Anda di halaman 1dari 2

RINGKASAN

Febrian J. Konoralma Nim 20156605. Distribusi Jenis Ikan Demersal yang Tertangkap
dengan Jaring Insang Dasar (bottom gill net) di Perairan Teluk Ambon. Dosen
Pembimbing: Dr. Ir. Delly D.P. Matrutty dan Ir. T. Kesaulay MT.

Secara geografi Teluk Ambon terletak di Pulau Ambon pada posisi 3°37'30'-3°45'0'' LS-
128°7'30''-128°15'0'' BT. Teluk ini dibedakan atas dua bagian yaitu Teluk Ambon Dalam (TAD)
Teluk Ambon Luar (TAL), yang dipisahkan oleh suatu ambang yang sempit yang disebut
Ambang Poka-Galala. Karakteristik TAD semi tertutup dan relatif sempit, sedangkan TAL
cukup luas dan berhadapan langsung dengan Laut Banda. Aktivitas nelayan cukup tinggi di
perairan Teluk Ambon hingga saat ini menunjukkan bahwa potensi sumberdaya perikanan di
kawasan Teluk Ambon relatif cukup tinggi, baik sumberdaya ikan pelagis kecil maupun
demersal serta berbagai organisme bentik lainnya yang bernilai ekonomis penting seperti
muloska (bivavia dan gastropoda) dan lain-lain. Teknologi penangkapan ikan yang digunakan
cukup beragam antara lain pukat pantai, pukat cincin, jarig insang, berbagai jenis pancing, panah,
bubu dan lain-lain (Waileruny 2016). Akan tetapi sejauh ini belum ada data dasar maupun
informasi ilmiah tentang jenis-jenis ikan demersal yang terdistribusi di Teluk Ambon.

Salah satu cara yang perlu dilakukan untuk bisa mengungkapkan jenis apa saja maupun ukuran
dari berbagai jenis ikan demersal di Teluk Ambon, baik di TAD maupun TAl adalah penelitian
secara ekploratif,. Alat sampling yang dipilih adalah jaring insang dasar (bottom gill) dengan
ukuran mesh size 2 inch. Pengunaan jaring insang dasar ini dengan asumsi bahwa jenis ikan yang
tertangkap dapat mewakili populasi spesies ikan di Teluk Ambon. Tujuan penelitian ini adalah :
(1) Mengidentifikasi jenis ikan demersal yang terdistribusi di perairan Teluk Ambon Dalam
(TAD) maupun Teluk Ambon Luar (TAL), dan (2) Mendeskripsikan ukuran dan berat setiap
individu dari spesies ikan yang tertangkap, baik di TAD maupun TAL, dengan menggunakan
jaring insang dasar (bottom gillnet).

Penelitin ini dilakukan sejak Maret hingga Juli 2020, di Teluk Ambon dengan menggunakan
satu unit jaring insang dasar. Metode pengambilan data adalah percobaan penangkapan
(experiment fishing). Data diperoleh dengan cara mengoperasikan jaring insang dasar pada 8
lokasi/stasiun (st), masing-masing di TAD 4 st. yaitu: peraian Halong, Waiheru, Poka dan
Tanjung Martafon dan di TAL 4 st. yaitu: perairan Negeri Galala, Rumah Tiga, Tantui dan
Hative besar) yang diduga merupakan DPI dari nelayan di sekitar teluk. Pengambilan data
dilakukan secara acak pada msing-masing st. sebanyak 5 trip. Hasil tangkapan yang diperoleh
dipisahkan per jenis dan dihitung jumlah per jenis, diukuran panjang dan berat dari masing-
masing individu, kemudian membuat dokumentasi spesies . Selanjutnya ikan sample dari setiap
spesies dibawa ke Laboratorium Ichtiology pada Pusat Kemaritiman dan Kelautan Unpatti untuk
diidentifikasi. Analisa data dilakukan secara deskriptif kualitatif.
Hasil identifikasi menunjukkan terdapat 52 spesies ikan, yang terdiri dari 30 spesies dari 20
family menyebar di TAD dan 39 spesies dari 28 family menyebar di TAL. Akan tetapi
distribusi spesies tidak merata pada setiap stasion/DPI. Pada TAD spesies ikan demersal dengan
jumlah individu tertinggi adalah ikan bobara dari spesies Caranx sexfasciatus family Carangidae
yakni 14 indv atau 8.81 % , yang menyebar pada st. Tj Martafon (11 indv) st. Waiheru dan st
Hallong (2 dan 1 indv.), sedangkan pada st. Poka spesies ini tidak ditemukan. Spesies tertinggi
kedua adalah ikan samandar spesies Siganus margaritiferus (Valenciennes, 1835) dari Family
Siganidae yakni 13 indv. atau 8.18%, dijumpai di St Hallong dan Poka (12 dan 1 indv),
sedangkan pada kedua stasiun lainnya yakni St Tg Martafon dan Waiheru spesies ini tidak
ditemukan. Fanomena menarik yang dijumpai di TAD adalah selain ikan demersal, jenis ikan
pelagis ikut terjaring saat pengambilan sampel bahkan mendominasi hasil tangkapan adalah ikan
lema dari spesies Rastrelliger kanagurta dengan persentasi sebesar 22.64 % (36 indv) dari total
individu (159 indv), yang tersebar tertinggi pada st. Tg Martafon (23 indv), diikuti st. Hallong
dan Poka (8 indv dan 5 indv).

Pada TAL distribusi spesies dengan jumlah individu tertinggi adalah ikan kerong-kerong
(Terapon jarbua) dari family Terapontidae sebesar 29.56 % atau 60 individu dari total individu
yang menyebar pada St. Galala (51 indv) diikuti St. Rmh Tiga (8 indv), dan St Hative besar (1
ind), sedangkan pada St. Tantui spesies ini tidak ditemukan. Spesies dominan kedua adalah ikan
salmaneti dari spesies Mulloidichthys vanicolensis (Valenciennes 1831) sebesar 6.40 % atau 13
individu dari total individu yang tertangkap (203 individu). Spesies ini menyebar pada semua
lokasi/stasion berturut-turut st. Rmh Tiga 5 indv, st Hative Besar 4 indv, St Galala dan Tantui
masing-masing 2 indv. Pada TAL juga ditemukan ikan Lema spesies Rastrelliger kanagurta
yang menempati urutan kedua tertinggi yakni 13.79 % atau 28 indv dari total indv yang
tertangkap, setelah ikan kerong-kerong (Terapon jarbua). Dai keempat stasiun pengambilan
data, spesies R. kanagurta menyebar pada st Rmh Tiga (18 indv), St Galala ( 3 indv) dan St
Hative (7 indv), sedangkan pada St Tantui spesies ini tidak ditemukan.

Berdasarkan sebaran ukuran panjang dan berat ikan sangat bervarisai tergantung jenis maupun
morfologi ikan. Misalnya untuk ikan Lema (Rastrelliger kanagurta) yang dominan tertangkap di
TAD memiliki rerata panjang 24.69 cm, dan rerata berat 203,94 gram, sedangkan di TAL jenis
ikan ini memiliki rerata panjang 24.66 cm dan rerata berat 222.57 gram. Untuk jenis ikan
dominan kedua yaitu ikan bubara (Caranx sexfasciatus) yang terdistribusi di TAD memiliki
rerata ukuran panjang 19.38 cm, dengan berat 141.90 gram sedangkan di TAL rerata
panjang18.00 cm, dengan berat 141.70 gram.

Anda mungkin juga menyukai