Anda di halaman 1dari 19

UPAYA BELA NEGARA BAGI KALANGAN MAHASISWA

Disusun Oleh:
Rio Na Wijaya
043526197

U N I V E R S I T A S TERBUKA
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perguruan Tinggi merupakan sentra lembaga pendidikan yang mengawal


kelangsungan pembangunan bangsa. Lembaga pendidikan tinggi diharapkan dapat
menciptakan tokoh panutan bela negara yang tanggap atas perubahan zaman.
Menurut Ryamizard Ryacudu (2016), Perguruan tinggi adalah sentra keunggulan
sehingga mahasiswa harus jadi model bela negara. Lebih lanjut dikatakan bahwa
tantangan global saat ini berubah menjadi ancaman bagi negara, baik fisik maupun
non fisik. Ancaman secara fisik berupa perang terbuka namun saat ini belum terjadi.
Selain itu, beberapa ancaman sudah terjadi di Indonesia. Ancaman tersebut di
antaranya terorisme dan radikalisme, separatisme, pemberontakan bersenjata,
bencana alam, pelanggaran perbatasan, penyalahgunaan narkoba dan perang cyber
intelijen. Kondisi global telah menciptakan kompleksitas ancaman yang
berimplikasi pada kondisi negara. Karena itu, diperlukan penguatan nilai- nilai bela
negara. Salah satunya melalui Pendidikan Kewarganegaraan di lingkungan
perguruan tinggi. (disarikan dari Kompas, 23/3/2016)

Sebagai salah satu mata kuliah pengembangan kepribadian di Perguruan Tinggi


mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki tujuan umum bagaimana
menjadikan warga negara yang baik yang mampu mendukung bangsa dan negara. Baik
dalam artian demokratis, yaitu warganegara yang cerdas, berkeadaban, dan
bertanggung jawab bagi kelangsungan Negara Indonesia. Nantinya diharapkan
mahasiswa memiliki kompetensi menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban, menjadi warga negara yang
memiliki daya saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan
yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila. Materi-materi pembelajaran PKn
mengemban misi sebagai pendidikan nilai kepribadian, pendidikan yang membekali
pemahaman tentang hubungan antara warga negara dengan negara (civic education),
pendidikan politik (political education) atau demokrasi, dan pendidikan bela negara.
Secara khusus materi-materi yang berkenaan dengan pendidikan bela negara dimuat
dalam Geopolitik Indonesia atau Wawasan Nusantara dan Geostrategi Indonesia atau
Ketahanan Nasional.
Bela Negara diartikan sebagai tekad, sikap dan tindakan warga negara yang
teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah
air dan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara (Winarno, 2013: 228). Dalam
konstitusi negara UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3 disebutkan bahwa; “Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara”. Setiap warga negara juga
berhak dan wajib ikut serta dalam pertahanan negara sebagaimana tercantum dalam
Pasal 30 Ayat 1 bahwa; “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara.”
Selanjutnya, UU No.3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara menjelaskan
bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban
juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan
penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada
negara dan bangsa.
Konsep bela negara dapat diuraikan secara fisik maupun non fisik. Secara fisik,
yaitu dengan cara mengangkat senjata menghadapi serangan atau agresi musuh. Bela
negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Sedangkan, bela
negara secara non fisik dapat didefinisikan sebagai “segala upaya untuk
mempertahankan negara kesatuan Republik Indonesia dengan cara meningkatkan
kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta
berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara”.
Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga
negara untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan negara,
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah nusantara, kelangsungan
hidup dan yuridiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Sikap dan
perilaku bela negara dilandasi oleh nasionalisme dan patriotisme dari setiap warga
negara.
Demi mewujudkan kelanggengan Negara Republik Indonesia dan kelangsungan
hidup bangsa dan negara, maka penanaman bela Negara pada warga negara menjadi
titik sentral yang perlu dibina dan dikembangkan. Melalui kualitas warga negara yang
unggul bangsa Indonesia dapat melaksanakan pembangunan berkelanjutan maupun
mengatasi aneka bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG) yang
bersumber baik dari dalam maupun luar yang langsung ataupun tidak langsung
membahayakan identitas, integrasi
dan kelangsungan hidup bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pendidikan Kewarganegaraan bela negara dalam konteks demokrasi


saat ini, apakah upaya bela negara masih relevan dan dibutuhkan?
2. Bagaimana perwujudan pembelaan negara yang harus dilakukan warga negara?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertia Bela Negara

Membela Negara Indonesia adalah hak dan kewajiban dari pada setiap warga
negara Indonesia. Dikutip dalam Pasal 27 Ayat 3 UUD 1945 bahwa “Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”. Setiap warga negara juga
berhak dan wajib ikut serta dalam pembelaan negara. Selanjutnya dalam Pasal 30 Ayat 1
UUD 1945 bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara”. Berdasarkan kutipan kedua pasal tersebut dapat
disimpulkan bahwa usaha pembelaan dan pertahanan negara merupakan hak dan
kewajiban setiap warga negara Indonesia. Produk turunannya adalah peraturan
Perundang-undangan No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara Pasal 9 Ayat 1
menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela
negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara”.

Penjelasan UU No. 3 Tahun 2002 tentang pembelaan negara menyatakan bahwa


upaya bela negara adalah sikap dam perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya
kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar menusia, juga
merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh
kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan
bangsa.

B. Konsep Bela Negara

Konsep bela negara dapat diuraikan secara fisik dan nonfisik. Secara fisik yaitu
dengan cara mengangkat senjata mengahdapi serangan atau agresi musuh. Bela negara
secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Sementara, bela negara secara
nonfisik dapat didefinisikan sebagai segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan
Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara,
menanamkan kecintaan terhadap tanah air serta berperan aktif dalam memajukan bangsa
dan negara.
Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warga negara
untuk berkorban demi mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan negara, persatuan dan
kesatuan
bangsa Indonesia, keutuhan wilayah nusantara, kelangsungan hidup dan yuridiksi nasional,
serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. Sikap dan perilaku bela negara dilandasi oleh
nasionalisme dan patriotisme dari setiap warga negara.
Sesuai Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, keikutsertaan
warga negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan dengan menjadi anggota
Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar kemiliteran. Saat ini pelatihan dasar
kemiliteran diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep
Rakyat Terlatih (Ratih) adalah amanat dari Undang-Undang No. 20 Tahun 1982.
Rakyat Terlatih (Ratih) terdiri dari berbagai unsur, seperti Resimen Mahasiswa
(Menwa), Perlawanan Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip), Mitra Babinsa, dan
Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang telah mengikuti Pendidikan Dasar Militer,
dan lainnya. Rakyat terlatih mempunyai empat fungsi, yaitu ketertiban Umum,
Perlindungan Masyarakat, Keamanan Rakyat, dan Perlawanan Rakyat. Tiga fungsi yang
disebut pertama umumnya dilakukan pada masa damai atau pada saat terjadinya bencana
alam atau darurat sipil, di mana unsur-unsur Rakyat Terlatih membantu pemerintah
daerah dalam menangani Keamanan dan Ketertiban Masyarakat, sementara fungsi
Perlawanan Rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang di mana Rakyat Terlatih
merupakan unsur bantuan tempur bagi pasukan regular TNI dan terlibat langsung di
medan perang.
Disisi nonfisik, merujuk Undang-Undang No.3 Tahun 2002, keikutsertaan warga
negara dalam bela negara dapat diselenggarakan melalui Pendidikan Kewarganegaraan
dan pengabdian sesuai dengan profesi. Berdasar hal itu, maka keterlibatan warga negara
dalam bela negara secara nonfisik dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang
masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara:
1) Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati
demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan
kehendak, menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang
tulus kepada masyarakat,
2) Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan
retorika),
3) Kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjunjung tinggi
Hak Azazi Manusia, dan
4) Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal
pengaruh- pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma
kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
melalui ibadah sesuai agama/kepercayaannya masing-masing.
Hingga saat ini belum ada undang-undang tersendiri yang mengatur mengenai
Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian
sesuai dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No.3 Tahun 2002.
Apabila nantinya telah keluar undang-undang mengenai Pendidikan Kewarganegaraan,
pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi maka akan
semakin jelas bentuk keikutsertaan warga negara dalam upaya pembelaan negara.

C. Peraturan Perundang-undangan tentang Bela Negara

Dasar hukum mengenai bela negara dapat ditemukan dalam perundang-


undangan, sebagai berikut:
a. Pasal 27 Ayat 3 UUD 1945:

“Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”

b. Pasal 30 UUD 1945

(1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara
(2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai
kekuatan pendukung.
(3) Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan
Angkatan Udara sebagai alat Negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan
memelihara keutuhan dan kedaulatan Negara.
(4) Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat Negara yang menjaga
keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi,
melayani masyarakat, serta menegakkan hokum.
(5) Susunan dan kedudukan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, hubungan kewenangan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia di dalam menjalankan tugasnya, syarat-syarat
keikutsertaan warga
negara dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, serta hal-hal yang
terkait dengan pertahanan dan keamanan diatur dengan undang-undang.
Produk turunan dalam Perundang-undangan yang merupakan tata laksana dari
Pasal 30 UUD 1945 yang telah disusun adalah;
a. Undang-Undang No.2 Tahun 2001 tentang Kepolisisan Negara Republik Indonesia

b. Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara

c. Undang-Undang No.34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia

Pengaturan peran warga negara dalam bela negara disebutkan dalam Pasal 9 UU
No.3 Tahun 2002, sebagai berikut:
(1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
(2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), diselenggarakan melalui:
a. Pendidikan Kewarganegaraan;

b. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;

c. Sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib;

d. Pengabdian sesuai dengan profesi

(3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran


secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang-undang.

Sebagai perbandingan pelaksanaan keikutsertaan warga negara dalam upaya bela


negara menurut Undang-Undang No.20 Tahun 1982, dinyatakan pada Pasal 18 sebagai
berikut. Hak dan kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam
upaya bela negara diselenggarakan melalui:
a. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tidak terpisah dalam sistem
pendidikan nasional;
b. Keanggotaan Rakyat Terlatih secara wajib;

c. Keanggotaan Angkatan Bersenjata secara sukarela atau secara wajib;

d. Keanggotaan Cadangan Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib

e. Keanggotaan Perlindungan masyarakat secara sukarela.


D. Identifikasi Ancaman terhadap Bangsa dan Negara

Menurut UU No. 20 Tahun 1982, istilah ancaman meliputi ancaman,


tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG). Merujuk UU No.3 Tahun 2002,
Ancaman adalah setiap usaha dan kegiatan baik dari dalam maupun luar negeri
yang dinilai membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan
keselamatan segenap bangsa. Konsep ancaman mencakup hal yang sangat luas dan
spektrum yang senantiasa berkembang berubah dari waktu ke waktu.
Dewasa ini, ancaman terhadap kedaulatan negara yang bersifat konvensional
(fisik) berkembang menjadi multidimensional (fisik dan non fisik), baik yang berasal
dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Ancaman yang bersifat
multidimensional tersebut dapat bersumber baik dari permasalahan ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, maupun permasalahan keamanan yang terkait
dengan kejahatan internasional, antara lain terorisme, imigran gelap, bahaya
narkotika, pencurian kekayaan alam, bajak laut, dan perusakan lingkungan.

E. Analisa

a) Berdasarkan uraian di atas, Pendidikan Kewarganegaraan Bela Negara


dalam konteks demokrasi saat ini masih relevan dan dibutuhkan.
Konstitusi negara UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3 mengatur bahwa; “Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara”.
Setiap warga Negara juga berhak dan wajib ikut serta dalam pertahanan negara
sebagaimana tercantum dalam Pasal 30 Ayat 1 bahwa; “Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
Selanjutnya, UU No.3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara
menjelaskan bahwa upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela
negara, selain sebagai kewajiban juga merupakan kehormatan bagi setiap warga
negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela
berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa.
b) Perwujudan pembelaan negara yang harus dilakukan warga negara dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Mengacu Undang-Undang No.3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
keikutsertaan warga Negara dalam bela negara secara fisik dapat dilakukan
dengan menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia dan Pelatihan Dasar
kemiliteran. Saat ini pelatihan dasar kemiliteran diselenggarakan melalui
program Rakyat Terlatih (Ratih), meskipun konsep Ratih adalah amanat dari
Undang-Undang No. 20 Tahun 1982.
Sementara nonfisik, Undang-Undang No.3 Tahun 2002 menjelaskan
keikutsertaan warga Negara dalam bela Negara dapat diselenggarakan melalui
PKn dan pengabdian sesuai dengan profesi. Berdasar hal itu, maka keterlibatan
warga Negara dalam bela negara secara nonfisik dapat dilakukan dengan
berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan
cara:
(1) Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati
demokrasi dengan menghargai perbedaan pendapat dan tidak memaksakan
kehendak, menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian
yang tulus kepada masyarakat,
(2) Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata
(bukan retorika),
(3) Kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjunjung
tinggi Hak Azazi Manusia, dan
(4) Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal
pengaruh-pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma
kehidupan bangsa Indonesia dengan lebih bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa melalui ibadah sesuai agama/kepercayaannya masing-masing.

Hingga saat ini belum ada undang-undang tersendiri yang mengatur


mengenai PKn, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai
dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No.3 Tahun
2002. Apabila nantinya telah keluar undang-undang mengenai PKn, pelatihan
dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi maka
akan semakin jelas bentuk keikutsertaan warga negara dalam upaya pembelaan
negara.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan umum bagaimana menjadikan


warga negara yang baik yang mampu mendukung bangsa dan negara. Baik dalam
artian demokratis, yaitu warga negara yang cerdas, berkeadaban, dan bertanggung
jawab bagi kelangsungan Negara Indonesia. Nantinya diharapkan mahasiswa
memiliki kompetensi menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban, menjadi warga negara
yang memiliki daya saing, berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun
kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.
Sehubungan bela negara, konstitusi UUD 1945 Pasal 27 Ayat 3 mengatur
bahwa; “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
Negara”. Setiap warga Negara juga berhak dan wajib ikut serta dalam pertahanan
negara sebagaimana tercantum dalam Pasal 30 Ayat 1 bahwa; “Tiap-tiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.”
Selanjutnya, UU No.3 Tahun 2002 tentang pertahanan negara menjelaskan bahwa
upaya bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh
kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai
kewajiban juga merupakan kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan
dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian
kepada negara dan bangsa.

B. Saran

Belum ada perundang-undangan yang mengatur mengenai


Pendidikan

Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan pengabdian


sesuai dengan profesi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No.3
Tahun 2002. Apabila nantinya telah keluar undang-undang mengenai
Pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, dan
pengabdian sesuai dengan profesi maka akan semakin jelas bentuk
keikutsertaan warga negara dalam upaya pembelaan negara.
DAFTAR PUSTAKA

Winarno. 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Panduan


Kuliah di Perguruan Tinggi. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Tim Nasional Dosen Kewarganegaraan. 2013. Pendidikan


Kewarganegaraan, Paradigma Terbaru untuk Mahasiswa. Bandung: CV.
Alfabeta.

Artikel Bacaan
Diaspora Ilmuwan Indonesia Kritik Konsep Bela Negara ala Menristek
Dikti. Kamis, 31 Maret 2016 | 06:24 WIB
http://nasional.kompas.com/read/2016/03/31/06241231/Diaspora.Ilmuw
an.Indone sia.Kritik.Konsep.Bela.Negara.ala.Menristek.Dikti?
utm_source=RD&utm_mediu m=box&utm_campaign=Kaitrd

Bela Negara Akan Dimasukkan ke Materi Penerimaan Mahasiswa Baru.


Selasa, 12 April 2016 | 20:46 WIB
http://nasional.kompas.com/read/2016/04/12/20464671/Bela.Negara.Aka
n.Dimas ukkan.ke.Materi.Penerimaan.Mahasiswa.Baru

Unhan Siapkan Kurikulum Bela Negara untuk Perguruan Tinggi. Selasa,


29 Maret 2016 | 13:32 WIB
http://nasional.kompas.com/read/2016/03/29/13320781/Unhan.Siapkan.
Kurikulu m.Bela.Negara.untuk.Perguruan.Tinggi?
utm_source=RD&utm_medium=box&ut m_campaign=Kaitrd

Organisasi Kampus Cenderung Dikuasai Fundamentalis. Rabu, 30 Maret


2016 | 08:49 WIB
http://nasional.kompas.com/read/2016/03/30/08495191/Organisasi.Kam
pus.Cend erung.Dikuasai.Fundamentalis?
utm_campaign=related&utm_medium=bp- kompas&utm_source=news&
Menhan Minta Perguruan Tinggi Cetak Intelektual Bela Negara. Selasa,
29 Maret 2016 | 17:56 WIB
http://nasional.kompas.com/read/2016/03/29/17563461/Menhan.Minta.P
erguruan. Tinggi.Cetak.Intelektual.Bela.Negara?
utm_campaign=related&utm_medium=bp- kompas&utm_source=news&

Menristek: Bela Negara Bisa Cegah Peneliti Kerja di Luar Negeri. Selasa,
29 Maret 2016 | 16:11 WIB
http://nasional.kompas.com/read/2016/03/29/16110641/Menristek.Bela.N
egara.Bi sa.Cegah.Peneliti.Kerja.di.Luar.Negeri?
utm_campaign=related&utm_medium=bp
-kompas&utm_source=news&

Anda mungkin juga menyukai