Disusun oleh :
Kelompok 13
Dosen Pengampu :
UNIVERSITAS PANCASILA
2021
BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Pajak
Fungsi Pajak:
2) Fungsi Regulerend / Fungsi Mengatur, yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk
mengatur masyarakat, baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik dengan tujuan
tertentu. Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dapat dilihat
dalam contoh sebagai berikut :
c) Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk produk-
produk impor tertentu dalam rangka melindungi produkproduk dalam negeri.
1.2 Insentif
Jenis-jenis Insentif
A. Insentif Materiil
a) Bonus, yaitu uang yang diberikan sebagai balas jasa atau hasil kerja yang telah
dilaksanakan, biasanya diberikan secara selektif dan khusus kepada para pekerja yang
berhak menerima dan diberikan secara sekali terima tanpa suatu ikatan di masa yang
akandatang.
c) Profit share, merupakan salah satu jenis Insentif tertua. Pembayarannya dapat
diikuti bermacam-macam pola, tetapi biasanya mencakup pembayaran berupa
sebagian dari laba bersih yang disetorkan ke dalam sebuah dana dan kemudian
dimasukkan ke dalam daftar pendapatan setiap peserta.
f) Biaya pindah
5) Pemberian hak untuk menggunakan atribut jabatan (misalnya bendera atau mobil)
Rivai (2004:385) menjelaskan bahwa tujuan utama dari Insentif adalah untuk
memberikan tanggung jawab dan dorongan kepada karyawan dalam rangka
meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil kerjanya. Sedangkan bagi perusahaan,
Insentif merupakan strategi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi
perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Dimana produktivitas
menjadi satu hal yang sangat penting.
1.3 Industri
Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1995 tentang Perindustrian, yang
menyebutkan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai
yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancangan dan
perekayasaan industri. Pengertian industri juga meliputi semua perusahaan yang
mempunyai kegiatan tertentu dalam mengubah secara mekanik atau secara kimia
bahan-bahan organis sehingga menjadi hasil baru.
Sesuai sifat alamiah dari prosesnya, industri dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu industri primer atau hulu yang mengolah output dari sektor pertambangan
(bahan mentah) menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada
tahap-tahap selanjutnya, dan industry sekunder atau industri manufaktur yang terdiri
dari industri tengah yang membuat barang-barang modal(mesin, traktor, dan
sebagainya), barang-barang setengah jadi, alat-alat produksi, serta industri hilir yang
membuat barang-barang jadi yang kebanyakan adalah konsumen dan rumah tangga.
1.4 Jamu
a. Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak merupakan tahap pertama yang dilakukan untuk
menghemat pajak. Tindakan perencanaan pajak merupakan tindakan yang
legal karena upaya untuk menghemat pajak dilakukan dengan memanfaatkan
hal-hal yangtidak diatur (loopholes).
b. Beban Pajak Tangguhan
Beban pajak tangguhan merupakan beban yang timbul karena
adanyaperbedaan temporer. Perbedaan temporer yaitu perbedaan yang
disebabkanoleh adanya perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban
menurutakuntansi dan menurut fiskal, sehingga hal tersebut mengakibatkan
laba menurut akuntansi berbeda dengan laba menurut fiskal. Manajer akan
berusahauntuk meningkatkan laba akuntansi dibandingkan laba fiskal, karena
sebagian besar investor hanya menggunakan laba akuntansi untuk menilai
kinerjaperusahaan (Sumomba dan Sigit, 2012).
c. Aktiva Pajak Tangguhan
Aktiva pajak tangguhan merupakan aktiva yang muncul akibat adanya
koreksipositif, yaitu beban pajak menurut aturan pajak lebih besar daripada
bebanpajak menurut aturan akuntansi (Agoes dan Trisnawati, 2007: 198).
Harnanto(2003) menyatakan aktiva pajak tangguhan mencakup semua
perbedaan temporer yang dapat dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan
efekperbedaan temporer tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi
penghasilan kena pajak periode mendatang. Perbedaan temporer
tersebutmengakibatkan jumlah laba menurut akuntansi berbeda dengan jumlah
labamenurut pajak. Namun, perbedaan itu akan terkoreksi secara otomatis di
masadepan, sehingga tidak ada perbedaan laba akuntansi dengan laba pajak
(Gunadi, 1997: 203).
1) Industri Obat Tradisional yang selanjutnya disebut IOT adalah industri yang
membuat semua bentuk sediaan obat tradisional
2) Industri Ekstrak Bahan Alam yang selanjutnya disebut IEBA adalah industri
yang khusus membuat sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir
3) Usaha Kecil Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UKOT adalah usaha
yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional kecuali bentuk sediaan
tablet dan efervesen
4) Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UMOT adalah usaha
yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel,
pilis, cairan obat luar dan rajangan
5) Usaha Jamu Racikan (UJR) adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau
sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan
jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada
konsumen
6) Usaha Jamu Gendong (UJG) adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan
dengan melakukan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat
segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen.
1.7 Covid-19
Virus corona atau dikenal juga dengan nama Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) merupakan virus baru yang menginfeksi
sistem pernapasan orang yang terjangkit, virus ini umumnya dikenal sebagai Covid-
19 (Lai et al., 2020). Virus ini bahkan membuat kita melakukan kebiasaan baru
bahkan di Lembaga peradilan dan dunia Pendidikan (Aji, 2020; Sodik, 2020). Virus
Corona bisa menyebabkan hal yang fatal terutama bagi mereka yang mengidap
gangguan pernapasan sebelumnya akan mengalami sindrom gangguan pada
pernapasan tingkat akut walaupun sudah dinyatakan sembuh dari virus ini.
Corona Virus Disease 2019 ini awal penyebarannya terjadi di kota Wuhan
(Okada et al., 2020), China pada penghujung tahun 2019. Virus ini menyebar dengan
sangat masif sehingga hampir semua negara melaporkan penemuan kasus Covid-19,
tak terkecuali di negara Indonesia yang kasus pertamanya terjadi di awal bulan Maret
2020. Sehingga merupakan hal yang wajar banyaknya Negara yang mengambil
kebijakan sesuai dengan situasi dan kondisi di negara masing-masing dan membuat
hubungan antara beberapa negara menjadi tidak berjalan baik salah satu nya autrasilia
dengan negaranegara pasifik (Laila, 2020), akan tetapi kebijakan yang paling banyak
diambil adalah dengan memberlakukan lockdown yang dianggap sebagai strategi
tercepat memutus mata rantai penyebaran virus yang satu ini.
1.8 Insentif Pajak Untuk Industri Jamu Pada Masa Pandemi Covid-19
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta para pengusaha jamu dan
obat tradisional di seluruh Indonesia memanfaatkan berbagai insentif pajak guna tetap
bertahan dan tumbuh di tengah pandemi Covid-19. Pemerintah telah menyiapkan
anggaran Rp120,6 triliun untuk membantu dunia usaha di tengah masa pandemi,
terutama berupa insentif pajak. Insentif pajak tersebut meliputi pajak penghasilan
(PPh) Pasal 21 ditanggung pemerintah (DTP).
Pembebasan PPh Pasal 22 impor, potongan atau diskon angsuran PPh Pasal
25 sebesar 50%, serta percepatan restitusi PPN sampai dengan 31 Desember 2020.
Untuk pelaku usaha jamu dan obat tradisional berskala UMKM, pemerintah
memberikan insentif PPh Final DTP. Pemerintah juga memberikan insentif berupa
pembebasan bea masuk terhadap bahan baku atau permesinan yang perlu diimpor.
Insentif lainnya di luar perpajakan yang juga dapat dimanfaatkan pengusaha jamu dan
obat tradisional. Misal, relaksasi kredit, penghapusan abonemen tagihan listrik, dan
bantuan produktif untuk pelaku usaha ultramikro.
Industri jamu dan obat herbal pasti melakukan banyak riset dan
pengembangan untuk produk-produk yang mereka miliki. Hal ini tentunya bertujuan
untuk meningkatkan mutu dan kualitas produk.. Adapun berbagai pengeluaran untuk
riset tersebut dapat diklaim sebagai pengurangan pajaknya sampai sebesar 300
persen. pada suatu perumpamaan apabila perusahaan mengeluarkan dana sebanyak
Rp 10 juta untuk melakukan riset, maka perusahaan tersebut dapat mengklaim
sebanyak Rp 30 juta, dengan demikian pajak dari industri tersebut dapat diberikan
keringanan berupa potongan pajak.
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
1) Potongan atau diskon angsuran PPh Pasal 25 sebesar 50%, serta percepatan
restitusi PPN sampai dengan 31 Desember 2020
2) Pembebasan bea masuk terhadap bahan baku atau permesinan yang perlu
diimpor.
3) Pengadaan bahan baku, kemudahan berusaha dan insentif perpajakan, akses
permodalan, dan keringanan lainnya
4) Untuk riset dapat diklaim sebagai pengurangan pajaknya sampai sebesar 300
persen
DAFTAR PUSTAKA
Putra, Riky Eka. Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, Dan Nilai Produksi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel Di Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang. Universitas Negeri Semarang