Anda di halaman 1dari 71

LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP PADA PASIEN ASMA

BRONKIAL DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN


OKSIGENASI DI RUANG LAIKAWARAKA RSU
BAHTERAMAS
PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Oleh :
KELOMPOK 12
1. MARIA MARNINGSIH MALO (2018610070)
2. .CLARA ATA JEJU (2018610069)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas berkat dan

rahmat-Nya, sehingga penilit dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kendari. Dalam penyusun Karya Tulis Ilmia ini peniliti

banyak mendapatkan bimbingan dari ibu Rusna Tahir , S.Kep, Ns, M.Kep selaku

dosen pemimbing I dan ibu Sitti Muhsinah, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen

pembimbing II terimakasih sudah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta

dengan sabar memberi bimbingan dan mengarahkan peneliti dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat penulis sesuaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1). Ibu Askrening, S.K,M.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kendari dan para wakil Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.

2). Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kendari.

3). Ibu Fitri Wijayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen penguji I, Ibu

Asminarsih Zainal Prio, M.Kep.,Sp.Kom selaku penguji II, dan Ibu

Nurfantri, S.Kep.,Ns.,M.sc selaku dosen penguji III yang telah memberikan

masukan dan saran dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.

vii
4). Ibu/Bapak Staf Dosen Program Studi Keperawatan Politeknik Kesehatan

Kendari yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal peneliti.

5). Pihak RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah banyak

membantu dalam usaha memperoleh data yang peniliti perlukan.

6). Terimakasih kepada yang teristimewah kedua Orang Tua yang saya

banggakan dan saya sayangi lebih dari apapun, Bapak Kasimudin dan Ibu

Munira yang telah membesarkanku, memberikan kasih sayang, kepercayaan,

dorongan, pengorbanan yang begitu besar dan, selalu menjadi inspirasi bagi

peneliti, dan dukungan baik dalam bentuk material maupun moral, dan doa

yang tiada henti sehinga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan program

Diploma III Keperawatan hingga pada tahap penyelesaian Karya Tulis Ilmiah

penulis selalu merasa dimudahkan.

7). Kepada kedua kakak yang saya sayangi Intan Asmarani, S.Kep dan ismanto

Indra Asmarandi, S.Agr yang telah memberikan motivasi, nasehat, dukungan,

dan bantuan dana sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

8). Terimah kasih kepada calon ipar Yanti Yarham Bachmid. S.Agr telah

membantu peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

9). Sahabat senasib dan seperjuangan yang tak akan terganti dan terlupakan

orang-orang yang sangat hebat peneliti sanggat banggakan mempunyai

kalian, Mudzakiroh, Amd. Kep, Putri Aningsi Amd. Kep, dan Nurul Aziizah,

Amd. Kep, yang selama 3 tahun ini bersama, susah senang, saling membantu

saling memotivasi, hingga tahap ahkir ini kita dapat bersama-sama meraih

gelar Amd. Kep.

viii
10). Buat keluarga besar terimah kasih atas dukungan dan semangatnya dalam

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

11). Buat seseorang yang spesial Abdurrahman At tin, Amd.Kep terimakasih atas

perhatian dan pengertiannya, yang tak pernah lelah mengajari,memberi

motivasi, semangat, dan support, mendengarkan keluh kesah selama

pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

12). Sahabat kesayangan saya Angriani Melinda Bahmid. S.Sos sudah memberi

semangat untuk menjalani proses Karya Tulis Ilmiah ini.

13). Terimah kasih kepada teman-teman Perawat Mudah kelas B angkatan 2015

atas kebersamaan selama 3 tahun ini.

14). Terimah kasih untuk semua pihak yang tidak dapat peniliti sebutkan satu

persatu yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah.

15). Terimah kasih kepada Nn.T dan keluarga yang telah bekerja sama dengan

peniliti sehingga peniliti mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah

ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik, masukan dan arahan senantiasa

peneliti harapkan dari berbagai pihak demi kemajuan penelitian selanjutnya.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermamfaat bagi semua pihak. Ahkir kata

peneliti berharap semoga Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan

semua pihak yang telaH

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................ii


HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI..............................................................iii

KEASLIAN PENELITIAN...................................................................................iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP..............................................................................v

HALAMAN MOTO..............................................................................................vi

KATA PENGANTAR...........................................................................................vii

HALAMAN ABSTRAK.......................................................................................x

DAFTAR ISI.........................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xiv

DAFTAR TABEL.................................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................6
C. Tujuan Penulisan Studi Kasus...................................................................6
D. Manfaat Penulisan Studi Kasus.................................................................6

xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................8

1. Pengkajian Umum...............................................................................8
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................10
3. Intervensi Keperawatan`......................................................................11
4. Implementasi Keperawatan.................................................................11
5. Evaluasi...............................................................................................13
B. Konsep Dasar Asma Bronkial................................................................13

1. Pengertian Asma Bronkial...................................................................13


2. Etiologi Asma Bronkial.......................................................................15
3. Gambaran Klinis Asma Bronkial........................................................16
4. Patofisiologi Asma Bronkial...............................................................16
5. Pathway Asma Bronkial......................................................................18
6. Penatalaksanaan Asma Bronkial.........................................................19
7. Komplikasi Asma Bronkial.................................................................19
C. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Asma Bronkial.........................20

1. Pengkajian Asma Bronkial..................................................................20


2. Diagnosa Keperawatan Asma Bronkial...............................................23
3. Perencanaan dan Implementasi Keperawatan.....................................24
4. Evaluasi Keperawatan.........................................................................26
D. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien Asma Bronkial......26

1. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi.......................................................26


2. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi..............27
3. Proses Oksigenasi................................................................................29
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi................30
5. Masalah Kebutuhan Oksigenasi...........................................................32
E. Intervensi Pada Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Oksigenasi 35

xii
BAB III METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus..............................................................................39


B. Subyek Studi Kasus...................................................................................39
C. Fokus Studi Kasus......................................................................................40
D. Definisi Operasional..................................................................................40
E. Tempat dan Waktu.....................................................................................41
F. Pengumpulan Data.....................................................................................41
G. Pengelolahan dan Analisa Data.................................................................42
H. Etika...........................................................................................................43

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian..........................................................................................44
1. Pengkajian...........................................................................................44
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................45
3. Intervensi Keperawatan.......................................................................47
4. Implementasi Keperawatan.................................................................50
5. Evaluasi Keperawatan.........................................................................61
B. Pembahasan Studi Kasus............................................................................61
1. Pengkajian...........................................................................................61
2. Diagnosa..............................................................................................63
3. Intervensi.............................................................................................64
4. Implementasi.......................................................................................66
5. Evaluasi...............................................................................................68
C. Keterbatasan Penelitian..............................................................................69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan................................................................................................70
B. Saran..........................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................73

LAMPIRAN ........................................................................................................

xiii
ke-tiga...............................................................................................................52

xv
1

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Asma bronkial merupakan satu hiperreaksi dari bronkus dan trakea,

sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang bersifat reversible

(Naga, 2012). Asma adalah penyakit dengan karakteristik sesak napas dan

wheezing, dimana frekuensi dan keparahan dari tiap orang berbeda. Kondisi

ini akibat kelainan dari jalan napas di paru dan memengaruhi sensitivitas

saraf pada jalan napas sehingga mudah teriritasi. Pada saat serangan, alur

jalan napas membengkak karena penyempitan jalan napas dan pengurangan

aliran udara yang masuk ke paru (Rosalina, 2015). Penyakit asma adalah

efek peradangan paru yang menyebabkan menyempitnya jalan napas,

sehingga pengeluaran udara dari paru-paru terhambat, dan demikian pula

dengan udara yang dihembuskan ke paru-paru (Setiono, 2005 dalam Aspar,

2014). Reaksi tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2 adalah dengan

menambah frekuensi pernapasan sehingga menimbulkan gejala sesak napas

(Haryanto, 2014).

Asma bronkial adalah penyakit yang masih menjadi masalah

kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, di derita oleh anak-

anak sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat,

bahkan dapat mengancam jiwa seseorang. Lebih dari seratus juta penduduk

di seluruh dunia menderita asma dengan peningkatan prevalensi pada anak-

anak (GINA, 2006). Asma biasanya dikenal dengan suatu penyakit yang

ditandai dengan adanya wheezing (Mengi) intermiten yang timbul sebagai


respon akibat paparan terhadap suatu zat iritan atau alergen. Pola pikir ini

mengakibatkan penatalaksanaan asma hanya berfokus pada gejala asma yang

muncul dan tidak ditunjukan pada penyebab yang mendasari terjadinya

kondisi tersebut. (Clark & Varnell, 2013).

Gejala asma sering terjadi pada malam hari dan saat udara dingin,

biasanya dimulai mendadak dengan gejala batuk dan rasa tertekan di dada,

disertai dengan sesak napas (dyspnea) dan mengi. Batuk yang dialami pada

awalnya susah, tetapi segera menjadi kuat. Karakteristik batuk pada

penderita asma adalah berupa batuk kering, paroksismal, iritatif, dan non

produktif, kemudian menghasilkan sputum yang berbusa, jernih dan kental.

Jalan napas yang tersumbat menyebabkan sesak napas, sehingga ekspirasi

selalu lebih sulit dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong pasien

untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesori pernapasan.

Penggunaan otot aksesori pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka

panjang dapat menyebabkan penderita asma kelelahan saat bernapas ketika

serangan atau ketika beraktivitas (Brunner & Suddard, 2002).

Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta

penduduk dunia menderita asma. Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus

bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun (GINA, 2006).

Depkes RI (2008) menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300 juta

orang diseluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini.

Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka diperkirakan akan

terjadi peningkatan.
Hampir 44 juta penduduk di Asia Timur atau daerah Pasifik

menderita asma, meskipun prevalansi dan laporan yang ada menunjukan

variasi yang besar di daerah itu. Para ahli percaya bahwa peningkatan

prevalensi asma yang signifikan akan dilaporkan di Cina sebanyak 10 kali

lipat. Mereka meramalkan bahwa peningkatan absolut prevalensi asma

sebesar 2% di Cina akan menyebabkan penambahan 20 juta pasien asma di

seluruh dunia (Clark & Varnell, 2013).

Prevelensi nasional penyakit asma sebesar 4,5%. Prevalensi asma

tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur

(7,3%), DI Yogyakarta (6,9%), Sulawesi Selatan (6,7%), Kalimantan Selatan

(6,4%), dan Sulawesi Tenggara (5,3%), (RIKESDAS, 2007). Data studi

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) diberbagai propinsi di Indonesia,

asma menduduki urutan kelima dari sepuluh penyebab kesakitan (morbiditas)

bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Asma, bronkitis

kronik, dan emfisema sebagai penyebab kematian (mortalitas) keempat di

Indonesia atau sebesar 5,6%. Lalu dilaporkan prevalensi asma di seluruh

Indonesia sebesar 13 per 1.000 penduduk (PDPI, 2006).

Data Riskesdas 2013 menunjukan bahwa prevalensi asma di seluruh

Sulawesi Tenggara sebesar 6,66%, tersebar disetiap Kabupaten/kota.

Kabupaten Buton 3,20%, Kabupaten Muna 5,23%, Kabupaten Konawe

5,78%, Kabupaten Kolaka 4,10%, Kabupaten Konawe Selatan 2,88%,

Bombana 4,76%, Kabupaten Wakatobi 5,44%, Kabupaten Kolaka Utara

3,53%, Kota Kendari 3,29%, dan Kota Bau-Bau 6,69%. Berdasarkan data

yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sultra pada tahun 2015 bahwa
penyakit Asma Bronkial berjumlah 1,613 kasus yang terjadi di rumah sakit,

sedangkan untuk kasus yang terjadi di puskesmas sebanyak 2,068 kasus

(Dinkes Provinsi Sultra, 2015). Instalasi Rekam Medik RSUD Bahterahmas

Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018, menunjukan bahwa tahun 2016

jumlah kasus asma bronkial sebanyak 104 kasus. Sedangkan pada tahun

2017 mengalami peningkatan sebanyak 152 kasus. (Instalasi Rekam Medik

RSUD Bahterahmas Provinsi Sulawesi Tenggara, 2018).

Penderita asma dapat melakukan inspirasi dengan baik namun sangat

sulit saat ekspirasi (Guyton & Hall 2006 dalam Widodo, 2012). Sehingga

terjadi gangguan difusi gas di alveoli. Hal tersebut menyebabkan, pasien

mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen (O 2). Penanganan yang

tepat dalam masalah gangguan pemenuhan O2 adalah dengan pemberian O2

dan pengobatan. Pemberian oksigen pada penderita asma bronkial minimal

94% melalui masker Rebreathing mask (RM) atau non Rebreathing mask

(NRM) maupun kanul nasal sesuai dengan kebutuhan dari pasien itu sendiri.

Konsentrasi oksigen yang tinggi dalam pemberian terapi dapat menyebabkan

peningkatan kadar PCO2 dalam tubuh pada pasien dengan asma. Walaupun

pemberian terapi oksigen digunakan secara sering dan luas dalam perawatan

pasien asma, pemberian oksigen seringkali tidak akurat, sehingga pemberian,

monitoring, dan evaluasi terapi tidak sesuai (Perrin et al, 2011). Oksigen

(O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses

metabolisme. Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses

fisiologis dalam tubuh. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh


mengalami kemunduran secara fungsional atau bahkan dapat menimbulkan

kematian. Oleh karena itu kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang

paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Fatmawati, 2009 dalam Widodo,

2012). Salah satu penyebab terganggunya pemenuhan kebutuhan oksigenasi

(O2). Pada asma bronkial adalah produksi mukus yang berlebihan

menyebabkan obstruksi saluran napas. Oleh karena itu perlu dilakukan

intervensi untuk membantu mengurangi obstruksi saluran napas adalah

dengan cara pemberian terapi farmakologi dan non farmakolgi, terapi

farmakologi terdiri dari inhalasi nebulizer, suction, terapi oksigen, dan terapi

pemberian obat, sedangkan terapi non farmokolgi terdiri dari fisioterapi

dada, postural drainage, dan mengajarkan klien teknik batuk efektif

(Hasanah, 2016).

Intervensi keperawatan seperti teknik batuk efektif mudah dilakukan

oleh pasien tanpa menggunakan biaya dan dapat dilakukan secara mandiri di

rumah pasien (Apriani, 2017). Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan oleh Apriani (2017) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

atau bermakna sebelum dan sesudah perlakuan batuk efektik pada pasien

dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik

RS Baptis Kediri.

Dari penjelasan diatas, yang disertai dengan data-data yang lengkap,

penulis merasa tertarik melakukan studi kasus yang akan disusun sebagai

proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pelaksanaan Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Asma Bronkial Dengan Gangguan Pemenuhan


kebutuhan Oksigenasi di Ruang Laika Waraka RSU Bahterahmas Provinsi

Sulawesi Tenggara.”

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Asma

Bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi?

C. Tujuan Penulisan Studi Kasus

Tujuan penulisan di bagi atas dua yaitu :

1 Tujuan umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronkial

dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.

2 Tujuan khusus

a. Melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien

asma bronkial.

b. Melakukan analisa data pada pasien asma bronkial.

c. Melakukan intervensi pada pasien asma bronkial.

d. Melakukan implementasi pada asma bronkial.

e. Melakukan evaluasi pada asma bronkial.

D. Manfaat Penulisan Studi Kasus

Karya tulis ini di harapkan memberikan manfaat bagi :

1. Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengenai Asma

Bronkhial khusunya dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi, dalam

intervensi teknik batuk efektif.


2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperwatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan dalam

penatalaksanaan asuhan keperawatan pemenuhan oksigenasi pada pasien

Asma Bronkial.

3. Bagi Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan intevensi

keperawatan, khususnya pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien

Asma Bronkial.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada

praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien diberbagai

tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan

kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan

kiat keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, sosial, dan spiritual secara

komprehensif yang bertujuan bagi individu, keluarga, dan masyarakat (Asmadi,

2008).

1. Pengkajian Umum

Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan

dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar pasien. Imformasi yang

didapat dari klien (sumber data primer), data yang didapat dari orang lain

(sumber data sekuder), cacatan kesehatan klien, imformasi atau laporan

laboratorium, tes diagnostik, keluarga dan orang yang terdekat, atau

anggota tim kesehatan merupakan pengkajian dasar (Asmadi, 2008).

a) Pengumpulan data

Data yang diperoleh berupa informasi mengenai masalah kesehatan

yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus

diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,

mental, sosial, dan spiritual serta faktor lingkungan yang

memperngaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah di analisis

(Hidayat, 2012).
Jenis data dalam pengkajian adalah data Objektif, yaitu data yang

diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,

misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Sedangkan Data

Subjektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien,

atau dari keluarga pasien/saksi lain. Mengeluh kepala pusing, nyeri dan

mual (Hidayat, 2012). Adapun fokus dalam pengambilan data anatra lain :

1) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang

2) Pola koping sebelumnya dan sekarang

3) Fungsi status sebelumnya dan sekarang

4) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan

5) Resiko untuk masalah potensial

6) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien.

b) Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan

berfikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan (Irman

Somarti, 2012).

c) Perumusan masalah

Setelah analisis data dilakukan dapat dirumuskan beberapa masalah

kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan

asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan

lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis

keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan

berdasarkan kriteria penting dan segera. Penting mencakup kegawatan dan

apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera


mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka

tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih

parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan

hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu keadaan yang mengancam

kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang

kesehatan dan keperawatan (Hidayat, 2012).

2. Diagnosa Keperawatan

a) Pengertian

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan

respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari

individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat

mengidentifikasi atau memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga

status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah

(Carpenito, 2000). Perumusan diagnosa keperawatan adalah sebagai

berikut :

1) Aktual, yaitu menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data

klinik yang ditemukan.

2) Resiko, yaitu menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika

tidak dilakukan intervensi.

3) Kemungkinan, yaitu menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan

untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.

4) Wellness, yaitu keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga

atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu

ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.


5) Syndrom, yaitu diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa

keperawatan aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan

muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses

keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapan pemecahan

masalah dan menentukan tujuan rencana untuk mengatasi masah pasien.

Perawat dapat menggunakan strategi pemecahan untuk mengatasi masah

pasien melalui intervensi dan menejemen yang baik. Rencana

keperawatan memuat tujuan sebagai berikut : (Hidayat, 2012).

a) Organisasi imformasi pasien sebagia sumber dokumentasi.

b) Sebagai alat komuniasi atara perawat dan klien.

c) Sebagai alat komunikasi antara angota tim kesehatan.

d) Langkah dari proses keperawatan, (pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi) yang merupakan rangkaian yang tidak dapat

dipisahkan.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai

setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana

tindakan yang spesifik dilakasanakan untuk memodifikasi faktor yang

mempengaruhi masalah kesehatan klien (Carpenito, 2000).


Pada waktu perawat memberikan pelayanan keperawatan, proses

pengumpulan dan analisa data berjalan terus-menerus, guna perubahan atau

penyesuaian tindakan keperawatan, pengorganisasian pekerjaan perawat

serta lingkungan fisik untuk pelayanan yang dilakukan (Hidayat, 2012).

Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagaiberikut:

a) Tahap 1:

persiapan Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut

perawat untuk mengevaluasi yang di indentifikasi pada tahap

perencanaan.

b) Tahap 2:

Intervensi Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan

adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dariperencanaan untuk

memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan

keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen, dan

interdependen.

c) Tahap 3 :

Dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti

oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian

dalam proses keperawatan.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan cacatan paling atas tentang indikasi

kemajuanpasien terhadap tujuan yang di capai. Evaluasi bertujuan untuk

menilai keefektifan perawatan dan untuk mengomunikasikan status pasien


dari hasil tindakan keperawatan. Evalausi memberikan imformasi, sehingga

memuminginkan revesi perawatan (Hidayat, 2012).

Evaluasi adalah tahap ahkir dari proses keperawatan. Evaluasi

menyediakan nilai imformasi mengenai pengaruh intervensi yang telah

direncanakan dengan merupkan perbandingan dari hasil yang diamati dengan

kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Pernyataan evaluasi

terdiri dari dua komponen yaitu data yang tercatat yang menyatakan kasus

kesehatan sekarang dan pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari

tindakan yang di berkan pada pasien (Hidayat, 2012).

B. Konsep Dasar Asma Bronkial

1 Pengertain

Asma adalah suatau keadan dimana saluran nafas mengalami

penyempitan karena hivesensivitas terhadap rangsangan tertenu, yang

menyebabkan peradanagan, penyempitan ini bersifat berulang dan di antara

episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih

normal. Penderita Asma Bronkial, hipersensensitif dan hiperaktif terhadap

rangasangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan

lain penyebab alergi. Gejala kemunculan sangat mendadak, sehingga

gangguan asma bisa dtang secara tiba-tiba jika tidak dapat mendapatkan

pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang. Gangguan asma

bronkial juga bias muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan

penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat

berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lender,

dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan (Irman Somarti, 2012).


Asma adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya

penyempitan bronkus yang berulang namun revesibel, dan diantara episode

penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih

normal. Keadaan ini pada orang-orang yang rentang terkena asma mudah

ditimbulkan oleh berbagai rangsangan yang menandakan suatu keadaan

hiperaktivitas bronkus yang khas (Solmon, 2015).

Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai

ciri brokospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama

pada percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai

stimul seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik dan

psikologi (Irman Somarti, 2012).

Menurut (Solmon, 2015), Tipe asma berdasarkan penyebab terbagi

menjadi alerg, idiopatik, dan nonalergik atau campura (mixed) antara lain :

a) Asma alergik/Ekstrinsik

Merupakan suatu bentuk asma dengan alergan seperti bulu binatang,

debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain. Alrgi terbanyak

adalah airboner dan musiman (seasonal). Klien dengan asma alergik

biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga dan riwayat

pengobatan eksrim atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergik akan

mencetus serangan asma. Bentuk asma ini biasanya di mulai sejak kanak-

kanak.

b) Idiopatik atau nonarelgik asma/instrinsik

Tidak berhubungan secara langsung dengan allergen spesifik.

Faktor-faktor seperti common cold, infeksi saluran nafas atas, aktivitas,


emosi/stres, dan populasi lingkungan akan mencetuskan serangan.

Beberapa agen farmakologi seperti antagonis b-adrenergik dan bahan

sulfat (penyedap makanan) juga dapat menjadi faktor penyebab.Serangan

drai asma idiopatik atau non nalregik menjadi lebih berat dan sering kali

berjalannya waktu dapat berkembang menjadi btis dan emfisma.Pada

beberapa kasus dapat dapat berkembang menjadi asma campuran. Bentuk

asma in biasanya dimulai ketika dewasa (> 35 tahun).

c) Asma campuran (Mixed Asma)

Merupakan bentuk asma yang paling sering. Asma campuran

dikarateristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergik dan idiopatik

atau nonalergik.

2 Etiologi Asma Bronkial

Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum

diketahui dengan pasti penyebababnya, akan tetapi hanya menunjukan

dasar gejala asma yaitu inflamasi dan respon saluran nafas yang berlebihan

ditandai dengan dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi), tumor

(esudasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsagan sensori),

dan function laesa fungsi yang terganggu (sudoyoAru,dkk.2015).

Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (infeksi

virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan

(debu, kapuk, tunggau, sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau

asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-

bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian,

tertawa terbahak-bahak), dan emosi (sudoyoAru,dkk.2015).


3 Gambran Klinis Asma Bronkial

Gejala asma terdiri atas triad, yaitu dipsnea, batuk dan mengi.

Gejala yang disebutkan terakhir sering dianggap sebagai gejala yang harus

ada (sine qua non), data lain terlihat pada pemeriksaan fisik (Nurarif &

kusuma, 2015).

4 Patofisiologi Asma bronkial

Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan

oleh limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan

molekul IgE dengan sel mast. Sebagian besar allergen yang mencetus asma

bersifat airborne dan agar dapat menginduksi keadaan sensitivitas, allergen

tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu terentu.

Akan tetapi, sekali sensitivitasi telah terjadi, klien akan memperlihatkan

respon yang sangan baik, sehingga sejumlah kecil allergen yang

mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi penyakit yang jelas

(Nurarif & kusuma, 2015).

Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut

asma adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis, beta-

adrenergik, dan bahan sulfat. Sindrom pernafasan sensitif-aspirin

khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat

dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis

vasomotor perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan

polip nasal. Baru kemudian muncul asma progresif. Klien yang sensitive

terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan pemberian obat setiap hari.

Setelah menjalani terapi ini, toleransi silang juga akan terbentuk terhadap
agen anti-inflamasi non-steroid. Mekanisme yang menyebabkan

bronkospasme karena penggunaan aspirin dan obat lain tidak diketahui,

tetapi mungkin berkaitan dengan pemebentukan leukotrien yang diinduksi

secara khusus oleh aspirin (Solomon, 2015).

Antagons ᵝ-adenergik biasanya menyebabkan obtruksi jalan napas

pada klien asma, halnya dengan klien lain. Dapat menyebabkan

peningkatan reaktivitas jalan nafas dan hal tersebut harus dihindari. Obat

sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium dan natrium bisulfit, natrium

sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas dignakan dalam industri makanan

dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat menimbulkan

obstruksi jalan nafas akut pada klien yang sensitive. Pajanan biasanya

terjadi setelah menelan makanan atau cairan yang mengandung senyawa

ini, seperti salad, buah segar, kentang, karang, dan anggur (Irman Somarti,

2012)

Pencetus-pencetus serangan diatas ditambah dengan pencetus lainnya

dari internal klien akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan

antibody. Reaksi antigen antibody ini akan mengeluarkan substansi pereda

alergi yang sebetulnya merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapi

serangan. Zat yang dikeluarkan dapat berupa histamine, bradikinin, dan

anafilaktoksin. Hasil ini dari reaksi tersebut adalah timbulnya tiga gejala,

yaitu berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas kapiler, dan

peningkatan sekret mukus (nurarif & kusuma, 2015).


5 Pathway Asma Bronkial
6 Penatalaksanaan Asma Bronkial

Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronkial adalah sebagai berikut

: (Somantri, 2009).

a) Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan:

1) Saatnya serangan

2) Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis)

b) Pemberian obat bronkodilator

c) Penilaian terhadap perbaikan serangan.

d) Pertimbangan terhadap pemberian kartikosteroid.

e) Penatalaksanaan setelah serangan mereda

1) Cari faktor penyebab

2) Modifikasi pengobatan penunjang selanjutya

7 Komplikasi

Komplikasi yang dapat teradi pada Asma Bronkial apabila tidak

segera ditangani, adalah : (Sundaro & Sukanto, 2006).

a) Gagal napas.

b) ZSDR5Bronkhitis.

c) Fraktur iga (patah tulang rusuk).

d) Pneumotoraks (penimbunan udara pada rongga dada disekeling paru

yang menyebabkan paru-paru kolaps).

e) Pneumodiastinum penimbunan dan emfisema subkitus.

f) Aspergilosis bronkopulmoner alergik.

g) Atelektasis.
C. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Asma Bronkial

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), meliputi :

1 Pengkajian

a. Biodata

Asma bal terjadi dapat meyerang segala usia tetapi lebih

sering dijumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum 10

tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.

Predisposisi laki-laki dan perempuan diusia sebesar 2 : 1 yang

kemudian sama pada usia 30 tahun.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma bal

adalah dispnea (sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan),

batuk, dan mengi (pada beberapa kasus lebih banyak

paroksimal).

2) Riwayat kesehatan dahulu

Terdapat data yang menyatakan adanya factor

predisposisi timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat

alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis,

urtikaria, dan eskrim).

3) Riwayat kesehatan keluarga

Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya

riwayat penyakit keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya


tidak ditemukan adanya penyakit yang sama pada anggota

keluarganya.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

a) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada

posisi duduk.

b) Dada diobservasi dengan membandikan satu sisi dengan yang

lainnya.

c) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah.

d) Ispeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya,

skar, lesi, massa, dan gangguan tulang belakang, sperti

kifosis, skoliosis, dan lordosis.

e) Catat jumlah,irama, kedalaman pernapasan, dan kemestrian

pergerakakan dada.

f) Observasi tipe pernapsan, seperti pernapasan hidung

pernapasan diafragma, dan penggunaan otot bantu

pernapasan.

g) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi

(I) dan fase eksifirasi (E). Rasio pada fase ini normalnya 1 : 2.

Fase ekspirasi yang memanjang menunjukan adanya

obstruksi pada jalan napas dan sering ditemukan pada klien

Chronic Airflow Limitation (CAL) / Chornic obstructive

Pulmonary Diseases (COPD)

h) Kelainan pada bentuk dada.


i) Observasi kesemetrian pergerakan dada. Gangguan

pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada

mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.

j) Observasi trakea obnormal ruang interkostal selama inspirasi,

yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.

2) Palpasi

a) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan

mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan keaadaan

kulit, dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).

b) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat

inspeksi seperti : mata, lesi, bengkak.

c) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan

ketika berbicara

3) Perkusi

Suara perkusi normal.:

a) Resonan (Sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada

jaringan paru normal.

b) Dullness : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan

diatas bagian jantung, mamae, dan hati.

c) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas

perut yang berisi udara.

Suara perkusi abnormal :

a) Hiperrsonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah

dibandingkan dengan resonan dan


timbul pada bagian paru yang

berisi darah.

b) Flatness : sangat dullness. Oleh karena itu,

nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada perkusi daerah hati,

di mana areanya seluruhnya berisi jaringan.

4) Auskultasi

a) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup

mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan

(abnormal), dan suara.

b) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika

melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.

c) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan

vesikular.

d) Suara nafas tambahan meliputi wheezing, , pleural friction rub,

dan crackles.

2 Diagnosa Keperawatan Asma Bronkial

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), meliputi :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan b.d mukus dalam jumlah

berlebihan, peningkatan produksi mukus, eskudat dalam alveoli

dan bronkospasme.

3 Perencanaan dan Implementasi keperwatan

Diagnosa menurut Nurarif & Kusuma

(2015).

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas

1) Batasan karateristik
a) Batuk yang tidak efektif

b) Ada suara napas tambahan

c) Perubahan irama napas

d) Sianosis

e) Penurunan bunyi nafas

f) Dispneu

g) Sputum dalam jumlah berlebihan

h) Gelisah

2) Faktor-faktor yang berhubungan


:

a) Obstruksi jalan napas

b) Mukus dalam jumlah yang berlebihan

c) Materi asing dalam jalan


napas

d) Sekresi bertahan/sisa sekresi

e) Sekresi dalam bronki

3) Fisiologi

a) Asma

b) Infeksi

c) Jalan napas alergik

d) Hiperplasi dinding bronkial

e) Penyakit paru obstruktif kronik


4 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum

dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam: (Somantri, 2009).

a) Mempertahankan jalan napas secara efektif yang ditunjukan dengan

adanya kemampuan untuk bernapas, jalan nafas bersih, tidak ada

sumbatan, frekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, serta

tidak ditemukan adanya tanda hipoksia.

b) Mempertahankan poa napas ecara efektif yang ditunjukan dengan

adanya kemampuan untuk bernapas, frekuensi, irama, dan

kedalaman, napas normal, tidk ditemkan adanya tanda hipoksia,

serta kemampuan paru berkembabng dengan baik.

c) Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukan

dengan adanyan kemampuan untuk bernapas, tidak ditemukan

dyspnea pada usaha napas,inspirasi, dan ekspirasin, dan ekspirasi,

dalam btas normal, serta saturasi oksigen dan PCO 2 dalam keadan

normal.

D. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Asma Bronkial

1. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi

Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan

karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi (Tarwoto, 2004).

Kebutuhan oksigenasi adalah merupakan kebutuhan dasar manusia yang

digunakan untuk kelangsunagan metabolisme sel tubuh mempertahankan

hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel (Hidayat, 2012).


2. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi

Menurut Somantri (2009), sistem tubuh yang berperan dala

kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran pernafasan bagian atas, bagia

bawah, dan paru.

a. Saluran pernafasan bagian atas

Saluran pernafasn bagian atas berfungsi menyaring,

mrnghangatkan dan melembabkan udara yang terhirup. Saluran

pernafasn terdir dari atas :

1) Hidung. Hidung terdiri dari neser anterior (saluran lubang dalam

lubang hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan yang di

tutpi bulu yang kasar dan bermuara kerongga hidung dan rongga

hidung yang di lapisi oleh selaput lendir yang mangandung

pembulu darah. Proses oksigenasi di awali dengan penyaringan

udara yang masuk melalui hidung oleh bulu yang ada dalam

vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta

dilembabkan.

2) Faring. Faring merupakan pipa yang memeliki otot,memanjang

dari dasar tengkorak sampai esofagus yang terletak dibelakang

nasofaring (di belakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan

dibelakang laring (laringofaring).

3) Laring (tenggorokan). Laring merupakan slauran perfasan setelah

faring yang terdiri atas bagian dri tulang rawan yang di ikat bersama

ligament dan membran, terdiri atas dua lamina yang tersambung di

garis tengah.
4) Epiglottis. Epiglottis merupakan katub tulang rawan yang bertugas

membantu menutup laring pada saat proses menelan.

b. Saluran nafas bagian bawah

Saluran pernafasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara

yang memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas :

1) Trakea. Trakea atau disebut sebagai batang tengorok, memiliki

panjang kurang lebih Sembilan sentimeter yang di mulia dari laring

sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea

tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap

berupa cincin,dilapisi selaput lender yang terdiri atas epithelium

bersila yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

2) Bronkus. Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjuatan

dari trakea yang terdi atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian

kanan lebih lebih pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang

memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri

lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari bolus atas dan

bawah.

3) Bronkiolus Merupakan saluran percabangan serta bronkus.

Paru merupakan organ utama dalam system pernafasna. Paru

terletak dalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai dengan

diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh

pleura viselaris, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi

cairan surfaktan. Paru terdiri atas dua bagian paru kiri dan paru

kanan. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta
pembulu darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak

disebut apeks.

3. Proses Oksigenasi

Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga

tahap, yaitu ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas

a. Ventilasi

Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari

atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Ventilasi di

pengaruhi beberapa hai, yaitu adanya perbedaan tekanan atmosfer

dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin

rendah demikian sebaliknya semakin rendah tempat tekanan udara

semakin tinggi. Proses ventilasi selanjutnya adalah complience dan

recoil. Compliance merupakan kemampuan paru untuk mengembang.

Kemampuan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya

sulfaktan yang terdapat lapisan alveoli yang berfungsi menurunkan

tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak

terjadinya kolaps serta gangguan torak.

b. Difusi gas

Difusi gas merupakan pertukaran antra oksigen di alveoli

dengan kapiler paru dan CO² dikapiler dengan alveoli.

Prosespertukaran ini di pengaruhi beberapa faktor, yaitu luasnya

permukaan paru, tebal yinterstial ( keduanya dapat mempengaruhi

proses difusi apabila terjadi proses penebalan), perbedaan tekanan

dan konsentrasi.
c. Transportasi gas

Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O 2 kapiler

kejaringna tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler, pada proses

transportasi, O2 akan berkaitan dengan Hb membentuk

Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan CO2

akan berkaitan dengan Hb karbomino hemoglobin (30%), larut dalam

plasma (5%),dan sebagaian menjadi HCO³ yang berada dalam darah

(65%).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi

a. Saraf otonomik

Rangsangan simpatis dan para simpatis dari saraf otonomik

dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan kontriksi,

sebagai hal ini dapat terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika

terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmitter

(untuk simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh

pada bronkhokontriksi) karena pada saluran pernafasan terdapat

reseptor adrenergic dan reseptor kolinergik.

b. Hormon dan Obat

Semua hormone termaksuk derivate catecholamine dapat

melebarkan saluran pernafasan. Obat yang tergolong parasimpatis,

seperti sulfat atropin dan ekstrak belladona, dapat melebarkan saluran

napas, sedangkan obat yang menghambat adrenergik tipe bête

(khususnya beta-2), seperti obat yang tergolong penyakit beta

nonselektif, dapat mempersempit saluran napas (bronkhokontriksi).


c. Alergi pada saluran napas

Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu

yang terdapat dalam hawa perpasan, bulu binatang, serbuk benang sari

bunga, kapuk, makanan dan lain-lain. Fakor-faktor ini menyebabkan

bersin bila terdapat rangsangan di daerah nasal, batuk bila bila saluran

pernafasan bagian atas, pada asma bronkiale dan rhinitis bila terdapat

disaluran bagian atas.

d. Perkembangan

Tahap perkebangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan

oksigenasi. Karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia

perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia premature, yaitu

adanya kecenderungan kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah

anak tumbu dewasa, kemampuan kematangan organ juga berkembang

seiring bertambahnya usia.

e. Lingkungan perilaku

Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi,

seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi tersebut

mempengaruhi kemampuan adaptasi.

f. Perilaku

Faktor perilaku dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi

adalah perilaku dalam mengonsusmsi makanan (status nutrisi). Sebagai

contoh, obositas dapat memepengahuri proses perkembangan paru,

aktivitas dapat mempengaruhi proses perkembangan paru, aktivitas

dapat mempengaruhi pasaproses peningkatan kebutuhan oksigenasi,


merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembulu darah,

dan lain-lain.

5. Masalah kebutuhan oksigenasi

a. Hipoksia

Hipoksia merupakan kondis tercukupnya pemenuhan kebutuhan

oksiganasi dalam tubuh akibat defisien di oksigen atau peningkatan

oksigen dalam sel, ditandai dengan adanya warna kebiruapada kulit

(sianosis). Secra umum terjadi hipoksia disebabkan oleh

menuruunannya kadar Hb, mnurunnya difusi O2 dari alveoli kedalam

darah,menurunya perfusi jaringan. Perfusi jaringan.atau gangguan

pentilasi yang dapat menurunkan konstrasi oksigen (Hidayat, 2012).

b. Perubahan pola napas

1) Tachypnea, meruapakan pernapasan yang memiliki frekuensi

lebih dari 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru dalam

keadaan ateleketaksis atau terjadinya emboli.

2) Bradypnea, merupakan pola pernapasn yang lambat dan kurang

dari 10 kali per menit. Pola ini dapat ditememukan dalam keadan

peningkatan tekanan intrakranial yang disertai narkotik atau seatif..

3) Hiverpentilasi, merupakan cara tubuh dalam mengompensasi

peningkatan jumlah okssigen dalam paru agar pernapasan lebih

cepat dan dalam.proses ini ditandai dengan adanya peningkatan

denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada menurunya

konsentrasi CO2, dan lain-lain. Keadaan dimikian dapat disebabkan

oleh adanya infeksi, keseimbangan asam basa, atau gangguan


psikologis. Hiperventilasi dapat menyebabka hipokapnea, yaitu

berkuranya CO2 tubuh di bawa batas normal, sehingga

rangsanganya terhadap pusat pernapasan menurun.

merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat

ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.

4) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh ntuk mengeluarkan

karbondioksidadengan cukup yang dilakukan pada saatt ventilasi

alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai

dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesehatan, diseorentasi

atau ketidak seimbangan elektrolit yang terjadi akibat eteektasis,

lumpunya otot-otot pernapasan, depresi pusat pernapasan,

peningkatan tahanan jalan udara, penurunan tahanan jaringan paru

dan thoraks, serta penurunan complianceparu dan toraks.keaadan

demikian dapat menyebabkan hiperkapnea, yaitu retensi CO2

dalam tubuh sehingga PCO2 meningkat (akibat hipoventilasi) dan

mengabitkan depresi susunan saraf pusat.

5) Dispnea, merupakan perasaan sesak dan berat saat bernapasan. Hal

ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam

darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.

6) Orothpnea, merupkan kesultan bernapas kecuali dalam posisi

duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang

yang mengalami kongestip paru.

7) Cheyne stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya

mula-mula naik,turun, berhenti, kemudian mulai dari siklu baru.


8) Pernapasan pardoksial, merupakan pernapasan yang ditandai

dengan pergerakan dinding paru yang berawal arah dari keadaan

normal, sering di temukan pada keadaan atelktaksis.

9) Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan

cheyne stoke, tetapi amplitudnya tidak teratur. Pola ini sering

dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan intrakranial yang

meningkat, trauma kepala, dan lain-lain.

10) Striod, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena

penyempitan pada saluran pernapasan

c. Obstruksi jalan napas

Obstruksi jalan napas (bersihan jalan napas) merupakan kondisi

pernapasan yang tidak normal akibat ketidak mampuan batuk secara

efektif, dapat disebabkan oleh sekresi, dan batuk tidak efektif karena

penyakit pernapasan seperti cerebo vascular accident (cva), efek

pengobatan sedatif, dan lain-lain

Tanda klinis yang dapat terjadi pada obstuksi jalan napas adalah

batuk batuk tidak efektif, idak mampu mengeluarkan sekresi di jalan

napas, suara napas menunjukan adanya sumbatan, jumlah irama dan

kedalaman pernapasan tidak normal.

d. Pertukaran Gas

Pertukaran gas merupakan penurunan gas. Baik oksigen maupun

karbondioksida antara alveoli paru dan sistem vascular, dapat

disebabkan oleh sekresi yang kental imobilisasi akibat penyakit sistem

saraf, depresi susunan saraf pusat, ataupun penyakit radang paru.


Terjadinya gangguang pertukaran gas ini menunjukan kapasitas difusi

menurun, antara lain disebabkan oleh penurunan luas permukan difusi,

penebalan membran alveolar kapiler, terganggunya pengangkutan O2

dari paru kejaringan akibat rasio ventilasi perfusi tidak baik, anemia,

keracunan CO2 dan terganggunyan aliran darah.

Tanda klinis yang dapat terjadi pada gangguan pertukaran gas

adalah dyspnea pada usaha napas, napas dengan bibir pada fase

ekspirasi, yang panjang, agitasi, lelah latergi, Meningkatnya tahanan

vascular paru, menurunnya strusasi oksigen, meningkatnya PCO2,

sianosis.

E. Intervensi Pada Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Oksigenasi

Salah satu intervensi untuk mempertahankan jalan nafas adalah :

(Hidayat, 2012).

1. Awasi perubahan status jalan napas dengan memonitor jumlah, bunyi

atau status kebersihannya.

2. Lakukan tindakan bersihan jalan napas dengan fibrasi, clapping atau

fostural drainas ( jika perlu lakukan suction)

3. Ajak teknik batuk efektif

4. Pertahankan jalan napas agar tetap terbuka dengan memasangan jalan

napas buatan, seperti oropharyngeal/ nasopharyngeal airway, intubasi

endotrakea, atau trakheostomi sesuai dengan indikasi.

5. Kerja sama dengan tim medis dalam memberikan obat bronkodilator.

Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang

tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk


membersikan laring, trakea, dan bronkiolus dari sekret atau benda asing

dijalan napas (Hidayat, 2012).

Tujuan batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi

paru,mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi

pneumonia.

Menurut Hidayat (2012) prosedur batuk efektif antara lain :

1. Cuci tangan.

2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

3. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur membungkuk

kedepan.

4. Anjurkan untuk menarik napas secara pelan dan dalam dengan

menggunakan pernapasan diafragma.

5. Setelah itu tahan napas kurang lebih 2 detik.

6. Batukan dua kali dengan mulut terbuka.

7. Tarik napas dengan ringan.

8. Istirahat.

9. Catat respon yang terjadi.

10. Cuci tangan.

Menurut Somantri (2009), prosedur batuk efektif antara lain :

1. Tahap PraInteraksi

a. Mengecek program terapi

b. Mencuci tangan

c. Menyiapkan alat
2. Tahap Orientasi

a. Memberikan salam dan sapa nama pasien

b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

c. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien

3. Tahap Kerja

d. Menjaga privacy pasien

e. Mempersiapkan pasien

f. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di

abdomen

g. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui

hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)

h. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah

lengkung pada punggung)

i. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan

j. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat

mulut, bibir seperti meniup)

k. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari

otot

l. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk

atau di dekat mulut bila tidur miring)

m. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3:

inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat

n. Menampung lender dalam sputum pot

o. Merapikan pasien
4. Tahap Terminasi

a. Melakukan evaluasi tindakan

b. Berpamitan dengan klien

c. Mencuci tangan

Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan


BAB III
METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Studi Kasus

Karya tulis ini menggunakan rancang dengan desain deskriptif.

Deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi

dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial.

B. Subyek Studi Kasus

Subyek studi dalam kasus ini adalah pasien asma bal dengan

kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus di penuhi

setiap masing-masing anggota yang akan di jadikan subyek (Notoatmodjo

2010).

a) Pasien dengan diagnosa medis asma bronkial

b) Pasien dengan Diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak

afektif.

c) Pasien yang menjalani rawat inap

d) Pasien bersedia menjadi subjek


2. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota yang tidak

bisa dijadikan sebagai subyek (Notaotmodjo, 2010). Kriteria eksklusi

pada penelitian ini adalah pasien yang menolak menjadi subyek.

a) Pasien pulang, pindah ruangan sebelum 5 hari.

b) Pasien yang tidak di diagnosa medis asma bronkial.

C. Fokus Studi

1. Asuhan keperawatan dengan pasien asma bronkial.

D. Definisi Operasional

Studi Kasus Asuhan Keperawatan :

1. Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan dalam

mengkaji harus memperhatikan data dasar pasien.

2. Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau

kelompok.

3. Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu

klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang

diinginkan dalam hasil yang diharapkan.

4. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang

dihadapi kestatus kesehatanyang lebih baik yang mengambarkan criteria

hasil yang diharapkan.

5. Evaluasi keperawatan adalah tahap ahkir dari proses keperawatan yang

menyediakan nilai imformasi mengenai pengaruh intervensi yang telah


direncanakan dengan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati

dengan kriteria hasil yang telah di buat pada tahap perencanaan.

E. Tempat dan waktu

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 juli 2018 s/d 25 juli 2018 di

RSU Bahtramas Provensi Sulawesi tenggara.

F. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Pengkajian meliputi

a. Inspeksi adalah pemeriksaan dengan metode pengamtan atau

observasi menggunakan panca indra untuk mendeteksi masalah

kesehatan pasien.

b. Palpasi adalah metode pemeriksaan dimana penguji meraskan ukuran,

kekuatan, atau letak sesuatu dari bagian tubuh.

c. Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan

dengan perantara jari tangan. Tujuannya untuk mengetahui keadaan

organ-organ dalam tubuh.

d. Auskultasi adalah mendegarkan suara yang terdapat di dalam tubuh

dengan bantuan alat yang disebut stetoskop.

2. Observasi

Observasi kegiatan merupakan suatu kegiatan untuk melakukan

secara langsung seperti pengukuran, pengamatan dengan menggunakan

indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan. Yang perlu

di observasi, suara napas, frekuensi napas, jumlah produksi sputum,warna


sputum, konsentrasinya (kental atau cair), dan reaksi klien selama di

lakukan tindakan

G. Pengelolahan dan Analisa Data

Pengelolaan analisa data yang di lakukan dalam penelitian ini adalah

setelah melakukan pengkajian data yang didapatkan data kesehatan dan data

keperawatan kemudian data-data tersebut diolah dalam bentuk data subjektif

dan data objektif kemudian dilakukan analisa data untuk mendapatkan

permasalahan keperawatan yang dialami klien, setelah masalah keperawatan

ditemukan maka masalah tersebut diangkat untuk dijadikan diagnosa

keperawatan kemudian mulai melakukan perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan. Penyajian data ditampilkan dalam

bentuk table dan naratif.


1. Pengkajian

Nn.T bernama Nn.T umur 19 tahun jenis kelamin perempuan

beralamat di Desa Konda Kabupaten Konawe Selatan diantar oleh

keluarganya ke UGD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi tenggara pada

tanggal 21 juli 2018 pada jam 05.15 WITA dengan keluhan sesak napas

dan batuk berdahak. Setelah diperoleh data Nn.T di diagnosa medis

Asma Bronkial.

Pengkajian yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 21 juli 2018

pukul 18.20 WITA didapatkan hasil data subyektif : Nn.T mengatakan

sesak napas dan batuk berdahak. Waktu timbulnya serangan sesak sering

terjadi tiba-tiba dan terjadi di malam hari, klien juga mengatakan pada

saat tidur malam posisi yang di gunakan yaitu posisi stengah duduk,

serangan asma terjadi jika ia merasa kedinginan, atau terkena paparan

debu, dan ketika serangan terjadi gejala lain yang di timbulkan yaitu

pilek dan batuk berdahak. Nn.T juga mengatakan ketika batuk sulit

untuk mengeluarkan dahak, apabila asmanya kambuh usaha yang

dilakukan yaitu meminum obat yang sudah di beli di apotik sebelumnya.

Nn.T mengatakan pernah melakukan pemeriksaan Tes Sputum hasilnya

normal, Nn.T sudah beberapa kali masuk RS dengan penyakit yang

sama dan keluarganya memiliki riwayat penyakit Asma. Data obyektif :

terdapat bunyi suara napas tambahan (ronchi), pernapasan 28 x/menit.


Irama napas cepat, Nn.T Nampak sesak, batuk dan berdahak dengan

konsistensi kental dan berwarna kuning. Tekanan darah: 100/80 mmHg,

Respirasi: 28x/ menit, Nadi: 100x /menit, Suhu: 36.0C

2. Diagnosa Keperawatan
1.Gangguan pertukaran gas
2.intoleransi aktivitas
44

3.Intervensi Keperawatan

No dx Diagnose Slki Siki Paraf


D.0056 Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Manajemen energy
dengan ekspektasi . Observasi :
 Frekuensi nadi  Identifikasi gangguan fungsi
 Keluhan lelah tubuh yang mengakibatkan
 Dispenea saat kelelahan
aktivitas  Monitor kelelahan fisik dan
 Dispenea emosional
setelah aktivitas  Monitor pola dan jam tidur
 Aritmia saat  Monitor lokasi dan
aktivitas ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapiutik :
 Sediahkan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
(mis,cahaya,suara,kunjungan)
 Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur,jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi :
 Anjurkan tira baring
 Anjurkan melakukan aktifitas
45

secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan srategi koping untuk
megurangi kelelahan
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

D.0003 Gangguan pertukaran Pertukaran gas Pemantauan respirasi


gas Dengan ekspektasi Observasi :
meningkat  monitor
 Dispenia frekuensi,irama,kedalaman
 Bunyi nafas dan upaya nafas
tambahan  monitor pola nafas seperti
 Pusing (bradipnea,takpnia)
 Diakoresis  monitor kemampuan batuk
 Gelisah efektif
 monitor adanya produksi
sputum
 monitor adanya sumbatan
jalan nafas
terapeutik :
 atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
 dokumentasikan hasil
pemantauan
edukasi :
 jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 informasikan hasil
pemantauan jika perlu
• 4. Implementasi Keperawatan

Implentasi keperawatan pada Nn. T yaitu:


No. Diagnosa Tanggal Jam Tindakan Hasil Paraf
 mengidentifikasi Subjektif :
D.0056 17 april 2021 09.50
gangguan fungsi tubuh Nn T
yang mengakibatkan
kelelahan mengatakan
 Memonitor kelelahan fisik masih merasa
dan emosional
 Memonitor pola dan jam sesak, Nn T
tidur mengatakan
 Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama masih batuk dan
melakukan aktivitas sulit untuk
mengeluarkan
dahak
Objektif :
Keadaan umum ,
lemah, Nn. T
Nampak sesak,
Nn T nmapak
batuk berdahak.
Sputum kental
dan berwarna
kuning
pernapasan cepat
terdapat bunyi
suara napas
tambahan
(ronchi).
 Tekakan darah
: 1O0/80
 mmHg,
Respirasi 28
kali permenit
 Nadi : 90 kali
permenit
 Suhu : 36,50C

 Memonitor
D.0003 18 April 2021 10.00 Nn T mengatakan
frekuensi,irama,kedalaman
Gangguan sesak
dan upaya nafas
pertukaran gas
 Memonitor pola nafas
seperti (bradipnea,takpnia)
 Memonitor kemampuan
batuk efektif
 Memonitor adanya
produksi sputum
 Memonitor adanya
sumbatan jalan nafas


berkurang, Nn T

mengatakan
masih batuk

beradahak,

Objektif :

Keadan Umum
mulai membaik
 ,Nampak batuk
berdahak,nampak
tidak sesak.

 Tekana

Darah :

100/60

mmHg,

 Respirasi : 26
kali permenit.

 Nadi : 98 kali
permenit.

 Suhu : 36,30C,

 terdapat bunyi

suara napas

tambahan,

(ronchi),
sputum

berkurang dan

berwarna

putih

5.Evaluasi keperawatan
Hari tanggal jam No .diagnosa Evaluasi
D.OO56 Intoleransi aktivitas S: Nn T mengatakan masih
merasa sesak, Nn T
mengatakan masih batuk dan
sulit untuk mengeluarkan
dahak
O: Keadaan umum , lemah,
Nn. T Nampak sesak, Nn T
nmapak batuk berdahak.
Sputum kental dan berwarna
kuning pernapasan cepat
terdapat bunyi suara napas
tambahan (ronchi).
 Tekakan darah : 1O0/80
MmHg
 Respasi 28 kali permenit
 Nadi : 90 kali permenit
 Suhu : 36,50C
A: Masalah belum teratasi
P:lanjut intervensi

D.0003 Gangguan pertukaran Evaluasi


gas
So :Nn T mengatakan sesak
berkurang
A : masalah teratasi
P:hentikan intervensi
KASUS

A. Pengkajian
1. Identitas Klien

 Nama : Nn.t
Umur : 19 tahun

Alamat : mataiyag Agama :Islam

pendidikan : SMA
pekejaan : pelajar
tanggal masuk : 17 april 2021
 No. Register : DM.115

2. Identitas penanggung jawab


 Nama : Ny. Rubinem
Umur : 35

Alamat :mataiyang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : islam
Hub. Dengan Klien : Istri

B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama
2. Pasien menyatakan sesak
3. Riwayat Kesehatan sekarang
Tanggal 16 2021pasien merasakan sesak na/as dan batuk. Pasien kemudian memeriksakan diri

ke dokter umum
dokter yang memeriksa menyanlurkan untuk rawat inap untuk 
 perawatan lebih lanut dengan keluhan sesak nafas batuk berdahak tetapi tidak disertai lendir
darah. pada saat dilakukan pengkaian pasien

mengeluh sesak na/as batuk berdahak terpasang < 2 2 liter5menit. 8asien terlihat lemah wajah
pucat respirasi 32 75menit.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
sebelumnya pasien pernah opname di R&U sebanyak 1 kali
5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga pasien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit seperti

yang diderita pasien tidak ada yang mempunyai riwayat menular atw keturunan.

C. Pengkajian fungsional
Pola pernafasan :

sebelum sakit : pasien tidak mengalami gangguan nafas /frekuensi nafas normal.
selama sakit : pasien mengalami sesak nafas /frekuensi nafas 32 menit

 pernapasan irresuler ekspirasi dan ispirasi tepat dan

dan skala terdengar adanya ronkhi.


1. pola Nutrisi dan metabolisme
sebelum sakit : pasien makan 3kali sehari habis satu porsi dengan komposisi nasi sayur dan
lauk kadang kadang disertai buah dan makanan tambahan. pasien minum
6sampai 8 gelas sehari
selama sakit : pasien makan 375hari habis F porsi den$an komposisi

 bubur sayur dan lauk serta buah yan$ disediakan di R&.


inum 4 $elas5hari E 200 selain itu pasien mendapat tambahan

nutrisi dari cairan infus 20 tpm


2. pola eliminasi
sebelum dan selama sakit pasien tidak mengalami gangguan pola eliminasi. pasien nn.t
175hari waktu tidak tentu dengan konsistensi

lembek bau khas BAK 3 Sampai 4 5menit warna kuning bau


3. pola Keseimbangan dan gerak 
sebelum sakit : pasien tidak mengalami ganguan dalam bergerak pasien mampu melakukan
ADL tanpa bantuan dan mobilisasi sendiri.
selama sakit : aktivitas pasien sedikit terganggu karena merasakan sesak na/as ADL
dibantu keluarga mobilisasi mandiri tapi dibatasi.

4. pola Istirahat tidur 


sebelum sakit : pasien tidak mengalami gangguan tidur tidur 8 -10
 jam /hari terdiri dari tidur siang dan tidur malam pasien dapat tidur
dengan tenang dan nyenyak.
selama sakit : pasien mengalami gangguan pola istirahat dan esak nafas pasien tidur 4
jam5hari dan waktunya tidak tentu kadang kadang pasien terbangun dari
tidurnya karena sesak nafas.
6. pola mempertahankan suhu tubuh

sebelum dan selama sakit pasien menyesuaikan diri dengan lingkungan


 bila udara dingin pasien menggunakan baju dan jaket serta selimut tebal. jika udara panas5suhu naik
pasien menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat.
C. pola Kebutuhan personal Hygiene
sebelum sakit : pasien mandi 2 x sehari (pagi dan sore) gosok gigi saat mandi dan sesudah
makan keramas 2 hari.
selama sakit : pasien disibin 2kali se hari oleh keluarganya gosok gigii 2 kali sehari dengan
dibantu oleh keluarga dan selama di rumah sakit

 pasien belum pernah keramas. terkadang ketika sesak


nafas hilang sementara waktu pasien mandi dan gosok gigi sendiri tanpa bantuan keluarga dengan alasan tidak mau merepotkan.
8. pola Komunikasi
sebelum sakit : pasien dapat berkomunikasi dengan baik komunikasi lancar dan mudah
dimengerti menggunakan bahasa indonesia
selama sakit : komunikasi pasien dengan orang lain sedikit terganggu

 pasien jarang berkomunikasi pasien lebih banyak diam karena merasa


sesak.t etapi ketika perawat dan dokter 
 bertanya pasien berusaha semampunya dan berusaha untuk menawab
pertanyaan dikarenakan juga pasien seorang yang ingin mengungkapkan
tentang keluhan

keluhan yang dirasakan dan penyakitnya.


3. Kebutuhan spiritual
sebelum sakit : pasien adalah seorang muslim dan taat menjalankan ibadah shalat 5
waktu dan terkadang juga serins mengikuti
 pengajian pengajian yang diadakan di didaerahnya.
selama sakit : pasien mendapatkan gangguan dalam menjalankan ibadah shalat 5 waktu
sehingga shalat waktu dilakukan semampunya ditempat tidur dan
pasien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
10. Kebutuhan berpakaian
sebelum sakit : pasien dalam berpakaian rapi ganti pakaian 2 kali sehari setelah mandi
dan pasien senang memakai kaos lengan
 pendek dan celana panjang.
selama sakit : pasien memakai pakaian kaos lengan pendek
 berganti pakaian 1 kali sehari dengan bantuan keluarga.
11. Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
pasien merasa aman bila ditunggui oleh keluarganya dan pasien merasa nyaman tidur ditempat
yang bersih dan mengenakan pakaian yang bersih

tetapi pasien merasa kurang nyaman karena merasa sesak nafas.


.
12. Kebutuhan belajar

pasien sesekali bertanya kepada perawat tentang penyakitnya komplikasi tanda maupun segalanya.

D. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
a. penampilan : lemah dan terlihat sulit dalam bernafas
 b. Kesadaran : composmentis
2. tanda tanda vital

 Tekakan darah : 1O0/80


 mmHg, Respirasi 28 kali permenit
 Nadi : 90 kali permenit
 Suhu : 36,50C
4. Kepala

a. bentuk kepala : simetris.

 b. Rambut : warna hitam lurus

bersih tidak ada ketombe tidak mudah rontok.

c. mata : simetris

d. Hidung : bersih septum simetris tidak ada pembesaran polip

tidak teradi perdarahan hidung terpasang nasal kanul.

e. telinga : bersih tidak ada penumpukan serumen /un$si


 pendengaran baik tidak menggunakan alat bantu

 pendengaran.

f. mulut : bersih tidak ada stomatitis tidak ada karies gigi

mukosa bibir lembab lidah bersih tidak ada

 perdarahan.

g. Leher : tidak teradi pembesaran kelenjar tyroid tidak ada

nyeri telan.
. Dada
a. paru -paru

I : simetris ada tarikan intersosta ekspirasi dan inspirasi tepat

skala. : retraksi traktil /remitus teraba sama : sonor 


A : terdengar adanya wheezing

 b. jantung
dada : simetris
6. Abdomen
: bersih datar tidak ada luka bekas insisi dan tidak adabenjolan : peristaltik usus
20 kali menit
: tidak ada nyeri tekan tidak ada pembesaran hepar se : tympani
C. genetalia

bersih tidak terpasan kateter.


8. Anus
bersih tidak terdapat hemorroid

3. ekstermitas
superior : lengkap tidak ada odema alat tidak ada luka rentang
gerak  pada tangan kiri terpasang infus 20 tetes5menit bersih.
 b. Interior : lengkap tidak ada luka odena alat rentang

10. Kuku dan Kulit


warna kulit sawo matang turgor kulit baik tidak ada lesi warna dasar kuku merah mudah

kokoh sirkulasi dan pengisian kapiler baik kapilary kuran$ dari 2 detik.
58

ANALISA DATA:

Data Penyebab Masalah

1..DO :Nn,t mengatakan batuk bercampur lendir berwarna Udara tidak teratur Intoleransi aktivitas Gangguan
putih kadang dingin kadang Pertukaran gas
panas,sering merasa
-sesak nafas sesak saat beraktivitas

2.DO:pasien menyatakan sesak nafas,pasien tampak susah Udara terlalu dingin Gangguan Pertukaran gas
bernafas

-Terpasang <2 liter permenit

-terdengar whezing

- RR 32 75menit

DS:Pasien mengatakan batuk mengeluarkan sekret

Prioritas masalah :
1.intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang dapat disebabkan
oleh ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen
2.gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi perfusi

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


NO DX Diagnosa kep Tanggal ditemukan Tanggal teratasi
D.OO56 Intoleransi aktivitas 16 april 2021 -
D.0003 Gangguan pertukaran 17 apri l2021 -
gas

2.3 .Intervensi Keperawatan

No dx Diagnose Slki Siki Paraf


D.0056 Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Manajemen energy
dengan ekspektasi . Observasi :
 Frekuensi nadi  Identifikasi gangguan fungsi
 Keluhan lelah tubuh yang mengakibatkan
 Dispenea saat kelelahan
aktivitas  Monitor kelelahan fisik dan
 Dispenea emosional
setelah  Monitor pola dan jam tidur
aktivitas  Monitor lokasi dan
 Aritmia saat ketidaknyamanan selama
aktivitas melakukan aktivitas
Terapiutik :
 Sediahkan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
(mis,cahaya,suara,kunjungan
)
 Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan atau aktif
59
 Berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur,jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi :
 Anjurkan tira baring
 Anjurkan melakukan aktifitas
secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan srategi koping untuk
megurangi kelelahan
Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

D.0003 Gangguan Pertukaran gas Pemantauan respirasi


pertukaran gas Dengan ekspektasi Observasi :
meningkat  monitor
 Dispenia frekuensi,irama,kedalaman
 Bunyi nafas dan upaya nafas
tambahan  monitor pola nafas seperti
 Pusing (bradipnea,takpnia)
 Diakoresis  monitor kemampuan batuk
 Gelisah efektif
 monitor adanya produksi
sputum
 monitor adanya sumbatan
jalan nafas

terapeutik :
 atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
 dokumentasikan hasil
pemantauan
edukasi :
 jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 informasikan hasil
pemantauan jika perlu

2.4. Implementasi Keperawatan


60

Implentasi keperawatan pada Nn. T yaitu:


No. Diagnosa Tanggal Jam Tindakan Hasil Paraf
 mengidentifikasi Subjektif :
D.0056 17 april 09.50
gangguan fungsi tubuh Nn T
2021
yang mengakibatkan
kelelahan mengatakan
 Memonitor kelelahan fisik masih merasa
dan emosional
 Memonitor pola dan jam sesak, Nn T
tidur mengatakan
 Memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama masih batuk dan
melakukan aktivitas sulit untuk
mengeluarkan
dahak
Objektif :
Keadaan umum ,
lemah, Nn. T
Nampak sesak,
Nn T nmapak
batuk berdahak.
Sputum kental
dan berwarna
kuning
pernapasan cepat
terdapat bunyi
suara napas
tambahan
(ronchi).
 Tekakan darah
: 1O0/80
 mmHg,
Respirasi 28
kali permenit
 Nadi : 90 kali
permenit
 Suhu : 36,50C

 Memonitor
D.0003 18 April 10.00 Nn T mengatakan
frekuensi,irama,kedalaman
Gangguan 2021 sesak
dan upaya nafas
pertukaran
 Memonitor pola nafas
gas
seperti (bradipnea,takpnia)
 Memonitor kemampuan
batuk efektif
 Memonitor adanya
produksi sputum
 Memonitor adanya
sumbatan jalan nafas

berkurang, Nn T

mengatakan

masih batuk

beradahak,

Objektif :
61
Keadan Umum
mulai membaik
,Nampak batuk
berdahak,nampak
tidak sesak.

 Tekana

Darah :

100/60

mmHg,

 Respirasi : 26
kali permenit.

 Nadi : 98 kali
permenit.

 Suhu : 36,30C,

 terdapat bunyi

suara napas

tambahan,

(ronchi),

sputum

berkurang dan

berwarna

putih

Evaluasi keperawatan
Hari tanggal jam No .diagnosa Evaluasi
D.OO56 Intoleransi aktivitas S: Nn T mengatakan masih
merasa sesak, Nn T
mengatakan masih batuk dan
sulit untuk mengeluarkan
dahak

O: Keadaan umum , lemah,


Nn. T Nampak sesak, Nn T
nmapak batuk berdahak.
Sputum kental dan berwarna
kuning pernapasan cepat
terdapat bunyi suara napas
tambahan (ronchi).
 Tekakan darah : 1O0/80
MmHg
 Respasi 28 kali permenit
 Nadi : 90 kali permenit
 Suhu : 36,50C
62
A: Masalah belum teratasi
P:lanjut intervensi

D.0003 Gangguan pertukaran Evaluasi


gas
M So :Nn T mengatakan sesak
berkurang
A : masalah teratasi
P:hentikan intervensi

DAFTAR PUSTAKA

Apriani, W. (2017). Asuhan keperwatan dengan masalah keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
63
dengan diagnosa medis : Asma Di ruang barokah. RS PKU Muhamadia Gombong. Eprints-Respiratory

Siftwafe.

Retrived maret 27, 2018. http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI%20APRIANI%20NIM.%

20A01401992.pdf

Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. (2014). Indeks Pembangunan Kesehatn

Masyrakat. Jakarta : Badan Penelitian & Pembanguan Kesehatan.

Refrived maret 16, 2018, http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI

%20APRIANI%20NIM.% 20A01401992.pdf.

Hasana, R. (2016). Askep Klien dengan Gangguan Pemenuhan Kebetuhan O2 pada penderita Asma Bronkial Di RSUD

. Prof. DR. Soekardar Mojosari, Reposetory. Poltekes Majapahit. Retrived maret 16, 2018.

http://www.repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/PUB- KEP/article/view/830/631

Anda mungkin juga menyukai