrol diri
pada pukul 11.57.WIB siswa Mts Sunan Kalijogo
Fitriana, Y., Sutanto, A. V., & Karang Besuki Malang (Doctoral
Nugraha, D. P. (2018). Faktor dissertation, Universitas Islam
yang berkontribusi terhadap Negeri Maulana Malik Ibrahim).
perilaku agresif pada remaja Novarianto, W., Raharjo, E., &
berbeda antara SMA negeri dan Fathonah, R. (2018). Upaya
SMA swasta. Jurnal Kebidanan Penanggulangan Terjadinya
dan Keperawatan Tawuran Antar Pelajar (Studi
Aisyiyah, 14(2), 168-176. Kasus Di Wilayah Kota Bandar
Fitrianisa Andani,(2018). Identifikasi Lampung).Jurnal Poenale, 6(1).
Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Permatasari, N. P. (2016). Hubungan
Agresif Siswa SMK Piri 3 Antara Kontrol Diri dan Perilaku
Yogyakarta.Yogyakarta: Agresi Pada Remaja. Universitas
Program Studi Bimbingan Dan Sanata Dharma: Yogyakarta.
Konseling Fakultas Ilmu Pujawati, Z. (2016). Hubungan
Pendidikan UNY. kontrol diri dan dukungan orang
Fikriyah, M. Z. (2014). Analisa konsep tua dan perilaku disiplin pada
kontrol diri umat beragama: santri di pondok pesantren
Studi komparasi penganut darussa’adah
agama islam, kristen, dan samarinda. Ejournal Psikologi, 4
hindu (Doctoral dissertation, (2) 2016: 227,236.
Universitas Islam Negeri Ramadani, V. K., Yusmansyah, Y., &
Maulana Malik Ibrahim). Widiastuti, R. (2018). Hubungan
Ghufron, M. N., & Risnawita, R. Antara Self Control Dengan
(2012). Teori-teori Perilaku Agresif Pada Siswa
psikologi.Yogyakarta: Ar-Ruzz Kelas XI IPS. ALIBKIN (Jurnal
Media. Bimbingan Konseling),6(3).
1
2

Sari, R. (2019). Pengaruh


Kebahagiaan dan Kontrol Diri
terhadap Kecanduan Internet
pada Remaja.
Situmorang, Z.N, Pratiwi, Y &Agung
P.D, (2018). Peran Ayah dan
Kontrol Diri Sebagai Preditor
Kecenderungan Perilaku Agresif
Remaja. Jurnal Muara Ilmu
Sosial, Humaniora, dan
Seni, 2(1).
Taylor,E.S.,Peplau,A.L.,dan
Sears,O.D. (2015).Psikologi
Sosial.Jakarta: Prenadamedia
Group
Widarti, I. (2010). Hubungan antara
kontrol diri dan kecanduan game
online pada remaja di
malang. SKRIPSI Jurusan
Bimbingan dan Konseling &
Psikologi-Fakultas Ilmu
Pendidikan UM.

Anda mungkin juga menyukai