Anda di halaman 1dari 9

Dosen : Karlina Ghazalah Rahman, SE., M.Ak.

Pertemuan 5
Materi : Analisis Korelasi (Bagian 2)

A. Jenis Korelasi (Lanjutan)

1. Analisis Koefisien Korelasi Linear Berganda


Adalah indeks atau angka yang diigunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara 3

variabel/lebih. Koefisien korelasi berganda dirumuskan:

Ry1.2 =

Keterangan:

Ry1.2 : koefisien linier 3 variabel

ry1 : koefisien korelasi y dan X1

ry2 : koefisien korelasi variabel y dan X2

r1.2 : koefisien korelasi variabel X1 dan X2

Dimana :

ry1 =

ry2 =

r1.2 =
Dosen : Karlina Ghazalah Rahman, SE., M.Ak.

2. Analisis Korelasi Parsial


Koefisien korerasi parsial adalah indeks atau angka yang digunakan untuk mengukur

keeratan hubungan antara 2 variabel, jika variabel lainnya konstanta, pada hubungan yang

melibatkan lebih dari dua variabel. Koefisien korelasi parsial untuk tiga variabel dirumuskan

oleh:

a. Koefisien korelasi parsial antara Y dan X1 apabila X2 konstanta.

ry1.2  = 

b. Koefisien korelasi parsial antara Y dan X2 apabila X1 konstanta

ry2.1  =  

c. Koefisien korelasi parsial antara X1 dan X2 apabila Y konstanta

r2.1Y  = 

Analisis korelasi parsial (Partial Correlation) digunakan untuk mengetahui hubungan

antara dua variabel dimana variabel lainnya yang dianggap berpengaruh dikendalikan atau dibuat

tetap (sebagai variabel kontrol). Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin

mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai

mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan

hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik

maka Y turun). Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Dosen : Karlina Ghazalah Rahman, SE., M.Ak.

Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi

sebagai berikut:

0,00    -   0,199     = sangat rendah

0,20    -   0,399    = rendah

0,40    -   0,599     = sedang

0,60    -   0,799     = kuat

0,80    -   1,000     = sangat kuat

Contoh kasus :

Kita mengambil contoh pada kasus korelasi sederhana di atas dengan menambahkan satu

variabel kontrol. Seorang mahasiswa bernama Andi melakukan penelitian dengan menggunakan

alat ukur skala. Andi ingin meneliti tentang hubungan antara kecerdasan dengan prestasi belajar

jika terdapat faktor tingkat stress pada siswa yang diduga mempengaruhi akan dikendalikan.

Dengan ini Andi membuat 2 variabel yaitu kecerdasan dan prestasi belajar dan 1 variabel kontrol

yaitu tingkat stress. Tiap-tiap variabel dibuat beberapa butir pertanyaan dengan menggunakan

skala Likert, yaitu angka 1 = Sangat tidak setuju, 2 = Tidak setuju, 3 = Setuju dan 4 = Sangat

Setuju. Setelah membagikan skala kepada 12 responden didapatlah skor total item-item yaitu

sebagai berikut :

Tabel. Tabulasi Data (Data Fiktif)

Subje
Kecerdasan Prestasi Belajar Tingkat Stress
k
1 33 58 25
2 32 52 28
3 21 48 32
4 34 49 27
5 34 52 27
6 35 57 25
Dosen : Karlina Ghazalah Rahman, SE., M.Ak.

7 32 55 30
8 21 50 31
9 21 48 34
10 35 54 28
11 36 56 24
12 21 47 29
                                          

Dari hasil analisis korelasi parsial (ry.x1x2) didapat korelasi antara kecerdasan dengan

prestasi belajar dimana tingkat stress dikendalikan (dibuat tetap) adalah 0,4356. Hal ini

menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang sedang atau tidak terlalu kuat antara kecerdasan

dengan prestasi belajar jika tingkat stress tetap. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena

nilai r positif, artinya semakin tinggi kecerdasan maka semakin meningkatkan prestasi belajar.

Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Parsial (Uji t)

Uji signifikansi koefisien korelasi parsial digunakan untuk menguji apakah hubungan yang

terjadi berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasi). Langkah pengujiannya berikut ini.

1. Menentukan Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan secara signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar jika

tingkat stress tetap

Ha : Ada hubungan secara signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar jika

tingkat stress tetap

2. Menentukan tingkat signifikansi

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi a = 5%. (uji dilakukan 2 sisi

karena untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan, jika 1 sisi digunakan

untuk mengetahui hubungan lebih kecil atau lebih besar). Tingkat signifikansi dalam hal ini

berarti kita mengambil risiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesa
Dosen : Karlina Ghazalah Rahman, SE., M.Ak.

yang benar sebanyak-banyaknya 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang

sering digunakan dalam penelitian)

3. Kriteria Pengujian

Berdasar probabilitas:

Ho diterima jika P  value > 0,05

Ho ditolak jika P value < 0,05

4.  Membandingkan probabilitas

Nilai P value (0,181 > 0,05) maka Ho diterima.

5. Kesimpulan

Oleh karena nilai P value (0,181 > 0,05) maka Ho diterima, artinya bahwa tidak ada

hubungan secara signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar jika tingkat stress

dibuat tetap. Hal ini dapat berarti terdapat hubungan yang tidak signifikan, artinya hubungan

tersebut tidak dapat berlaku untuk populasi yaitu seluruh siswa SMU Negeri XXX, tetapi

hanya berlaku untuk sampel. Jadi dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

tidak berhubungan terhadap prestasi belajar pada siswa SMU Negeri XXX.

B. Macam – Macam Korelasi

Suatu korelasi yang telah terjadi antara dua variabel tidak selamanya berupa adanya penambahan

nilai variabel Y jika variabel X bertambah, korelasi seperti ini yang dartikan sebagai korelasi positif.

Terkadang ditemukan ada suatu hubungan yang apabila salah satu nilai variabelnya

bertambah variabel lainnya justru berkurang, hubungan seperti inilah dapat diartikan sebagai

korelasi negatif. Tidak hanya korelasi positif dan negatif, namun juga terkadang masih

ditemukan kasus dimana hubungan antara variabel sangat lemah bahkan tidak ditemukan

korelasi.
Dosen : Karlina Ghazalah Rahman, SE., M.Ak.

1. Korelasi Positif

Korelasi Positif dapat diartikan yaitu suatu hubungan antara variabel X dan Y yang dapat

ditunjukan dengan hubungan sebab akibat dimana apabila terjadi penambahan nilai pada

variabel X maka akan diikuti terjadinya penambahan nilai variabel Y.

Contoh Korelasi Positif :

 Dalam pernilaian, jika dilakukan penambahan pupuk (X), maka produksi padi pun

menjadi akan meningkat (Y).

 Tentu saja semakain tinggi badan (X) seorang anak maka, berat badannya pun akan

menjadi bertambah pula (Y).

 Semakin luas lahan yang ditanami coklat (X) maka produksi coklatnya pun akan

meningkat pula.

2. Korelasi Negatif

Jika pada korelasi positif tadi adalah untuk peningkatan nilai X dan akan diikuti penambahan
nilai Y, korelasi negatif ini dapat berlaku sebaliknya. Jika nilai variabel X meningkat maka
nilai variabel Y justru mengalami penurunan.
Dosen : Karlina Ghazalah Rahman, SE., M.Ak.

Contoh Korelasi Negatif :

 Apabila harga barang (X) sedang meningkat maka kemungkinan permintaan terhadap
barang tersebut juga akan mengalami penurunan.

3. Tidak ada Korelasi


Korelasi ini akan dapat terjadi apabila kedua variabel (X dan Y) tidak menunjukkan adanya
hubungan linearnya.
Contoh :
 Panjang rambut (X) dan dengan tinggi badan (tidak bisa dihitung hubungannya atau
tidak ada hubungannya sama sekali).
Dosen : Karlina Ghazalah Rahman, SE., M.Ak.

4. Korelasi Sempurna
Korelasi sempurna biasanya akan dapat terjadi apabila kenaikan atau penurunan variabel X
selalu sebanding dengan kenaikan atau penurunan variabel Y. Jika digambarkan dengan jelas
diagram titik atau diagram pencar, titik – titik berderet akan membentuk satu garis lurus,
dengan hampir tidak ada pencaran.
Besar hubungan antara variable bebas dan variable tidak bebas tersebut biasanya dapat
diukur dengan koefisien korelasinya.
Simbolnya adalah :
ρ  = yaitu koefisien korelasi populasi dan r = koefisien korelasi sampel.
Nilai koefisien korelasi berada dalam selang -1 s.d +1, dimana jika :

 Koefisien korelasi bernilai 0 (nol), berarti tidak ada hubungan apapun antara kedua
variabel tersebut.
 Koefisien korelasi bernilai negatif, berarti hubungan antara keduanya variabel tersebut
negatif atau saling berbanding terbalik.
 Koefisien korelasi bernilai positif, berarti hubungan antara kedua variabel tersebut positif
atau juga dapat saling berbanding lurus.

Contoh Soal Korelasi :

1. Jika Ingin diketahui seberapa kuat hubungan antara besarnya pendapatan seseorang dengan
pengeluaran (konsumsi) per bulan. Data dari 6 orang yang diwawancarai yaitu diperoleh dari
data.

Penyelesaian :

X (pendapatan) : 800 900 700 600 700 800 (ribuan)


Y (konsumsi) : 300 300 200 100 200 200 (ribuan)

Untuk menghitung koefisien korelasi tersebut maka disusun tabel bantu sebagai berikut :

N X Y X2 Y2 XY

1 800 300 640000 90000 240000

2 900 300 810000 90000 270000

3 700 200 490000 40000 140000

4 600 100 360000 10000 60000


Dosen : Karlina Ghazalah Rahman, SE., M.Ak.

5 700 200 490000 40000 140000

6 800 200 640000 40000 160000

∑n = 6 ∑X = 4500 ∑Y = 1300 3430000 310000 1010000

Jawab :
Boleh menggunakan rumus korelasi apapun , namun contoh ini menggunakan rumus korelasi
pearson
Σ ϰγ 1010000 1010000
rϰγ = 2 2
= = =1015,46
√( Σϰ )(Σ γ ) √ ( 3430000 ) (310000) √ 1.063.300 .000 .000

Jika koefisien korelasi sampel bernilai positif atau +1, maka hubungan antara kedua variabel
tersebut positif atau juga dapat saling berbanding lurus.

Anda mungkin juga menyukai