BAB XIV
PERTAMBANGAN DAN ENERGI
A. PENDAHULUAN
XIV/3
energi dibumihanguskan agar tidak dapat dipakai oleh kekuatan
kolonial. Walaupun demikian, kegiatan di bidang ini tidak dapat
dikatakan lumpuh sama sekali. Pada masa itu bangsa Indonesia telah
mampu memproduksi minyak bumi sebanyak 6.000 barel per hari,
batubara 37.000 ton per tahun, timah 1.050 ton per tahun, serta
memproduksi tenaga listrik yang berasal dari pembangkit tenaga
listrik perusahaan swasta yang dinasionalisasi dan milik pemerintah
sebesar 504.000 MWh. Penyediaan listrik ini dilakukan oleh
perusahaan listrik dan gas yang diambil alih dari pemerintah
pendudukan Jepang dan selanjutnya diberi nama Jawatan Listrik dan
Gas. Kemudian dengan Penetapan Pemerintah Nomor 1/S.D. Tahun
1945, jawatan ini dimasukkan ke dalam struktur Departemen
Pekerjaan Umum. Penting untuk dicatat pula adalah berhasilnya upaya
penyelamatan dokumen dan peta kekayaan tambang dan mineral
Indonesia, yang kemudian menjadi modal utama dalam pencarian
kekayaan mineral serta membangun sektor pertambangan dan energi.
XIV/4
hasil persetujuan Konferensi Meja Bundar (KMB). Selanjutnya
dikeluarkan Keputusan Presiden RI Nomor 163 Tahun 1953 tentang
nasionalisasi perusahaan listrik milik bangsa asing di Indonesia jika
waktu konsesinya habis. Beberapa perusahaan listrik dan gas swasta
Belanda yang dinasionalisasikan pada saat itu dimasukkan ke dalam
Jawatan Tenaga.
XIV/5
Gas (P3LG) yang berada di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan
Tenaga.
XIV/6
hak konsesi dapat meneruskan operasinya sampai berakhirnya
tenggang waktu peralihan yang akan ditetapkan Pemerintah. Kepada
perusahaan asing tersebut diberikan prioritas untuk mengalihkan
operasinya menjadi kontraktor perusahaan negara dalam suatu
Perjanjian Karya dengan perbandingan pembagian hasil bersih 60
persen untuk Indonesia dan 40 persen untuk asing. Selanjutnya dalam
tahun 1964 Perjanjian Karya ini disempurnakan menjadi Kontrak Bagi
Hasil atau Production Sharing (KPS) yang pada dasarnya menetapkan
pembagian keuntungan tidak lagi dihitung atas hasil penjualan
minyak, tetapi atas produksi minyak dengan perbandingan pada
awalnya 65 persen untuk Indonesia dan 35 persen untuk kontraktor.
Di samping itu manajemen operasi berada dalam tangan perusahaan
negara.
XIV/7
Walaupun mengalami masa-masa sulit sejak permulaan
kemerdekaan, pada awal Orde Baru, tahun 1968, minyak bumi
mampu diproduksi sebesar 602.465 barel per hari, dan gas bumi 317
juta kaki kubik per hari. Penerimaan negara dari sektor migas
memberikan sumbangan sebesar 53 persen dari devisa yang
dihasilkan, atau 22 persen terhadap penerimaan negara. Memasuki
PJP I, hasil produksi minyak bumi makin meningkat lagi.
XIV/8
minyak serta gas bumi dengan sebaik-baiknya. Dengan melakukan
upaya tersebut, maka minyak bumi yang diolah telah meningkat dari
211,2 ribu barel per hari pada awal PJP I menjadi 854,5 ribu barel
per hari, atau meningkat 4 kali lipat pada akhir PJP I. Bahan bakar
minyak (BBM) yang dihasilkan meningkat dari 52,2 juta barel pada
awal PJP I menjadi 232,2 juta barel pada tahun terakhir PJP I. Sarana
angkutan laut minyak bumi dapat ditingkatkan dari 672,7 ribu ton
pada awal PJP I menjadi 4,4 juta ton pada akhir PJP I. Sampai akhir
PJP I untuk pelayanan distribusi BBM telah dibangun 92 depot laut,
18 depot darat, dan 43 depot pengisian pesawat udara (DPPU),
dengan jumlah kapasitas timbun sebesar 2,4 juta kiloliter.
XIV/9
Produksi batubara makin berkembang sebagai energi pengganti
minyak bumi, dengan ditetapkannya kebijaksanaan energi nasional
tahun 1980. Produksi batubara meningkat pesat dari hanya 159,9 ribu
ton pada awal PJP I menjadi 28,5 juta ton pada akhir PJP I. Ekspor
batubara yang dimulai pada akhir Repelita II dengan jumlah 27,3 ribu
ton telah meningkat menjadi 19 juta ton pada akhir PJP I dan
menempatkan Indonesia sebagai salah satu pengekspor batubara
terkemuka di dunia. Menjelang akhir PJP I, penggunaan briket
batubara untuk keperluan rumah tangga dan industri kecil sudah mulai
dimasyarakatkan, untuk menggantikan minyak tanah dan BBM
lainnya.
XIV/10
dilakukannya pemetaan geologi dasar laut dan pemboran pengujian
panas bumi.
B. PERTAMBANGAN
XIV/11
lembar peta dan 30 lokasi; inventarisasi dan pemetaan serta eksplorasi
sumber daya mineral sejumlah 55 lembar peta dan 105 lokasi; dan
pemetaan hidrogeologi sebanyak 25 lembar.
XIV/12
bangkan kemampuan sumber daya manusia dan penguasaan teknologi
pertambangan guna mendukung peningkatan efisiensi serta
produktivitas usaha pertambangan; dan mengembangkan iklim
usaha, kemitraan berusaha serta sistem pendukung lainnya bagi
peningkatan efektivitas pembangunan pertambangan .
XIV/13
Pembangunan pertambangan dalam tahun pertama Repelita VI
dilaksanakan menurut program sebagai berikut.
a. Program Pokok
XIV/l4
mineral sebesar 30,0 persen, dan inventarisasi sumber daya mineral
skala 1:250.000 sebanyak 53 peta atau 36,0 persen. Kegiatan
eksplorasi sumber daya mineral telah menghasilkan data perkiraan
cadangan sumber daya mineral logam timah 2,0 juta ton, nikel 901,2
juta ton, bauksit 924,4 juta ton, emas 1,7 ribu ton, dan Perak 8,7 ribu
ton. Perkiraan cadangan sumber daya mineral industri, adalah
sebagai berikut: batu kapur 30,0 miliar ton, dolomit 1,5 miliar ton,
kaolin 9,3 juta ton, pasir kwarsa 4,7 miliar ton, zeolit 207,0 juta ton,
pirofilit 550,0 juta ton, granit 10,0 miliar ton, dan marmer 8,6 miliar
ton. Selain itu, ditemukan juga cadangan lainnya sebagai hasil
eksplorasi yang dilakukan oleh pihak swasta seperti endapan emas di
Grassberg, Irian Jaya dan Batuhijau, Sumbawa.
XIV/15
Sampai dengan tahun pertama Repelita VI telah dilaksanakan
pemetaan dan penyelidikan mitigasi bencana alam geologis, yang
sekaligus juga dapat mendukung kegiatan penataan ruang, yaitu:
pemetaan seismik daerah rawan gempa skala 1:250.000 sebanyak 8
peta; pemetaan geologi kuarter skala 1:50.000 sebanyak 17 peta;
pemetaan geomorfologi skala 1:100.000 sebanyak 6 peta; pemetaan
geologi gunung api skala 1:100.000 sebanyak 38 dari 129 gunung api;
pemetaan daerah bahaya gunung api skala 1:50.000 dari 91 gunung
api; pemetaan topografi puncak gunung api skala 1:10.000 sebanyak
68 peta; pemetaan topografi aliran lahar skala 1:10.000 sebanyak 20
peta; pemetaan kerentanan gerakan tanah skala 1:100.000 sebanyak
13 peta; pemetaan geologi teknik pulau Jawa skala 1:100.000
sebanyak 21,0 persen; dan pemetaan geologi tata lingkungan skala
1:100.000 sebanyak 6 peta untuk beberapa daerah tertentu. Dalam
melakukan mitigasi bencana alam geologis, telah dilaksanakan
identifikasi 20 daerah sesar aktif yang terbagi dalam 130 bagian sesar,
pengamatan 59 gunung api, pemantauan di 5 lokasi daerah rawan
longsor, dan pemeriksaan tanah longsor di 20 lokasi (label XIV-1).
XIV/l6
pantai, pertambangan, dan geologi lingkungan buangan limbah telah
dilakukan di 124 lokasi.
a) Pertambangan Batubara
XIV/l7
b) Pertambangan Mineral
XIV/18
potensial. Selain itu, emas juga diproduksi secara sederhana oleh
pertambangan rakyat setempat baik s e c a r a resmi maupun
pertambangan tanpa izin (PETI). Produksi emas dalam tahun 1994/95
adalah 45.272,1 kg atau meningkat sebesar 3,1 persen dibanding
dengan tahun sebelumnya. Produksi perak meningkat pesat sebesar
71,8 persen dalam tahun 1994/95 menjadi 152.767,5 kg dibanding
dengan produksi tahun 1993/94 (Tabel XIV-7).
XIV/19
berkembang sejalan dengan pertumbuhan industri pengolahannya di
dalam negeri. Bahan galian industri gamping dan lempung digunakan
sebagai bahan baku pada industri semen; kaolin sebagai bahan baku
industri keramik; batu granit dan marmer poles sebagai bahan
bangunan; zeolit untuk peternakan, perikanan dan pemurnian air;
bentonit untuk pemurnian minyak goreng dan lumpur bor; kapur,
dolomit dan fosfat untuk. pertanian; serta pasir kwarsa untuk
pembuatan gelas.
XIV/20
persen dari sasaran tahun pertama Repelita VI sebesar 558,5 juta
barel. Dengan meningkatnya produksi, ekspor minyak bumi dan
kondensat meningkat sebesar 8,3 persen, yaitu dari 294,3 juta barel
menjadi 318,8 juta barel.
XIV/21
industri lainnya serta untuk hotel, restoran dan rumah tangga. Selain
itu, gas yang disalurkan sebagai bahan bakar pada pembangkit
energi listrik maupun sebagai bahan baku industri petrokimia juga
meningkat (Tabel XIV-13).
XIV/22
3) Program Pengembangan Usaha Pertambangan
Rakyat Terpadu
XIV/23
b. Program Penunjang
XIV/24
2) Program Pendidikan, Pelatihan, Penyuluhan, dan
Ketenagakerjaan Pertambangan
XIV/25
3) Program Pembinaan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
XIV/26
XIV/27
XIV/29
XIV/31
XIV/32
XIV/33
jumlah perusahaan pertambangan baik yang bersifat KP maupun
kontraktornya mencapai sekitar 100 perusahaan, dan 20 perusahaan
diantaranya telah memasuki tahap produksi.
C. ENERGI
XIV/45
menurunnya pangsa minyak bumi dalam penyediaan energi dan
meningkatnya pangsa energi nonminyak bumi, khususnya gas bumi
dan batubara, serta berkembangnya energi baru dan terbarukan.
Untuk itu, beberapa sasaran kuantitatif yang akan diwujudkan pada
akhir Repelita VI adalah penyediaan minyak bumi mencapai 360,0
juta barel; penyediaan gas bumi mencapai 162,6 juta setara barel
minyak (SBM); dibangunnya jaringan pipa gas bumi sepanjang 2.060
km; produksi liquified natural gas (LNG) mencapai 28 juta ton;
produksi batubara mencapai 71 juta ton; penggunaan briket batubara
untuk rumah tangga mencapai 4,8 juta ton briket; pemakaian minyak
tanah sektor rumah tangga sebanyak 30 persen- digantikan oleh briket
batubara; pemanfaatan tenaga air mencapai 33,6 SBM; pemanfaatan
panas bumi mencapai 12,0 juta SBM; rasio elektrifikasi mencapai 60
persen; rasio elektrifikasi desa mencapai 79 persen; penghematan
pemakaian energi mencapai rata-rata 15 persen. Penghematan energi
akan berhasil mengurangi pemakaian energi, seperti tercermin dalam
intensitas energi yang turun dari 3.115 SBM/juta US dollar pada tahun
1994/95 menjadi 2.812 SBM/juta US dollar pada tahun terakhir
Repelita VI.
XIV/46
Untuk melaksanakan kebijaksanaan dan mencapai berbagai sasa-
ran pembangunan energi tersebut di atas, dikembangkan program
pembangunan sektor energi yang meliputi program pokok dan
program penunjang. Program pokok mencakup program
pengembangan tenaga listrik; program pengembangan listrik
perdesaan; dan program pengembangan tenaga migas, batubara, dan
energi lainnya. Sedangkan program penunjang mencakup program
pengendalian pencemaran lingkungan hidup; program penelitian dan
pengembangan energi; program pengembangan informasi energi; dan
program pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan energi.
a. Program Pokok
XIV/47
1) Program Pengembangan Tenaga Listrik
XIV/48
jumlah penduduk pada akhir PJP I, dan pada awal Repelita VI
meningkat lagi menjadi 16.936.613 pelanggan atau 45,0 persen dari
jumlah penduduk. Sementara itu, produksi listrik juga meningkat
menjadi 51.478,4 GWh pada tahun pertama Repelita VI, atau naik
sebesar 10,2 persen dibandingkan tahun terakhir PJP I. Penjualan
listrik pada tahun pertama Repelita VI menjadi 43.060,8 GWh atau
naik sebesar 10,5 persen dibandingkan tahun terakhir PJP I. Hasil
pembangunan tenaga listrik dapat dilihat pada Tabel XIV-16 dan
Tabel XIV-17, sedangkan produksi dan Jaya terpasang untuk masing -
masing wilayah pengusahaan PLN di Indonesia dapat dilihat pada
Tabel XIV-18.
XIV/49
tahun pertama PJP I menjadi 12,5 persen pada tahun 1993/94 dan
turun lagi pada awal Repelita VI menjadi 12,4 persen.
XIV/50
2) Program Pengembangan Listrik Perdesaan
XIV/51
jumlah desa berlistrik mencapai 54,0 persen. Hasil pembangunan
listrik perdesaan dapat dilihat pada Tabel XIV-19.
XIV/52
Dari sisi konsumsi, laju pertumbuhan pemakaian minyak bumi
selama PJP I adalah 8,7 persen per tahun dan selama Repelita V
adalah 8,2 persen per tahun. Pada tahun pertama Repelita VI laju
pertumbuhan tersebut dapat ditekan menjadi hanya sebesar 2,5 persen.
Penurunan laju kenaikan pemakaian minyak bumi tersebut terutama
dimungkinkan oleh mulai beroperasinya pusat-pusat tenaga listrik
dengan bahan bakar non minyak seperti pusat listrik tenaga air, pusat
listrik tenaga uap batubara serta pusat listrik panas bumi.
XIV/53
dibangun EXOR I di Balongan - Jawa Barat yang mempunyai
kapasitas 125 ribu barel per hari. Pihak swasta telah banyak
menunjukkan minatnya untuk berpartisipasi dalam pembangunan
kilang minyak. Di samping itu, untuk memperlancar pembekalan
dalam negeri, pada tahun pertama Repelita VI telah dilakukan
persiapan pembangunan beberapa terminal transit, pengembangan
depot satelit, depot pengisian pesawat udara, dan jaringan pipa.
XIV/54
mencapai 653,4 kilometer dan pada tahun pertama Repelita VI
jaringan pipa transmisi bertambah lagi menjadi 694,3 kilometer, atau
naik sebesar 6,3 persen. Pada tahun 1994/95 telah dimulai persiapan
pekerjaan pembangunan dan perluasan jaringan transmisi dari
Corridor Block Asamera di Jambi ke proyek Enhanced Oil Recovery
(EOR) di Duri, dan ke Batam.
XIV/55
selesainya pembangunan tambahan 2 buah SPBG maka jumlah SPBG
menjadi 9 buah. Penyaluran gas bumi untuk BBG-transportasi
meningkat pesat pada tahun 1994/95 menjadi 14,3 juta meter kubik
atau naik sekitar 31,7 persen terhadap tahun sebelumnya. Peningkatan
pelayanan BBG ini merupakan salah satu kegiatan dalam rangka
program diversifikasi energi di sektor transportasi.
XIV/56
pengukuran pasokan gas dan penyaluran gas. Perkembangan
pengusahaan tenaga gas tersebut dapat dilihat pada Tabel XIV-22.
XIV/57
dan timah, serta industri lainnya. Menjelang akhir PJP I, penggunaan
briket batubara untuk keperluan rumah tangga dan industri kecil mulai
dikembangkan dan mendapat sambutan yang baik dari masyarakat.
Pada tahun pertama Repelita VI telah dimulai suatu studi pola
distribusi briket batubara agar distribusi briket batubara nantinya
dapat dilakukan secara optimal.
XIV/58
telah dilakukan dengan kapasitas total 1.030 MW, yang berlokasi
masing-masing di G. Salak (220 MW), Dieng (95 MW), G. Karaha
(220 MW), G. Patuha (55 MW), G. Wayang-Windu (220 MW), dan
Sarula (220 MW).
XIV/59
angka-angka tersebut naik rata-rata setiap tahunnya 7,4 persen,
sedangkan dari tahun terakhir Repelita V ke tahun pertama Repelita
VI naik 4,2 persen. Selain itu, angka intensitas pemakaian energi juga
menunjukkan peningkatan, yaitu dari 1,8 SBM per juta US dollar
pada awal PJP I menjadi 3,2 SBM per juta US dollar pada akhir PJP
I. Angka ini bahkan meningkat pada tahun pertama PJP II menjadi 3,3
SBM per juta US dollar. Kenaikan ini diakibatkan pesatnya
pertumbuhan sektor perindustrian yang padat energi.
XIV/60
Dalam rangka penghematan penggunaan energi terus dilakukan
upaya penghematan energi melalui kampanye hemat energi agar
masyarakat memperoleh informasi tentang manfaat dan cara
melakukan penghematan energi. Upaya ini dilakukan antara lain
melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang penghematan energi. Selama Repelita VI telah
dilakukan peragaan dan percontohan untuk memperkenalkan teknologi
hemat energi kepada masyarakat di 23 kabupaten. Selain itu, juga
tengah dipersiapkan peraturan dan rancangan induk konservasi energi
nasional untuk menumbuhkan sikap hemat energi. Dengan demikian
pelaksanaan audit energi dan standardisasi serta pemasangan peralatan
hemat energi serta partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam
upaya penghematan energi dapat lebih ditingkatkan.
XIV/61
b. Program Penunjang
XIV/62
total 7.000 Watt Peak (WP) di Timor Timur dan pompa air PV
sebanyak 1 unit dengan kapasitas 1.600 WP di Nusa Tenggara Timur;
2 unit pusat listrik tenaga bayu (PLTB) dengan kapasitas masing -
masing 72 WP di pulau Seribu dan Bengkulu; mikrohidro sebanyak 5
unit dengan kapasitas total 160 kW di Nusa Tenggara Barat,
Lampung, dan Jawa Barat; panas bumi skala kecil sebesar 3 MW di
Ulumbu dalam tahap persiapan pembangunan; dan biomassa dengan
program penyebarluasan tungku hemat energi sebanyak 1.000 buah di
Sulawesi Selatan dan Tenggara melalui peningkatan kemampuan
pengrajin tungku dan penyuluhan pada masyarakat.
XIV/63
teknologi hemat energi di industri serta peningkatan pemanfaatan
produksi dalam negeri. Pada saat ini pemerintah dan swasta tengah
bekerjasama menyempurnakan peralatan yang dapat meningkatkan
efisiensi pemanfaatan listrik untuk industri kecil.
XIV/64
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendorong kerja sama dan koordinasi
yang baik antara pengguna dan penghasil informasi dalam bidang
energi, untuk membantu pengambilan kebijaksanaan, perencanaan,
penyusunan program, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan,
serta untuk dipergunakan sebagai alat bantu dalam menilai
keberhasilan pembangunan di sektor energi secara cepat, tepat, dan
akurat.
XIV/65
dilakukan dengan meningkatkan keterlibatan tenaga ahli Indonesia di
dalam menangani permasalahan energi, dan meningkatkan kerja sama
di bidang iptek dengan pihak perguruan tinggi dan lembaga litbang
lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri.
XIV /66
TABEL XIV - 15
KONSUMSI ENERGI PRIMER
1968, 1969/90 –
1993/94, 1994/95
Awal Repelita V Repelita VI
No. Sumber Energi PJP -I
(1968) 1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/941) 1994/952)
(ribu SBM) (%) (ribu SBM) (%) (ribu SBM) (%) (ribu SBM) (%) (ribu SBM) (%) (ribu SBM)(%) (ribu SBM (%)
1. Minyak Bumi 34.570 - 84,9 200.760 61,7 229.899 64,3 262.533 66,9 263.098 64,8 277.460 65,1 287.970 60,8
2. Gas Bumi 4.7417 11,6 73.013 22,4 76.962 21,5 77.444 19,7 82.316 20,3 88.390 20,7 122.200 25,8
3. Batubara 720 1,8 25.480 7,8 27.357 7,7 29514 75 32.365 8,0 31.970 7,5 40.250 8,5
4. Panas Bumi - - 2.020 0,6 2.247 0,6 2.095 0,5 2.020 0,5 2130 0,5 2.370 0,5
5. Tenaga Air 690 1,7 23.970 7,4 20.960 5,9 20.756 5,3 26.177 6,4 26.300 6,2 20.840 4,4
Jumlah 40.720 100,0 325.243 100,0 357.425 100, 392.342 405.976 100,0 426.250 100,0 .473.630 100,0
0
Keterangan :
SBM = Setara Barel Minyak
1) Angka diperbaiki
2) Angka sementara s/d Maret 1995
XIV/67
GRAFIK XIV — 5
KONSUMSI ENERGI PRIMER
1968, 1989/90— 1993/94, 1994/95
XIV//68
TABEL XIV — 16
HASIL PELAKSANAAN PEMBANGUNAN TENAGA LISTRIK 1)
1968, 1989/90— 1993/94,1994/95
XIV/69
GRAFIK XIV - 6
PENGUSAHAAN TENAGA LISTRIK
1968, 1989/90 - 1993/94, 1994/95
XIV/71
TABEL XIV — 19
HASIL PELAKSANAAN PEMBANGUNAN LISTRIK PERDESAAN 1)
1968, 1989/90 — 1993/94, 1994/95
4. Jaringan Tegangan Menengah kms - 2.605,5 2.869,7 5.039,2 8.721,9 8.013,3 9.014,8
6. Jaringan Tegangan Rendah kms - 2.982,7 3.265,1 5.236,9 10.369,5 9.690,0 9.706,9
1) Angka tahunan
2) Angka diperbaiki
3) Angka sementara s/d Maret 1995
XIV/73
XIV/74
TABEL XIV - 20
KONSUMSI B B M- DI
1968, 1989/90 DALAM
1993/94, NEGERI
1994/95
Awal Repelita V Repelita VI
PJP-I
No. Jenis Energi (1968) 1989/90 199091 1991/92 1992/93 1993/941) 1994/952)
(ribu SBM) (%) (ribu SBM) (%) (ribu SBM) (%) (ribu SBM) (%) (ribu SBM) (%) (ribu SBM) (%) (ribu SBM) (%)
0,42 61,07 0,03 59,50 0,03 60,25 0,03 52,01 0,02 52,20 0,02 49,10 0,02
1. Avgas 176,19
500,75 1,20 6.251,95 3,26 1218,36 3,25 7334,84 3,16 8289,94 3,31 5.998,00 2,27 6310,60 2,21
2. Avtur
9.409,67 22,58 36.978,55 19,28 41.010,88 18,73 43.881,26 18,90 45.980,13 18,36 49.690,60 18,80 63.455,74 22,18
3. Premium
17.322,08 41,56 47.856,16 24,96 50.109,69 22,88 51.821,89 22,33 54251,45 21,66 55.066,40 20,83 65.799,93 23,00
4. Minyak Tanah
8.682,42 20,83 68.097,04 35,51 76.952,77 35,14 84.073,90 36,22 95.949,56 38,31 107.071,40 40,51 111.700,43 39,04
5. Minyak Solar
6. Minyak Diesel 4,75 10.755,91 5,61 11.735,41 5,36 11.709,62 5,04 12:073,58 4,82 12.055,20 4,56 11.882,10 4,15
1.980,34
3.606,45 8,65 21.763,65 11,35 32.013,58 14,62 33.236,86 14,32 33.851,19 13,52 34.406,20 13,02 26.902,10 9,40
7. Minyak Bakar
Jumlah . 41.677,91 100,0 191.764,34 100,00 219.000,19 100,00 232.118,62 100,00 250.447,86 100,00 264340,00 100,00 286.100,00 100,00
0
keterangan :
SBM = Setara Barel Minyak
1) Angka diperbaiki
2) Angka sementara s/d Maret 1995