Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh penyakit filaria
yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk ddiantaranya anopheles, culex, mansonia,
dan aedes. Terdapat tiga spesies cacing penyebab filarisismyaitu wuchereria bancrofi,
brugia malayi, dan blugia timori. Cacing tersebut hidup dikelenjar dan saluran getah bening
sehingga menyebabkan kerusakan kelenjar limfatik yang dapat menimbulakan gejala akut
dan kronis seperti pembesaran obnormal pada tubuh, menyebabkan rasa sakit, cacat dan
stigma sosial. Gejala kronis terjadi akibat penyumbatan aliran limfa terutama didaerah yang
sama dan dengan terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala seperti kaki gajah.
Menurut data WHO lebih dari 1,3 miliar penduduk tinggal di darerah yang
berisiko terinffeksi filariasis yang tersebar di 73 negara, sebagai besar (80%) penduduk
tersebut tinggal di 10 negara antara lain: Bangladesh, Republik demokraktis, Kongo,
Ethiopia, India, Indonesia, Myanmar, Nigeria, Nepal, Filipina, dan Tanzania. Jumlah
penduduk filariasis yang sudah terinfeksi sekitar 120 juta orang dan 40 juta lainnya
mengalami cacat dan lumpuh. Kemuadian dari 30 juta tersebut diperkirakan 25 juta orang
dengan menderita penyakit genital dan 15 juta orang menderita penyakit limpedema. Untuk
menghentikan penularan WHO mengajukan pengobatan masal bagi semua orang yang
memenuhi syarat dimana terjadi infeksi.
Sebelum diresmikan program eliminasi filariasis oleh WHO (The Global
Programe To Eliminate Limphatik Filarisis). Pada tahun 2000, lebih dari 80 negara
mengalami filariasis dan 60% Negara-negara tersebut berada di asia tenggara. Jumlah orang
yang terinfeksi filariasis melibihi 1 miliar di seluruh dunia.
Penyakit ini diperkirakan dapat menyerang 1,1 penduduk, terutama di daerah
tropis seperti Indonesia, dan bebrapa daerah subtropis filariasis tersebar luas hamper di
seluruh profinsi Indonesia. Yang dilaporkan dari tahun ke tahun menunjukkan adanya
peningkatan pada tahun 2018 terdapat 10.681 kasus filariasis yang tersebar di seluruh 34
profinsi. Angka ini menurun dibantingkan pada tahun sebelumnya. Hal ini di karenakan
beberapa kasus dilaporkan meninggal dunia dan adanya perubahan diagnosis sesudah kasus
klinis kronis yang dilaporkan tahun sebelumnya (kemenkes 2019). Lima profinsi dengan
kasus kronis terbanyak pada tahun 2018 adalah Papua (3.615 kasus), Nusa Tenggara Timur
(1.542 kasus). Jawa Barat (781 kasus), Papua Barat (662 kasus), dan Aceh (578 kasus).
Eliminasi filariasis adalah tercapainya keadaan dimana penularan filariasis
sedemikian rendahnya sehingga penyakit ini tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat
(kemenkes 2014). WHO menetapkan kesepakatan global sebagai upaya untuk mengeliminasi
filariasis pada tahun 2020 (the global goal of elimation of lympatic filariasis as a public
healt problem by the year 2020)
Eliminasi filariasis merupakan salah satu prioritas nasional. Program eliminasi
bertujuan untuk munurunkan angka microfilaria menjadi kurang dari 1% di setiap
kabupaten/kota sehingga filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia
pada tahun 2020 (kemenkes 2019). Pelaksanaan eliminasi diindonesia adalah dengan
menerapkan program eliminasi limfatik global dari WHO yaitu memutuskan rantai
penularan filariasis serta mencegah dan membatasi kecacatan , selain itu menjncegah
penyebaran filariasis antara kabupaten, profinsi, dan Negara. Satuan salah satu lokasi
pelaksanaan (impentation unit) eliminasi filariasis adalah kabupaten/kota (kemenkes, 2014).

Anda mungkin juga menyukai