Anda di halaman 1dari 33

A S U H A N K E P E R AW ATA N L A N S I A

DENGAN KONSTIPASI

E V A P U S P I TA I S T I YA N A
L ANJUT USIA
PENGERTIAN LANJUT USIA
• Lanjut usia merupakan tahapan akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. (Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2)

• Kemunduran biologi yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran


fisik: kulit mulai mengendur; timbul keriput; rambut beruban; serta
gigi mulai ompong.

• Kemunduran kemampuan kognitif : mudah lupa; kemunduran


orientasi terhadap waktu, ruang, serta tempat (Maryam, 2008).
KLASIFIKASI LANJUT USIA (DEPKES RI (2005)

KLASIFIKASI USIA

pralansia (prasenilis) 45 – 59 tahun

Lansia ≥ 60

≥ 70 / ≥ 60 yang memiliki
Lansia risiko tinggi
masalah kesehatan.
lansia yang masih mampu
melakukan pekerjaan dan/atau
Lansia potensial
kegiatan yang dapat menghasilkan
barang/ jasa
lansia yang tidak berdaya mencari
Lansia tidak potensial
nafkah (ergantung pada orla)
KARAKTERISITIK LANJUT USIA
• berusia 60 tahun atau lebih

• Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai


sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif;

• Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

(Maryam, 2008)
KONSTIPASI
PENGERTIAN KONSTIPASI
• Konstipasi adalah kesulitan defekasi yang mungkin karena feses
keras atau kering sehingga terjadi kebiasaan defekasi yang tidak
terartur, faktor psikologenik, kurang aktifitas, asupan cairan yang
tidak adekuat dan abnormalitas usus. (Paath, E.F. 2004).
• Konstipasi adalah suatu penurunan frekuensi pergerakan usus
yang disertai dengan perpanjangan waktu dan kesulitan
pergerakan feses (Stanley, 2007).
• Jadi, konstipasi adalah gangguan buang air besar, kesulitan
keluarnya feses, harus mengejan, jumlah feses yang kurang,
konsistensinya keras dan kering, terdapat rasa sakit, defekasi
kurang dari 3 kali dalam seminggu.
PERUBAHAN SISTEM GASTROINTESTINAL YANG TERJADI
PADA LANSIA
• Cavum Oris
Kehilangan gigi, indera pengecap menurun , hilangnya
sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah
• Esofagus
Penurunan motilitas, terjadi dilatasi atau pelebaran seiring
penuan, Sfingter esophagus bagian bawah kehilangan tonus.
Refleks muntah pada lansia akan melemah 
meningkatkan resiko terjadinya aspirasi pada lansia
PERUBAHAN SISTEM GASTROINTESTINAL YANG TERJADI
PADA LANSIA CO NT I NUE. .
• Gaster
Atrofi mukosa  sekresi asam lambung, pepsin
berkurang rangsangan lapar berkurang
Ukuran lambung menjadi kecil  daya tampung
makanan berkurang
Motilitas gaster biasanya menurun  Melambatnya
gerakan dari sebagian makanan yang dicerna keluar
dari lambung dan terus melalui usus halus dan usus
besar
PERUBAHAN SISTEM GASTROINTESTINAL YANG TERJADI
PADA LANSIA CO NT I NUE. .
• Jejenum
Mukosa usus halus mengalami atrofi  luas permukaan
berkurang  jumlah vili dan sel epithelia berkurang
• Ileum dan rektum
Perubahan dalam usus besar termasuk penurunan sekresi
mukus, elastisitas dinding rektum, peristaltic kolon yang
melemah gagal mengosongkan rektum  konstipasi
dinding abdomen melemah.
PERUBAHAN SISTEM GASTROINTESTINAL YANG TERJADI
PADA LANSIA CO NT I NUE. .
• Pankreas
Produksi enzim amilase, tripsin dan lipase akan
menurun sehingga kapasitas metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak juga akan menurun
• Liver
terjadi perubahan akibat atrofi sebagian besar sel,
berubah bentuk menjadi jaringan fibrous 
penurunan fungsi hati.
ETIOLOGI
• Penurunan motilitas ( gerakan peristaltik usus)
• Kurang aktivitas
• Kurangnya asupan serat
• Penurunan kekuatan dan tonus otot
MANIFESTASI KLINIK
Beberapa keluhan yang mungkin berhubungan dengan konstipasi
adalah: (ASCRS, 2002)
• Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB
• Mengejan keras saat BAB
• Massa feses yang keras dan sulit keluar
• Perasaan tidak tuntas saat BAB
• Sakit pada daerah rectum saat BAB
• Rasa sakit pada daerah perut saat BAB
• Menggunakan bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses
• Menggunakan obat-obat pencahar untuk bisa BAB
PATOFISIOLOGI
• Stress psikologis  kurang nafsu makan 
jumlah serat  konstipasi
• Kurang melakukan latihan  berpengaruh
terhadap otot abdomen  konstraksi otot
berkurang  gerakan peristaltik menurun 
konstipasi
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Pemeriksaan colok dubur  mendeteksi darah, massa di
rektum, celah di anus, tonus sfingter yang abnormal atau prolaps
rectum
• Pemeriksan laboratorium  mendeteksi faktor resiko konstipasi
seperti gula darah, kadar hormon tiroid, elektrolit, anemia akibat
keluarnya darah dari dubur
• Sigmoidoskopi fleksibel dan kolonskopi untuk memeriksa apakah
ada massa/tumor atau tidak
• Anoskopi  menemukan hubungan abnormal pada saluran
cerna, tukak, wasir, dan tumor
• Foto polos perut untuk mendeteksi adanya pemadatan tinja atau
tinja keras yang menyumbat bahkan melubangi usus
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK CO NT I NU E. .
• NON-FARMAKOLOGI
 Konsumsi Cairan : 6-8 gelas sehari (2 liter cairan
perhari)
 Konsumsi Serat : 15-20 gram per hari
 Bowel Training (membuat jadwal BAB)
 Latihan jasmani
 Evaluasi penggunaan Obat
 Obat antidepresan, obat parkinson, obat yang
mengandung zat besi, antihipertensi dam antikolinergik
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK CO NT I NU E. .
• FARMAKOLOGI
 Pencahar pembentuk tinja (pencahar bulk/bulk
laxative
 Pelembut tinja (surfaktant laxative) : Docusate
 Pencahar stimulan (stimultan laxative) : Senna
 Pencahan Hiperosmolar : Gliserin
 Enema : huknah (sudah jarang digunakan)
KOMPPLIKASI
• Impaksi feses
• Volvulus daerah simoid
• Heamoroid
• Kanker kolon
• Penyakit divertikular
KO N S E P D A S A R
ASKEP LANSIA
DENGAN
KO N S T I PA S I
PENGKAJIAN
• Identitas klien
• Keluhan utama
Keluhan utama yang di dapat biasanya sulit mengeluarkan
feses saat BAB dan gangguan rasa nyeri saat BAB
• Riwayat Kesehatan Sekarang
Informasi tentang awitan dan durasi konstipasi, pola eliminasi
saat ini, Pasien harus ditanya tentang adanya tekanan rektal
atau rasa penuh, nyeri abdomen, mengejan berlebihan saat
defekasi, flatulens, atau diare encer. Kaji sudah kemana saja
klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan
mendapat pengobatan apa saja
PENGKAJIAN CO NT I NU E. .
• Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah lansia sering mengalami konstipasi dan penyakit
saluran pencernaan lainnya
• Riwayat Penyakit Keluarga
Diabetes melitus.
• Riwayat Spiritual
• Pola kebiasaan sehari-hari
 Pola makan
 Pola minum
 Pola eliminasi
 Aktivitas sehari-hari
PENGKAJIAN CO NT I NU E. .
• Pemeriksaan Fisik
Keadaan lansia Compos mentis dan lemah. Pada TTV sering
didapatkan Respirasi Rate, nadi dan tekanan darah
meningkat.
Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi dan benjolan, rambut
tampak beruban.
Sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis, pupil isokhor,
pergerakan bola mata simetris.
Hidung tampak simetris, tidak tampak ada cairan berlebih
Mukosa bibir kering, jumlah gigi berkurang atau ompong
PENGKAJIAN CO NT I NU E. .
Sistem Gastrointestinal
• Nafsu makan menurun, Perut membuncit atau datar saja,
Adanya massa pada salah satu sisi perut atau tidak simetrisnya
bentuk perut , Adanya distensi (pembengkakan) keluhan nyeri
perut, Auskultasi pada keempat kuadran bagian perut untuk
mendengarkan bising usus. Normal suara bising usus berkisar
5-35 x/menit,pada lansia yang mengalami konstipasi biasanya
bising usus tidak terdengar
• Pengkajian objektif mencakup inspeksi feses terhadap warna,
bau, konsistensi, ukuran, bentuk, dan komponen. Abdomen
diauskultasi terhadap adanya bising usus dan karakternya.
Distensi abdomen diperhatikan. Area peritonial diinspeksi
terhadap adanya hemoroid, fisura, dan iritasi kulit.
PENGKAJIAN CONTINUE..

Sistem Pernapasan • Sistem


Kardiovaskuler
Bentuk thorax simetris, tampak ada
retraksi intercostal pada lansia yang • Nadi meningkat, perkusi
kurus, taktil premitus merata di semua jantung terdengar pekak,
lapang paru, perkusi terdengar sonor, irama jantung terdengar
auskultasi terdengar vesicular kecuali regular kecuali pada
lansia yang menderita
pada lansia yang menderitan gangguan
penyakit jantung seperti
pernapasan seperti TB paru, PPOK,
gagal jantung kongestif
pneumonia.
(CHF).
PENGKAJIAN CONTINUE..

Sistem Integumen
• Sistem Urinaria

Biasanya didapat kulit tampak


keriput dan kering, turgor kulit >3 • Tidak ada keluhan
detik pada sistem urinaria
DIAGNOSA KEPERAWATAN
(P+E+S)
• Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas
traktur gastrointestinal, asupan serat tidak cukup,
asupan cairan tidak adekuat, dan kurang aktivitas fisik
ditandai dengan distensi abdomen, terdapat impaksi
feses.

• Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses


keras pada abdomen ditandai dengan klien tampak
gelisah, meringis
DIAGNOSA KEPERAWATAN CO NT I NU E. .
(P+E+S)
• Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat ditandai dengan
klien tidak nafsu makan, bising usus tidak terdengar

• Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang


informasi tentang pola diet yang sehat ditandai dengan
klien sering bertanya tentang penyakitnya
INTERVENSI KEPERAWATAN
• Perencanaan keperawatan sebaiknya memenuhi persyaratan berikut
ini (DeLauner dkk, 2002).

• Bersifat individual, bergantung pada kebutuhan dan kondisi klien.

• Bisa dikembangkan bersama-sama dengan klien, tenaga kesehatan


lain, atau orang yang ada di sekitar klien.

• Harus terdokumentasi.

• Berkelanjutan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Dx Kep NOC/Tujuan NIC/Rencana Kep

1.

2.

3.

4.

Dst.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
• Tindakan keperawatan gerontik adalah realisasi rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
• Pelaksanaan tindakan keperawatan diarahkan untuk
mengoptimalkan kondisi agar lansia mampu mandiri dan
produktif.
• Hal-hal yang harus diperhatikan:
Bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada lansia,
Teknik komunikasi,
Kemampuan dalam prosedur tindakan,
Pmahaman tentang hak-hak dari lansia,
Memahami tingkat perkembangan lansia. (Kholifah, 2016)
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus
mengetahui alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan.
Perawat harus yakin bahwa:
• Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
tindakan yang sudah direncanakan
• Dilakukan dengan cara yang tepat, serta sesuai dengan
kondisi klien
• Selalu dievaluasi apakah sudah efektif dan selalu
didokumentasikan menurut waktu
EVALUASI KEPERAWATAN
• Evaluasi keperawatan gerontik adalah penilaian keberhasilan
rencana dan pelaksanaan keperawatan gerontik untuk
memenuhi kebutuhan lansia. kegiatan yang harus dilakukan:
Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan,
Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang
diharapkan,
Mengukur pencapaian tujuan,
Mencatat keputusan atau hasil pencapaian tujuan,
Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana
keperawatan bila perlu
ANY QUESTION?

Anda mungkin juga menyukai