5. Landasan sosialogis
Kegiatan penddikan meruapakan suatu proses intraksi antara dua individu ,bahakan
dua generasi,yang memungkinkan generasi muda memperkembngkan diri.kegiatan
pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengajadi bentuk oleh
masyarakat.perhatian sosialogi kegiatan pendidikan semakin intensif.dengan meningkatkan
perhatian sosialogi pada kegiatan pendidikan tersebut,maka lahirlah lambing sosialogi
pendidikan.
Sosialogi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses social dan pola-pola
intraksi sosial di dalam system pendidikan .ruanag lingkup yang di pelajari oleh sosialogi
pendidikan meliputi empat bidang :
1) Hubungan system pendidikandengan aspek masyarakat lain,yang mempelajari :
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b. Hubungan system pendidkan dan proses control sosial dan sitem kekuasan
c. Fungsi system pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan
kebudayaan
d. Hubungan pendidikan dengan dengan kelas sosial atau system status
e. Fungsionalisasi system pendidikan formal dalam hubungananya dengan ras,kebudayaan,atau
kelompok – kelompok dalam masyarakat
2). Hubungan kemanusain di sekolah yag meliputi :
a. Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
b. Pola intraksi sosiual atau struktur masyarakat sekolah.
Keempat bidang yang di pelajari tersebut sangat esensial sebagai saran untuyk
memahami system pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat
(wayan ardhana,1986:modul1/67)
Kajian sosialogi tentang pada perinsipnya mencakup semua jalur pendidikan ,baik
pendidikan sekolah mauapun pendidikan luar sekolah.khusus untuk jalaur pendididkan luar
sekolah ,terutama apabiala ditinjau dari sosialogi maka pendidikan keluarga adalah sangat
penting ,karena merupakan lembaga sosial yang pertama bagi setiapa manusia.proeses
sosialisasi akan di mulai dari keluarga ,dimana anak mulai mengembngkan diri .dalam UU RI
NO.2 Tahun 1989 pasal 10 ayat 4 di nyatakan bahwa “pendidkan keluaraga merupakan
bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang di selenggarakan dalam keluarga dan yang
memberiakan keyakiaa agama , nilai budaya , nilai moral ,dan keterampilan “.perlu pula di
tegaskan bahwa pemerintah mengakui kemandirian keluarhga untuk melaksanakan upaya
pendidikan dalam lingkungan sendiri.meskipun pendidikan pormal telah mengambil sebgian
tugas keluarga dalam mendidik anak ,tewtapi pengaruh keluaraga tetap penting sebab
keluarga merupakan lembaga sosial pertama yang di kenal oleh anak.
Selanjutnya,di samping sekolah dan keluarga proses pendidikan juga sangat di
pengruhi oleh berbagai kelompok sosial dalam masyarakat seperti kelompok keagaman
,organisasi pramuka dan pemuda dan laian – lain .terdapat satu kelompok khusus yang
datangnya bukan dai orang dewasa,tetapi dari anak – anak lain yang hamper seusiayang di
sebut kelompok sebaya.kelompok sebaya ini juga meruapakan agen sosialisasi yang
mempunyai pengaruh kuat searah dengan bertambahnya usia anak .anak kelompok sebya
terdiri dari sejumlah individu yang rata – rta usianya hampir sama yang mempunyai
kepentingan tertentu yang bersifat sangat sementara.
Kelompok sebaya bukanalah merupakan lembaga yanag bersipat tetap sebagaimana
keluaraga .memang kelompok ini mempunyai semacam organisasi ,tetapai peranan dari
setiapa aggota kurang jelas dan peranan perana itu sering berubaha ubah.pada beberapa
kelompok sebaya ,bahkan tidak jelas siapa sebenarnya yang menjadi anggota dan siapa yang
bukan naggota.anak – anak selalu pindah dari satu kelompok ke kelompok sebya lainya
sejalan dengan bertambhnya usia anak yang bersangkutan.banyak anak menjadi anggota
lebih dari satu kelompok dalam wakyu yang bersamaan .pada suatu saat seorang anak
menjadi anggota kelompok sebaya di kampungnya ,di organisai pemuda dan atau di
sekolah.di dalam masing masing kelompok seorang anak mempunyai status tertentudan di
tuntut dari kelompok sebaya dan adanya kecendrungn setiap angota kelompok untuk
memenuhi ekspektasi itu,maka di rasakan pengaruh kelompok sebaya menjadi semaki
penting.sebagai lembaga sosial ,kelompok sebaya tidak mempunyai struktur yang jelas dan
tidak mempunyai tujuan yang bersifat permanen .tetapi kelompok sebaya dapat menciptakan
solidaritas yang sangat kuata di antara anggota kelompoknya.terdapat beberapa hal yang
dapat di sumbngkan oleh kelompok sebaya dalam prose sosialisasi anak ,antara lain bahwa
kelompok sebya memberikan model ,memberikan identitas,serta memberikan dukungan
(support).di samping itu kelompok sebaya memberikan jalan pada anak untuk lebih
independen dan menumbuhkan sikap kerja sama dan membuka horizon anak lebih luas.
Pendidikan berlangsung dalam pergaulan atau interaksi antara pendidik dengan
peserta didik, antara guru dengan murid dan staf sekolah lainnya. Pergaulan itu terjadi dalam
situasi formal yaitu dalam proses belajar mengajar di kelas maupun dalam situasi yang
kurang formal seperti pergaulan sewaktu istirahat, sewaktu acara perpisahan, acara peringatan
hari besar nasional ataupun hari besar agama. Baik dalam situasi formal maupun dalam
situasi yang kurang formal, pergaulan yang terjadi di sekolah adalah pergaulan yang bersifat
edukatif, pergaulan yang memiliki nilai-nilai padagogis, karenanya harus memiliki landasan
sosial agar dapat dipertanggung jawabkan. Pergaulan dalam interaksi proses belajar mengajar
di sekolah adalah menyangkut hubungan antar manusia, menyangkut hubungan sosial.
Sekolah sebagai suatu masyarakat kecil tidak terlepas dari kaidah-kaidah yang berlaku dalam
kehidupan sosial pada umumnya, sehingga kaidah mengenai hubungan antar manusia (sosial)
berlaku juga bagi kehidupan masyarakat sekolah. Landasan sosiologi dapat juga disebut
sebagai landasan sosial budaya. (Gunawan. 2000 : 46)
Sekolah sebagai lembaga pendidikan secara histories dibentuk atau didirikan oleh dan
untuk masyarakat. Guru dipilih oleh anggota masyarakat untuk mendidik dan membimbing
peserta didik anak anggota masyarakat itu juga. Hal ini dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan mereka akan pendidikan bagi anak-anak mereka, karena pendidikan informal yang
mereka laksanakan selama ini pada masing-masing keluarga dirasakan tidak lagi memadai
karena kemajuan zaman. Karena itu sekolah dapat dikatakan merupakan bagian atau sub
sistem sosial. Sebagai suatu sistem sosial sekolah mempunyai strukstur, sistem, proses dan
pelaku-pelaku kegiatan serta pola-pola interaksi yang semuanya itu akan menentukan
jalannya aktivitas yang dilakukan di sekolah. Sebagai suatu sistem sosial, sekolah
mempunyai pola-pola interaksi seperti:
a. Interaksi guru dengan murid, murid dengan murid, guru dengan guru, dengan staf administrasi
dan pimpinan sekolah
b. Adanya dinamika kelompok yang terjadi didalam maupun diluar kelas, dan
c. Adanya struktur dan fungsi-fungsi sistem pendidikan di sekolah tersebut
Dengan keadaan sekolah sebagai suatu masyarakat kecil, suatu subsistem sosial, maka
penyelenggara sekolah harus menyadari hal-hal berikut :
a. Sekolah adalah suatu komuniti yang sangat teratur, baik strukturnya, fungsi dan peran
masing-
masing anggota komuniti, maupun hubungan antar personal yang ada, interaksi edukasi dan
adanya disiplin bagi semua pihak yang terlibat di sekolah. Sebagai suatu komuniti, sekolah
berusaha menekankan rasa kebersamaan, rasa senasib sepenanggung, selalu memikirkan dan
mengusahakan kemajuan untukkomuniti, mengusahakan semangat untuk merasa bangga
menjadi komuniti sekolah. Dengan adanya hal seperti itu ikatan batin sebagai suatu ciri
komuniti telah dapat ditumbuhkan di sekolah.
b. Sekolah sebagai komuniti memiliki ciri yang khusus yakni, anggotanya terdiri dari berbagai
etnis dengan latar belakang budaya yang beragam, terdiri dari berbagai agama dan
kepercayaan, berbagai latar belakang sosial dan sosial ekonomi yang berbeda dan berbagai
jenis kondisi keluarga. Sekolah sudah tentu tidak mampu dan memang bukan berusaha untuk
melebur semua fakta ini untuk menjadikan sekolah menjadi satu komuniti dengan hanya
memiliki satu ciri tertentu, namun paling tidak sekolah mampu mereduksi hal-hal yang
negatif yang ditimbulkan oleh kondisi tersebut. Sekolah harus berusaha dan mengembangkan
kebutuhan komuniti dengan menghargai perbedaan sebagai modal pengembangan untuk
kemajuan mengembangkan kebudayaan daerah, dan menyikapi secara bijaksana aspirasi-
aspirasi yang timbul karena perbedaan-perbedaan itu.
c. Sekolah merupakan wadah dan sarana untuk pembauran dari berbagai latar belakang etnis dan
budaya, sehingga sekolah dapat merupakan alat pemersatu untuk terciptanya budaya nasional.
Sekolahlah yang dapat mengurangi rasa kedaerahan, mengurangi isme kesukuan, sekolahlah
yang merupakan kesatuan komuniti walaupun anggotanya terdiri dari berbagai latar belakang
etnis dan budaya serta agama yang berbeda.
d. Sebagai suatu komuniti, sekolah berusaha mempertahankan kekompakan anggota komuniti
dengan menanamkan rasa ikut memiliki (sense of belongingness) dan rasa tanggung jawab
(sense of responsibility) pada semua aggota komuniti, terutama pada peserta didik. Peserta
didik mestinya merasa bahwa sekolah adalah milik mereka, mereka menyayangi sekolah,
menyayangi guru-guru dan staf sekolah, menyukai hubungan sosial dan interaksi edukasi
yang terjadi di sekolah, peserta didik merasa bangga menjadi murid di sekolah iu, merasa
bertanggung jawab atas nama baik sekolah, dan bertanggung jawab atas kebersihan dan
kenyamanan sekolah
e. Perlu adanya dinamisasi suatu komuniti. Sekolah perlu menumbuhkan dan meningkatkan
dinamika kelompok, baik didalam proses belajar mengajar di kelas, maupun pada kegiatan-
kegiatan diluar kelas seperti kegiatan ekstra kulikuler, kegiatan pelaksanaan kurikulum
muatan lokal, dan kegiatan temporer lainnya. Dinamika kelompok dalam suatu komuniti
merupakan motivasi untuk berkembangnya suatu komuniti dan merupakan wadah atau sarana
untuk menumbuhkan rasa kebersamaan, rasa ikut memiliki, rasa tanggung jawab
kekompakan, dan keterikatan dan rasa sayang kepada komuniti dan sekolahnya,
f. Disamping menumpuk kekompakan dan rasa bersatu dalam komuniti sekolah, tidak kalah
pentingnya untuk memupuk hubungan yang baik dan kompak dengan pihak-pihak di luar
komuniti sekolah itu sendiri demi pengembangan komuniti itu sendiri. Untuk merealisasikan
konsep ini banyak kegiatan yang dapat dilakukan sekolah, seperti mengadakan pameran,
mengadakan kunjungan-kunjungan, mengadakan diskusi antar sekolah.
Landasan sosiologi ini sangat penting diperhatikan penyelenggara sekolah apalagi bila
dilihat perkembangan dan keadaan kondisi sekolah saat ini atau belakangan ini. Peserta didik
tega mengadakan perusakan di sekolahnya dengan dalih menuntut sesuatu yang menurut
mereka kurang sesuai kebutuhan dan perkembangan sekolah. Hal ini dapat dikatakan
merupakan salah satu indikasi, disamping faktor lain yang mempengaruhinya, kurangnya rasa
kebanggaan dan memiliki dalam diri peserta didik sebagai anggota komuniti sekolah yang
bersangkutan. Seharusnya justru peserta didik yang akan menjaga dan memelihara
sekolahnya termasuk fasilitas, sarana dan prasarana yang ada di dalam sekolah
6. Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaanmanusia, sehingga landasan psikologis
merupakan salah satu landasan yang penting dalam pendidikan. Pada umumnya landasan
psikologis dri pendidikan tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya
tentang proses perkembangan dan proses belajar.
a. Pengertian tentang Landasan Psikologis
Hasil kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan, misalnya pengetahuan tentang setiap aspek, dan konsep tentang cara-cara paling
cepat untuk mengembangkannya. Untuk maksud itu psikologi menyediakan sejumlah
informasi tenang kehidupan pribadi manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang
berkaitan dengan aspek pribadi.
b. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Peserta didik selalu berada dalam proses perubahan, baik karena pertumbuhan
maupunkarena perkembangan. Pertumbuhan terutama karena pngaruh faktor internal sebagai
akibat kematangan dan proses pendewasaan, sedangkan perkembangan terutama karena
pengaruh lingkungan.
7. Landasan Ilmiah dan Teknologis
Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai kaitan yang
sangat erat. Pendidikan berperan sangat pentingdalam pewarisan dan pengembangan iptek.
Setiap perkembangan iptek harus segera diakomodasi oleh pendidikan yakni dengan segera
memasukkan hasil pengembangan iptek itu ke dalam isi bahan ajaran. Sebaliknya, pendidikan
sangat dipengaruhi oleh sejumlah cabang-cabang iptek, utamanya ilmu-ilmu perilaku
(psikologi, sosiologi, antropologi).
a. Pengertian tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Pengetahuan (Knowledge) adalah segala sesuatu yang diperoleh melalui berbagai cara
penginderaan terhadap fakta, penalaran (rasio), intuisi dan wahyu. Pengetahuan yang
memenuhi kriteria dari segi ontologis, epistomologis dan aksiologis secara konsekuen dan
penuh disiplin biasa disebut ilmu atau ilmu pengetahuan (science); kata sifatnya ilmiah atau
keilmuan, sedangkan ahlinya disebut ilmuwan. Dengan demikian, pengetahuan meliputi
berbagai cabang ilmu (ilmu sosial/social sciences dan ilmu-ilmu alam/natural sciences),
humaniora (seni, fisafat , bahasa, dsb). Oleh karena itu, istilah ilmu atau ilmu pengetahuan itu
dapat bermakna kumpulan informasi, cara memperoleh informasi serta manfaat daari
informasi itu.
b. Perkembangan Iptek sebagai landasan Ilmiah
Pengembangan dan pemanfaatan iptek pada umumnya ditempuh rangkaian kegiatan :
Penelitian dasar, penelitian terapan, pengembangan teknologi dan penerapan teknologi, serta
biasanya diikuti pula dengan evaluasi ethis-politis-religius.Kemampuan maupun sikap ilmiah
sedini mungkin harus dikembangkan dalam diri peserta didik. Pembentukan keterampilan
dansikap ilmiah sedini mungkin tersebut secara serentak akan meletakkan dasar terbentuknya
masyarakat yang sadar akan iptek dan calon-calon pakar iptek kelak kemudian hari.
8. Landasan Kultural
Saling pengaruh antara pendidikan dengan kebudayaan juga telah dikemukakan ketika
membahas kaitan kebudayaan dengan pendidikan. Kebudayaan tertentu diciptakan oleh orang
di masyarakat tertentu tersebut atau dihadirkan dan diambil oper oleh masyarakat tersebut
dan diwariskan melalui belajar/pengalaman terhadap generasi berikutnya. Kebudayaan
seperti halnya sistem sosial di masyarakat meruoakan kondisi esensial bagi perkembangan
dan kehidupan orang.
Proses dan isi pendidikan akan memberi bentuk kepribadian yang tumbuh dan
pribadi-pribadi inilah yang akan menjadi pendukung, pewaris, dan penerus kebudayaan,
secara ringkas adalah (1) kebudayaan menjadi kondisi belajar, (2) kebudayaan memiliki daya
dorong, daya rangsang adanya respon-respon tertentu, (3) kebudayaan memiliki sistem
ganjaran dan hukuman terhadap perilaku tertentu sejalan dengan sistem nilai yang berlaku,
dan (4) adanya pengulangan pola perilaku tertentu dalam kebudayaan. Tanpa pendidikan
budaya dan manakala pendidikan budaya tersebut terjadi tetapi gagal, yang kita saksikan
adalah kematian atau berakhirnya suatu kebudayaan.
Kesimpulan
Untuk mencapai tujuan dari pendidikan hendakna menguasai landasan pendidikan,
yknai menurut agama, filsafat, norma dan budaya. Adapun landasan tersebut yakni
pendidikan harus mampu menyesuaikan kebutuhan material dan spiritualnya, pendidikan
harus mampu memberikan pandangan hidup, mampu memberikan sifat penyesuaian terhadap
peserta didik dan pendidik serta lingkungannya, pendidikan dilaksanakan sesuai dengan
keijakan yang sudah ditetapakan oleh pemerintah, maka pendidik harus menguasai landasan
hokum dari proses pendidikan dan selanjutnya pendidkan harus mampu menanamkan moral
yang baik bagi peserta didik.
Dengan menguasi landasan – landasan pendidikan maka kemungkinan tercapainya
tujuan pendidikan yang sebenarnya berpeluang lebih besar untuk dapat dicapai
Daftar pustaka
Mappiare ,Andi .1982;Psikologi remaja.surabaya:Usaha nasional
Puwanto,ngalim.1984;Psikologi pendidikan.Bandung,Pt remaja Rosdakarya
Syah,Muhibbin.1995;Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru . Pt.remaja
Rosdakarya:bandung
Tirtaraharja ,umar dan sula ,la.2000;Pengantar pendidikan,Pt.rineka cipta:jakarta
http://edukasi.kompasiana.com/2010/08/24/landasan-pendidikan/