Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh penyakit filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk ddiantaranya anopheles, culex, mansonia, dan aedes. Terdapat tiga spesies cacing penyebab filarisismyaitu wuchereria bancrofi, brugia malayi, dan blugia timori. Cacing tersebut hidup dikelenjar dan saluran getah bening sehingga menyebabkan kerusakan kelenjar limfatik yang dapat menimbulakan gejala akut dan kronis seperti pembesaran obnormal pada tubuh, menyebabkan rasa sakit, cacat dan stigma sosial. Gejala kronis terjadi akibat penyumbatan aliran limfa terutama didaerah yang sama dan dengan terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala seperti kaki gajah. Menurut data WHO lebih dari 1,3 miliar penduduk tinggal di darerah yang berisiko terinffeksi filariasis yang tersebar di 73 negara, sebagai besar (80%) penduduk tersebut tinggal di 10 negara antara lain: Bangladesh, Republik demokraktis, Kongo, Ethiopia, India, Indonesia, Myanmar, Nigeria, Nepal, Filipina, dan Tanzania. Jumlah penduduk filariasis yang sudah terinfeksi sekitar 120 juta orang dan 40 juta lainnya mengalami cacat dan lumpuh. Kemuadian dari 30 juta tersebut diperkirakan 25 juta orang dengan menderita penyakit genital dan 15 juta orang menderita penyakit limpedema. Untuk menghentikan penularan WHO mengajukan pengobatan masal bagi semua orang yang memenuhi syarat dimana terjadi infeksi. Sebelum diresmikan program eliminasi filariasis oleh WHO (The Global Programe To Eliminate Limphatik Filarisis). Pada tahun 2000, lebih dari 80 negara mengalami filariasis dan 60% Negara-negara tersebut berada di asia tenggara. Jumlah orang yang terinfeksi filariasis melibihi 1 miliar di seluruh dunia. Penyakit ini diperkirakan dapat menyerang 1,1 penduduk, terutama di daerah tropis seperti Indonesia, dan bebrapa daerah subtropis filariasis tersebar luas hamper di seluruh profinsi Indonesia. Yang dilaporkan dari tahun ke tahun menunjukkan adanya peningkatan pada tahun 2018 terdapat 10.681 kasus filariasis yang tersebar di seluruh 34 profinsi. Angka ini menurun dibantingkan pada tahun sebelumnya. Hal ini di karenakan beberapa kasus dilaporkan meninggal dunia dan adanya perubahan diagnosis sesudah kasus klinis kronis yang dilaporkan tahun sebelumnya (kemenkes 2019). Lima profinsi dengan kasus kronis terbanyak pada tahun 2018 adalah Papua (3.615 kasus), Nusa Tenggara Timur (1.542 kasus). Jawa Barat (781 kasus), Papua Barat (662 kasus), dan Aceh (578 kasus). Eliminasi filariasis adalah tercapainya keadaan dimana penularan filariasis sedemikian rendahnya sehingga penyakit ini tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat (kemenkes 2014). WHO menetapkan kesepakatan global sebagai upaya untuk mengeliminasi filariasis pada tahun 2020 (the global goal of elimation of lympatic filariasis as a public healt problem by the year 2020) Eliminasi filariasis merupakan salah satu prioritas nasional. Program eliminasi bertujuan untuk munurunkan angka microfilaria menjadi kurang dari 1% di setiap kabupaten/kota sehingga filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia pada tahun 2020 (kemenkes 2019). Pelaksanaan eliminasi diindonesia adalah dengan menerapkan program eliminasi limfatik global dari WHO yaitu memutuskan rantai penularan filariasis serta mencegah dan membatasi kecacatan , selain itu menjncegah penyebaran filariasis antara kabupaten, profinsi, dan Negara. Satuan salah satu lokasi pelaksanaan (impentation unit) eliminasi filariasis adalah kabupaten/kota (kemenkes, 2014).