Bahan Tutor Bu Keni
Bahan Tutor Bu Keni
2. Glukosa murni merupakan pilihan utama, namun bentuk karbohidrat lain yang berisi
glukosa juga efektif untuk menaikkan glukosa darah.
3. Makanan yang mengandung lemak dapat memperlambat respon kenaikan glukosa darah.
4. Glukosa 15 – 20 g (2 – 3 sendok makan gula pasir) yang dilarutkan dalam air adalah terapi
pilihan pada pasien dengan hipoglikemia yang masih sadar.
5. Pemeriksaan glukosa darah dengan glukometer harus dilakukan setelah 15 menit pemberian
upaya terapi. Jika pada monitoring glukosa darah 15 menit setelah pengobatan
hipoglikemia masih tetap ada, pengobatan dapat diulang kembali.
6. Jika hasil pemeriksaan glukosa darah kadarnya sudah mencapai normal, pasien diminta
untuk makan atau mengkonsumsi snack untuk mencegah berulangnya hipoglikemia.
1. Hentikan obat – obat antidiabetes. Jika pasien menggunakan insulin, maka perlu dilakukan
penyesuaian dosis.
2. Jika didapat gejala neuroglikopenia, terapi parenteral diperlukan berupa pemberian dextrose
10% sebanyak 150 mL dalam 15 menit, atau dextrose 40% sebanyak 25 mL(hati – hati
risiko terjadinya ekstravasasi).
3. Periksa glukosa darah tiap 15 – 30 menit setelah pemberian i.v tersebut dengan target t 70
mg/dL. Bila target belum tercapai maka prosedur dapat diulang.
4. Jika glukosa darah sudah mencapai target, maka pemeliharaannya diberikan dextrose 10%
dengan kecepatan 100 mL/jam (hati – hati pada pasien dengan gangguan ginjal dan
jantung) hingga pasien mampu untuk makan.
1. sulfonilurea.
2. glinid
3. Insulin
D. Obat Hipoglikemik
Gunakan obat antidiabet golongan DPP-4I, jika HbA1c diatas target tambahkan SGLT2i atau
TZD, dan apabila masih diatas target tambahkan obat sulfonylurea atau basal insulin tetapi
dengan resiko sedikit terjadi hipoglikemia
Perhitungan Insulin
Subjektif :
Tn Lg 47 tahun dengan diabetes tipe 2, BB 75 kg Beliau baru saja mendapatkan basal
insulin (determin) ditambah dengan beberapa obat lain yaitu metformin 1 gram 2x1 dan
glikazide 80 mg 2x1. Beliau mengeluh bangun dengan sakit kepala, pusing dan
kleyengan pada pagi hari. Sering merasa kesemutan dan terdapat luka di kaki yang tidak
sembuh dari 3 bulan yang lalu. HbA1C 9,2%. Tn Lg juga mengalami sesak nafas. Sesak
nafas semakin berat saat malam hari. Diketahui pasien mempunyai riwayat hipertiroid
Akhir-akhir ini mengeluh sering berkeringat dingin dan berat badan menurun
Vital sign: TD : 100/70 mmHg, N : 80x/menit, RR : 28x/menit
Objektif :
Pemeriksaan laboratorium
Assesment :
Parameter Hasil Satuan Normal Keterangan
Segmen 71,9 40-70 Tinggi
Segmen 71,9 40-70 Tinggi
SGOT 39 U/L 15-37 Tinggi
Glukosa sewaktu 214 mg/dl ≤200 Tinggi
Lekosit Positif
Epitel Positif
Glukosa puasa 234 mg/dL 74-106 Tinggi
Glukosa 2jam PP 235 mg/dL ≤ 126 Tinggi
T3 20 mcg/dL 4,5-10,9 Tinggi
T4 400 Ng/dL 60-181 Tinggi
Abnormalitas :
- Sgot (Tinggi)
Kadar SGOT Pasien : 39 U/L
Kadar SGOT Normal: 15-37 U/L
Jika hasil tes SGOT ternyata lebih tinggi dari normal, artinya ada kerusakan pada
salah satu organ atau otot yang mengandung enzim SGOT.Organ tersebut bisa jadi
hati, tapi bisa juga otot, jantung, otak, maupun ginjal.
- Segmen
Kadar Segmen Pasien : 71,9
Kadar Segmen Normal: 40-70
- Glukosa sewaktu
Kadar Glukosa sewaktu Pasien : 214 mg/dl
Kadar Glukosa sewaktu Normal: < 200 mg/dl
Kadar glukosa sewaktu bisa tinggi disebabkan karena Stres, infeksi, kurang
berolahraga, terlalu banyak mengonsumsi karbohidrat, atau melakukan aktivitas fisik
yang cukup berat di saat tingkat insulin rendah juga dapat menjadi
pemicu gula darah tinggi.
penyebab kadar gula darah yang tinggi adalah kurangnya pasokan hormon insulin
ataupun saat hormon insulin yang tidak bekerja dengan optimal akibat resistensi
insulin.
Insulin merupakan hormon yang berperan penting dalam menjaga kadar gula dalam
darah tetap normal. Hormon ini membantu proses penyerapan glukosa oleh sel-sel
tubuh untuk selanjutnya diubah menjadi energi.
- Glukosa puasa
Tingginya kadar gula darah puasa pada penderita Diabetes Melitus secara terus
menerus dapat meningkatkan terjadinya resiko komplikasi. Serangan jantung, stroke,
gagal ginjal kronik dan gangren adalah komplikasi paling utama. Selain kematian
fetus intrauterin pada ibu yang menderita Diabetes Melitus tidak terkontrol juga
meningkat.
P (PLAN)
- Ventolin neb
Indikasi : Bronkospasme pada asma bronkial, bronkitis kronis & emfisema
Dosis : PENGGUNAAN OBAT INI HARUS SESUAI DENGAN PETUNJUK
DOKTER. Dewasa dan anak > 14 tahun : 10 - 20 ml. Anak 6 - 14 tahun : 10 ml.
Diberikan 2-3 kali/hari. Anak 2 - 6 tahun : 5 - 10 ml. Diberikan 2-3 kali/hari.
Aturan Pakai : Masukkan ke dalam nebulizer untuk dibuat menjadi partikel gas dan
dihirup
- Flixotide neb
Indikasi : Meredakan gejala dan eksaserbasi asma pada pasien yang sebelumnya
diterapi dengan bronkodilator saja atau dengan terapi pencegahan lain, pencegahan
asma berat pada pasien > 16 thn, terapi eksaserbasi akut asma ringan sampai sedang
pada anak-remaja.
Dosis : PENGGUNAAN OBAT INI HARUS SESUAI DENGAN PETUNJUK
DOKTER. 16 thn : 1-4 ampul 2x sehari, 4-16 thn : 2 ampul 2x sehari
Aturan Pakai : Obat di masukkan dalam alat nebulizer kemudian diuapkan sampai
cairan obat dalam alat habis
- Metformin Untuk control gula darah
- Glikazide untuk rangsang pancreas produksi insulin lebih banyak
1. Glukosa 2pp
Tes toleransi glukosa atau tes gula darah bertujuan untuk mengukur sejauh mana
kemampuan tubuh dapat memproses glukosa setelah mengonsumsi gula dalam jumlah
tertentu. Seperti yang kita ketahui, gula merupakan sumber energi utama tubuh.
Penggunaan glukosa dalam darah dipengaruhi oleh hormon insulin. Jika terjadi masalah
pada hormon insulin seperti pada penyakit diabetes, tentunya akan memengaruhi kadar
glukosa dalam darah. Kadar gula darah tinggi dapat mengindikasikan diabetes. Tes
toleransi glukosa dilakukan untuk mendeteksi diabetes atau tidak. Glukosa 2 jam
postprandial atau glukosa 2 jam PP adalah tes glukosa yang dilakukan setelah tes glukosa
darah puasa. Sebelum melakukan tes glukosa darah puasa, seseorang diharuskan untuk
berpuasa selama 8 hingga 12 jam. Setelah tes gula darah puasa dilakukan, Anda akan
diberikan minuman dengan kandungan glukosa sirup dengan kandungan 75 gram gula.
Merupakan pemeriksaan lanjutan setelah gula darah puasa yakni dengan
mengukur tingkat gula darah 2 jam setelah makan. Kadar gula darah 2 jam setelah
makan biasanya pada kisaran 80 – 140 mg/dl. Jika kadar gula darah Anda berada pada
140 – 199 mg/dl, maka Anda sudah termasuk dalam kategori pre-diabetes. Pemeriksaan
ini dilakukan untuk menilai seberapa besar fungsi pankrean untuk menetralisir gula darah
2. T3 & T4
Hormon tiroid adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid yang tertelak pada leher
bagian depan. Hormon tiroid memiliki fungsi untuk mengatur segala jenis metabolisme yang
terjadi pada tubuh kita. Untuk mengetahui kondisi fungsional dari kelenjar tiroid maka
dokter akan memeriksa nilai hormon tiroid dari hasil lab darah :
FATOFISIOLOGI
Pada kondisi hipertidroid (tingginya kadar hormon tiroid dalam tubuh) maka hasil
pemeriksaan lab tersebut akan meunjukan kadar yang tinggi melebihi nilai normal. Nilai
normal mungkin akan sedikit berbeda tergantung lab dan tergantung dari satuan yang
digunakan. Selain itu dokter biasanya akan memeriksakan nilai TSH (0.5-6 uU/ml). TSH
merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari di otak. Hormon ini berfungsi
untuk memicu sekresi hormon tiroid. Kadar TSH yang rendah dapat menjadi tanda adanya
hipertiroid. Apabila mengalami hipertiroid maka biasanya akan terasa gejala-gejala sebagai
berikut :
Penatalaksanaan HbA1c
1. Untuk pasien DM tipe 2 dengan HbA1c saat diperiksa < 7,5% maka pengobatan dimulai
dengan modifikasi gaya hidup sehat dan monoterapi oral.
2. Untuk pasien DM tipe 2 dengan HbA1c saat diperiksa ≥ 7,5%, atau pasien yang sudah
mendapatkan monoterapi dalam waktu 3 bulan namun tidak bisa mencapai target HbA1c < 7%,
maka dimulai terapi kombinasi 2 macam obat yang terdiri dari metformin ditambah dengan obat
lain yang memiliki mekanisme kerja berbeda. Bila terdapat intoleransi terhadap metformin, maka
diberikan obat lain seperti tabel lini pertama dan ditambah dengan obat lain yang mempunyai
mekanisme kerja yang berbeda.
3. Kombinasi 3 obat perlu diberikan bila sesudah terapi 2 macam obat selama 3 bulan tidak
mencapai target HbA1c < 7%
4. Untuk pasien dengan HbA1c saat diperiksa > 9% namun tanpa disertai dengan gejala
dekompensasi metabolik atau penurunan berat badan yang cepat, maka boleh diberikan terapi
kombinasi 2 atau 3 obat, yang terdiri dari metformin (atau obat lain pada lini pertama bila ada
intoleransi terhadap metformin) ditambah obat dari lini ke 2.
5. Untuk pasien dengan HbA1c saat diperiksa > 9% dengan disertai gejala dekompensasi
metabolik maka diberikan terapi kombinasi insulin dan obat hipoglikemik lainnya.
( berikan 2 kombinasi obat metformin dan Sulfonilurea serta tambahan insulin )
6. Pasien yang telah mendapat terapi kombinasi 3 obat dengan atau tanpa insulin, namun tidak
mencapai target HbA1c < 7% selama minimal 3 bulan pengobatan, maka harus segera
dilanjutkan dengan terapi intensifikasi insulin.
7. Jika pemeriksaan HbA1c tidak dapat dilakukan, maka keputusan pemberian terapi dapat
menggunakan pemeriksaan glukosa darah.
8. HbA1c 7 % setara dengan rerata glukosa darah sewaktu 154 mg/dL. HbA1c 7 – 7,49% setara
dengan rerata glukosa darah puasa atau sebelum makan 152 mg/dL, atau rerata glukosa darah
post prandial 176 mg/dL. HbA1c > 9% setara dengan rerata glukosa darah sewaktu t 212 mg/dL.
Sumber : Perkeni
Penatalksanaan Hipertiroid
Pilihan utama yaitu terapi yodium, obat – obatan antitiroid ( golongan Propilthiourasil seperti
methimazole ) dan tiroidektomi ( pengangkatan tiroid ). Golongan PTU jarang digunakan karena
memiliki efek samping yang serius seperti menurunkan kadar sel darah putih, kerusakan hati,
adanya reaksi alergi. Pilihan yang direkomendasikan untuk hipertiroid adalah terapi radioaktif
iodine ( RAI ), yaitu dengan merusak sel sel yang membuat hormone tiroid yang diberikan secara
oral sehingga tiroid yang terlalu aktif akan berikatan dengan yodium radiokaktif ( ATA )
Dosis RAI dengan aktivitas < 30 mCi memiliki laju dosis < 50 mikroSv/jam yang sesuai dengan
peraturan proteksi radiasi menurut NRC amerika bahwa dengan aktivitas < 30 mCi memiliki laju
dosis < 50 mikroSv/jam terbukti aman. ( Ahmad Mutokar, 2017 )
Plan
Untuk obat antidiabetes ( metformin 500 mg , glikazide 80 mg, dan insulin basal ) diperhatikan
dosis insulinnya karena pasien mengalami kleyengan di pagi hari yang mengindikasikan terjadi
hipoglikemik. Pasien diberikan langsung 3 obat karena nilai HbA1c nya > 9%, diberikan obat
antidiabet sampai nilai HbA1c nya < 7%. Pasien tidak mengalami penyakit lambung, batuk
berdahak sehingga ranitidn, vectin, dan lasal ekspetoran dihilangkan karena pasien tidak
mengalami hal itu. Untuk penyakit asma uratnya diberikan allopurinol 100 mg – 200 mg
sebanyak 2x sehari. Untuk asma direkomendasikan untuk mengecek FEV1 untuk mengetahui
derajat asma yang diderita. Asma diobati dengan pelega nafas ventolin nebulizer 10 – 20 ml 2 –
3 kali sehari. Untuk antibiotic yang diberika cefotaxim dan cefatidizime diganti dengan
Ciprofloxacin 400 mg secara iv 2x sehari. Untuk hipertiroid diberika methamizol dengan dosis
300 mg yang dibagi 3x sehari ( 100 mg per 1 kali makan ).
Monitoring :
*Asma
1. Lakukan pemantauan 1-2 minggu (selama 1-6 bulan)
2. Lakukan pemantauan kadar FEV1/PEF
3. Jika hasil monitoring bagus lakukan step down, jika sebaliknya lakukan step-up
4. Pastikan pasien sudah memahami teknik pengobatan inhaler
5. Pantau apakah ada paparan alergen/tidak
*DM
1. Lakukan pemantauan pre (90-130 mg/dL) dan post (< 180mg/dL) prandial plasma glucose
2. Target HbA1C < 6.5%
3. Insulin menyebabkan hipoglikemik (peningkatan BB)
4. Metformin menyebabkan defisiensi Vit B12
5. Sulfonilurea menyebabkan hipoglikemik
*Hipertiroid
1. Lakukan penecekan kadar T3 dan T4 atau TSH secara berkala