Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGAUDITAN I

(Jenis – Jenis Pengujian dalam Audit)

Oleh:

KELOMPOK 4

I Gusti Ayu Novi Yudiantari (1907531161)

Komang Tika Dewi (1907531182)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
11.1 PENGUJIAN SUBSTANTIF
Pengujian substantif merupakan prosedur-prosedur pengauditan yang dibuat oleh auditor
untuk menguji atau mendeteksi kesalahan salah saji material dalam nilai rupiah yang
mempengaruhi langsung kebenaran dari saldo-saldo dalam laporan keuangan. Maka auditor
harus menghimpun semua bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan perusahaan yang diauditnya. Pengujian substantif
menyediakan bukti mengenai kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang signifikan.

Terdapat 3 jenis pengujian substantif diantaranya :


a) Pengujian substantif atas transaksi
Tujuan dari pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan apakah
semua tujuan audit berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives) telah
terpenuhi untuk setiap kelastransaksi. Auditor juga melakukan pengujian ini untuk
menentukan apakah transaksi belanja telah dicatat dengan benar, transaksi belanja telah
dicatat pada periode laporan yang tepat, belanja telah diklasifikasikan dengan benar
dalam neraca, dan apakah belanja telah diikhtisarkan dan diposting dengan benar ke buku
besar. Jika auditor merasa yakin bahwa transaksi-transaksi telah dicatat dan diposting
dengan benar, auditor dapat meyakini bahwa jumlah dalam buku besar juga benar.
b) Prosedur Analitis
Prosedur analitis mencakup perbandingan-perbandingan dari jumlahjumlah yang
dicatat dengan jumlah yang diharapkan yang disusun oleh auditor. Biasanya juga
prosedur analitis mencakup perhitungan rasio-rasio oleh auditor untuk membandingkan
dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan.
c) Pengujian terinci atas saldo
Hampir sama halnya dengan pengujian atas transaksi, pengujian rincian saldo harus
dilakukan dengan memenuhi semua tujuan audit yang berkaitan dengan saldo bagi
masing-masing akun yang signifikan. Pengujian atas saldo akun juga sangat penting
karena bukti-bukti biasanya diperoleh dari sumber independen dengan tingkat keyakinan
yang lebih tinggi.

11.2 PENGUJIAN PENGENDALIAN


Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap rancangan
pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian internal. Pengujian
pengendalian ini, dilaksanakan auditor untuk menilai efektifitas kebijakan atau prosedur
pengendalian untuk mendeteksi dan mencegah salah saji materil dalam suatu asersi laporan
keuangan. Pengujian pengendalian memfokuskan diri pada tiga hal yaitu bagaimana
pengendalian diterapkan?, sudahkah diterapkan secara konsisten sepanjang tahun?, siapa yang
menerapkan pengujian pengendalian?.

1. Tipe Pengujian Pengendalian


Ada dua tipe pengujian pengendalian yaitu:
 Concurrent test of control yaitu pengujian pengendalian yang dilaksanakan auditor
seiring dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai SPI klien.
 Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan yaitu pengujian yang
dilaksanakan auditor selama pekerjaan lapangan.
2. Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Pengendalian
Ada empat prosedur untuk melaksanakan pengujian pengendalian yaitu:
 Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan klien
 Pengamatan terhadap karyawan klien dalam melaksanakan tugasnya
 Melakukan inspeksi dokumen, catatan, dan laporan
 Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor.
3. Lingkup Pengujian Pengendalian
Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko pengendalian
yang ditetapkan yang telah direncanakan oleh auditor. Semakin rendah tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang harus
dihimpun. Untuk klien lama, luas atau lingkup pengujian pengendalian dipengaruhi juga
oleh penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya.
Sebelum menggunakan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya,
auditor harus memastikan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan atas rancangan dan
operasi berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan
audit tahun sebelumnya.
4. Penentuan Risiko Pengendalian
Dalam menentukan risiko pengendalian, auditor perlu:
 Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi untuk asersi tersebut.
 Menidentifikasi pengendalian yang dapat mencegah atau mendeteksi salah saji.
 Menghimpun bukti dari pengujian pengendalian apakah rancangan dan operasi
pengendalian relevan adalah efektif.
 Mengevaluasi bukti yang diperoleh
 Menentukan risiko pengendalian.

11.3 PENGUJIAN ANALITIKAL


Menurut PSA 22 (SA 329) prosedur analitis didefinisikan sebagai “evaluasi atas
informasi keuangan yang dilakukan dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan
dan nonkeuangan, meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat dengan ekspektasi
auditor.” Definisi ini menekankan pada ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur
analitis dapat dilakukan dalam tiga kesempatan selama penugasan audit berlangsung yakni saat
perencanaan, pengujian dan penyelesaian audit.
Prosedur analitis pada tahap perencanaan bertujuan:
a. Memahami kegiatan entitas yang diaudit
Umumnya auditor mempertimbangkan pengetahuan dan pengalaman tentang auditan
yang diperoleh di tahun sebelumnya sebagai titik tolak perencanaan audit tahun berjalan.
Dengan melakukan prosedur analitis, perubahan yang terjadi dapat diamati dari
perbandingan informasi tahun berjalan (yang belum diaudit) dengan informasi tahun
sebelumnya yang telah diaudit. Perubahan tersebut dapat mencerminkan kecenderungan
yang penting atau kejadian spesifik.
b. Menunjukkan kemungkinan salah saji
Perbedaan yang tidak diharapkan (fluktuasi yang tidak biasa) antara data keuangan
tahun berjalan yang belum diaudit dengan data keuangan yang dijadikan pembanding
dapat mengindikasikan adanya salah saji atau ketidakberesan akuntansi.
c. Mengurangi pengujian terinci
Jika prosedur analitis tidak mengungkapkan fluktuasi yang tidak biasa, maka
implikasinya adalah adanya kemungkinan salah saji material telah diminimalisasikan.
Dengan kata lain, pos tersebut tidak memerlukan pengujian rinci, prosedur audit tertentu
dapat dihilangkan, sampel dapat dikurangi, atau pelaksanaan prosedur audit pada pos
tersebut dapat dilaksanakan sesudah tanggal neraca.

Auditor umumnya melakukan beberapa langkah berikut untuk mencapai tujuan-tujuan


prosedur analitis awal, yaitu:

 Membandingkan angka-angka pada tahun berjalan dengan angka-angka pada tahun lalu,
baik data keuangan maupun data kuantitatif nonkeuangan.
 Mengidentifikasi fluktuasi-fluktuasi atau kecenderungan-kecenderungan yang tidak
biasa.
 Mengevaluasi kemungkinan faktor-faktor penyebab terjadinya fluktuasi-fluktuasi.

Prosedur analitis merupakan prosedur yang paling murah. Perhatian harus diberikan
pada bagaimana prosedur analitis dapat membantu pencapaian risiko deteksi yang dapat diterima
sebelum memilih pengujian terinci. Pada saat hasil prosedur analitis sesuai dengan yang
diharapkan dan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima tinggi, maka tidak perlu dilakukan
pengujian terinci.

Prosedur analitis menjadi bukti audit yang sangat penting karena dilakukan pada 3
(tiga) tahapan audit yaitu pada waktu perencanaan, pengujian substantif dan pada waktu
penyelesaian audit.

Menurut Arens dan Loebbecke, tujuan dari prosedur analitis dalam audit atas laporan
keuangan adalah:

 Memahami sifat industri dan usaha auditan.


 Memperkirakan kemampuan auditan untuk melanjutkan usahanya (going concern).
 Mengindikasikan terjadinya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.
 Mengurangi pengujian terinci.

Lebih lanjut Konrath menjelaskan bahwa jenis-jenis penerapan prosedur analitis antara
lain adalah:
a. Analisis Horizontal (trend analysis)
Analisis kecenderungan mensyaratkan auditor untuk memeriksa perubahan-
perubahan dalam data sepanjang waktu. Premis yang mendasari analisa ini adalah bahwa
kecenderungan di masa lalu mungkin diharapkan berlanjut di masa yang akan datang
kecuali terjadi perubahan- perubahan keadaan yang material. Aplikasi dari analisis
kecenderungan adalah dengan membandingkan unsur-unsur utama dalam laporan
keuangan yang diaudit dengan laporan keuangan tahun sebelumnya dan menyelidiki
perubahan yang signifikan
b. Analisis vertikal (Common-size analysis)
Laporan keuangan dengan ukuran yang biasa menyajikan semua unsur laporan
keuangan dalam bentuk persentase terhadap sebuah dasar yang biasa (common base).
Sebagai contoh dalam laporan keuangan semua aktiva dapat disajikan dalam persentase
terhadap total aktiva.
c. Analisis Rasio (Ratio Analysis)
Analisis rasio membandingkan hubungan-hubungan antara saldo akun. Meskipun
analisa ini lebih berguna ketika membandingkan auditan dengan organisasi lain, auditor
harus juga mengamati perubahan dalam rasio untuk suatu kurun waktu tertentu.

Berkaitan dengan jenis-jenis penerapan prosedur analitis, Arens dan Loebbecke


mengemukakan bahwa prosedur analitis terdiri dari 5 (lima) jenis yaitu:

 Membandingkan data auditan dengan data industri di mana auditan beroperasi;


 Membandingkan data auditan dengan data periode laporan yang sama;
 Membandingkan data auditan dengan hasil yang diharapkan auditan;
 Membandingkan data auditan dengan hasil yang diharapkan auditor; dan
 Membandingkan data auditan dengan hasil yang diharapkan, dengan menggunakan data
nonkeuangan.

Dua tujuan utama prosedur analitis yang dilakukan pada tahap pelaksanaan audit
atas saldo akun adalah (1) mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan
keuangan dan (2) mengurangi pengujian terinci atas saldo. Ada perbedaan mendasar dalam
prosedur analitis yang dilakukan dalam tahap perencanaan dan prosedur analitis yang dilakukan
dalam tahap pengujian. Pada tahap perencanaan, auditor mungkin menghitung rasio dengan
menggunakan data interim. Sedangkan pada tahap pengujian saldo akhir, auditor akan
menghitung kembali rasio itu dengan menggunakan data setahun penuh. Standar auditing
menyatakan bahwa prosedur analitis dapat digunakan sebagai pengujian substantif. Karena
prosedur analitis relatif lebih murah bila dibandingkan dengan pengujian-pengujian lainnya,
banyak auditor melakukan prosedur analitis yang luas dalam setiap audit.
Prosedur analitis yang menggunakan saldo bulanan akan lebih efektif dalam
melacak salah saji daripada prosedur analitis yang menggunakan saldo tahunan, dan
perbandingan antara perusahaan yang sama jenis usahanya akan lebih efektif daripada
perbandingan dengan seluruh perusahaan (companywide). Ketika auditor berencana untuk
menggunakan prosedur analitis sebagai bagian dari pengujian substantif untuk mendapatkan
keyakinan, adalah hal yang penting bahwa data yang digunakan dalam perhitungan adalah data
yang cukup dan dapat diandalkan.

11.4 HUBUNGAN MASING-MASING PENGUJIAN


a. Hubungan antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif.
Suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya mengindentifikasikan
kemungkinan salah saji yang memengaruhi nilai rupiah dari laporan
keuangan, sedangkan suatu pengecualian dalam pengujian subtantif transaksi atau
pengujian terperinci saldo merupakan suatu salah saji dalam laporan keuangan.
Pengecualian dalam pengujian pengendalian dinamakan deviasi ujin pengendalian.
Tiga tingkat kekurangan pengendalian : kekurangan, signnifikan dan kelemahan
material. Auditor sangat mungkin meyakini salah saji rupiah yang material terjadi dalam
laporan keuangan ketika deviasi uji pengendalian dianggap sebagai kekurangan
signifikan atau kelemahan material. Sehingga, selanjutnya auditor harus melakukan
pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk menentukan apakah
salah saji rupiah yang material telah terjadi.
b. Hubungan prosedur analitis dan pengujian subtantif
Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya mengindikasikan
kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah laporan keuangan. Fluktuasi
yang tidak biasa dalam hubungan sebuah akun dengan akun lainnya, atau denagn
informasi non keuangan, dapat mengindikasikan adanya peningkatan kemungkinan
terjadinya salah saji tanpa perlu membuktikan bukti langsung atas saji material tersebut.
ketika prosedur analitis tersebut mengindentifikasikan fluktuasi yang tidak biasa, auditor
harus melakukkan pengujian subtantif transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk
menentukan apakah salah saji rupiah benar-benar telah terjadi. Jika auditor melakukan
prosedur analitis subtantif dan meyakini bahwa kemungkinan terjandinya salah saji itu
kecil, pengujian subtantif lainnya dapat dikurangi. Untuk akun-akun dengan saldo yang
kecil, seperti misalnya akun perlengkapan dan akun-akun beban dibayar dimuka, auditor
sering kali membatasi pengujian mereka hanya sapai ke prosedur analitis.
DAFTAR PUSTAKA
Kompasiana.com. (2019, 28 Agustus). Prosedur Penujian Substantif Auditor. Diakses
pada 19 April 2021 dari
https://www.kompasiana.com/gilangprastya2586/5d66b1cf0d823056ec45a8b2/prosedur-
pengujian-substantif-auditor?page=all
Datakata.wordpress.com. (2014, 26 Desember). Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif. Diakses pada 19 April 2021 dari
https://datakata.wordpress.com/2014/12/26/pengujian-pengendalian-dan-pengujian-substantif/
Kartikayogiswari.blogspot.com. (2017, 9 Maret). Pengujian dalam Audit. Diakses pada
18 April 2021 dari
http://kartikayogiswari.blogspot.com/2017/03/pengujian-dalam-audit.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai