031/FORM/STD.PEND-3/2019
PRODI D3 KEPERAWATAN
MAKASSAR JURUSAN
KEPERAWATAN POLTEKKES
KEMENKES
MAKASSAR
2021
HALAMAN
PENGESAHAN MODUL
PRAKTIKUM
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III
NO.DOKUMEN :
Revisi : 01
Tanggal : 25 Februari 2021
Dikaji Ulang Oleh : Ketua Program Studi D3 Keperawatan Makassar
Dikendalikan Oleh : Unit Penjaminan Mutu Poltekkes Kemenkes Makassar
Disetujui Oleh : Ketua Jurusan Keperawatan Makassar
No. Dokumen : Tanggal : 25 Februari 2021
Nama Muhammad Ardi Nama Hj. Hartati, S.Pd., Nama Hj. Harliani, SKp., M.Kes
S.Kep.Ns., M.Kes
NIP 197906052005011004 NIP 196212311988032010 NIP 196504121988032002
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan modul praktikum laboratorium Keperawatan
Medikal Bedah III yang diajarkan pada semester VI Prodi D3 Keperawatan Poltekkes
Makassar. Modul praktikum laboratorium KMB III disusun sebagai pedoman bagi
dosen, instruktur dan mahasiswa dalam melakukan praktikum laboratorium
Keperawatan Medikal Bedah III.
Kami ucapkan terima kasih kepada seluruh TIM KMB III dan semua pihak yang telah
mendukung terselesaikannya penyusunan modul ini. Saran dan kritik yang bersifat
konstruktif sangat diharapkan demi kesempurnaan modul ini. Selamat menggunakan
modul ini dan semoga dapat menambah wawasan keilmuan pembaca dalam
memberikan asuhan keperawatan medikal bedah
Penulis
TATA TERTIB
1
c. Kesejahteraan Psikologis
Pasien paliatif sering mengalami masalah psikologis. Penting untuk mengkaji
tentang emosi dan psikologis. Mulailah dengan pertanyaan terbuka untuk
mengidentifikasi masalah apapun. Adakah yang menghkhawatirkanmu? Disertai
dengan pertimbangan suasana hati dan minat, adaptasi terhadap penyakit,
sumber daya dan kekuatan, nyeri yang tidak terkontrol serta penyakit mental
yang sudah ada sebelumnya.
d. Kesejahteraan spiritual
Seseorang memiliki pemahaman yang berbeda tentang kata spiritual dan
bagaiman pengaruhnya terhadap kehidupan. Diperlukan pertanyaan
pendahuluan untuk mengingatkan individu tentang perubahan fokus dari klinis,
mis. Bagaimanakah penyakit ini berdampak pada hidup Anda? Berikut ini adalah
pendekatan yang disarankan saat pengkajian:
Apakah yang memberi harapan (kekuatan, kedamaian) pada saat sakit?
Apakah saudara merupakan anggota dari suatu komutas spiritual? Apakah
hal itu membantu?
Apakah aspek kepercayaan spiritual yang bermanfaat atau bermakna secara
pribadi?
Bagaimana keyakinan saudara mempengaruhi jenis perawatan yang akan
didapatkan beberapa hari/minggu/bulan kedepan?
4. Alat dan Bahan
a. Format pengkajian keperawatan paliatif
b. Nursing kit untuk pemeriksaan fisik
5. Pelaksanaan Praktikum
a. Mahasiswa melakukan penelusuran literature tentang format pengkajian
keperawatan paliatif.
b. Melakukan pengkajian menggunakan format pengkajian
c. Mendokumentasikan hasil pengkajian
d. Menentukan diagnosis keperawatan berdasarkan data yang dikumpulkan
e. Membuat rencana perawatan
6. Penilaian
Lembar observasi
7. Latihan
a. Mahasiswa berpasangan melakukan pengkajian perawatan paliatif (1 orang
berperan sebagai perawat, 1 orang berperan sebagai pasien)
b. Tuliskan hasil pengkajian sesuai dengan hasil yang didapat
c. Identifikasi data subyektif dan data objektif
d. Tentukan diagnosis keperawatan berdasarkan data yang dikumpulkan
e. Buat rencana perawatan
8. Tugas
a. Lakukan pengkajian menggunakan pengkajian perawatan paliatif di keluarga atau
lingkungan saudara!
b. Tentukan Diagnosis keperawatan prioritas berdasarkan hasil pengkajian.
9. Daftar Pustaka
The National Clinical Programme for Palliative Care, HSE Clinical Strategy and
Programmes Division. (2016). Palliative Care Needs Assessment Guidance
National Clinical Programme for Palliative Care, Clinical Strategy and
Programmes Division.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnosis. Jakarta : PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN MULTISISTEM AKIBAT KANKER
Pertemuan Ke-2
Pengkajian Quality of
Life
4
Lembar observasi
5
7. Latihan
1. Mahasiswa berpasangan melakukan pengkajian QoL (1 orang berperan sebagai
perawat, 1 orang berperan sebagai pasien)
2. Tuliskan hasil pengkajian sesuai dengan hasil yang didapat
3. Identifikasi data yang diperoleh
4. Tentukan diagnosis keperawatan berdasarkan data yang dikumpulkan
5. Buat rencana perawatan
8. Tugas
1. Lakukan pengkajian menggunakan pengkajian QoL di keluarga atau lingkungan
saudara!
2. Tentukan Diagnosis keperawatan berdasarkan data yang diperoleh !
9. Daftar Pustaka
1. WHO (2019). WHOQOL: Measuring Quality of Life. February 02, 2019.
https://www.who.int/healthinfo/survey/whoqol-qualityoflife/en/
2. Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : PPNI
3. Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Definisi dan Indikator Diagnosis. Jakarta : PPNI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN MULTISISTEM AKIBAT KANKER
Pertemuan Ke-3
Pengkajian Nyeri, Dyspnea, Delirium dan Fatigue
Dilengkapi oleh :
N = Nurse, D = Doctor, F = Family, P = Patient
Instrumen pengkajian lain :
a. Nyeri
Pengkajian nyeri universal ditujukan untuk membantu penyedia layanan kesehatan
menilai nyeri berdasarkan kebutuhan pasien. Jelaskan dan gunakan skala 0-10
untuk menilai pasien secara pribadi. Gunakan pengamatan wajah untuk interpretasi
nyeri yang diekspresikan saat pasien tidak dapat menginterpretasikan intensitas
nyeri.
Sumber: MacLeod R. (2014). Assessment Tools Palliative Care Bridge. Sydney :
HammondCare
Pengkajian nyeri pada pasien yang tidak bisa bicara menggunakan Abbey Pain
Scale.
Lakukan observasi dan beri skor pada pertanyaan 1 sampai
6. Q1 Vokalisasi
Misalnya : merintih, mengeluh, menangis Q1
Tidak ada 0, Ringan 1, Sedang 2, Berat 3.
Q2 Ekspresi wajah
Misalnya : tegang, meringis tampak ketakutan Q2
Tidak ada 0, Ringan 1, Sedang 2, Berat 3.
Q3 Perubahan Bahasa tubuh
Misalnya : gelisah, goyang, menjaga bagian tubuh, withdrawn Q3
Tidak ada 0, Ringan 1, Sedang 2, Berat 3.
Q4 Perubahan perilaku
Misalnya : kebingungan meningkat, menolak makan, Q4
perubahan pola yang tidak biasa
Tidak ada 0, Ringan 1, Sedang 2, Berat 3.
Q5 Perubahan fisiologis
Misalnya : suhu, denyut nadi atau tekanan darah di luar batas Q5
normal, berkeringat, memerah atau pucat
Tidak ada 0, Ringan 1, Sedang 2, Berat 3.
Q6 Perubahan fisik
Misalnya : luka di kulit, area tekanan, arthritis, kontraktur, Q6
cedera sebelumnya
c. Delirium
Delirium Observasional Scale (DOS) adalah skala observasi verbal dan perilaku
non verbal terdiri dari 13-item. Observasi bisa dilakukan selama perawatan. Untuk
mengoptimalkan penilaian delirium, observasi per shift sangat penting.
Rating :
Tidak pernah : selama kontak dengan pasien saat shift, perilaku yang dijelaskan
tidak ada saat observasi (lingkari nomor sesuai dalam kolom)
Kadang-kadang/selalu : Selama kontak dengan pasiensaat shift, perilaku yang
dijelaskan itu diamati sekali, atau beberapa kali atau bahkan sepanjang waktu
(lingkari nomor sesuai dalam kolom)
Tidak bisa : Selama kontak dengan pasiensaat shift , perilaku yang dijelaskan
tidak diamati karena pasien tertidur atau tidak memberikan respon verbal ATAU si
pemberi penilaian tidak kompeten untuk mengamati ada atau tidaknya perilaku
(Lingkari tanda - )
Tidak pernah
Tidak pernah
Shift Pagi Sore Malam
Total
Kadang-kadang-
pernah
Tidak bisa
Tidak bisa
Tidak bisa
Kadang-kadang-
Kadang-kadang-
Skor
selalu
selalu
selalu
Observasi pasien hari
Tidak
ini 0-
39
Catatan :
Skor <3 : Tidak delirium
Skor ≥3 : Mungkin Delirium
Tuliskan hasil pengkajian sesuai dengan hasil yang didapat
8. Tugas
1. Gunakan salah satu format pengkajian untuk menilai gejala yang ada di keluarga
atau lingkungan saudara!
2. Tentukan Diagnosis keperawatan yang terkait berdasarkan hasil pengkajian.
3. Tuliskan salah satu tindakan yang sesuai untuk mengurangi gejala!
9. Daftar Pustaka
1. Glaetzer K, Quinn K, Boughey M, Hudson P. (2011). Palliative Care Nurse
Practitioner Symptom Assessment Guide. Centre for Palliative Care, St Vincent’s
Hospital Melbourne: Melbourne, Australia
2. MacLeod R. (2014). Assessment Tools Palliative Care Bridge. Sydney :
HammondCare
3. Schuurmans MJ, Shortridge-Baggett LM, Duursma SA. The Delirium Observation
Screening Scale: a screening instrument for delirium. Res Theory Nurs Pract
2003;17(1):31-50
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN MULTISISTEM
AKIBAT KETIDAKSEIMBANGAN ASAM BASA
Pertemuan Ke-4
Pengkajian Nyeri, Dyspnea, Delirium dan Fatigue
13
ion hidrogen. Protein hemoglobin dalam sel darah merah dan protein dalam
sel-sel tubuh yang lain merupakan basa-basa tubuh yang paling penting.
Basa kuat adalah basa yang bereaksi secara cepat dan kuat dengan H+.
Oleh karena itu dengan cepat menghilangkannya dari larutan. Contoh yang
khas adalah OH-, yang bereaksi dengan H+ untuk membentuk air ( H2O ).
Basa lemah yang khas adalah HCO 3- karena HCO 3- berikatan dengan H+
secara jauh lebih lemah daripada OH-. Kebanyakan asam dan basa dalam
cairan ekstraseluler yang berhubungan dengan pengaturan asam basa
normal adalah asam dan basa lemah.
Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion
hydrogen yang diproduksi setara dengan konsentrasi ion hydrogen yang
dikeluarkan oleh sel. Pada proses kehidupan keseimbangan asam pada
tingkat molecular umumnya berhubungan dengan asam lemah dan basa
lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H + atau ion OH- yang sangat
rendah.
Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hydrogen.
Walaupun produksi akan terus menghasilkan ion hydrogen dalam jumlah
sangat banyak, ternyata konsentrasi ion hydrogen dipertahankan pada kadar
rendah pH 7,4.
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35
hingga 7.45. Tubuh manusia mampu mempertahan keseimbangan asam
dan basa agar proses metabolisme dan fungsi organ dapat berjalan optimal.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur oleh dua sistem
organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2)
dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.
Beberapa prinsip yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah:
1. Istilah asidosis mengacu pada kondisi pH < 7.35 sedangkan alkalosis bila
pH > 7.45
2. CO2 (karbondioksida) adalah gas dalam darah yang berperan sebagai
komponen asam. CO2 juga merupakan komponen respiratorik. Nilai
normalnya adalah 40 mmHg.
3. HCO3 (bikarbonat) berperan sebagai komponen basa dan disebut juga
sebagai komponen metabolik. Nilai normalnya adalah 24 mEq/L.
4. Asidosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen asam atau
berkurangnya jumlah komponen basa.
5. Alkalosis berarti terjadi peningkatan jumlah komponen basa atau
berkurangnya jumlah komponen asam
6. Alat dan Bahan
1. Scenario Kasus
2. Pedoman/hand out materi
3. Alat tulis menulis : kertas, pulpen
7. Pelaksanaan Praktikum
1. Mahasiswa dibagi dalam 4 kelompok
2. Masing-masing kelompok menempati station yang telah ditentukan
3. Tiap kelompok membaca dengan teliti scenario kasus di tiap station dan
mendiskusikan dalam kelompok masing-masing scenario terkait
interpretasi hasil analysis gas darah arteri
4. Tuliskan hasil interpretasi hasil analysis gas darah arteri pada lembar
kertas yang telah disiapkan, sesuai diskusi kelompok
5. Tentukan diagnosis keperawatan berdasarkan kasus
6. Buat rencanaperawatan yang sesuai dengan kasus
4. Penilaian
Lembar observasi
5. Latihan
SKENARIO
KASUS 1 :
Tn B, seorang pasien laki-laki dengan diagnosis sirosis hepatis, akan
menjalani laparotomi eksplorasi. Pasien tersebut sebelumnya telah
mendapatkan resusitasi cairan normal saline. Hasil pemeriksaan laboratorium
dan analisa gas darah menunjukan :
KASUS 2 :
Tuan Simun 45th sebagai nelayan setiap melaut tidak berjaket, sejak 5 hari
terakhir ini setiap ke laut terasa mual dan muntah dua kali sehari. Oleh
keluarganya dikerik dan diberi obat mag tetapi rasa mual dan muntah masih
terjadi bahkan nafas menjadi jarang dan denyut nadinya pelan. Keluarganya
membawa ke Pusat Kesehatan Masyarakat oleh dokter yang bertugas Tuan
Simun menderita gangguan keseimbangan elektrolit,asam-basa,dan
hipotensi. Hasil analisa Lab darah : Na 176 mEq/L; Cl 105 mEq/L; K 5 mEq/L;
Mg²⁺ 1,25 mEq/L; Ca²⁺ 2,5 mEq/L;(10mg/dL; glukosa 6,1 mEq/L; SO4²⁺ 0,4
mEq/L; Laktat 1,5 mEq/L; HCO3ˉ 22 ; H2CO3 1,0 : PCO2 47 mmHg
Hasil pemeriksaan fisik : Tekanan darah 95/55 mmHg, pulse 55/menit
KASUS 3 :
Tn R 34 thn, BB 65 kg, dirawat di ruang perawatan luka bakar dengan
masalah Sepsis pasca luka bakar Body Surface Area (BSA) 40% (1 minggu).
Hasil pemeriksaan fisik : Nafas cepat, febris disertai Penurunan kesadaran.
Hasil Analisis Gas Darah didapatkan pH 7,2; PCO 2 30 mmHg; PO2 80 mmHg
dan BE – 2; SaO2: 92%
KASUS 4 :
Seorang pengungsi, Tn. Z laki-laki 30 tahun terdampar di pulau kosong.
Selama dalam pengungsian ia tidak makan dan minum selama 1 hari. Pada
pagi hari berikutnya ia merasa pusing, haus, lemas, dan berkeringat dingin.
Pada siang harinya, ia ditemukan oleh seorang nelayan dan dibawa ke
Rumah Sakit Umum Daerah terdekat. Dokter melakukan pemeriksaan
denganmenggunakan stetoskop dan tensimeter serta pemeriksaan
laboratorium, dinyatakan bahwa Tn. Z mengalami gangguan keseimbangan
cairan, mineral, dan asam-basa. Setelah diberi air manis dan makanan,
keluhan Tn. Z mulai berangsur berkurang. Setelah istirahat selama beberapa
jam dan minum air putih yang cukup, ia kelihatan lebih segar. Hasil
pemeriksaanTekanan darah 100/70 mmHg, frekuensi 120x/menit, frekuensi
nafas 20x/menit, suhu 36.5oC. Analisa laboratorium darah Na 128 meq/L; Cl
98,2 meq/L; Glucose 70 mg/dL; Protein total 7 g/dL; K 3 meq/L; HCO 3- 16
meq/L;PCO2 arteri 32 mmHg; Hb 14 g/dL
6. Tugas
1. Lakukan studi dokumentasi pada beberapa sampel kasus penyakit di
instansi pelayanan kesehatan (RS) dengan membuat interpretasi hasil
analisis gas darah
2. Tentukan Diagnosis keperawatan prioritas berdasarkan hasilinterpretasi
3. Dokumentasikan hasil intervensi/penatalaksaan dari kasus penyakit dengan
masalah gangguan keseimbangan asam basa tersebut.
7. Daftar Pustaka
1. Boyce JA. (2008). "acidosis and alcalosis". Current Molecular Medicine
(5): 335–4
2. D, Munajat Y, Nur MB, Madjid SA, Siregar P, Aniwidyaningsih, W, dkk.
Gangguan Keseimbangan Air, Elektrolit dan Asam Basa. Edisi 2. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI; 2010
3. Wang X. (2004). "Alkalosis". Current Opinions in Plant Biology 7 (3): 329–
36
4. Eyster KM. (2007). " Acidosis and alcalosis and hipocalemia". Advances
inPhysiology Education 31: 5–16.
5. Matfin G. and Porth C.M, ‘Disorders of Fluidand Electrolyte Balance’ In:
PathophysiologyConcepts of Altered Health States, 8thEdition, McGraw
Hill Companies USA, 2009,pp. 761-803.
6. Siregar P, ‘Gangguan Keseimbangan Cairandan Elektrolit’ dalam: Buku
Ajar Ilmu PenyakitDalam, Edisi ke-5, Interna publishing,Jakarta, 2009, hh.
175-189.
7. Fischbach F, Dunning M.B, Talaska F, BarnetM, Schweitzer T.A,
Strandell C, et al, ‘Chlorida, Potassium, Sodium’ In: A Manual of
Laboratory and Diagnostic Test, 8th Ed.,Lippincot Wiliams and Wilkins,
2009, pp. 997-1009.
8. Abramowitz M. Acid-Base Balance and Physical Function. ClinicalJournal
of the American Society of Nephrology. 2014;9(12):2030-2032.
9. Seifter JL. Integration of acid–base and electrolyte disorders. N Engl
JMed. 2014;371(19):1821–1831
10. Hamm L, Nakhoul N, Hering-Smith K. Acid-Base Homeostasis.
ClinicalJournal of the American Society of Nephrology. 2015;10(12):2232-
2242.
11. Hawfield A, DuBose T. Acid-Base Balance Disorders. eLS. 2010;
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN
MULTISISTEM
Pertemuan Ke-5
SIRS dan MODS
17
Etiologi
Etiologi
5. Pelaksanaan Praktikum
a. Mahasiswa dibagi dalam 4 kelompok
b. Masing-masing kelompok menempati station yang telah ditentukan
c. Tiap kelompok membaca dengan teliti scenario kasus di tiap station dan
mendiskusikan dalam kelompok masing-masing scenario terkait interpretasi hasil
laboratorium
d. Tentukan diagnosis keperawatan berdasarkan kasus
e. Buat rencana perawatan yang sesuai dengan kasus
6. Penilaian
Lembar observasi
7. Latihan
SKENARIO
Kasus
Tuan Sardi 46 Tahun dengan BB 55kg dirawat diruang intensive dengan internal
bleeding+ post laparotomi+ sepsis+ hemothoraks+ CF 2-6 lateral dextra. Riwayat
sebelumnya mengalami kecelakaan lalu lintas motor dengan mobil dari arah
berlawanan. Sekarang terpasang drainase pada daerah perut hari keenam. Data
tanda-tanda vital TD: 114/70 mmHg (Hipotensi), RR: 22x/menit, Nadi:
110x/menit, Suhu: 37o C, Terpasang ventilator dengan data CPAP, FiO 2: 40%,
PEEP: 8, SaO2: 97%, Hasil Lab: BUN: 30 mg/dl, Albumin: 2,9 g/dl, Platelet: 9,3
(nilai normal: 150.000 – 400.000mm3 ), Na: 140 mmol/dl, Kalium: 4 mmol, Hb:
11,7, leukosit: 14000.
Pertanyaan :
8. Tugas
1. Tentukan Diagnosis keperawatan prioritas berdasarkan hasil interpretasi pada salah
satu kasus SIRS dan MODS
2. Dokumentasikan hasil intervensi/penatalaksaan dari kasus penyakit dengan
masalah gangguan pada salah satu kasus SIRS dan MODS
9. Daftar Pustaka
1. Bone RC, Sibbald WJ, Sprung CL. The ACCP-SCCM consensus conference on
sepsis and organ failure. Chest 1992;101:1481-3.
2. Grace, Pierce A & Neil R. Borley. 2007. At a Glace Ilmu Bedah Ed. 3. Jakarta:
Penerbit Erlangga
3. Heller, Jacob L, 2014, Emergency Medicine, Virginia Mason Medical Center,
Seattle, Washington
4. Klaus, Lessnau, 2015, Distributive Shock, dilihat 8 Maret 2016,
http://emedicine.medscape.com/article/168689-overview
5. Leksana, Ery. 2013. Systemic Inflammatory Response Syndrome. Continuing
Medical Education 40(1):1-11
6. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart. Jakarta : EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
LUKA
Pertemuan Ke-6
Pengkajian Luka, Tanda Radang dan Infeksi
4. Pelaksanaan Praktikum
KEGIATAN PRA PRAKTIKUM
Mahasiswa berpasangan membuat scenario untuk melakukan pengkajian luka dan
pengkajian tanda radang/infeksi pada luka. Sesuaikan dengan model luka yang
tersedia.
KEGIATAN PRAKTIKUM
Lakukan demonstrasi sesuai scenario yang dibuat dan dokumentasikan hasil
5. Penilaian
Lembar observasi
6. Latihan
a. Demonstrasikan pengkajian ssuai scenario yang sudah dibuat!
b. Dokumentasikan hasil kegiatan
7. Tugas
1. Tuliskan hasil pengkajian dari berbagai jenis luka !
2. Tuliskan hasil pengkajian luka yang mengalami infeksi!
8. Daftar Pustaka
Atkin, L. (2013). Wound assessment in primary care.
https://www.nursinginpractice.com/wound-care/wound-assessment-primary-
care
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LUKA
Pertemuan Ke-7
Penjahitan Luka dan Angkat Jahitan
22
- Kasa steril
- Mangkok steril
- Korentang
- Gunting verband
- Plester
- Alkohol 70 %
- Larutan NaCL 0.9% atau larutan lainnya sesuai dengan kebutuhan
- Obat luka
- Bengkok
- Kantong plastik tempat sampah
5. Pelaksanaan Praktikum
a. Pembimbing mendemonstrasikan cara melakukan penjahitan luka dan
angkat jahitan.
b. Mahasiswa melakukan redemonstrasi
6. Penilaian
Lembar observasi
7. Latihan
ANGKAT JAHITAN
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
c. Gunakan sarung tangan steril
d. Buka plester dan balutan menggunakan pinset
e. Bersihkan luka dengan menggunakan NaCl 0,9% atau larutan lain sesuai dengan
keadaan luka
f. Angkat jahitan dengan menarik simpul jahitan sedikit keatas menjauhi kulit,
kemudian gunting benang dan tarik dengan hati-hati lalu dibuang pada kasa yang
disediakan. Lakukan prosedur ini hingga jahitan diangkat
g. Bersihkan kembali luka
h. Berikan obat luka.
i. Tutup luka dengan menggunakan kasa steril kemudian fiksasi dengan plester
j. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
k. Dokumentasikan waktu angkat jahitan, kondisi luka dan tindak lanjut atau
pengajaran yang diberikan
8. Tugas
1. Tuliskan jenis benang yang dapat diabsorpsi !
2. Tuliskan jenis benang yang tidak dapat diabsorpsi!
9. Daftar Pustaka
1. Altman, G.B., Buchsel, P., & Coxon, V. (2000). Delmar’s fundamental and advanced
nursing skills book. Canada : Delmar Thomson Learning.
2. Lynn, P., & LeBon, M. (2011). Taylor Clinical Nursing Skills: A Nursing Process
Approach. USA : Lippincott Williams & Wilkins
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN PROTEKSI
AKIBAT PATOLOGIS SISTEM INTEGUMEN
Pertemuan Ke-9
Perawatan Luka
24
Jenis modern dressing lain, yakni Ca Alginat, kandungan Ca-nya dapat membantu
menghentikan perdarahan. Kemudian ada hidroselulosa yang mampu menyerap
cairan dua kali lebih banyak dibandingkan Ca Alginat. Selanjutnya adalah hidrokoloid
yang mampu melindungi dari kontaminasi air dan bakteri, dapat digunakan untuk
balutan primer dan sekunder. Penggunaan jenis modern dressing disesuaikan dengan
jenis luka. Untuk luka yang banyak eksudatnya dipilih bahan balutan yang menyerap
cairan seperti foam, sedangkan pada luka yang sudah mulai tumbuh granulasi, diberi
gel untuk membuat suasana lembap yang akan membantu mempercepat
penyembuhan luka.
Hidrogel
Dapat membantu proses peluruhan jaringan nekrotik oleh tubuh sendiri. Berbahan
dasar gliserin/air yang dapat memberikan kelembapan; digunakan sebagai dressing
primer dan memerlukan balutan sekunder (pad/kasa dan transparent film).
Topikal ini tepat digunakan untuk luka nekrotik/berwarna hitam/kuning dengan
eksudat minimal atau tidak ada.
Film Dressing
Jenis balutan ini lebih sering digunakan sebagai secondary dressing dan untuk luka-
luka superfi sial dan non-eksudatif atau untuk luka post-operasi.
Terbuat dari polyurethane fi lm yang disertai perekat adhesif; tidak menyerap eksudat.
Indikasi: luka dengan epitelisasi, low exudate, luka insisi.
Kontraindikasi: luka terinfeksi, eksudat banyak.
Hydrocolloid
Balutan ini berfungsi mempertahankan luka dalam suasana lembap, melindungi luka
dari trauma dan menghindarkan luka dari risiko infeksi, mampu menyerap eksudat
tetapi minimal; sebagai dressing primer atau sekunder, support autolysis untuk
mengangkat jaringan nekrotik atau slough.
Terbuat dari pektin, gelatin, carboxy-methylcellulose, dan elastomers.
Indikasi: luka berwarna kemerahan dengan epitelisasi, eksudat minimal.
Kontraindikasi: luka terinfeksi atau luka grade III-IV.
Calcium Alginate
Digunakan untuk dressing primer dan masih memerlukan balutan sekunder.
Membentuk gel di atas permukaan luka; berfungsi menyerap cairan luka yang
berlebihan dan menstimulasi proses pembekuan darah. Terbuat dari rumput laut yang
berubah menjadi gel jika bercampur dengan cairan luka.
Indikasi: luka dengan eksudat sedang sampai berat.
Kontraindikasi: luka dengan jaringan nekrotik dan kering.
Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita, mudah diangkat dan dibersihkan.
Foam/absorbant dressing
Balutan ini berfungsi untuk menyerap cairan luka yang jumlahnya sangat banyak
(absorbant dressing), sebagai dressing primer atau sekunder.
Terbuat dari polyurethane; non-adherent wound contact layer, highly absorptive.
Indikasi: eksudat sedang sampai berat.
Kontraindikasi: luka dengan eksudat minimal, jaringan nekrotik hitam.
Dressing Antimikrobial
Balutan mengandung silver 1,2% dan hydrofi ber dengan spektrum luas termasuk
bakteri MRSA (methicillin-resistant Staphy-lococcus aureus).
Balutan ini digunakan untuk luka kronis dan akut yang terinfeksi atau berisiko infeksi.
Balutan antimikrobial tidak disarankan di-gunakan dalam jangka waktu lama dan tidak
direkomendasikan bersama cairan NaCl 0,9%.
Antimikrobial Hydrophobic
Terbuat dari diakylcarbamoil chloride, non-absorben, non-adhesif.
Digunakan untuk luka bereksudat sedang – banyak, luka terinfeksi, dan memerlukan
balutan sekunder.
Pinset anatomi
pinset chirurgis
klem arteri
gunting jaringan
Kassa dan deppers steril secukupnya
Kom kecil untuk larutan 2 buah
Sarung tangan steril
Kapas lidi
Alat tidak steril
:
Larutan NaCl 0,9 %
Handscone bersih
Pinset anatomi bersih
Verban/plester hipoalergik
Verban elastic, gunting verban
Spuit 50 cc dan 10 cc
Pengalas/perlak
Tempat sampah, bengkok
Antiseptik: Iodine, alkohol.
Sampiran, masker, scort
5. Pelaksanaan Praktikum
1. Mahasiswa melakukan pengkajian luka
2. Menentukan jenis dressing yang sesuai dengan kondisi luka
3. Melakukan perawatan luka
6. Penilaian
Lembar observasi
7. Latihan
- Gunakan APD (Prinsip 3 Aman)
- Periksa kelengkapan alat
- Jaga privasi klien, atur posisi yang nyaman bagi klien agar daerah luka dapat
dijangkau dengan mudah dan sediakan peralatan yang diperlukan
- Cuci tangan, gunakan sarung tangan bersih • Pasang pengalas • Letakkan
bengkok • Buka balutan luka dengan gunting verban. Jika balutan lengket pada
luka, basahi balutan dengan NaCl 0,9% dan angkat balutan dengan pinset secara
hati-hati.
- Kaji ada tidaknya sinus.Kondisi luka kotor atau tidak, ada tidaknya pus, jaringan
nekrotik, bau pada luka, ada tidaknya jaringan granulasi (luka berwarna merah
muda dan mudah berdarah). • Kaji kulit sekitar luka terhdap adanya maserasi,
inflamasi, edema dan adanya gas gangren yang ditandai dengan adanya krepitasi
saat melakukan paplpasi di sekitar luka. • Kaji adanya nyeri pada luka • Cuci
perlahan-lahan kulit di sekitar ulkus dengan kasa dan air hangat, kemudian
keringkan perlahan-lahan dengan cara mengusap secara hati- hati dgn kasa
kering
- Cuci tangan dengan alkohol atau air bersih • Ganti sarung tangan dengan
sarung tangan steril bersihkan luka • Bersihkan luka • Bila terdapat sinus
lubang, lakukan irigasi dengan menggunakan NaCl 0,9% dengan sudut
kemiringan 45 derajat sampai bersih. Irigasi sampai kedalaman luka karena pd
sinus terdapat banyak kuman • Lakukan penutupan luka dengan menggunakan
dressing yang sesuai kondisi luka
- Lakukan reassessment untuk menilai keberhasilan terapi
8. Tugas
1. Seorang wanita usia 45 tahun masuk RS karena mengalami luka pada bagian
punggung sejak sebulan yang lalu. Hasil pengkajian menunjukkan kondisi luka
basah, banyak pus, klien merasakan nyeri pada area luka . Perawat akan
merencanakan tindakan perawatan luka yang tepat pada pasien tersebut
a. Demonstrasikan tindakan perawatan luka
b. Tentukan jenis dressing yang tepatTentukan
2. Seorang laki-laki usia 54 tahun masuk RS karena mengalami luka pada bagian
punggung sejak 3 minggu yang lalu. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa klien
telah didiagnosa mengalami DM tipe 2 sejak 2 tahun yang lalu, klien merasakan
nyeri pada area luka. Hal apa saja yang perlu dikaji perawat terkait luka yang
dialami oleh klien tersebut.
3. Seorang laki-laki usia 47 tahun masuk RS karena mengalami luka pada bagian
kaki sejak 5 minggu yang lalu karena tertusuk kayu. Hasil pengkajian
menunjukkan bahwa klien merasakan nyeri pada area luka, Nampak jaringan
nekrotik yang ber warna hitam, eksudat banyak, luka bengkak, berbau. Perawat
mempertimbangkan penggunaan jenis balutan modern yang tepat untuk
digunakan.
a. Demonstrasikan tindakan perawatan luka
b. Tentukan jenis dressing yang tepatTentukan
9. Daftar Pustaka
1. Casey G. Modern wound dressings. Nurs Stand. 2000; 15(5): 47-51.
2. Kane D. Chronic wound healing and chronic wound management. In: Krasner D,
Rodeheaver, editors. Health Management Publications; 1990.
3. Ronald W. Kartika, Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing, Bagian
Bedah Jantung Paru dan Pembuluh Darah Wound Care/Diabetic Center, RS
Gading Pluit, Jakarta
4. Singer AJ, Clark RAF. Mechanisms of disease: Cutaneous wound healing. N Engl
J Med. 1999; 341(10): 738-46.
5. Wayne PA, Flanagan. Managing chronic wound pain in primary care. Practice
Nursing; 2006; 31:12.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN REPRODUKSI
WANITA
Pertemuan Ke-10
Perawatan Pre dan Post Operasi
3. Teori Singkat
Dalam menentukan suatu penilaian terhadap tumor, perlu
dilakukan grading atau staging. Hal ini dilakukan untuk menentukan terapi yang terbaik
yang akan diberikan kepada pasien. Selain itu, grading maupun staging ini diperlukan
untuk memperkirakan prognosis pasien. Oleh karena itu,grading atau staging sangat
penting dalam pemeriksaan terhadap pasien.
30
Gambar 1: Kanker dada pada pasien laki-laki
1. Grading
Grading merupakan suatu penilaian yang kualitatif, bukan kuantatif. Grading biasanya
berdasarkan penampakan histopatologis. Penilaian grading ini dilakukan pada jaringan tumor
yang mempunyai sifat anaplastik yang paling besar. Dikarenakan hanya secara
kualitatif, grading kurang mempunyai arti klinis. Pada tahun 1920-an, Broders
menggolongkan sel-sel tumor pada bibir dan kulit berdasarkan ketidakbisaannya pembedaan
sel tumor dengan sel normal, yaitu 25%, 50%, 75%, dan 100%.
Pengklasifikasian grading berdasarkan bisa tidaknya sel-sel kanker dibedakan dengan sel
yang normal.
2. Staging
Staging yang biasanya dilakukan adalah dengan menggunakan prinsip TNM. TNM didasari
oleh 3 komponen, yaitu T (tumor primer), N (ada atau tidanya metastasis yang berkaitan
dengan getah bening), dan M (jarak metastasis dari tumor primer).
5. Pelaksanaan Praktikum
a. Lakukan simulasi pengkajian bio,psiko,sosial spiritual menggunakan format
pengkajian KMB
b. Tentukan derajat kanker dengan menggunakan sistim Grading dan Staging (TNM)
c. Lakukan pencarian literatur kemudian tentukan diagnosa keperawatan dan
rencana tindakan keperawatan
d. Demonstrasikan perawatan pre operatif mastektomi
e. Demonstrasikan perawatan pasca operasi mastektomi
6. Penilaian
Lembar observasi
7. Latihan
KASUS :
Ny. H, 45 thn datang ke poliklinik untuk memeriksakan dirinya dengan keluhan
benjolan pada payudara kanan. Keluhan dirasakan 1 tahun yang lalu, pasien
menyadari benjolan di payudara kanan, awalnya sebesar kelereng, dan muncul gatal-
gatal tidak lama kemudian. Awalnya gatal-gatal diabaikan, lama-lama gatal menjadi
perlukaan yang terus meluas, dan mulai berdarah. Payudara tidak nyeri, tidak perih,
tidak keluar nanah. Benjolan membesar 1 tahun ini, hingga kira-kira sebesar bola ping
pong. Puting tidak pernah keluar cairan, maupun darah. Pasien ke dokter, 10 hari yll,
diberikan Amoxycillin. Karena tidak ada perubahan, pasien ke poliklinik bedah RS
Labuang Baji, pasien juga mengeluh nyeri tulang dan punggung kiri linu dan panas,
tidak nyeri di ketiak. Nafsu makan dan berat badan menurun. Tidak ada keluhan pada
payudara kiri. Tidak ada riwayat trauma.
1. Lakukan simulasi pengkajian bio,psiko,sosial spiritual pada Ny. H menggunakan
format pengkajian KMB
2. Tentukan derajat kanker dengan menggunakan sistim Grading dan Staging
(TNM)
3. Lakukan pencarian literatur kemudian tentukan diagnosa keperawatan dan
rencana tindakan keperawatan untuk Ny. H
4. Demonstrasikan perawatan pre operatif mastektomi pada Ny H
5. Demonstrasikan perawatan pasca operasi mastektomi pada Ny H
8. Tugas
Seorang perempuan usia 45 tahun mengalami tumor payudara. Kondisi tumor besar
dan telah mengalami metastasis ke kelenjar getah bening di dekatnya tetapi tidak ada
metastasis ke bagian tubuh yang lain.
1. Klasifikasikan tumor yang dialami pasien berdasarkan klasifikasi TNM
2. Sebutkan stadium klinik berdasarkan anatomi proses malignant pada kasus
tersebut!
9. Daftar Pustaka
2. American Joint Committee on Cancer AJCC. Cancer Staging Manual. 6th ed. New
York: Springer;2002.p.7`
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA KANKER PROSTAT DAN HIDROCEL
Pertemuan Ke-11
Perawatan Perioperatif
a. Tujuan PembelajaranUmum
Mahasiswamampu melakukan asuhan keperawatan perioperative pada klien
dengan Ca. Prostat dan Hidrokel
b. Tujuan PembelajaranKhusus
1. Mahasiswamampumelakukan pengkajian perioperative sesuai kasus
2. Mahasiswa mampumelakukan diagnose dan intervensi sesuai kasus
3. Mahasiswa mampu mendemonstrasikantindakan keperawatan perioperatfi sesuai kasus
3. Teori Singkat
Kanker prostat merupakan salah satu kanker paling umum yang diderita oleh para pria,
dengan peningkatan jumlah kasus yang dilaporkan dalam beberapa tahun terakhir ini.
Kasus baru di Hong Kong meningkat dari 683 kasus pada tahun 2000, menjadi 1655 pada
tahun 2013 dan sebagian besar pasien berada di atas usia 60 tahun. Faktor risiko kanker
prostat usia di atas 50 tahun, pria dengan riwayat keluarga yang pernah mengalami
kanker prostat memiliki faktor risiko yang lebih tinggi, asupan makanan dengan
kandungan kalori dan lemak yang tinggi secara berkepanjangan, merokok, kelebihan
berat badan, dan penyakit prostat, dll. Untuk mencegah kanker prostat, kita harus
memiliki gaya hidup dan kebiasaan makan yang sehat. Jika seorang pasien didiagnosis
menderita kanker prostat lokal, pilihan perawatannya akan tergantung pada estimasi laju
pertumbuhan tumor, luasnya jangkauan penyakit, usia, dan kondisi medis pasien terkait
4. Alat dan Bahan
a. Scenario Kasus
b. Pedoman/hand out materi
c. Protap tindakan keperawatan sesuai kasus
d. Alat dan bahan sesuai kebutuhan praktikum
e. Alat tulis menulis : kertas, pulpen
34
5. Pelaksanaan Praktikum
6. Penilaian
Lembar observasi
7. Latihan
Lakukan perawatan perioperative sesuai kasus
SKENARIO
Kasus 1 :
Tn R umur 62 tahunmengeluh skrotumnya mulai membesar sejak tahun 2017 lalu.
Skrotum membesar dan terasa kencang jika mengangkat beban berat tapi kemudian
mengecil pada saat tiduran atau bangun tidur. Skrotum tidak terasa nyeri. Panas badan
tidak ada, mual dan muntah tidak ada, trauma tidak ada. BAK lancar sehari 3x. BAB
lancar sehari 1x.Riwayat angkat beban berat ± 10 tahun. Os bekerja sebagai kuli
bangunan, pedagang keliling peralatan rumah tangga.
Pemeriksaan Fisik : TD: 170/100 mmHg, Nadi: 82x/mnt, RR: 20x/mnt, Suhu: 36.3 ºC.
Status Lokalis : Regio Skrotum :
Terlihat pembesaran skrotum, kulit tak tampak merah, teraba seperti cairan
(fluktuasi positif), tidak teraba benjolan, tidak teraba vena-vena yang membesar, tidak
nyeri. Skrotum mengecil saat posisi tidur, dan membesar pada posisi berdiri. Tidak
terdapat bising usus di regio skrotum.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
HGB : 14,0 g/dl Neutrofil : 60,9 % GDS : 89 mg/dl
HCT : 48% Limfosit : 31,7 % As. Urat : 6,5 mg/dl
WBC : 9,09 x 103/ul Monosit : 2,0 % Ureum : 11.9 mg/dl (L)
6
RBC : 9,93 x 10 /ul Eosinofil : 5,4 % (H) Kraetinin : 0,69 mg/dl (L)
PLT : 251 x 103/ul Basofil : 0 % CT : 3’30”
Hitung Jenis Leukosit MCV : 86,0 fl BT : 2’
MCH : 28,4 pg Gol. Darah :B
MCHC : 33,0 g/dl HbsAg : negatif
Pemeriksaan thorax : Dalam batas normal
Pemeriksaan EKG : Sinus Rhytem (normal)
Kasus 2 “
Pasien Tn H umur 55 tahun dirawat di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar setelah
sebelumnya mendapatkan rujukan dari RS Andi Makkasau Kota Pare-pare. Keluhan yang
dirasakan nyeri pinggang kanan dan sering kumat-kumatan, terkadang BAK terasa nyeri,
hanya menetes dan harus mengejan. Setelah beberapa kali kontrol ke poli urologi RS Wahidin
Sudirohusodo pasien diprogram untuk dilakukan tindakan TURP (Transurethal Resection
Prostate) pada tanggal 25 Maret 2019 pukul 10.00 WITA.
Pemeriksaan Laboratorium :
Kasus 3
Pasien S, laki-laki, 72 tahun. Datang ke poliklinik RSUD Arifin Nu’mang tanggal 20
Maret 2019 mengeluh tidak bisa Buang Air Kecil 1 hari SMRS. Keluhan ini disertai
terasa penuh pada perut bagian bawah, tidak ada keluar darah. Pasien juga
mengatakan bahwa 1 bulan SMRS air kencing keluar menetes, pancaran lemah
dan terasa nyeri pada perut bagian bawah sepanjang buang air kecil, tidak ada
keluar batu, darah dan nanah, nyeri pinggang (-). Sebelum dibawa ke RS pasien
dibawa kepuskesmas, namun keluhan tidak juga berkurang. Riwayat penyakit
dahulu : Sering mengalami keluhan yg sama, Riwayat keluar batu (-), HT (+), DM (-
). TTV : BP : 160/90mmHg, RR : 20 x/minutes, Nadi : 74 x/minutes dan suhu : 36,4 ͦ
C.
LABORATORIUM
Darah rutin :
- Hb = 11,3 gr/dl
- PLT = 287 /μl
- WBC = 15,0 /μl
Kimia darah
- Ureum = 40
- Kreatinin = 0,81
Kasus 4
Pasien mengeluh BAK sulit sejak 10 hari yang lalu. pasien mengaku menahan BAK
selama 2 jam namun setelahnya BAK tidak bisa keluar. Dalam 1 tahun terakhir
pasien mengeluh harus mengejan saaat pertama akan buang air kecil, tapi air
kencing yang keluar hanya sedikit danmenetes, sehingga dirasa kurang lampias.
sudah pernah mengalami gejala yang sama dan dipasang selang untuk BAK
sebanyak 1 kali. BAK darah disangkal, kencing berpasir, disangkal, demam (-)
VS : TD 130/80 mmHg, Suhu: 36,3ºC, Respirasi rate: 18 x/menit, Nadi: 56 x/menit
Status Lokalis :
Regio supra pubis
I : rambut pubis (+). benjolan (-)
P: NT (-). nyeri lepas tekan (-), massa (-)
P: timpani
A: bising usus +
normal Regio Genitalia
eskterna
I : edem skrotum (-) tanda radang (-), terpasang kateter
P: testis teraba dua buah, kenyal, NT(-)
8. Tugas
1. Buat Media Pendidikan kesehatan untuk kasus hidrokel
2. Buat SOP tindakan keperawatan yang sesuai untuk kasus hidrokel
9. Daftar Pustaka
1. Gambert SR et all. Screening for Prostat Cancer . International Urologi and
Nephrologi. 33 ( 2 ): 249-257
2. William K, Hurwitz M, Amico AV, Richie J, Kautiff PW. Neoplasm of
theProstate.
http//www.cancer.org/downloads/PUB/DOCS/SECTI
3. Itoh N, Patel U, Skinner MK. Developmental and Hormonal regulation of
Transforming Growth Factor and Epidermal Growth Factor receptor Gene
Expression in Isolated Prostatic Epithelial and Stromal Cells. Endocrinology
Washington. 1998; vol 139. no.3
4. SubbarayamV, Sabichi A, Liansa N, et all.Differensial Expresion of
cyclooxigenase-2 Its regulation by TNF-α in Normal and Malignant Prostat Cells.
Cancer Research. Texas 2001;61,2720-2726
5. Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS. Cellular and Molecular Immunology. 4 th ed.
WB Saunders. USA2000
6. Mc Kensil S, Kyprianow. Apoptosis Evasion: The role of survival pathways in
prostat cancer progression and therapeutic resistance. J Cell Biochem. Lexinton
Kentucky2006.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA DIABETES
DENGAN KOMPLIKASI KRONIK
MIKROVASKULAR
Pertemuan Ke-12
Pengkajian Dan Senam Kaki
3. Teori Singkat
Hiperglikemia kronik mengaktivasi jalur poliol yang meningkatkan glikosilasi dan
ekspresi aldose reduktase sehingga terjadi akumulasi sorbitol. Glikosilasi dan
akumulasi sorbitol mengakibatkan kerusakan endotel pembuluh darah dan disfungsi
enzim endotel. Hal ini akan menimbulkan komplikasi mikrovaskular. Komplikasi kronik
mikrovaskular pada diabetes seperti retinopati dan neuropati.Retinopati diabetik
merupakan salah satu komplikasi mikrovaskuler DM yang merupakan penyebab
utama kebutaan pada orang dewasa.
5. Pelaksanaan Praktikum
a. Mahasiswa secara berpasangan melakukan pengkajian retinopati dan pengkajian kaki
b. Melakukan senam kaki
6. Penilaian
39
Lembar observasi
40
7. Latihan
1. Pengkajian Retinopati
Lakukan anamnesis :
a. Apakah penglihatan menurun secara bertahap?
b. Apakah tampak bercak hitam pada penglihatan?
c. Apakah tampak noda melayang pada penglihatan?
d. Apakah penglihatan berbayang?
e. Apakah sulit membedakan warna?
f. Apakah nyeri pada mata?
2. Pengkajian Kaki
a. Lakukan anamnesis tentang riwayat : ulkus diabetic, infeksi, amputasi, kebas,
rasa terbakar, nyeri dan kelemahan.
b. Lakukan pemeriksaan kaki
Beri tanda (√) pada kaki kanan dan kaki kiri berdasarkan hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan Kaki Kaki Kiri
Kanan
Sensasi Ada
Menurun
Tidak ada
Neuropati Kulit mengkilat
Otonom Hilangnya rambut
Vaskular Pucat/sianosis
Teraba dingin
CRT >3-4 detik
Denyut dorsalis pedis
Denyut posterior tibia
Struktur Hammer toes
Claw toes
Bunion
Amputasi
Kulit kaki Kering
Berkeringat
Kasar
Pecah-pecah
Kalus
Lepuh
Ulkus
Kuku Penebalan
Perubahan warna
Deformitas
Mobilisasi Penurunan ROM
3. Senam Kaki
a. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan pasien duduk tegak
diatas bangku dengan kaki menyentuh lantai
b. Dengan Meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan keatas
lalu dibengkokkan kembali kebawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali
c. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas.
Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkatkan
ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara
bergantian dan diulangi sebanyak 10 kali.
Gambar 3. Tumit kaki di lantai sedangkan telapak kaki di angkat
d. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat
gerakan memutar dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10
kali.
e. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar
dengan pergerakkan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
k. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola
dengan kedua belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti
semula menggunakan kedua belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja
Lalu robek koran menjadi 2 bagian, pisahkan kedua bagian koran.
Sebagian koran di sobek-sobek menjadi kecil-kecil dengan kedua kaki
Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu
letakkan sobekkan kertas pada bagian kertas yang utuh.
Bungkus semuanya dengan kedua kaki menjadi bentuk bola
9. Daftar Pustaka
Awaluddin, S. W., Asriany, Ardi, M. 2013. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Nyeri
Kaki Pasien Diabetes Mellitus di Wilayah Puskesmas Mangasa. Laporan
Penelitian Risbinakes. Politeknik Kesehatan Makassar.
Prasetia, T. (2016). Pola Komplikasi Sistemik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Lampung Periode 1 Januari-31
Desember 2015. Jurnal Medika Malahayati, 3(1), 55-60.
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN
METABOLISME AKIBAT PATOLOGIS SISTEM
ENDOKRIN
Pertemuan Ke-13
Pengkajian Tyroid dan Pendidikan Kesehatan
3. Teori Singkat
Tiroid merupakan kelenjar endokrin murni terbesar dalam tubuh manusia yang terletak
dileher bagian depan, terdiri atas dua bagian (lobus kanan dan lobus kiri). Kelenjar tiroid
menghasilkan hormone tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Pembentukan
hormone tiroid dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik yang melibatkan hormone TSH.
Menurut kelainan bentuknya, gangguan tiroid dapat dibedakan dalam 2 bentuk yaitu difus
dan nodul.
a. Difus : pembesaran kelenjar merata, bagian kanan dan kiri kelenjar sama-sama
membesar dan disebut struma difusa (tiroid difus).
b. Nodul : terdapat benjolan seperti bola, bisa tunggal (monodosa) atau banyak
(multinodosa) bisa padat atau berisi cairan (kista dan bisa berupa tumor jinak/ganas.
Menurut kelainan fungsi, gangguan tiroid dibedakan menjadi hipotiroid, hipertiroid dan
eutiroid
.
4. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pendidikan kesehatan yaitu media pendidikan kesehatan
(misalnya: banner, flipchart, poster dan lain-lain).
5. Pelaksanaan Praktikum
a. Mahasiswa membuat media Pendidikan kesehatan untuk penyakit terkait gangguan
metabolisme akibat patologis sistem endokrin
46
b. Melakukan pengkajian tiroid
47
c. Memebrikan pendidikan kesehatan menggunakan media yang telah disiapkan
6. Penilaian
Lembar observasi
7. Latihan
1. Pengkajian Thyroid
a. Inspeksi
Periksa leher terhadap kemungkinan asimetri, luka atau massa. Anjurkan
pasien untuk menelan sambil mengamati gerak naik tiroid.
b. Palpasi
Cara Anterior :
Dilakukan dengan pemeriksa dan pasien duduk berhadapan. Dengan memfleksi
leher pasien atau memutar dagu sedikit ke kanan, pemeriksa dapat
merelaksasi muskulus sternokleidomastoideus pada sisi itu, sehingga
memudahkan pemeriksaan. Tangan kanan pemeriksa menggeser laring ke
kanan dan selama menelan, lobus tiroid kanan yang tergeser dipalpasi dengan
ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri. Setelah memeriksa lobus kanan, laring
digeser ke kiri dan lobus kiri dievaluasi melalui cara serupa dengan tangan
sebelah.
Cara Posterior :
Dilakukan dengan pemeriksa berdiri di belakang pasien. Pada cara ini, pemeriksa
meletakkan kedua tangannya pada leher pasien yang posisi lehernya sedikit
ekstensi. Pemeriksa memakai tangan kirinya mendorong trakea ke kanan.
Pasien diminta menelan sementara tangan kanan pemeriksa meraba tulang
rawan tiroid. Saat pasien menelan, tangan kanan pemeriksa meraba kelenjar
tiroid.
- Konsistensi kelenjar yang padat dan keras terdapat pada kanker atau luka
parut. Lunak atau mirip spons, seringkali dijumpai pada goiter toksik. Nyeri
tekan terdapat pada infeksi akut atau perdarahan ke dalam kelenjar.
8. Tugas
Kasus :
Seorang perempuan usia 43 tahun dirawat di RS karena mengalami hipertropi kelenjar
tiroid. Tiroid mudah di palpasi dan mudah terlihat ketika leher dalam posisi normal.
Keadaan ini menyebabkan pasien mengalami dysfagia, batuk dan merasa tercekik
sehingga dilakukan tyroidektomi
Soal :
a. Berdasarkan klasifikasi derajat goiter, derajat berapakah goiter yang dialami
pasien tersebut? Jelaskan derajat goiter yang lain!
b. Jelaskan komplikasi post operasi yang dapat terjadi pada pasien!
c. Jelaskan tindakan keperawatan pre operasi dan post operasi pada pasien!
9. Daftar Pustaka
Dillon, P.M. (2007). Nursing Health Assessment a critical thinking, case studies
approach. Philadelphia: F.A. Davis Company
Pertemuan Ke-14
Pendidikan Kesehatan
49
1. Penyuluhan pasien gastritis
a. Hindari aspirin
b. Hindari makanan yang memperburuk gastritis seperti makanan pedas, panas,
berlemak dan kafein
c. Hilangkan konsumsi alcohol dan tembakau
d. Makan makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering, hindari makan dalam empat
jam sebelum waktu tidur
e. Turunkan BB bagi pasien yang kelebihan berat badan
f. Jika upaya konservatif tidak berhasil atau terjadi perdarahan mayor,
pembedahan mungkin diperlukan.
2. Penyuluhan pasien hernia
a. Jelaskan alasan dan cara menghindari peningkatan tekanan abdomen, hindari
mengangkat benda berat, cegah konstipasi dan gunakan latihan napas dalam
untuk mengurangi batuk kronis
b. Jelaskan tanda dan gejala strangulasi
c. Anjurkan untuk menggunakan truss (sabuk elastis) untuk menahan isi abdomen
dan mencegah herniasi.
3. Penyuluhan pasien hemoroid
a. Bersihkan area anal dengan menepuk-nepuk bukan dengan mengelap
menggunakan lap lembab
b. Meningkatkan serat makanan dan cairan untuk mengatasi konstipasi
c. Gunakan pelunak feses
d. Tentukan waktu regular untuk defekasi, jangan mengabaikan keinginan untuk
defekasi
e. Hindari kacang, kopi, dan makanan pedas yang dapat mengiritasi hemoroid
f. Hindari duduk dalam periode yang lama.
4. Alat dan Bahan
Media penyuluhan sesuai dengan topik
5. Pelaksanaan Praktikum
a. Berdiskusi dalam kelompok kecil dan menyiapkan media penyuluhan sesuai topik
b. Melakukan role play sesuai dengan topik
6. Penilaian
Lembar observasi
7. Latihan
1. Mahasiswa dalam 1 kelompok dibagi lagi menjadi tiga kelompok kecil yang
beranggotakan 6-8 orang
2. Berdiskusi dalam kelompok kecil dan menyiapkan media penyuluhan sesuai
topik (60 menit pertama pembelajaran praktikum):
a. Kelompok 1 mendiskusikan dan menyiapkan media penyuluhan pada
pasien gastritis
b. Kelompok 2 mendiskusikan dan menyiapkan media penyuluhan pada
pasien hernia
c. Kelompok 3 mendiskusikan dan menyiapkan media penyuluhan pada
pasien hemoroid
3. Melakukan role play sesuai dengan topik (120 menit selanjutnya)
8. Tugas
1. Seorang laki-laki usia 40 tahun bekerja sebagai kuli panggul dirawat di RS karena
mengalami hernia inguinalis dan hemoroid. Pasien telah menjalani pembedahan
dan berncana untuk pulang. Apakah pendidikan kesehatan yang paling penting
untuk perncanaan pulang pada pasien tersebut?
2. Seorang perempuan usia 20 tahun di rawat di RS karena mengalami nyeri ulu hati
akibat gastritis. Pasien juga mengalami mual dan muntah. Pasien stress dalam
menyelesaikan tugas akhir. Apakah pendidikan kesehatan yang diperlukan pasien
tersebut?
9. Daftar Pustaka
1. Hurst, M. (2015). Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah (Terj. dari Hurst
Reviews : Medical Surgical Nursing Review, Yulianti, D & Isneini, S). Jakarta :
EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA GANGGUAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROK
AKIBAT PENURUNAN PENDENGARAN
Pertemuan Ke-15
Pengkajian dan Pemberian Obat Tetes Telinga
Dewi, A. Y., Hikmallah, M. N., & Utami, S. (2019). Hubungan Hipertensi Dengan
Gangguan Pendengaran Sensorineural Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik
Telinga Hidung Tenggorokan Di Rsud Provinsi Ntb Tahun 2014-2017. JURNAL
KEDOKTERAN, 3(2), 563-569.
Hurst, M. (2015). Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah (Terj. dari Hurst
Reviews : Medical Surgical Nursing Review, Yulianti, D & Isneini, S). Jakarta : EGC