Anda di halaman 1dari 12

INSENTIF PAJAK UNTUK INDUSTRI JAMU

PADA MASA PANDEMI COVID-19

Disusun oleh :

Kelompok 13

5520220025 – Bintang Wahyuni

Dosen Pengampu :

Dr. Darmansyah, SE, M.Ak, Ak, CA

JURUSAN MAGISTER AKUNTANSI

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PANCASILA

2021
BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Pajak

Sari dan Martani, (2010) menyatakan bahwa pajak merupakan kontribusi


wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undangundang, dengan tidak mendapat timbal balik secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat

Fungsi Pajak:

1) Fungsi Budgetair / Financial, yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas


negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.

2) Fungsi Regulerend / Fungsi Mengatur, yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk
mengatur masyarakat, baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik dengan tujuan
tertentu. Pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dapat dilihat
dalam contoh sebagai berikut :

a) Pemberian insentif pajak (misalnya tax holiday, penyusutan dipercepat) dalam


rangka meningkatkan investasi, baik investasi dalam negeri maupun investasi asing.

b) Pengenaan pajak ekspor untuk produk-produk tertentu dalam rangka memenuhi


kebutuhan dalam negeri.

c) Pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk produk-
produk impor tertentu dalam rangka melindungi produkproduk dalam negeri.
1.2 Insentif

Insentif merupakan strategi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi


perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Dimana produktivitas
menjadi satu hal yangsangat penting.

Jenis-jenis Insentif

Menurut Sarwoto (1985:156-159), secara garis besar keseluruhan Insentif


dapat dibagi menjadi 2 golongan:

A. Insentif Materiil

1) Insentif dalam bentuk uang:

a) Bonus, yaitu uang yang diberikan sebagai balas jasa atau hasil kerja yang telah
dilaksanakan, biasanya diberikan secara selektif dan khusus kepada para pekerja yang
berhak menerima dan diberikan secara sekali terima tanpa suatu ikatan di masa yang
akandatang.

b) Komisi, merupakan jenis Bonus yangndibayarkan kepada pihak yang


menghasilkan penjualan yang baik, biasanya dibayarkan kepada bagian penjualan dan
diterimakan kepada pekerja bagian penjualan.

c) Profit share, merupakan salah satu jenis Insentif tertua. Pembayarannya dapat
diikuti bermacam-macam pola, tetapi biasanya mencakup pembayaran berupa
sebagian dari laba bersih yang disetorkan ke dalam sebuah dana dan kemudian
dimasukkan ke dalam daftar pendapatan setiap peserta.

d) Kompensasi yang ditangguhkan, yaitu program balas jasa yang mencakup


pembayaran di kemudian hari.

2) Insentif dalam bentuk jaminan sosial.


Insentif dalam bentuk ini biasanya diberikan secara kolektif, tanpa unsur kompetitif
dan setiap karyawan dapat memeprolehnya secara sama rata dan otomatis. Bentuk
Insentif sosial ini antaralain:

a) Pembuatan rumah dinas

b) Pengobatan secara cuma-cuma

c) Berlangganan surat kabar atau majalah secara gratis

d) Kemungkinan untuk membayar secara angsuran oleh pekerja atas barang-barang


yang dibelinya dari koperasi anggota

e) Cuti sakit yang tetap mendapat gaji

f) Biaya pindah

g) Pemberian tugas belajar untuk mengembangkan pengetahuan.

B. Insentif Non Materiil

1) Pemberian tanda jasa atau medali

2) Pemberian piagam penghargaan

3) Pemberian pujian lisan maupun tulisan secara resmi ataupun pribadi

4) Ucapan terima kasih secara formal dan informal

5) Pemberian hak untuk menggunakan atribut jabatan (misalnya bendera atau mobil)

6) Pemberian perlengkapan khusus pada ruang

kerja (misalnya meja rapat)


Tujuan Insentif

Rivai (2004:385) menjelaskan bahwa tujuan utama dari Insentif adalah untuk
memberikan tanggung jawab dan dorongan kepada karyawan dalam rangka
meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil kerjanya. Sedangkan bagi perusahaan,
Insentif merupakan strategi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi
perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat. Dimana produktivitas
menjadi satu hal yang sangat penting.

1.3 Industri
Menurut Undang-undang No. 9 Tahun 1995 tentang Perindustrian, yang
menyebutkan bahwa industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai
yang lebih tinggi untuk penggunaanya, termasuk kegiatan rancangan dan
perekayasaan industri. Pengertian industri juga meliputi semua perusahaan yang
mempunyai kegiatan tertentu dalam mengubah secara mekanik atau secara kimia
bahan-bahan organis sehingga menjadi hasil baru.

Sesuai sifat alamiah dari prosesnya, industri dapat dibagi menjadi dua jenis,
yaitu industri primer atau hulu yang mengolah output dari sektor pertambangan
(bahan mentah) menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada
tahap-tahap selanjutnya, dan industry sekunder atau industri manufaktur yang terdiri
dari industri tengah yang membuat barang-barang modal(mesin, traktor, dan
sebagainya), barang-barang setengah jadi, alat-alat produksi, serta industri hilir yang
membuat barang-barang jadi yang kebanyakan adalah konsumen dan rumah tangga.
1.4 Jamu

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (2004) mengelompokkan obat herbal


menjadi tiga bentuk sediaan yaitu sediaan jamu, sediaan herbal terstandar dan sediaan
fitofarmaka. Persyaratan ketiga sediaan berbeda yaitu untuk jamu pemakaiannya
secara empirik berdasarkan pengalaman, sediaan herbal tersandar bahan bakunya
harus distandarisasi dan sudah diuji farmakologi secara eksperimen, sedangkan
sediaan fitofarmaka sama dengan obat modern, bahkan harus distandarisasi dan harus
melalui uji klinik (Badan POM, 2004)

Pengertian jamu dalam Permenkes No. 003/MENKES/PER/I/2010


adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan serian (generik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan
dapat diterapkan sesuai norma yang berlaku di masyarakat (Tambunan, 1999:
251).

1.5 Insentif Pajak

Insentif pajak merupakan suatu bentuk fasilitas yang diberikan pemerintah


kepada wajib pajak. (Tiearya, 2012). Dalam penelitian Wijaya dan Martani (2011),
insentif pajak diukur dengan menggunakan perencanaan pajak dan beban pajak
tangguhan.

a. Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak merupakan tahap pertama yang dilakukan untuk
menghemat pajak. Tindakan perencanaan pajak merupakan tindakan yang
legal karena upaya untuk menghemat pajak dilakukan dengan memanfaatkan
hal-hal yangtidak diatur (loopholes).
b. Beban Pajak Tangguhan
Beban pajak tangguhan merupakan beban yang timbul karena
adanyaperbedaan temporer. Perbedaan temporer yaitu perbedaan yang
disebabkanoleh adanya perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan beban
menurutakuntansi dan menurut fiskal, sehingga hal tersebut mengakibatkan
laba menurut akuntansi berbeda dengan laba menurut fiskal. Manajer akan
berusahauntuk meningkatkan laba akuntansi dibandingkan laba fiskal, karena
sebagian besar investor hanya menggunakan laba akuntansi untuk menilai
kinerjaperusahaan (Sumomba dan Sigit, 2012).
c. Aktiva Pajak Tangguhan
Aktiva pajak tangguhan merupakan aktiva yang muncul akibat adanya
koreksipositif, yaitu beban pajak menurut aturan pajak lebih besar daripada
bebanpajak menurut aturan akuntansi (Agoes dan Trisnawati, 2007: 198).
Harnanto(2003) menyatakan aktiva pajak tangguhan mencakup semua
perbedaan temporer yang dapat dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan
efekperbedaan temporer tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi
penghasilan kena pajak periode mendatang. Perbedaan temporer
tersebutmengakibatkan jumlah laba menurut akuntansi berbeda dengan jumlah
labamenurut pajak. Namun, perbedaan itu akan terkoreksi secara otomatis di
masadepan, sehingga tidak ada perbedaan laba akuntansi dengan laba pajak
(Gunadi, 1997: 203).

1.6 Industri Jamu

Di Indonesia sendiri sudah banyak Industri Jamu, nama-nama seperti Sido


Muncul, Deltomed, Borobudur produknya sudah banyak beredar di masyarakat,
belum lagi kini Industri farmasi juga melirik dan bahkan sudah mengeluarkan produk
jamunya, seperti Phapros, Dexa Medica, Konimex dll.

Dibutuhkan usaha keras agar Industri Jamu di Indonesia berkembang. Selain


factor eksternal (seperti produk competitor, kondisi ekonomi, peraturan pemerintah
yang berlaku dll) faktor internal (seperti mutu produk, kualitas SDM, strategi
pemasaran dll) berperan penting dalam pertumbuhan suatu industri. Khusus industri
Jamu dari pemerintah mensyaratkan CPOTB sebagai persyaratan dasar bagi Industri
Jamu, namun suatu Industri Jamu hendaklah (memakai istilah dalam CPOTB;)) tidak
hanya mempunyai CPOTB sebagai penjamin kualitas produk yang dihasilkan, namun
juga memiiki standar yang lain seperti ISO, Halal dll.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 006


Tahun 2012 tentang Industri dan Usaha Obat Tradisional, Industri dan Usaha Obat
Tradisional terdiri dari 6 jenis, yaitu:

1) Industri Obat Tradisional yang selanjutnya disebut IOT adalah industri yang
membuat semua bentuk sediaan obat tradisional
2) Industri Ekstrak Bahan Alam yang selanjutnya disebut IEBA adalah industri
yang khusus membuat sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir
3) Usaha Kecil Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UKOT adalah usaha
yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional kecuali bentuk sediaan
tablet dan efervesen
4) Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UMOT adalah usaha
yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalam bentuk param, tapel,
pilis, cairan obat luar dan rajangan
5) Usaha Jamu Racikan (UJR) adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau
sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan
jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada
konsumen
6) Usaha Jamu Gendong (UJG) adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan
dengan melakukan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat
segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen.
1.7 Covid-19
Virus corona atau dikenal juga dengan nama Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2) merupakan virus baru yang menginfeksi
sistem pernapasan orang yang terjangkit, virus ini umumnya dikenal sebagai Covid-
19 (Lai et al., 2020). Virus ini bahkan membuat kita melakukan kebiasaan baru
bahkan di Lembaga peradilan dan dunia Pendidikan (Aji, 2020; Sodik, 2020). Virus
Corona bisa menyebabkan hal yang fatal terutama bagi mereka yang mengidap
gangguan pernapasan sebelumnya akan mengalami sindrom gangguan pada
pernapasan tingkat akut walaupun sudah dinyatakan sembuh dari virus ini.
Corona Virus Disease 2019 ini awal penyebarannya terjadi di kota Wuhan
(Okada et al., 2020), China pada penghujung tahun 2019. Virus ini menyebar dengan
sangat masif sehingga hampir semua negara melaporkan penemuan kasus Covid-19,
tak terkecuali di negara Indonesia yang kasus pertamanya terjadi di awal bulan Maret
2020. Sehingga merupakan hal yang wajar banyaknya Negara yang mengambil
kebijakan sesuai dengan situasi dan kondisi di negara masing-masing dan membuat
hubungan antara beberapa negara menjadi tidak berjalan baik salah satu nya autrasilia
dengan negaranegara pasifik (Laila, 2020), akan tetapi kebijakan yang paling banyak
diambil adalah dengan memberlakukan lockdown yang dianggap sebagai strategi
tercepat memutus mata rantai penyebaran virus yang satu ini.

1.8 Insentif Pajak Untuk Industri Jamu Pada Masa Pandemi Covid-19

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta para pengusaha jamu dan
obat tradisional di seluruh Indonesia memanfaatkan berbagai insentif pajak guna tetap
bertahan dan tumbuh di tengah pandemi Covid-19. Pemerintah telah menyiapkan
anggaran Rp120,6 triliun untuk membantu dunia usaha di tengah masa pandemi,
terutama berupa insentif pajak. Insentif pajak tersebut meliputi pajak penghasilan
(PPh) Pasal 21 ditanggung pemerintah (DTP).
Pembebasan PPh Pasal 22 impor, potongan atau diskon angsuran PPh Pasal
25 sebesar 50%, serta percepatan restitusi PPN sampai dengan 31 Desember 2020.
Untuk pelaku usaha jamu dan obat tradisional berskala UMKM, pemerintah
memberikan insentif PPh Final DTP. Pemerintah juga memberikan insentif berupa
pembebasan bea masuk terhadap bahan baku atau permesinan yang perlu diimpor.
Insentif lainnya di luar perpajakan yang juga dapat dimanfaatkan pengusaha jamu dan
obat tradisional. Misal, relaksasi kredit, penghapusan abonemen tagihan listrik, dan
bantuan produktif untuk pelaku usaha ultramikro.

Pemerintah akan memberikan dukungan penuh kepada sektor industri farmasi,


obat herbal, dan obat tradisional. Dukungan itu mulai dari pengadaan bahan baku,
kemudahan berusaha dan insentif perpajakan, akses permodalan, dan keringanan
lainnya. Menurut catatan pemerintah, saat ini terdapat lebih dari 1.247 industri jamu
dan obat tradisional, yang sebagian besar berukuran kecil.

Industri jamu dan obat herbal pasti melakukan banyak riset dan
pengembangan untuk produk-produk yang mereka miliki. Hal ini tentunya bertujuan
untuk meningkatkan mutu dan kualitas produk.. Adapun berbagai pengeluaran untuk
riset tersebut dapat diklaim sebagai pengurangan pajaknya sampai sebesar 300
persen. pada suatu perumpamaan apabila perusahaan mengeluarkan dana sebanyak
Rp 10 juta untuk melakukan riset, maka perusahaan tersebut dapat mengklaim
sebanyak Rp 30 juta, dengan demikian pajak dari industri tersebut dapat diberikan
keringanan berupa potongan pajak.

Adapun manfaat yang ditawarkan kepada penggunanya melalui fasilitas


potongan pajak senilai 300 persen. Salah satu manfaat diberikannya potongan pajak
tersebut agar para pelaku industri jamu dan obat herbal dapat meneruskan dan
mempertahankan usahanya dalam selama Covid-19 masih berlangsung.
BAB II

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Fasilitas yang diberikan pemerintah kepada untuk meningkatkan produktivitas


dan efisiensi perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat pada
Industri Jamu pada masa pandemi Covid-19 yaitu:

1) Potongan atau diskon angsuran PPh Pasal 25 sebesar 50%, serta percepatan
restitusi PPN sampai dengan 31 Desember 2020
2) Pembebasan bea masuk terhadap bahan baku atau permesinan yang perlu
diimpor.
3) Pengadaan bahan baku, kemudahan berusaha dan insentif perpajakan, akses
permodalan, dan keringanan lainnya
4) Untuk riset dapat diklaim sebagai pengurangan pajaknya sampai sebesar 300
persen
DAFTAR PUSTAKA

Putra, Riky Eka. Pengaruh Nilai Investasi, Nilai Upah, Dan Nilai Produksi
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Mebel Di Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang. Universitas Negeri Semarang

Sako, Maria Elftrida 2012 Analisis Pendapatan Usaha Industri Jamu di


Kelompok Tani Prima Mandiri Desa Usapinonot. Universitas Timor

Candrawati, Desiana Dian 2013 Pengaruh Insentif Terhadap Kinerja


Karyawan. Universitas Brawijaya

Wahidah, Idah .2020 .Pandemik Covid-19: Analisis Perencanaan Pemerintah


Dan Masyarakat Dalam Berbagai Upaya Pencegahan . UIN Sunan Gunung Djati

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 006 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI DAN USAHA OBAT
TRADISIONAL

Pratama, Naufaldy 2017 Pengujian Tax Avoidance Dan Risiko Kebangkrutan


Terhadap Cost Of Debt Dan Insentif Pajak Sebagai Pemoderasi. Universitas
Pancasila

No Name. 2016. Penggolongan Industri Jamu . https://industri-


jamu.blogspot.com/2016/09/selamat-datang-di-blog-ini-bertepatan.html. 15 April
2021

Anda mungkin juga menyukai