Anda di halaman 1dari 12

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian

Setelah melakukan penelitian yang dilakukan kepada mahasiswa baru

sebagai responden, adapun gambaran penelitian yang dapat disampaikan oleh

peneliti sebagai berikut:

4.1. 1 Gambaran Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Universitas Malahayati Bandar Lampung

pada bulan Oktober tahun 2019. Data diambil dari pengisian lembar

kuesioner secara langsung diisi oleh responden yang bersedia menjadi

responden, untuk responden atau sampel menggunakan tehnik Purposive

sampling yang didasari pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh

peneliti sendiri. Populasi dalam penelitian adalah sebanyak 146 mahasiswa/i

yang mana setelah dilakukan perhitungan dengan rumus Slovin dan dengan

pertimbangan sesuai dengan kriteria inklusi yang sudah ditentukan oleh

peneliti sendiri maka didapatkan sampel sebanyak 110 responden. Data

dalam penelitian ini diolah menggunakan analisis univariat untuk

menjabarkan distribusi frekuensi sampel penelitian, kemudian dilanjutkan

dengan analisis bivariat yang dilakukan untuk mengetahui hubungan

variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan SPSS

(Statistical Product and Service Solutions).

Berikut ini hasil penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
47

4.2 Karakteristik Responden

4.2.1 Jenis Kelamin

Data frekuensi responden berdasarkan usia, disajikan dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-laki 47 42.8
Perempuan 63 57.2
Total 110 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa responden dari

peserta yang mengikuti ujian CBT pada mahasiswa baru di Fakultas

Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019 dengan jenia kelamin

laki-laki sebanyak 47 peserta (42.8%) dan dengan jenis kelamin

perempuan sebanyak 63 peserta (57.2%). yang berarti responden pada

penelitian ini lebih didominasi oleh perempuan.

4.2.2 Usia
Data frekuensi responden berdasarkan usia, disajikan dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan usia

Usia(tahun) Frekuensi Persentase (%)


16 – 18 85 77.3
>18 25 22.7
Total 110 100

Dari tabel 4.2 diatas dapat disimpulkan bahwa responden yang

berusia 16-18 tahun lebih mendominasi dengan jumlah frekuensi 85


48

responden (72,3%) dari seluruh jumlah responden yang berjumlah 110

mahasiswa.

4.3 Analisis Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menilai dan

mengetahui karakteristik responden penelitian pada masing-masing

variabel. Hasil analisis ini nantinya akan memberikan gambaran

deskripsi dari masing-masing variabel yang diteliti.

4.3.1 Efikasi Diri

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi efikasi diri

Efikasi diri Frekuensi Persentase (%)


Rendah 0 0
Sedang 2 1.8
Tinggi 108 98.2
Total 110 100

Dari tabel 4.3 dapat dilihat sebagian besar Efikasi diri dari
peserta yang mengikuti ujian CBT pada mahasiswa baru di
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019 adalah
kelompok Efikasi diri tinggi sebanyak 108 orang (98.2%).
4.3.2 Tingkat Kecemasan

Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi tingkat Kecemasan

Kecemasan Frekuensi Persentase(&)


Dari tidak ada 43 39.1
Ringan 63 57.3
tabel 4.5 Sedang 4 3.6
Berat 0 0
dapat dilihat
Berat sekali 0 0
hasil yang Total 110 100
49

lebih dominan sebagian besar tingkat kecemasan dari peserta yang

mengikuti ujian CBT pada mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran

Universitas Malahayati tahun 2019 adalah kelompok ringan sebanyak

63 orang (57.3%), sedangkan untuk yang paling rendah ditemukan

pada penelitian ini adalah kecemasan sedang yaitu sebanyak 4 orang

(3.6%)

4.4 Uji Normalitas

Tabel 4.5 Analisis Uji Normalitas Efikasi Diri dan Tingkat Kecemasan

Variabel penelitian Statistic Df Sig.


Self-efficacy 0.097 110 0.013
Tingkat Kecemasan 0.088 110 0.035

Dari hasil uji normalitas di atas terlihat bahwa Efikasi diri dari

peserta yang mengikuti ujian CBT pada Mahasiswa baru di Fakultas

Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019 memiliki nilai 0.013

sedangkan kecemasan diri dari peserta yang mengikuti ujian CBT

pada mahasiswa baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

tahun 2019 memiliki nilai 0.035 Hal ini menunjukkan bahwa P-

value lebih kecil dari α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Efikasi diri

dan tingkat kecemasan berasal dari populasi yang berdistribusi tidak

normal (Santoso,2010). Dari hasil uji normalitas diatas maka Uji

statistik yang digunakan adalah uji korelasi Spearman’s dengan nilai

alpha 0,05 yang berarti apabila nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan

yang bermakna antar kedua variabel (H0 ditolak) dan apabila nilai p >

0,05 maka tidak terdapat hubungan yang bermakna (H0 diterima).

Dalam penelitian ini dicari pula nilai keeretan korelasi untuk melihat
50

kekuatan hubungan antar variabel.

4.5 Analisis Bivariat

Tabel 4.6 Hasil Uji Bivariat Hubungan Antara Efikasi Diri Terhadap
Tingkat Kecemasan.

Variabel Median (min-max) P-value Nilai r


Efikasi diri 55 29-71 0.011 -0.161
Tingkat Kecemasan 15 3-39

Dari tabel 4.5 di atas dapat dilihat dari hasil uji signifikansi

korelasi Spearman’s antara hubungan Efikasi diri dengan tingkat

kecemasan dari peserta yang mengikuti ujian CBT pada mahasiswa

baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019

diperoleh P-value adalah 0.011 atau p < 0.05 yang artinya hubungan

positif antara Efikasi diri dengan tingkat kecemasan menghadapi

ujian CBT Jadi hipotesis dalam penelitian ini terbukti dan diterima.

Dan untuk nilai korelasi r = -0.161, artinya kekuatan korelasi negatif

yang dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi Efikasi diri maka

semakin rendah tingkat Kecemasan mahasiswa dalam ujian CBT.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Efikasi Diri

Dari hasil penelitian diatas menunjukkan sebagian besar efikasi

diri dari peserta yang mengikuti ujian CBT pada mahasiswa baru di

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019 adalah

kelompok efikasi diri tinggi sebanyak 108 orang (98.2%). Dan untuk

efikasi diri sedang sebanyak 2 orang (1,8%) , sedangkan untuk efikasi

rendah dan tinggi sekali tidak ada.


51

Menjelaskan Efikasi diri adalah keyakinan terhadap diri sendiri

dengan penuh optimisme serta harapan untuk dapat memecahkan

masalah tanpa rasa putus asa. Ketika individu dihadapkan pada stress

yang akan timbul maka Efikasi dirinya meyakinkan akan terjadinya

reaksi terhadap suatu situasi antara reaksi emosi dan usahanya dalam

menghadapi kesukaran. Efikasi diri yang dimiliki individu itu dapat

membuat individu mampu untuk menghadapi berbagai situasi.

Kreitner & Kinicki, efikasi diri adalah keyakinan seseorang mengenai

peluangnya untuk berhasil mencapai tugas tertentu.

Menurut Bandura (1997), efikasi diri berhubungan dengan

keyakinan seseorang untuk mempergunakan kontrol pribadi pada

motivasi, kognisi, afeksi pada lingkungan sosialnya. Efikasi diri

adalah keyakinan bahwa seseorang mampu melaksanakan tugas,

mencapai tujuan, atau mengatasi rintangan. Selanjutnya Bandura

(1997) menjelaskan bahwa individu cenderung menghindari atau

bahkan lari dari situasi yang diyakini bahwa individu tidak mampu

untuk menghadapinya. Alwisol mengartikan bahwa efikasi diri

sebagai persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat

berfungsi dalam situasi tertentu, efikasi diri berhubungan dengan

keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan

yang diharapkan. (Patton 1998)

4.6.2 Tingkat Kecemasan


52

Dari hasil penelitian diatas menunjukkan sebagain besar tingkat

kecemasan mahasiswa yang mengikuti ujian CBT pada mahasiswa

baru di Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati tahun 2019

adalah kelompok ringan sebanyak 63 orang (57,3%), dan untuk

kecemasan sedang sebanyak 4 orang (3.6%), sedangkan sebanyak 43

orang (39.1%) tidak mengalami kecemasan, sedangkan tidak

ditemukan mahasiswa dengan kecemasan berat dan berat sekali.

Kecemasan itu sendiri merupakan terganggunya diri individu

berupa ketakutan yang dialami oleh seseorang terhadap sesuatu yang

akan terjadi dengan diikuti beberapa gangguan fisik maupun psikis.

Dalam hal ini siswa sering mengalami kecemasan ketika siswa

mengalami konflik dalam menghadapi persoalan akademik. Konflik

tersebut muncul akibat dari ketidak sesuaian antara apa yang

diharapkan oleh siswa dan kenyataan yang terjadi pada siswa dalam

menyelesaikan tugas akademik. Sehingga dalam hal ini siswa merasa

tertekan dalam menyelesaikan persoalan akademik. Persoalan

akademik tersebut yang menimbulkan kecemasan. Kecemasan sering

muncul pada seseorang saat menghadapi ujian, bahkan dapat

mengganggu aspek psikis, fisik maupun sosial siswa. Sehingga hal ini

dapat mempengaruhi kegiatan belajar seseorang dan mempengaruhi

seseorang yang sedang menghadapi ujian. Ketika gangguan ini

muncul pada seseorang, kecemasan dan ketakutan yang dirasakan

biasanya berhubungan dengan prestasi mereka. Seseorang terus

menerus merasa khawatir jika tidak dapat melakukan tugas dengan


53

baik, bahkan seseorang merasa khawatir pada situasi ketika siswa

dievaluasi (Halgin & Whitbourne, 2010).

Kecemasan pada kadar yang rendah memberikan dampak postif

bagi seseorang yaitu membantu individu untuk bersiaga mengambil

langkah-langkah mencegah bahaya atau untuk memperkecil dampak

bahaya tersebut. Misalnya, cemas mendapat nilai buruk membuat

siswa belajar keras dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.

Sedangkan kecemasan pada kadar yang tinggi justru akan sangat

mengganggu. Misalnya kecemasan berlebihan saat akan ujian justru

membuat siswa mengalami blocking dan tidak bisa menjawab

pertanyaan ujian (Fitri Fausiah & Julianti Widury, 2005).

Kecemasan pada individu ini lebih disebabkan karena kurang

yakin dengan kemampuan mereka sendiri. Kondisi kurang yakin

pada diri sendiri atau kurang percaya diri ini mempunyai hubungan

dengan motivasi seseorang dan motivasi itu tergantung dari

kemampuan seseorang dalam mempergunakan kontrol pribadinya.

Kemampuan seseorang dalam mempergunakan kontrol pribadinya

disebut efikasi diri.

4.6.3 Hubungan Efikasi Diri dengan Tingkat Kecemasan


Dari analisa Efikasi diri terhadap kecemasan dengan

menggunakan uji Korelasi Spearman’s didapatkan hasil terdapat

hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan kecemasan

dengan diperoleh nilai p-value = -0.011. Didapatkan nilai median

54.00, standar deviation 6.221, nilai minimum 29, dan nilai


54

maksimum 71 untuk efikasi diri dan didapatkan nilai median 15.00

standar deviation 6.260, nilai minimum 3, dan nilai maksimum 39

untuk tingkat kecemasan. Dengan hasil penelitian tersebut, memiliki

keterkaitan rendah dan mempunyai arah korelasi negatif yang dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi efikasi diri maka semakin rendah

tingkat kecemasan seseorang.

Hasil penelitian di atas sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh hara (2014) pada siswa kelas IX di MTS Al Hikmah Brebes

dimana ada hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan

kecemasan dalam menghadapi ujian.

Berdasarkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriyati,

Octa Reni Setiawati dan Sandayanti (2019) dengan judul “Hubungan

antara Self-efficacy dengan kelulusan retaker UKMPPD di Universitas

Malahayati” dimana ada hubungan yang sangat signifikan antara self-

efficacy dan lulus ujian kompetensi profesional di Universitas

Malahayati, Bandar Lampung.

Dan temuan yang diperoleh dalam penelitian diatas juga sesuai

dengan pendapat Nevid dkk (2005), bahwa bahwa kecemasan adalah

suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan

fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan

aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Sama halnya

dengan yang dikemukakan oleh Haber dan Runyon.

Untuk mengatasi kecemasan mahasiswa yang timbul dalam

menghadapi ujian CBT, perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang


55

dapat mempengaruhi atau menyebabkan mahasiswa mengalami

gangguan kecemasan. Menurut Sarason, dkk (dalam Wulandari,2015)

ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan yaitu

keyakinan diri (self-efficacy), dukungan sosial, dan modelling. Hal

yang sama juga dikemukakan menurut Nevid, dkk (2005:196) terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan kecemasan

diantaranya: kurangnya dukungan sosial dan self-efficacy yang

rendah.

“Perceived self efficacy refers to beliefs in one’s capabilities to

organize and excute the course of action required to produce given

attainments”. Self-efficacy atau efikasi diri merupakan persepsi

individu akan keyakinan kemampuannya melakukan tindakan yang

diharapkan (Bandura 1997:3). Mahasiswa dengan self-efficacy yang

tinggi memandang tugas-tugas sulit sebagai tantangan untuk

menghadapinya dari pada sebagai ancaman untuk dihindari.

Dari data yang diperoleh peserta yang mengikuti ujian CBT

terlihat bahwa kecenderungan peserta yang mengalami kecemasan

berada pada kelompok tidak ada tingkat kecemasan sebanyak 43

orang (39,1%) dan mengalami kecemasan ringan sebanyak 63 orang

(57.3%), sedangkan yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 4

orang (3.6%) dan tidak ada yang mengalami kecemasan berat dan

kecemasan berat sekali.

Kecemasan menghadapi ujian CBT muncul karena mahasiswa

berfikir bahwa adanya ancaman akan kegagalan di dalam mengikuti


56

ujian. Smith (2008) menyatakan bahwa kecemasan adalah dalam

bentuk rasa khawatir dan perasaan lain yang kurang menyenangkan.

Biasanya perasaan ini disertai oleh ketidak yakinan diri dan tidak

mampu menghadapi masalah. Sehingga dapat dikatakan bahwa efikasi

diri mempengaruhi kecemasan yang dimiliki seseorang. Efikasi diri

merupakan kunci utama seseorang untuk meraih kesuksesan dalam

kehidupan pribadi dan pekerjaan. Efikasi diri membuat seseorang

mampu mengatasi tantangan baru, meyakini diri sendiri dalam situasi

sulit melewati batasan yang menghambat, menyelesaikan hal yang

belum pernah orang tersebut lakukan dan mengeluarkan bakat serta

kemampuan sepenuhnya. Efikasi diri memberi seseorang keberanian

untuk tidak menghawatirkan akibat kegagalan (perry, 2005). Selain itu

seseorang yang memiliki efikasi diri juga akan terhindar dari

kecemasan menghadapi semua tantangan hidup diantaranya ujian

CBT karena dia yakin akan kemampuan dirinya.

Dari penelitian ini peneliti berpendapat bahwa Efikasi diri

memiliki pengaruh penting terhadap tingkat kecemasan yang dialami

oleh seseorang. Dengan efikasi diri yang tinggi seseorang tidak akan

mengalami kecemasan, terlebih orang tersebut akan yakin berhasil

dalam menempuh ujian. Dari penelitian diatas peserta yang mengikuti

ujian CBT sebagian besar sudah dapat mengendalikan ketiga aspek

yaitu tidak terkendalinya manisfestasi kognitif, tidak terkendalinya

manisfestasi afektif dan tidak terkendalinya manisfestasi perilaku


57

motorik sehingga didapatkan hasil tingkat kecemasan peserta yang

mengikuti ujian CBT banyak berada pada kategori tidak ada.

4.7 Keterbatasan penelitian

1. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan

pengambilan data atau membagikan quesioner kepada calon

responden disaat yang kurang tepat yaitu disaat setelah kuliah

umum berlangsung yang berujung pada ketidak fokusan dan

kurangnya pengawasan peneliti yang dibantu oleh rekan-rekan

peneliti sendiri dalam mengawasi dan memberikan arahan kepada

responden agar bisa mengisi quesioner sesuai dengan yang

diharapkan.

2. Kurangnya pengalaman dari peneliti sehingga masih banyak

terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai