Anda di halaman 1dari 27

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM MIKROPALEONTOLOGI
ACARA I: FOSIL PERAGA KAYU DAN PENGENALAN MIKROSKOP

LAPORAN

OLEH
MUHAMMAD DIAN APRIANSYAH
D061191053

GOWA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geologi adalah suatu ilmu pengetahuan tentang kebumian yang berkaitan


dengan planet bumi, baik komposisi, sifat fisik, sejarah, komposisi, maupun
proses pembentukannya. Hal yang dipelajari tak hanya apa saja yang ada di dalam
bumi, melainkan juga fenomena alam yang ada di dalam permukaan bumi.
Geologi sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni geos yang artinya bumi dan
logos yang berarti ilmu. Dengan kata lain, geologi adalah ilmu yang mempelajari
terbentuknya bumi. Dalam ilmu geologi memiliki beberapa cabang ilmu antara
lain mikropaleontologi.
Mikropaleontologi merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang
mempelajari sisa-sisa organisme yang telah terawetkan di alam berupa fosil yang
berukuran mikro. Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai studi sitematik
yang membahas mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi, dan mengenai
kepentingannya terhadap stratigarfi atau ilmu yang mempelajari sisa organisme
yang terawetkan di alam dengan mengunakan alat mikroskop. Pada praktikum
mikropaleontologi kali ini, kegiatan yang akan dilakukan adalah pengenalan
mikroskop dan fosil peraga.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari pratikum acara 1 adalah agar peserta dapat mengetahui
dan mengenal mikroskop dan fosil dari filum foraminifera. Adapun tujuan dari
praktikum ini, antara lain:
1. Praktikan dapat mengetahui bagian-bagian mikroskop
2. Praktikan dapat mendeskripsikan filum foraminifera
3. Praktikan dapat mengetahui klasifikasi dari filum foraminifera
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikroskop

Mikroskop adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk
dilihat dengan mata telanjang. Kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah
dilihat dengan mata. Mikroskop ditemukan oleh Antony Van Leuwenhoek. Lalu
Antony Vn Leuwenhoek mengembangkan lensa sederhana itu menjadi lebih
kompleks agar dapat mengamati protozoa, bakteri dan berbagai makhluk kecil
lainnya. Setelah itu pada sekitar tahun 1600 Hanz dan Z Jansen telah menemukan
mikroskop yang dikenal dengan mikroskop ganda yang lebih baik daripada
mikroskop yang dibuat oleh Antony Vaan Leuwenhoek. Mikroskop berasal dari
dua buah kata yaitu mikro yang artinya adalah kecil dan dari kata scopium yang
artinya adalahh pengelihatan. Mikroskop adalah suatu alat yang berada didalam
laboratorium yang memberikan bayangan dari benda yang diperbesar hingga
ukuran tertentu hingga dapat dilihat dengan mata.

2.1.1 Mikroskop Stereo


Mikroskop stereo yaitu jenis mikroskop yang hanya dapat mengamati benda
dan dapat terlihat secara tiga dimensi. Mikroskop ini menggunakan dua jalur optik
(dua lensa okuler) terpisah dengan dua lensa objektif dan lensa mata untuk
memberikan sudut pandang yang lebih baik ketika menggunakan kedua mata.
Susunan lensa seperti ini menghasilkan pencitraan tiga dimensi pada sampel yang
akan diteliti.
Adapun bagian-bagian dari mikroskop stereo, antara lain:
1. Pemutar Halus, mengatur fokus terhadap objek secara halus
2. Lengan, untuk memgang atau mengangkat mikroskop
3. Tombol On/Off, untuk menyalakan dan mematikan lampu
4. Pemutar Kasar, mengatur fokus terhadap objek secara kasar
5. Meja Preparat, tempat untuk meletakkan objek pengamatan
6. Penjepit Preparat, untuk menjepit preparat
7. Lensa Objektif, untuk menentukan perbesaran lensa objektif/melihat objek
8. Lensa Okuler, eyepieces yang ditetapkan perbesarannya 10x
9. Lampu, untuk sumber pencahayaan saat pengamatan

Gambar 2.1 Mikroskop Stereo

2.1.2 Mikroskop Binokuler

Mikroskop binokuler yaitu jenis mikroskop yang memiliki 2 lensa, masing –


masing terdiri dari lensa okuler dan lensa objektif, sehingga pada saat digunakan
untuk pengamatan kedua lensa ini di pakai oleh kedua mata. Sumber cahaya yang
digunakan pada mikroskop binokuler berasal dari cahaya lampu.
Adapun bagian-bagian dari mikroskop binokuler, antara lain:
1. Pemutar Halus, mengatur fokus terhadap objek secara halus
2. Lengan, untuk memgang atau mengangkat mikroskop
3. Tombol On/Off, untuk menyalakan dan mematikan lampu
4. Pemutar Kasar, mengatur fokus terhadap objek secara kasar
5. Meja Preparat, tempat untuk meletakkan objek pengamatan
6. Penjepit Preparat, untuk menjepit preparat
7. Lensa Objektif, untuk menentukan perbesaran lensa objektif/melihat objek
8. Lensa Okuler, eyepieces yang ditetapkan perbesarannya 10x
9. Lampu, untuk sumber pencahayaan saat pengamatan
10.Diafragma, untuk sumber pencahayaan pada mikroskop
11.Revolver, pemutar untuk mengganti lensa objektif

Gambar 2.2 Mikroskop Binokuler

2.2 Foraminifera

Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang mempunyai


cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera diketemukan
melimpah sebagai fosil, setidaknyadalam kurun waktu 540 juta tahun. Cangkang
foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamaryang tersusun sambung-
menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada yangberbentuk paling
sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk bola dengansatu
lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik, butiran pasir atau
partikel-partikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau kristal CaCO3 (kalsit
atau aragonit) tergantung dari spesiesnya. Foraminifera yang telah dewasa
mempunyai ukuran berkisar dari100 mikrometer sampai 20 sentimeter. Penelitian
tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang terus berkembang
sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil foraminifera
bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi
minyak dan gas bumi.
2.2.1 Foraminifera Plantonik

Foraminifera planktonik merupakan jenis foraminifera yang hidup dengan


cara mengambang di permukaan laut. Ciri-ciri umum foraminifera planktonik
yakni sebagai berikut:
1. Test (cangkang) berbentuk bulat
2. Komposisi test berupa gamping hyaline
3. Hidup di laut terbuka (mengambang)
4. Di daerah tropis melimpah dan jenisnya sangat bervariasi
5. Di daerah subtropis-sedang jumlahnya sedikit tapi spesiesnya yang bervariasi

6. Di daerah subkutub jumlahnya melimpah tetapi spesiesnya sedikit.

2.2.1.1 Susunan Kamar

Adapun susunan kamar foraminifera plantonik, antara lain:


1. Planispiral
a. Semua kamar terlihat
b. Terputar pada satu bidang
c. Jumlah kamar ventral dan dorsal sama

Gambar 2.3 Susunan Kamar Planispiral


2. Trochospiral
a. Terputar tidak pada satu bidang
b. Tidak semua kamar terlihat
c. Jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama

Gambar 2.4 Susunan Kamar Trochospiral


2.2.1.2 Bentuk Test

Seluruh ordo foraminera memiliki cangkang yang dinamakan test, kecuali


pada beberapa bentuk primitif. Test foraminifera memiliki satu atau lebih kamar.
Adapun bentuk test pada foraminifera plantonik, antara lain:

Gambar 2.5 Bentuk Test

2.2.1.3 Bentuk Kamar

Bentuk kamar adalah bentuk masing-masing pembentuk cangkang (test)


foraminifera. Adapun bentuk kamar pada foraminifera plantonik, antara lain:

Gambar 2.6 Bentuk Kamar


2.2.1.4 Suture

Suture merupakan garis pertemuan antara septa dengan dinding cangkang.


Adapun jenis-jenis suture, antara lain:
1. Tertekan (melekuk), rata/muncul di permukaan test
2. Lurus, melengkung lemah, sedang/kuat
3. Suture yang mempunyai hiasan

2.2.1.5 Aperture

Adapun jenis-jenis aperture, antara lain:


1. Primary Aperture Interiomarginal (Aperture Utama
a. PAI. Umbilical, Aperture utama interiomarginal yang terletak di daerah
umbilicus/pusat putaran
b. PAI Umbilical Extra Umbilical, Aperture utama interiomarginal yang
terletak pada daerah umbilicus melebar sampai peri-peri
c. PAI Equatorial, Aperture utama interiomarginal yang terletak pada
daaerah equator
2. Secondary/Supplementary Aperture, Aperture tambahan, biasanya lebih kecil
dari aperture utama
3. Accessory Aperture, Aperture sekunder terlentak pada struktur
accsessory/aperture tambahan
2.2.1.6 Hiasan atau Ornamen

Adapun ornamen-ornamen pada foraminifera plantonik, antara lain:

Gambar 2.7 Hiasan atau Ornamen


2.2.2 Foraminifera Bentonik

Foraminifera bentonik adalah foram yang hidup di permukaan dasar


perairan dan terbagi menjadi organisme vagile (bergerak bebas) dan sessile
(tertambat). Fosil bentonik juga dapat digunakan dlam memecahkan masalah
geologi, antara lain:
1. Sebagai fosil petunjuk
2. Korelasi batuan
3. Penentu lingkungan pengendapan

2.2.2.1 Susunan Kamar

Adapun susunan kamar foraminifera bentonik, antara lain:


1. Monothalamus
Merupakan susunan dan bentuk akhir kamar-kamar foram bentonik yang hanya
terdiri dari satu macam kamar.

Gambar 2.8 Contoh Susunan Kamar Monothalamus


2. Polythalamus
Merupakan susunan dan bentuk akhir kamar-kamar foram bentonik yang terdiri
dari lebih satu macam kamar (biasanya jumlah kamarnya banyak).

Gambar 2.9 Contoh Susunan Kamar Polythalamus


2.2.2.2 Bentuk Test

Seluruh ordo foraminera memiliki cangkang yang dinamakan test, kecuali


pada beberapa bentuk primitif. Test foraminifera memiliki satu atau lebih kamar.
Adapun bentuk test pada foraminifera plantonik, antara lain:

Gambar 2.10 Bentuk Test

2.2.2.3 Bentuk Kamar

Bentuk kamar adalah bentuk masing-masing pembentuk cangkang (test)


foraminifera. Adapun bentuk kamar pada foraminifera bentonik, antara lain:

Gambar 2.11 Bentuk Kamar


2.2.2.4 Aperture

Aperture merupakan lubang utama pada cangkang foraminifera yang


berfungsi sebagai mulut atau juga jalan keluarnya protoplasma. Adapun jenis-
jenis aperture pada foram bentonik, antara lain:

Gambar 2.12 Bentuk Aperture

2.2.2.5 Hiasan atau Ornamen

Adapun ornamen-ornamen pada foraminifera bentonik, antara lain:

Gambar 2.13 Hiasan atau Ornamen


2.2.3 Bagian Tubuh Foraminifera

Gambar 2.14 Bagian Tubuh Foraminifera


Adapun bagian-bagian tubuh foraminifera, antara lain:
1. Septa, dinding pembatas antar kamar
2. Kamar, bagian dari tubuh mikrofosil
3. Aperture, lubang tempat keluar masuknya makanan
4. Suture, garis pembatas antar kamar
5. Proloculum, pusat perputaran kamar

2.2.4 Komposisi Test


Adapun komposisi test pada mikrofosil foraminifera, antara lain:
1. Chitin/Tektin
2. Aglutinin dan Arenaceous
3. Siliceous
4. Calcareous/gampingan
a. Gamping Kompleks, dinding dijumpai berlapis, kadang-kadang terdiri dari
satu sampai empat lapis homogen
b. Gamping Granular, dinding terdiri dari kristal kalsit yang granular
c. Gamping Hialin, terdiri dari zat-zat gampingan yang transparan dan berpori
(umumnya foram plantonik memiliki dinding seperti ini)
d. Gamping Porselen, dinding gampingan yang tidak berpori, mempunyai
kenampakan seperti pada porselen, bila terkena sinar berwarna putih opaque
BAB III
METODOLOGI

3.1 Metodologi

Adapun metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah metode
pendeskripsian sampel fosil dan mikroskop secara langsung didalam
laboratorium.

3.2 Tahapan Dalam Praktikum

Adapun tahapan praktikum yang dilakukan pada praktikum pengenalan fosil


adalah sebagai berikut:

3.2.1 Tahapan Pendahuluan

Pada tahapan pendahuluan, praktikan melaksanakan asistensi cara dimana


pada asistensi acara tersebut praktikan diberikan materi dasar sebagai pengenalan
awal mengenai praktikum yang akan dilaksanakan. Pada tahapan ini pula dibahas
juga hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk mengikuti praktikum tersebut seperti
alat dan bahan yang digunakan serta pemberian tugas pendahuluan.

3.2.2 Tahapan Praktikum

Pada tahapan ini, praktikan melakukan response tulis dengan diberi soal-
soal sehubungan dengan materi yang akan dilaksanakan pada praktikum tersebut
untuk mengetahui bagaimana pengetahuan yang dimiliki praktikan terhadap
praktikum yang akan dilaksanakan. Setelah melakukan responsi umum, kegiatan
praktikum dilakukan dengan melakukakan pengambilan data melalui pengamatan
terhadap sampel fosil yang diberikan yang dituliskan pada lembar kerja.

3.2.3 Tahapan Analisis Data

Pada tahapan ini, praktikan melakukan analisi data yang telah di ambil pada
tahapan sebelumnya yang kemudian dikembangkan untuk pembuatan laporan
sebagai hasil dari praktikum tersebut.
3.2.4 Tahapan Pembuatan Laporan

Pada tahapan ini kami membuat laporan berdasarkan analisis data yang telah
kami asistensikan sehingga menghasilkan laporan lengkap praktikum. Adapun
diagram alur tahapan praktikum, sebagai berikut :

Tahapan

Pendahuluan

Tahapan

Praktikum

Tahapan

Analisis Data

Tahapan

Pembuatan Laporan

Gambar 3.1 Diagram alur tahapan praktikum

3.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini, antara lain:
1. Lembar kerja praktikum
2. Buku penuntun
3. Alat tulis menulis
4. Alat peraga fosil
5. Mikroskop
6. Postuma
7. Chusman
8. Klasifikasi lingkungan pengendapan
9. Range chart
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Mikroskop

4.1.1 Mikroskop Stereo

Gambar 4.1 Mikroskop Stereo

Mikroskop stereo umumnya digunakan untuk melihat spesimen hidup atau


objek tiga dimensi. Mikroskop stereo memiliki beberapa karakteristik yang
membedakannya dengan mikroskop lain biasanya. Mikroskop ini memiliki dua
jalur optik yang terpisah, sehingga menghasilkan tujuan yang terpisah. Ini
merupakan fitur yang tidak dimiliki oleh mikroskop lainnya. Adapun bagian-
bagian dari mikroskop stereo, antara lain:
1. Pemutar Halus, mengatur fokus terhadap objek secara halus
2. Lengan, untuk memgang atau mengangkat mikroskop
3. Tombol On/Off, untuk menyalakan dan mematikan lampu
4. Pemutar Kasar, mengatur fokus terhadap objek secara kasar
5. Meja Preparat, tempat untuk meletakkan objek pengamatan
6. Penjepit Preparat, untuk menjepit preparat
7. Lensa Objektif, untuk menentukan perbesaran lensa objektif/melihat objek
8. Lensa Okuler, eyepieces yang ditetapkan perbesarannya 10x
9. Lampu, untuk sumber pencahayaan saat pengamatan
4.1.2 Mikroskop Binokuler

Gambar 4.2 Mikroskop Binokuler

Mikroskop binokuler di laboratorium umumnya memiliki kemampuan untuk


melakukan perbesaran mulai dari empat kali, sepuluh kali, empat puluh kali,
hingga seribu kali perbesaran. Dengan kemampuan perbesarannya tersebut,
mikroskop cahaya bisa digunakan untuk melakukan pengamatan beragam objek
seperti jaringan pada tumbuhan, hewan, bakteri, protozoa, dan objek mikroskopik
lainnya. Adapun bagian-bagian dari mikroskop stereo, antara lain:
1. Pemutar Halus, mengatur fokus terhadap objek secara halus
2. Lengan, untuk memgang atau mengangkat mikroskop
3. Tombol On/Off, untuk menyalakan dan mematikan lampu
4. Pemutar Kasar, mengatur fokus terhadap objek secara kasar
5. Meja Preparat, tempat untuk meletakkan objek pengamatan
6. Penjepit Preparat, untuk menjepit preparat
7. Lensa Objektif, untuk menentukan perbesaran lensa objektif/melihat objek
8. Lensa Okuler, eyepieces yang ditetapkan perbesarannya 10x
9. Lampu, untuk sumber pencahayaan saat pengamatan
10. Diafragma, untuk sumber pencahayaan pada mikroskop
11. Revolver, pemutar untuk mengganti lensa objektif
4.2 Fosil Peraga

4.2.1 Nodosinella digitata H. B. Bardy (11)

Gambar 4.3 Nodosinella digitata H. B. Bardy

Fosil ini berasal dari filum ordo Textulariida, family Nodosinellanidae, genus
Nodosinella, dan dengan nama spesies Nodosinella digitata H. B. Bardy.
Fosil ini memiliki susunan kamar polythalamus, yaitu dimana susunan bentuk
akhir kamar-kamar foram yang terdiri dari lebih satu kamar (biasanya jumlah
kamarnya sama), dengan jumlah kamar ventral 4 dan dorsal 4. Bentuk test
conical, bentuk kamar spherical, dan bentuk aperture bundar. Adapun ornamen
yang terlihat pada peraga ini adalah permukaan test yaitu smooth, dan suture yaitu
limbate . Bagian tubuh terdiri dari Test yaitu bagian seluruh tubuh dari fosil,
Kamar yaitu bagian dari tubuh mikrofosil, Aperture yaitu lubang tempat keluar
masuknya makanan, dan Suture yaitu garis pembatas antar kamar.

4.2.2 Gaudryina rugosa d’Orbigny (29)

Gambar 4.4 Gaudryina rugosa d’Orbigny


Fosil ini berasal dari filum ordo Lituolida, family Gaudryinanidae, genus
Gaudryina, dan dengan nama spesies Gaudryina rugosa d’Orbigny.
Fosil ini memiliki susunan kamar polythalamus, yaitu dimana susunan bentuk
akhir kamar-kamar foram yang terdiri dari lebih satu kamar (biasanya jumlah
kamarnya sama), dengan jumlah kamar ventral 21 dan dorsal 21. Bentuk test
conical, bentuk kamar spherical, dan bentuk aperture bundar. Adapun ornamen
yang terlihat pada peraga ini adalah permukaan test yaitu smooth, dan suture yaitu
limbate . Bagian tubuh terdiri dari Test yaitu bagian seluruh tubuh dari fosil,
Kamar yaitu bagian dari tubuh mikrofosil, Aperture yaitu lubang tempat keluar
masuknya makanan, dan Suture yaitu garis pembatas antar kamar. Fosil ini berada
pada lingkungan pengendapan Zona III kedalam 90-300m (Natland 1933).

4.2.3 Reophax membranasea H. B. Brady (5)

Gambar 4.5 Reophax membranasea H. B. Brady

Fosil ini berasal dari filum ordo Allogromiida, family Reophaxidae, genus
Reophax, dan dengan nama spesies Reophax membranasea H. B. Brady.
Fosil ini memiliki susunan kamar polythalamus, yaitu dimana susunan bentuk
akhir kamar-kamar foram yang terdiri dari lebih satu kamar (biasanya jumlah
kamarnya sama), dengan jumlah kamar ventral 10 dan dorsal 10. Bentuk test
conical, bentuk kamar spherical, dan bentuk aperture bundar. Adapun ornamen
yang terlihat pada peraga ini adalah permukaan test yaitu smooth, dan suture yaitu
limbate . Bagian tubuh terdiri dari Test yaitu bagian seluruh tubuh dari fosil,
Kamar yaitu bagian dari tubuh mikrofosil, Aperture yaitu lubang tempat keluar
masuknya makanan, dan Suture yaitu garis pembatas antar kamar. Fosil ini berada
pada lingkungan pengendapan Zona I kedalam 0-15m (Natland 1933)

4.2.4 Hantkenina brevispina CUSHMAN (30)

Gambar 4.6 Hantkenina brevispina CUSHMAN

Fosil ini berasal dari filum ordo Rotaliida, family Hantkeninanidae, genus
Hantkenina, dan dengan nama spesies Hantkenina brevispina CUSHMAN.
Fosil ini memiliki susunan kamar planispiral, yaitu dimana susunan bentuk
akhir kamar-kamar foram yang memutar pada satu bidang dan jumlah kamar
ventral dorsal yang sama, dengan jumlah kamar ventral 6 dan dorsal 6. Bentuk
test radiate, bentuk kamar tubulospinate semicirculer, dan bentuk aperture PAI.
Umbilical. Adapun ornamen yang terlihat pada peraga ini adalah permukaan test
yaitu smooth, suture yaitu limbate, dan peri-peri yaitu spine . Bagian tubuh terdiri
dari Test yaitu bagian seluruh tubuh dari fosil, Kamar yaitu bagian dari tubuh
mikrofosil, Aperture yaitu lubang tempat keluar masuknya makanan, Suture yaitu
garis pembatas antar kamar, dan Umbilicus yaitu pusat perputaran kamar. Fosil ini
berada pada umur P.15-P.16
4.2.5 Pullneniatna obliquiloculata (PARKER and JONES) (9)

Gambar 4.7 Pullneniatna obliquiloculata (PARKER and JONES)

Fosil ini berasal dari filum ordo Rotaliida, family Pullneniatnanidae, genus
Pullneniatna, dan dengan nama spesies Pullneniatna obliquiloculata (PARKER
and JONES).
Fosil ini memiliki susunan kamar planispiral, yaitu dimana susunan bentuk
akhir kamar-kamar foram yang memutar pada satu bidang dan jumlah kamar
ventral dorsal yang sama, dengan jumlah kamar ventral 5 dan dorsal 5. Bentuk
test bumbulicate, bentuk kamar globular, dan bentuk aperture PAI. Umbilical.
Adapun ornamen yang terlihat pada peraga ini adalah permukaan test yaitu
smooth, dan suture yaitu limbate. Bagian tubuh terdiri dari Test yaitu bagian
seluruh tubuh dari fosil, Kamar yaitu bagian dari tubuh mikrofosil, Aperture yaitu
lubang tempat keluar masuknya makanan, Suture yaitu garis pembatas antar
kamar, dan Umbilicus yaitu pusat perputaran kamar. Fosil ini berada pada umur
N.19-N.23.

4.2.6 Globigerinoides subquadratus (BRONNMANN) (33)

(a) (b)
Gambar 4.8 Globigerinoides subquadratus (BRONNMANN) (a)
ventral, (b) dorsal
Fosil ini berasal dari filum ordo Rotaliida, family Globigerinoidesidae, genus
Globigerinoides, dan dengan nama spesies Globigerinoides subquadratus
(BRONNMANN).
Fosil ini memiliki susunan kamar trochospiral, yaitu dimana susunan bentuk
akhir kamar-kamar foram yang tidak memutar pada satu bidang dan jumlah kamar
ventral dorsal yang berbeda, dengan jumlah kamar ventral 3 dan dorsal 5. Bentuk
test bumbulicate, bentuk kamar globular, dan bentuk aperture secondary. Adapun
ornamen yang terlihat pada peraga ini adalah permukaan test yaitu smooth. Bagian
tubuh terdiri dari Test yaitu bagian seluruh tubuh dari fosil, Kamar yaitu bagian
dari tubuh mikrofosil, Aperture yaitu lubang tempat keluar masuknya makanan,
Suture yaitu garis pembatas antar kamar, dan Umbilicus yaitu pusat perputaran
kamar. Fosil ini berada pada umur N.6-N.13.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat diperoleh


kesimpulan sebagai berikut:
1. Didapatkan bagian-bagian dari mikroskop. Adapaun bagian-bagian
mikroskop, antara lain:
a. Pemutar Halus, mengatur fokus terhadap objek secara halus
b. Lengan, untuk memgang atau mengangkat mikroskop
c. Tombol On/Off, untuk menyalakan dan mematikan lampu
d. Pemutar Kasar, mengatur fokus terhadap objek secara kasar
e. Meja Preparat, tempat untuk meletakkan objek pengamatan
f. Penjepit Preparat, untuk menjepit preparat
g. Lensa Objektif, untuk menentukan perbesaran lensa objektif/melihat
objek
h. Lensa Okuler, eyepieces yang ditetapkan perbesarannya 10x
i. Lampu, untuk sumber pencahayaan saat pengamatan
j. Diafragma, untuk sumber pencahayaan pada mikroskop
k. Revolver, pemutar untuk mengganti lensa objektif
2. Didapatkan beberapa bagian-bagian tubuh dari foraminifera, taksonomi dari
fosil foraminifera, bentuk test, bentuk kamar, jumlah kamar, aperture,
oenamen, umur fosil, dan lingkungan pengendapannya dari fosil foraminifera.
Adapun bagian-bagian tubuh dari foraminifera, yaitu :
a. Septa, dinding pembatas antar kamar
b. Kamar, bagian dari tubuh mikrofosil
c. Aperture, lubang tempat keluar masuknya makanan
d. Suture, garis pembatas antar kamar
e. Proloculum, pusat perputaran kamar
3. Filum foraminifera dibagi menjadi dua, yaitu foraminifera plantonik dimana
merupakan jenis foraminifera yang hidup dengan cara mengambang di
permukaan laut umumnya berbentuk bulat, dan foraminifera bentonik dimana
merupakan jenis foram yang hidup di permukaan dasar perairan dan terbagi
menjadi organisme vagile (bergerak bebas) dan sessile (tertambat) umumnya
berbentuk memanjang.

5.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum acara 1 fosil peraga kayu dan pengenalan
mikroskop adalah :

5.2.1 Untuk Laboratorium

1. Tetap menjaga kebersihan laboratorium


2. Tetap pertahankan protokol kesehatan
3. Tetap menjaga alat dan sampel yang ada di laboratorium

5.2.2 Untuk Asisten

1. Tingkatkan cara penyampaian materi


2. Tingkatkan cara pembawaan acara
3. Tingkatkan pengetahuan dalam foraminifera
DAFTAR PUSTAKA

J. A. Postuma. 1971. Manual of Planktonic For Foraminifera. Amsterdam,


London, New York: Elsevier Publishing Company.

Pratiwi, dkk. 2012. Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

Tim Asisten. 2020. Penuntun Praktikum Mikropaleontologi. Gowa :


Laboratorium Paleontologi, Departemen Teknik Geologi, Fakultas
Teknik, Universitas Hasanuddin.
L
A
M
P
I
R
A
N

Anda mungkin juga menyukai