Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Disusun Oleh :

Nama : Davina Salsabila

Npm : F0G018014

Kelas : 3B

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Suriyati,S.ST.,M.Keb

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN 2020
A. PENGERTIAN MASA NIFAS
1. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira
6 minggu (Abdul Bari,2000). Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan  sampai alat-alat kandungan kembali seperti
pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu : 6 – 8 minggu minggu (Mochtar, 2001).
2. Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Wanita
yang melalui periode puerperium disebut puerpura.
3. Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian
yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi ( Saifuddin, 2006 ).
4. Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu
kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (Mitayani, 2009)
5. Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas
waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah
tidak keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas
(puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

B. ASUHAN MASA NIFAS


Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat
kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam
24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3
kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bbl
terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan dan asuhan pada ibu
dan bayi pada masa nifas dapat mencegah kematian dini.
Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode,
yaitu: (Mitayani, 2009)
1. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum
2. Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum
3. Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu
keenam postpartum

C. TUJUAN PERAWATAN MASA NIFAS


Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan
yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar
dari rumah sakit. Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan
perawatan bayi sehat.
4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul, 2000)

D. KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS


Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.

E. PERIODE MASA NIFAS


Nifas dibagi menjadi 3 periode
1. Peurperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan
2. Peurperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu
3. Remote peurperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi ( bisa dalam berminggu-minggu, berbulan-bulan dan bertahun-
tahun ).
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia intena maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhannya involusio. Perubahan-
perubahan yang lain yang penting yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi. 
Yang terakhir ini karena pengaruh hormon laktogenik dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar-kelenjar mamma.

F. PERUBAHAN MASA NIFAS


Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat
fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu :
1. Perubahan fisik
a. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya
alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga
mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
1) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena  adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar
menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih
tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai
keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh
darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu
mengalami beser kencing setelah melahirkan.
2) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot
setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah
yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk
mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna. Karena kontraksi dan
retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus yang
mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil.
3) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan
atropi pada jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi: 
a) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi   dan  retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah
melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan

Diameter Bekas
Berat
Involusi TFU Melekat Keadaan Cervix
Uterus
Plasenta
Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 Lembik
plasenta lahir Pertengahan 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2 jari
1 minggu pusat symphisis
Tak teraba 350 gr 5 cm Dapat dimasuki 1 jari
2 minggu
Sebesar hamil 2 50 gr 2,5 cm
6 minggu minggu

Normal 30 gr
8 minggu

b) Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas
implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena dilepaskan
dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru dibawah
permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan
juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l:
121)                
c) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh
darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak
diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus
mengecil lagi dalam masa nifas.
d) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat
dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 
1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena retraksi dari
cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang  sangat
diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang
normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak
kembali.

b. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)


Disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari pasca
persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila
terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham, 430)        
c. Lochea
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina
dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari
darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi
tidak busuk. Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan  jumlah dan
warnanya yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel
desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan
keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
1) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik
caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
2) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca
persalinan.
3) Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4 pasca
persalinan.
4) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
6) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.

d. Dinding perut dan peritonium


Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu
lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma
pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur
mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang  menjadi
retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan
kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M,
1998: 130)
e. Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah  untuk
mengakomodasi   penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan
pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan  diuresis
yang menyebabkan  volume plasma menurun secara cepat pada kondisi
normal. Keadaan ini terjadi pada  24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran.
Selama ini klien mengalami sering kencing. Penurunan progesteron
membantu  mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan
vaskularisasi jaringan selama kehamilan   (V Ruth B, 1996: 230).
f. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume
darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini
terjadi pada hari pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)
g. System Hormonal
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot
uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin
menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk
kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta
dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui
bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah
placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen,  progesteron dan hormon laktogen
placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis
pada ibu nifas.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula 
hipofise  anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang
produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan
pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui
kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan
ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior  untuk bereaksi
pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron
dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan
menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan
bersifat alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja
melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang
pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang
pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah
plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi. Lobus
prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran
air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh
rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini  menuju ke
hypofise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya. Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi
besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau
areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari puting susu. Air susu
ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %,
garam 0,1 – 0,2 %.  
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan.
Benyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta
makanan yang dikonsumsi ibu.( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 ).

h. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:  

Tabel perubahan Tanda-tanda Vital


parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik mmHg
dari tingkat disaat
persalinan 1 – 3 hari post
partum. Suhu > 380 C
Suhu tubuh < 38 0 C Denyut nadi: > 100 X /
Denyut nadi: 60-100 X / menit
menit
1) Vital Sign  sebelum kelahiran bayi :
Suhu  :
a) saat partus lebih 37,20C
b) sesudah partus naik + 0,50C
c) 12 jam pertama suhu kembali normal
Nadi :
a) 60 – 80 x/mnt
b) Segera setelah partus bradikardi
Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan
normal kembali dalam waktu 1 jam.

2) Vital sign setelah kelahiran anak :


a) Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C (100,40F)
disebabkan  oleh efek dehidrasi dari  persalinan.  Kerja otot yang
berlebihan selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita
keluar dari febris.
b) Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada
jam pertama. Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke
rata-rata sebelum hamil.
c) Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum persalinan.
d) Tekanan darah :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi
merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48
jam pertama.

2. Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi
dalam 3 tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa
ini terjadi  interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal
ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak memerlukan
hal-hal yang romantis, masing-masing saling memperhatikan bayinya
dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu
berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk
menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air
kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu
mengambil tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995:     ).
Sedangkan stres  emosional pada ibu nifas kadang-kadang  dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka
sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut
dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum
G. KOMPLIKASI
1. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL
selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)
2. Infeksi
a. Endometritis (radang edometrium)
b. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
c. Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
d. Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras
dan berbenjol-benjol)
e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ;  Jika tidak ada
pengobatan bisa terjadi abses)
f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan
dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
g. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik
38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada
tepi, pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab,
lukanya meluas)
3. Gangguan psikologis
a. Depresi post partum
b. Post partum Blues
c. Post partum Psikosa
4. Gangguan involusi uterus
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam post 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena
partum atonia uteri
2. Mendetaksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, Rujuk bila perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal
5. Membina hubungan antara ibu dan bayinya.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermia.
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan,
ia harus tinggal dengan ibu dan BBL untuk 2
jam pertama setelah kelahiran/ sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil
2 6 hari post 1. Memastikan involusi uteri berjalan normal:
partum uterus berkontraksi, fundus di bawah pusat,
tak ada perdarahan abnormal,  tak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan makanan,
cairan dan cukup istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari-hari
3 2 minggu post Sama seperti di atas ( 6 hari post partum)
partum
4 6 minggu post 1. Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-
partum penyulit yang dialami pada ibu maupun
pada bayinya.
2. Menberikan konseling untuk KB
H. PROGRAM PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN

TINDAKAN DISKRIPSI DAN KETERANGAN


1. Kebersihan diri 1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
Menganjurkan ibu tentang
bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air.
2. Sarabkan ibu untuk mengganti
pembalut atau kain pembalut
setidaknya 2 kali dalam sehari.
3. Sarankan ibu untuk mencuci tangan
dengan sabun dan air  sebelum dan
sesudah membersihkan daerah
kelaminnya.
4. Jika ibu mempunyai luka episiotomi
atau laserasi, sarankan kepada ibu
menghindari menyentuh daerah
luka.
2. Istirahat 1. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup
untuk mencegah kelelahan
berlebihan
2. Sarankan untuk kembali kegiatan-
kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta tidur siang
atau beristirahat saat bayinya tidur
3. Apabila kurang istirahat dapat
mempengaruhi: Jumlah produksi
ASI, memperlambat proses involusi
uterus dan memperbanyak
perdarahan,  menyebabkan depresi
dan ketidakmampuan merawat bayi
dan dirinya.

3. Latihan 1. Diskusikan tentang pentingnya


latihan beberapa menit setiap hari
akan sangat membantu. Dengan
tidur terlentang lengan di samping,
menarik otot perut selagi menarik
napas, tahan napas ke dalam dan
angkat dagu ke dada tahan satu
hitungan sampai 5, rileks dan ulangi
sampai 10 kali.
2. Untuk memperkuat tonus otot
vagina dengan latihan Kegel.
3. Berdiri dengan tungkai dirapatkan,
kencangkan  otot-otot pantat dan
pinggul tahan sampai hitungan 5,
kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
4. Gizi 1. Ibu menyusui harus:
2. Mengkonsumsi tambahan kalori tiap
hari
3. Diit berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral dan vit yang cukup.
4. Minum sedikitnya 3 liter / hari
5. Tablet zat besi setidaknya selama 40
hari post partum
6. Kapsul vitamin A (200.000 Ui) agar
bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI.
5. Perawatan Payudara 1. Menjaga payudara tetap bersih dan
kering
2. Memakai BH yang benar-benar
menyokong  buah dada, tidak boleh
terlalu ketat atau kendor.
3. Apabila putting susu lecet oleskan
colostrom atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali
menyusui.
4. Apabila lecet lebih parah dapat
diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan
dengan memakai sendok.
5. Untuk menghilangkan nyeri minum
Paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6
jam.
6. Apabila payudara bengkak lakukan:
a. Kompres payudara dengan
kain basah dan hangat kira-
kira  5 menit
b. Urut payudara ( seperti 
Breast Care).
c. Keluarkan ASI sebagian di
bagian depan payudara
d. Susukan bayi setiap 2 – 3
jam sekal
e. Letakkan kain dingin pada
payudara setelah menyusui.
f. Payudara dikeringkan.
6. Hubungan perkawinan atau 1. Secara fisik aman untuk melakukan
Rumah Tangga hubungan seksual begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat
menilai dengan memasukkan 1 – 2
jarinya ke dalam vagina tanpa  rasa
nyeri
2. Tetapi ada tradisi dan aturan agama
tertentu baru boleh  melakukan
hubungan seksual setelah 40  hari.
7. Keluarga Berencana 1. KB dilakukan sebelum haid pertama
setelah persalinan. Penjelasan
tentang KB adalah sebagai berikut:
2. Bagaimana metode KB dapat
mencegah kehamilan dan
efektifitasnya.
3. Kelebihan dan keuntungan KB
4. Efek samping
5. Bagaimana memakai metode yang
benar
6. Kapan metode itu dapat dimulai
dipakai untuk wanita post partum.

I. TINDAKAN PADA BAYI PERSALINAN NORMAL

TINDAKAN DISKRIPSI DAN KETERANGAN


1. Kebersihan 1. Basuh bayi dengan kain/ busa setiap hari
2. Bayi yang baru lahir tidak boleh dimandikan sepenuhnya 
sampai tali pusatnya kering dan  pangkalnya telah sembuh.
3. Setiap kali bayi BAB atau BAK  bersihkan bagian perianal
dengan air dan sabun serta kering dengan baik.

2. Menyusui 1. Menyusui dilakukan dalam 2 jam pertama


2. Bayi disusui ASI selama 4 bulan.
3. ASI merupakan makanan yang terbaik bagi bayi.
3. Tidur Baringkan bayi ke samping atau terlentang ( jangan pakai bantal).

4. Ujung Tali 1. Ujung talu pusat dijaga bersih dan kering.


Pusat 2. Mencuci sekitar tali pusat setiap hari
3. Mengompres alkohol 70%  1-2 kali sehari.
4. Bila  telah pulang di rumah, anjurkan agar ibu melaporkan ke
petugas kesehatan bila tali pusat berbau, ada kemerahan di
sekitarnya atau mengeluarkan cairan.
5. Imunisasi Dalam waktu 1 minggu pertama berikan imunisasi BCG, vaksin Polio
oral dan Hepatitis B.

J. PERAWATAN MASA NIFAS


Setelah melahirkan, ibu membutuhkan  perawatan yang intensif untuk
pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan.
Dimana perawatan post partum meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk
mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua
diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima
sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas memiliki variasi tergantung
pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran
lochia, mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan,
melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan
kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme.( Manuaba, 1998: 193)
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibu
lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga
kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.( Manuaba, 1998: 193)
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain
adalah  kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
a. Fisik                   : tekanan darah, nadi dan suhu
b. Fundus uteri       :  tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
c. Payudara           :  puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
d. Patrun lochia     : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa,
lochia      alba
e. Luka jahitan episiotomi  : Apakah baik atau terbuka, apakah ada tanda-
tanda infeksi.
5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada
pemulihan kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus
mengandung gizi seimbang yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran
dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara
tidak tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena
tidak akan mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang
menyerap, sehingga lochia tidak menimbulkan iritasi pada daerah
sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang setiap saat terasa penuh
dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air besar.
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan
tujuan untuk mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum
maupun didalam uterus. Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore
hari sebelum mandi, sesudah buang air kemih atau buang air besar dan
bila klien merasa tidak nyaman karena lochia berbau atau ada keluhan
rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan
dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah
atau setelah BAB atau BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka
bisa diberi betadin

d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8
jam post partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter
uretra mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi
musculus spincter ani selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan
wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan kateterisasi.( Persis H, 1995:
288)
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila
belum terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat
laksans per oral atau perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.
( Persis H,1995: 288)
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya
puting susu lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk
menyusui bayinya. Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya
karena sangat berguna untuk kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu
sebaiknya menyusui bayinya karena dapat membantu proses involusi
serta colostrum  mengandung zat antibody yang berguna untuk
kekebalan tubuh bayi. ( Mac. Donald, 1991: 430)
g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit
diperhitungkan dan bersifat indifidu. Sebagian besar kembalinya
menstruasi  setelah 4-6 bulan.
h. Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil
cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin
dan 2 bulan setelah melahirkan.

i. Mempersiapkan untuk Metode KB


Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk
membicarakan metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan
kehamilan. Oleh karena itu penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum
haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan baru. Pada umumnya
metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah melahirkan.

K. PENATALAKSANAAN
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada
penatalaksanaan khusus. Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang
melahirkan dengan penyulit, terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan
pemberian anti biotic dan obat-obat roboransia seperti suplemen vitamin,
demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya diberikan untuk tindakan
profolatif, misalnya vit K untuk mencegah perdarahan, anti biotic untuk
mencegah infeksi.

Pemeriksaan Diagnostik Hasil:


1. Kondisi uterus: palpasi fundus, 1. Kontraksi miometrium, tingkat
kontraksi, TFU. involusi uteri
2. Jumlah perdarahan: inspeksi 2. Bentuk insisi, edema.
perineum, laserasi, hematoma. 3. Rubra, serosa dan alba
3. Pengeluaran lochea. 4. Hematuri, proteinuria, acetonuria
4. Kandung kemih: distensi 5. 24 jam pertama ³ 380C.
bladder. Kompensasi kardiovaskuler TD
5. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam sistolik menurun 20 mmHg.
pertama setelah partus, TD dan Bradikardi: 50-70 x/mnt.
Nadi terhadap penyimpangan
cardiovaskuler.

Diagnosa Keperawatan:

1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran
kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet
yang tidak seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi;
involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
7. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
8. Resiko gangguan proses parenting b/d kurangnya pengetahuan tentang cara
merawat bayi.
9. Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan
persalinan

RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
Nyeri akut NOC : Pain Management 1. Mengetahui
b/d agen 1. Pain Level, tingkat
1. Lakukan
injuri fisik 2. Pain control, pengalaman
pengkajian
(peregangan 3. Comfort level nyeri klien dan
nyeri secara
perineum; Setelah tindakan
komprehensif
luka dilakukan askep keperawatan
termasuk lokasi,
episiotomi; selama …x 24 yang akan
involusi jam, diharapkan dilakukan untuk
karakteristik,
uteri; nyeri berkurang mengurangi
durasi,
hemoroid; nyeri
frekuensi,
pembengkaka Kriteria Hasil : 2. Reaksi terhadap
kualitas dan
n payudara). 1. Mampu mengontrol nyeri biasanya
faktor
nyeri(tahu penyebab ditunjukkan
presipitasi
nyeri,mampu dengan reaksi
(PQRST)
menggunakan non verbal tanpa
2. Observasi
tehnik disengaja.
reaksi
nonfarmakologi 3. Mengetahui
nonverbal dari
untuk mengurangi pengalaman
ketidaknyamana
nyeri,mencari nyeri
n
bantuan) 4. Penanganan
3. Gunakan teknik
2. Melaporkan bahwa nyeri tidak
komunikasi
nyeri berkurang selamanya
terapeutik untuk
dengan diberikan obat.
mengetahui
menggunakan Nafas dalam
pengalaman
manajemen nyeri dapat membantu
nyeri pasien
3. Mampu mengenali mengurangi
4. Ajarkan tentang
nyeri (skala, tingkat nyeri
teknik non
intensitas, frekuensi 5. Mengetahui
farmakologi
dan tanda nyeri) keefektifan
5. Evaluasi
4. Menyatakan rasa control nyeri
keefektifan
nyaman setelah 6. Mengurangi rasa
kontrol nyeri
nyeri berkurang nyeri
6. Motivasi untuk
5. Tanda vital dalam Menentukan
meningkatkan
rentang normal intervensi
asupan nutrisi
TD : 120-140 /80 – keperawatan
yang bergizi.
90 mmHg 7. Tingkatkan sesuai skala
RR : 16 – 24 x/mnt istirahat nyeri.
N   : 80- 100 x mnt 8. Latih mobilisasi 7. Mengidentifikasi
T    : 36,5o C – miring kanan penyimpangan
37,5 o C miring kiri jika dan kemajuan
kondisi klien berdasarkan
mulai membaik involusi uteri.
9. Kaji kontraksi 8. Mengurangi
uterus, proses ketegangan pada
involusi uteri. luka perineum.
10. Anjurkan 9. Melatih ibu
pasien untuk mengurangi
membasahi bendungan ASI
perineum dan
dengan air memperlancar
hangat sebelum pengeluaran ASI.
berkemih. 10. Mencegah
11. Anjurkan infeksi dan
dan latih pasien kontrol nyeri
cara merawat pada luka
payudara secara perineum.
teratur. 11. Mengurangi
12. Jelaskan intensitas nyeri
pada ibu tetang denagn menekan
teknik merawat rangsnag nyeri
luka perineum pada nosiseptor.
dan mengganti
PAD secara
teratur setiap 3
kali sehari atau
setiap kali
lochea keluar
banyak.
13. Kolaborasi
dokter tentang
pemberian
analgesic

Resiko defisit 1. Fluid balance Fluid management 1. Mengidentifikas


volume 2. Hydration 1. Obs Tanda- i penyimpangan
cairan b/d Setelah tanda vital indikasi
pengeluaran dilakukan askep setiap 4 jam. kemajuan atau
yang selama …x 24 2. Obs Warna penyimpangan
berlebihan; jam, Pasien urine. dari hasil yang
perdarahan; dapat 3. Status umum diharapkan.
diuresis; mendemostrasik setiap 8 jam. 2. Memenuhi
keringat an status cairan 4. Pertahankan kebutuhan
berlebihan. membaik. catatan intake cairan tubuh
Kriteria dan output yang klien
evaluasi: akurat 3. Menjaga status
tak ada 5. Monitor status balance cairan
manifestasi hidrasi klien
dehidrasi, resolusi ( kelembaban 4. Memenuhi
oedema, haluaran membran kebutuhan
urine di atas 30 mukosa, nadi cairan tubuh
ml/jam, kulit adekuat, klien
kenyal/turgor kulit tekanan darah 5. Memenuhi
baik. ortostatik ), jika kebutuhan
diperlukan cairan tubuh
6.  Monitor klien
masukan 6.  Temuan-
makanan / temuan ini
cairan dan menandakan
hitung intake hipovolemia
kalori harian dan perlunya
7. Lakukan terapi peningkatan
IV cairan.
8. Berikan cairan 7. Mencegah
9. Dorong pasien jatuh ke
masukan oral dalam kondisi
10. Beritahu kelebihan
dokter bila: cairan yang
haluaran urine < beresiko
30 ml/jam, haus, terjadinya
takikardia, oedem paru.
gelisah, TD di 8. Mengidentifikas
bawah rentang i keseimbangan
normal, urine cairan pasien
gelap atau encer secara adekuat
gelap. dan teratur.
11. Konsultasi
dokter bila
manifestasi
kelebihan cairan
terjadi.
12. Pantau:
cairan masuk
dan cairan
keluar setiap 8
jam.
Perubahan Setelah dilakukan 1.Kaji haluaran 1. Mengidentifikasi
pola askep selama …x 24 urine, keluhan penyimpangan
eleminasi jam, Pola eleminasi serta keteraturan dalam pola
BAK (BAK) pasien teratur. pola berkemih. berkemih pasien.
(disuria) b/d Kriteria hasil: eleminasi 2.Anjurkan pasien 2. Ambulasi dini
trauma BAK lancar, disuria melakukan memberikan
perineum dan tidak ada, bladder ambulasi dini. rangsangan untuk
saluran kosong, keluhan 3.Anjurkan pasien pengeluaran urine
kemih. kencing tidak ada. untuk dan pengosongan
membasahi bladder.
perineum 3. Membasahi
dengan air bladder dengan
hangat sebelum air hangat dapat
berkemih. mengurangi
4.Anjurkan pasien ketegangan akibat
untuk berkemih adanya luka pada
secara teratur. bladder.
5.Anjurkan pasien 4. Menerapkan pola
untuk minum berkemih secara
2500-3000 teratur akan
ml/24 jam melatih
6.Kolaborasi untuk pengosongan
melakukan bladder secara
kateterisasi bila teratur.
pasien kesulitan 5. Minum banyak
berkemih. mempercepat
filtrasi pada
glomerolus dan
mempercepat
pengeluaran
urine.
6. Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran urine
untuk mencegah
stasis urine.
Perubahan Setelah dilakukan 1. Kaji pola 1. Mengidentifikasi
pola askep selama …x 24 BAB, penyimpangan
eleminasi jam, Pola eleminasi kesulitan serta kemajuan
BAB (BAB) teratur. BAB, warna, dalam pola
(konstipasi) Kriteria hasil: pola bau, eleminasi
b/d eleminasi teratur, feses konsistensi (BAB).
kurangnya lunak dan warna khas dan jumlah. 2. Ambulasi dini
mobilisasi; feses, bau khas feses, 2. Anjurkan merangsang
diet yang tidak ada kesulitan ambulasi dini. pengosongan
tidak BAB, tidak ada feses 3. Anjurkan rektum secara
seimbang; bercampur darah dan pasien untuk lebih cepat.
trauma lendir, konstipasi tidak minum banyak 3. Cairan dalam
persalinan. ada. 2500-3000 jumlah cukup
ml/24 jam. mencegah
4. Kaji bising terjadinya
usus setiap 8 penyerapan
jam. cairan dalam
5. Pantau berat rektum yang
badan setiap dapat
hari. menyebabkan
6. Anjurkan feses menjadi
pasien makan keras.
banyak serat 4. Bising usus
seperti buah- mengidentifikasi
buahan dan kan pencernaan
sayur-sayuran dalam kondisi
hijau. baik.
5. Mengidentifiakis
adanya
penurunan BB
secara dini.
6. Meningkatkan
pengosongan
feses dalam
rektum.
Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji toleransi 1. Parameter
pemenuhan askep selama …x 24 pasien terhadap menunjukkan
ADL b/d jam, ADL dan aktifitas respon fisiologis
immobilisasi; kebutuhan beraktifitas menggunakan pasien terhadap
kelemahan. pasien terpenuhi secara parameter stres aktifitas dan
adekuat. berikut: nadi indikator derajat
Kriteria hasil: 20/mnt di atas penagruh
-   Menunjukkan frek nadi kelebihan kerja
peningkatan dalam istirahat, catat jnatung.
beraktifitas. peningaktan 2. Menurunkan kerja
-   Kelemahan dan TD, dispnea, miokard/komsum
kelelahan berkurang. nyeri dada, si oksigen ,
-   Kebutuhan ADL kelelahan berat, menurunkan
terpenuhi secara kelemahan, resiko komplikasi.
mandiri atau dengan berkeringat, 3. Stabilitas
bantuan. pusing atau fisiologis pada
-   frekuensi pinsan. istirahat penting
jantung/irama dan Td 2. Tingkatkan untuk
dalam batas normal. istirahat, batasi menunjukkan
-   kulit hangat, merah aktifitas pada tingkat aktifitas
muda dan kering dasar individu.
nyeri/respon 4. Komsumsi
hemodinamik, oksigen miokardia
berikan aktifitas selama berbagai
senggang yang aktifitas dapat
tidak berat. meningkatkan
3. Kaji kesiapan jumlah oksigen
untuk yang ada.
meningkatkan Kemajuan
aktifitas contoh: aktifitas bertahap
penurunan mencegah
kelemahan/kelel peningkatan tiba-
ahan, TD tiba pada kerja
stabil/frek nadi, jantung.
peningaktan 5. Teknik
perhatian pada penghematan
aktifitas dan energi
perawatan diri. menurunkan
4. Dorong penggunaan
memajukan energi dan
aktifitas/toleran membantu
si perawatan keseimbangan
diri. suplai dan
5. Anjurkan kebutuhan
keluarga untuk oksigen.
membantu 6. Aktifitas yang
pemenuhan maju memberikan
kebutuhan ADL kontrol jantung,
pasien. meningaktkan
6. Jelaskan pola regangan dan
peningkatan mencegah
bertahap dari aktifitas
aktifitas, berlebihan.
contoh: posisi
duduk ditempat
tidur bila tidak
pusing dan tidak
ada nyeri,
bangun dari
tempat tidur,
belajar berdiri
dst.

Resiko Setelah dilakukan 1. Pantau: vital 1. Mengidentifikas


infeksi b/d askep selama …x 24 sign, tanda i penyimpangan
trauma jalan jam, Infeksi tidak infeksi. dan kemajuan
lahir. terjadi. 2. Kaji sesuai intervensi
Kriteria hasil: tanda pengeluaran yang dilakukan.
infeksi tidak ada, luka lochea, warna, 2. Mengidentifikas
episiotomi kering dan bau dan jumlah. i kelainan
bersih, takut berkemih 3. Kaji luka pengeluaran
dan BAB tidak ada. perineum, lochea secara
keadaan jahitan. dini.
4. Anjurkan pasien 3. Keadaan luka
membasuh perineum
vulva setiap berdekatan
habis berkemih dengan daerah
dengan cara basah
yang benar dan mengakibatkan
mengganti PAD kecenderunagn
setiap 3 kali luka untuk
perhari atau selalu kotor dan
setiap kali mudah terkena
pengeluaran infeksi.
lochea banyak. 4. Mencegah
5. Pertahnakan infeksi secara
teknik septik dini.
aseptik dalam 5. Mencegah
merawat pasien kontaminasi
(merawat luka silang terhadap
perineum, infeksi.
merawat
payudara,
merawat bayi).
Resiko Setelah dilakukan 1. Beri 1. Meningkatkan
gangguan askep selama …x 24 kesempatan ibu kemandirian ibu
proses jam, Gangguan proses untuk dalam perawatan
parenting b/d parenting tidak ada. melakuakn bayi.
kurangnya Kriteria hasil: ibu dapat perawatan bayi 2. Keterlibatan
pengetahuan merawat bayi secara secara mandiri. bapak/suami
tentang cara mandiri (memandikan, 2. Libatkan suami dalam perawatan
merawat menyusui). dalam bayi akan
bayi. perawatan bayi. membantu
3. Latih ibu untuk meningkatkan
perawatan keterikatan batih
payudara secara ibu dengan bayi.
mandiri dan 3. Perawatan
teratur. payudara secara
4. Motivasi ibu teratur akan
untuk mempertahanka
meningkatkan n produksi ASI
intake cairan secara kontinyu
dan diet TKTP. sehingga
5. Lakukan rawat kebutuhan bayi
gabung sesegera akan ASI
mungkin bila tercukupi.
tidak terdapat 4. Mneingkatkan
komplikasi pada produksi ASI.
ibu atau bayi. 5. Meningkatkan
hubungan ibu
dan bayi sedini
mungkin.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII,

Philadelphia, Lippincot Company, USA

Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America:

Mosby.

Mitayani. 2012. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai