Anda di halaman 1dari 10

Bab 1 pendahuluan

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah

1. Apa definisi nilai?


2. Apa definisi manusia?
3. Bagaimana pengembangan nilai untuk pendidikan manusia seutuhnya?
C. Tujuan

1. Mengetahui definisi nilai.


2. Mengetahui definisi manusia.
3. Mengetahui pengembangan nilai untuk pendidikan manusia seutuhnya.
Bab 2 pembahasan

A. Definisi nilai

Terdapat berbagai pengertian nilai yang bervariasi, namun semua maknanya berpengaruh atas
aktivitas sehari-hari. Nilai lebih mudah diartikan sebagai gagasan yang dipandang baik dan indah
pada kehidupan seseorang. Hanya dari nilai saja anda sudah mampu mengenal karakter orang
lain.

definisi nilai menurut para ahli:

 Soerjono soekamto
Soerjono Soekamto menganggap bahwa pengertian nilai adalah suatu konsep abstrak
yang terdapat pada manusia, hal itu disebabkan atas nilai yang menurutnya baik ataupun
jelek sekalipun.

Apabila nilai baik pasti menggambarkan kepribadian yang baik, sedangkan nilai buruk
akan memunculkan sifat jelek yang kurang disenangi oleh beberapa kelompok.
Akibatnya akan menimbulkan masalah baru yang berujung konflik.

 Wood
Pengertian nilai menurut Wood adalah suatu petunjuk dimana kejadiannya berlangsung
cukup lama. Dari petunjuk ini, kehidupan seseorang bisa terarahkan hingga mempunyai
sifat kepuasan tersendiri. Itu sebabnya Wood mampu membagi nilai dalam dua hal, yaitu
nilai baik dan juga nilai jelek.

 Simanjuntak
Simanjuntak menyatakan bahwa nilai adalah sekumpulan pemikiran seseorang atas
perilaku yang bersifat baik dan buruk. Perilaku tersebut disebabkan adanya tradisi yang
dianut oleh masyarakat itu sendiri dan selalu dijalankan secara terus menerus.

 Robert M.Z. Lawang


Sedangkan menurut Robert M.Z.Lawang, nilai adalah pemikiran yang dimiliki setiap
orang, namun mampu merubah perilaku sosial dari nilai tersebut. Dari nilai itulah,
kehidupan seseorang bisa dilihat, apakah berkarakter baik di lingkungan atau sebaliknya.

 Hendropuspito
Hendropuspito mengartikan nilai sebagai bentuk penghargaan yang diterima masyarakat
atas tatanan hidup yang baik. Hal ini terjadi karena adanya perkembangan hidup yang
selalu berubah, sehingga nilai tersebut bisa menjadi pedoman utama dalam berperilaku.

 Karel J. Veeger
Pakar Sosiologi Karel J.Veeger mengemukakan nilai sebagai kriteria seseorang kepada
orang lain yang bergantung dari perbuatan dilakukan. Nilai sekaligus dijadikan simbol
utama atas perilaku yang dimiliki seseorang.
 Clyde kluckhonhn
Sebuah simbol baik dan buruk yang dimiliki seseorang bisa dilihat dari nilai sosial yang
dimiliki. Clyde Kluckhonhn juga menyatakan bahwa lingkungan yang ditempati sangat
mempengaruhi nilai yang dimiliki. Simbol nilai bisa didapatkan dari aktivitas yang
dijalankan setiap hari.

 Koentjaraningrat
Koentjaraningrat mengartikan nilai sebagai bentuk tradisi yang ada di kehidupan
masyarakat. Tradisi ini bisa berubah tergantung dari persepsi orang lain. Apabila
dipandang baik, maka semakin baik pula nilai tradisi yang dianut, begitupun sebaliknya.

 Alvin L Bertrand
Pengertian nilai menurut Alvin L Bertrand adalah gagasan seseorang atas perilaku sehari-
hari. Gagasan yang dimaksud bisa baik ataupun buruk, tergantung bagaimana orang lain
memandangnya.

 Green
Pengertian nilai yang terakhir adalah dari Green yang menyatakan nilai sebagai tingkat
kesadaran setiap individu di lingkungan masing-masing. Dari nilai itulah, seseorang bisa
dipandang baik atau buruk. Karena sudah menjadi simbol subjektif yang dimiliki.

B. Definisi manusia

Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan


istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan
sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah
spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal
kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama
dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup. dalam mitos,
mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka
dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam
masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan
kemampuannya untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta
pertolongan.

1. Hakikat manusia
a. Manusia adalah ciptaan Allah yang berasal dari segumpal darah sebagaimana
dijelaskan dalam Al-qur’an surah Al-alaq ayat 2.

ٍ َ‫ِن َعل‬
‫ق‬ ْ ‫سانَ م‬ َ َ‫خل‬
َ ‫ق اإْل ِ ْن‬ َ
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (QS. Al-alaq : 2)
b. Manusia adalah perkembangannya yang dipengaruhi oleh pembawaan dan
lingkungan.
Dalam materi pendidikan lama perkembangan manusia dipengaruhi oleh
pembawaan (nativisme) dan lingkungan (empiris). Selain itu ada teori bahwa
manusia pada perkembangannya ditentukan oleh pembawaan dan lingkungannya
(konvergensi).
Sesuai sabda Rosulullah saw. Yang artinya: “Tiap orang dilahirkan
membawa fitrah; ayah dan ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau
Majusi. (HR. Bukhari dan Muslim). Sesuai hadits diatas manusia sangat
dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan, tidak hanya keluaraga lebih luas
dari itu pergaulan juga sangat menentukan perkembangan manusia.
2. Wujud sifat hakikat manusia
a. Kemampuan menyadari diri
Menurut kaum rasionalis kunci perbedaan manusia dengan hewan pada
adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia. Berkat adanya
kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia
menyadari bahwa dirinya memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Drijarkara
menyebut kemampuan tersebut dengan istilah “mengAku”, yaitu kemampun
mengeksplorasi potensi-pontensi diri yang ada pada diri, dan memehami potensi-
potensi tersebut sebagai kekuatan yang dapat dikembangkan sehingga manusia
dapat berkembang kearah kesempurnaan diri.
b. Kemampuan bereksistensi
Yaitu kemampuan menempatkan diri, menerobos, dan mengatasi batas-batas
yang membelenggu dirinya. Karena inilah manusia mempunyai kebebasan yaitu
manusia bukan “ber-ada” melainkan “meng-ada”.
c. Kata Hati (Consecience-Of-Man)
Sering disebut hati nurani, pelita hati menunjukan bahwa hati itu adalah
kemampuan pada diri manusia yang memberi penerangan tentang baik buruknya
perbuatan sebagai manusia.
d. Moral
Moral juga disebut sebagai etika adalah perbuatan sendiri. Moral yang singkron
dengan kata hati yang tajam yaitu benar-benar baik manusia sebagai manusia
merupakan moral yang baik atau moral yang tinggi.
e. Tanggung jawab
Yaitu keberanian untuk menentukan bahwa sesuatu perbuatan sesuai
dengan tuntutan kodrat manusia. Dengan demikian tanggung jawab dapat
diartikan sebagai keberanian untuk menentukan bahwa suatu perbuatan sesuai
dengan tuntutan kodrat manusia.
f. Rasa kebebasan
Merdeka adalah rasa bebas (tidak terikat oleh sesuatu) yang sesuai
dengan kodrat manusia. Kemerdekaan berkait erat dengan kata hati dan moral.
Yaitu kata hati yang sesuai dengan kodrat manusia dan moral yang sesuai dengan
kodrat manusia.
g. Kewajiban dan hak
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dipenuhi oleh manusia. Sedangkan hak
adalah merupakan sesuatu yang patut dituntut setelah memenuhi kewajiban.
h. Kemampuan menghayati kebahagiaan
Kebahagiaan adalah suatu istilah yang lahir dari kehidupan manusia.
kebahagiaan tidak cukup digambarkan hanya sebagai himpunan saja, tetapi
merupakan integrasi dari segenap kesenangan, kepuasan dan sejenisnya dengan
pengalaman pahit dan penderitaan. Manusia adalah mahluk yang serba
terhubung, dengan masyarakat, lingkungan, diri sendiri dan Tuhan. Dalam krisis
total manusia mengalami krisis hubungan dengan masyarakat dengan
lingkungannya, dengan diri sendiri dan dengan Tuhan.
Kebahagiaan hanya dapat dicapai apabila manusia meningkatkan kualitas
hubungannya sebagai mahluk yang memiliki kondisi serba terhubung dan dengan
memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Kebahagian adalah bahwa
kebahagiaan itu rupanya tidak terletak pada keadaan diri secara factual tetapi
terletak pada kesanggupan menghayati semua itu dengan keheningan jiwa, dan
mendudukan hal-hal tersebut didalam rangkaian tiga hal yaitu : usaha, norma-
norma, dan takdir. Manusia yang menghayati kebahagiaan adalah pribadi
manusia dengan segenap keadaan dan kemampuannya.
3. Dimensi-Dimensi Hakikat Manusia serta Potensi, Keunikan, dan Dinamikanya
a. Dimensi keindividuan
Lysen mengartikan individu sebagai “ orang seorang ”, sesuatu yang
merupakan suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi-bagi (indevide). (Lysen,
individu dan masyarakat : 4) Manusia sebagai makhluk individu mempunyai jiwa
dan raga yang dalam perkembangannya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Kedua unsur itu merupakan monodualis, yang selalu berkembang kearah yang
lebih baik dan lebih sempurna.
Dalam memberikan pendidikan kepada individu hendaklah para pendidik
memperhatikan perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap anak
manusia yang dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk menjadi berbeda dari
yang lain, atau menjadi dirinya sendiri. Seorang pakar pendidikan tersohor
ditanah belanda, M.J. Langeveld bahwa setiap orang memiliki individualitas.
(M.J. Langeveld,1955:54).
Pada abad ke-18 dan 19 aliran Rasionalisme masuk ke sekolah. Aliran ini
berpendapat “hendaklah para peserta didik disuruh menghafal sebanyak
banyaknya”. Dengan kata lain, pengetahuan memberikan kepuasan dan
kebehagian hidup, dengan semboyan knowledge is power. Pendidikan yang
diberikan kepada peserta didik hendaklah seimbang antara aspek Kognitif, aspek
afektif, aspek psikomotorik. Pola pendidikan yang bersifat demokratis dipandang
cocok untuk mendorong bertumbuhan dan berkembangnya potensi individualitas
sebagaimana dimaksud. Pola pendidikan yang bersifat otoriter serta patologis
yang akan menghambat pendidikan. Tugas pendidik hanya menunjukkan jalan
dan mendorong subyek didik bagaimana cara memperoleh sesuatu dalam
mengembangkan diri dengan berpedoman pada prinsip “ ing ngarso sungtulodo,
ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Tujuan utama pendidikan adalah
membantu peserta didik membentuk kepribadiannya, atau menemukan
kediriannya sendiri.
b. Dimensi kesosialan
Menurut M.J. Langeveld (1955) sifat hakikat manusia adalah makhluk
social, individualitas, dan moralitas. Sifat sosialitas menjadi dasar dan tujuan dari
kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan setiap anak
dan kelompoknya. Setiap anak pasti terlibat dalam kehidupan social pada setiap
waktu, yang dimaksud dengan interaksi social adalah suatu hubungan antara dua
atau lebih individu manusia dimana tingkah laku individu yang satu
mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki-tingkah-laku-yang-lain.
Sebagai makhluk social, mereka saling membutuhkan, saling membantu,
dan saling melengkapi. Manusia akan selalu berinteraksi dengan manusia lain
untuk mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk
pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Dalam hal ini, tugas
pendidikan ialah mengembangkan semua potensi social sehingga manusia
sebagai makhluk social mampu berperan, dan mampu menyesuaikan diri dengan
masyarakat. Diharapakan melalui pendidikan manusia dapat mengembangkan
secara seimbang aspek-individual-dan-aspek-sosialnya.
c. Dimensi kesusilaan
Pengertian susila dapat diartikan sebagai kepantasan yang lebih tinggi. Dalam
masyarakat yang menyangkut kemasyarakatan yang menyangkut kesusilaan
terkait dengan etika dan etiket. Jika etika dilanggar ada orang lain yang
dirugikan. Sedangkan etiket bila dilanggar maka hanya menimbulkan orang lain
tidak senang. Masalah kesusilaan akan selalu berhubungan erat dengan nilai-
nilai. Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia karena
mengandung makna kebaikan, keluhuran, kemulyaan dan sebagainya. Pada
hakekatnya manusia memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan nilai-
nilai susila dan melaksanakannya. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan
manusia bila memiliki nilai-nilai, menghayati dan melaksanakan nilai-nilai
tersebut.
d. Dimensi keberagaman
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk religious. Pandangan Martin
Buber “ bahwa manusia adalah makhluk Tuhan dan sekaligus mengandung
kemungkinan baik dan jahat” adalah sesuai dengan pandangan manusia sebagai
makhluk Tuhan”.
Menurut agama Islam pendidikanlah yang menentukan sesorang akan
menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Dalam agama islam dikemukakan “Tiap
anak dilahirkan bersih, suci, orang tuanyalah yang akan menjadikannya Yahudi,
Nasrani, atau Majusi”. Agama merupakan sandaran vertical bagi manusia.
Manusia dapat memahami agama melalui proses pendidikan agama. Ph.
Kohnstamm berpendapat bahwa pendidikan agama seyogyanya menjadi tugas
orang tua.
C. Pengembangan nilai untuk pendidikan manusia seutuhnya
1. Pengertian pendidikan manusia seutuhnya
Pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha
orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa
untuk mencapai kedewasaannya. Pendidikan dalam arti luas
merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan
hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Secara rasional
filosofis tentang pendidikan yang sudah berkembang semenjak
beberapa abad yang lalu, maka sistem pendidikan untuk
membentuk manusia yang seutuhnya harus diarahkan kepada
dua dimensi, yakni dimensi dialektikal horisontal dan dimensi
ketundukan vertikal.
Pada dimensi dialektikal horisontal pendidikan hendaknya dapat
mengembangkan pemahaman tentang kehidupan yang konkret,
yakni kehidupan manusia dalam hubunganya dengan alam
ataupun lingkungan sosialnya. Dalam dimensi inilah manusia
dituntut untuk mampu mengatasi berbagai tantangan dan kendala
dunia konkretnya , melalui pengembangan teknologi dan sains.
Sedangkan dalam dimensi ketundukan vertikal, pendidikan sains
dan teknologi, selain menjadi alat untuk memanfaatkan, dan
melestarikan sumber daya alam  juga menjadi jembatan untuk
memahami fenomena dan misteri kehidupan dalam mencapai
hubungan yang hakiki juga abadi dengan sang khalik . Berarti
bagaimanapun pesatnya perkembangan sains dan teknologi ia
harus disertai dengan pendidikan hati. Singkatnya, manusia
seutuhnya adalah yang menjadi rahmatan lilàlamin. Yang
mempunyai kemampuan cipta, rasa, kan karsa, atau manusia
yang kognitif, efektif, dan konatif-psikomotorik pada zamanya.
Itulah blue print manusia masadepan yang memiliki zikir, fikir dan
amal saleh. Di samping itu ada beberapa causa pertanyaan yang
harus mampu kita menjawabnya, yang mana dengan causa inilah
nantinya kita akan mentransfer ke dalam proses pendidikan
manusia dalam konteks ruang serta waktu. Causa pertanyaan itu
adalah; 1. Causa eficiens (bagaimana), 2. Causa formalis
(menurut rencana apa), 3. Causa materialis (dengan apa), dan
Causa finalis (untuk apa kita di didik).  Menusia sepenuhnya
sebagai satu konsepsi modern perlu kita analisis menurut
pendangan sosio-budaya Indonesia.
Berdasarkan pikiran dimikian dapat diuraikan konsepsi manusia
seutuhnya ini secara mendasar yakni mencakup pengertian
sebagai berikut:
a. Keutuhan potensi subyek manusia sebagai subyek yang berkembang
b. Kutuhan wawasan (orientasi) manusia sebagai subyek yang sadar nilai yang
menghayati yakni tentang cita-cita dan tujuan hidupnya.
c. Konsepsi keutuhan potensi subyek manusia sebagai
subyek yang berkembang. Kepribadian manusia lahir batin
ialah satu kebutuhan  yang utuh antara potensi-potensi
hereditas (kabawaan) dengan factor-faktor lingkungan
(pendidikan, tata nilai dan antar hubungan).
Potensi manusia secara universal mencakup tujuan potensi:
 Potensi jasmaniah, fisik badan dan panca indra yang
sehat (normal).
 potensi piker (akal, rasio, intelegensi, intelek).
 potensi rasa (perasaan, emosi) baik perasaan etis
moral maupun perasaan estetis.
 potensi cipta (daya cipta, kreaktifitas, khayal dan
imajenasi).
 potensi karya (kemauan menghasilkan, kerja, amal,
sebagai tindak lanjut 1-5)
 potensi budi-nurani (kesadaran budi, hati-nurani).
 potensi karsa (kehendak, keinginan, termasuk
prakarsa).

Ketujuh potensi ini merupakan potensi dan watak 


bawaan yang potensial; artinya dalam proses
berkembang dan tidak. Perkembangan atau aktualitas itu
akan menetukan kualitas pribadi seseorang.

Konsepsi keutuhan wawancara (orientasi) manusia


sebagai subyek yang sadar nilai Manusia sebagai
subyek nilai ialah pribadi yang menjunjung nilai; artinya
menghayati, meyakini dan mengamalkan system nilai
tertentu, baik secara social (kemasyarakatan dan
kenegaraan), maupun secara pribadi (individual)
Manusia bersikap, berfikir, bertindak dan bertingkah laku
dipengaruhi oleh wawasan atau orientasinya terhadap
kehidupan dan nilai-nilai yang ada didalamnya wawasan
dimaksud mencakup:

 Wawasan dunia dan akhirat. Menusia


berkeyakinan bahwa kehidupan didunia akan
berakhir dan akan ada kehidupan diakhirat.
 Wawasan individualitas dan social, secara
keseimbangan.
 Wawasan individualitas jasmaniah dan rohaniah;
memiliki kesadaran tentang pentingnya kebutuhan
jasmaniah dan rohaniah.
 Wawasan masa lampau dan masa depan, dengan mengingat masa
lalu bisa memberikan kesadaran-kesadaran cinta bangsa dan
kemerdekaan serta memiliki motivasi berjuang demi cita-cita
nasional.
2.

Anda mungkin juga menyukai