PERCOBAAN VI
MODEL BUILDER
OLEH :
NAMA : TRI SANTOSO
NIM : 1811014310004
ASISTEN : MUHAMMAD RIDHO
2021
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIKUM
(Muhammad Ridho)
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Mengetahui konsep kerja dari model builder.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Sa’ad, 2020).
Model raster memberikan informasi spasial apa yang terjadi dimana saja
dalam bentuk gambaran yang degeneralisasi. Dengan model ini, dunia nyata
disajikan sebagai elemen matriks atau sel grid yang homogen. Dengan model data
raster, data geografi ditandai oleh nilai-nilai elemen matriks persegi panjang dari
suatu objek. Dengan demikian, secara konseptual, model data raster merupakan
model data spasial yang paling sederhana. Data raster dapat dikonversi ke sistem
koordinat geo-referensi dengan cara meregistrasi sistem grid raster ke sistem
koordinat geo-referensi yang diinginkan. Dengan demikian, setiap sel pada grid
memiliki posisi geo-referensi. Dengan adanya sistem geo-referensi, sejumlah set
data raster dapat diatur sedemikian sehingga memungkinkan dilakukan analisis
spasial (Soenarmo, 1994).
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan
dari sistem penginderaan jauh. Pada data raster, objek geografis direpresentasikan
sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Pada data
raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran pixel-nya. Dengan kata
lain resolusi pixel menggambarkan ukuran sebenarnya dari permukaan bumi yang
diwakili oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang
direpresentasikan oleh satu sel, maka semakin tinggi resolusinya. Data raster
sangat baik untuk merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual,
seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya.
Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file, semakin tinggi
resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada
kapasitas perangkat keras yang tersedia. Kemudian, data vektor adalah data yang
direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan dan
menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis atau area (poligon). Ada
tiga tipe data vektor (titik, garis, dan poligon) yang bisa digunakan untuk
menampilkan informasi pada peta. Titik bisa digunakan sebagai lokasi sebuah
kota atau posisi menara radio. Garis bisa digunakan untuk menunjukkan rute suatu
perjalanan atau menggambarkan batasan (boundary). Poligon bisa digunakan
untuk menggambarkan sebuah danau atau sebuah negara pada peta dunia. Dalam
format vektor, bumi direpresentasikan sebagai suatu mosaik dari garis (arcline),
poligon (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik
yang sama), titik point (node yang mempunyai label) dan nodes (merupakan titik
perpotongan antara dua baris). Setiap bagian dari data vektor dapat saja
mempunyai informasi - informasi yang bersosiasi satu dengan lainnya seperti
penggunaan sebuah label untuk menggambarkan informasi pada suatu lokasi. Peta
vektor terdiri dari titik, garis, dan poligon. Masing – masing format data
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pemilihan format data yang digunakan
sangat tergantung pada tujuan penggunaan, data yang tersedia, volume data yang
dihasilkan, ketelitian yang diinginkan, serta kemudahan dalam analisis. Data
vektor relatif lebih ekonomis dalam hal ukuran file dan presisi dalam lokasi, tetapi
sangat sulit untuk digunakan dalam komputasi matematik. Sedangkan data raster
biasanya membutuhkan ruang penyimpanan file yang lebih besar dan presisi
lokasinya lebih rendah, tetapi lebih mudah digunakan secara matematis.
Gambar 2. Tampilan data vektor dan data raster
(Danoedoro, 1990).
Data raster dapat dikonversi ke sistem koordinat geo-referensi dengan cara
meregistrasi sistem grid raster ke sistem koordinat geo-referensi yang diinginkan.
Dengan demikian setiap sel pada grid memiliki posisi geo-referensi. Dengan
adanya sistem georeferensi, sejumlah set data raster dapat ditata sedemikian
sehingga memungkinkan dilakukan analisis spasial (Soenarmo, 1994).
Dalam model data raster setiap lokasi direpresentasikan sebagai suatu
posisi sel. Sel ini diorganisasikan dalam bentuk kolom dan baris sel-sel dan biasa
disebut sebagai grid. Dengan kata lain, model data raster menampilkan,
menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks
atau piksel-piksel yang membentuk grid. Setiap piksel atau sel ini memiliki atribut
tersendiri, termasuk koordinatnya yang unik (Sumaryono, 1999).
Overlay adalah prosedur penting dalam analisis SIG (Sistem Informasi
Geografis). Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas
grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada plot.
Secara singkatnya, overlay menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang
lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang
memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut. Overlay merupakan proses
penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara sederhana overlay disebut
sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk
digabungkan secara fisik (Darmawan, 2017).
Overlay adalah prosedur penting dalam analisis SIG (Sistem Informasi
Geografis). Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas
grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada plot.
Secara singkatnya, overlay menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang
lain beserta atribut – atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang
memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut.
Gambar 3. Teknik overlay dalam Sistem Informasi Geografis
Overlay merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara
sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari
satu layer untuk digabungkan secara fisik. Pemahaman bahwa overlay peta
(minimal dua peta) harus menghasilkan peta baru adalah hal mutlak. Dalam
bahasa teknis harus ada poligon yang terbentuk dari dua peta yang di-overlay. Jika
dilihat data atributnya, maka akan terdiri dari informasi peta pembentukya.
Misalkan Peta Lereng dan Peta Curah Hujan, maka di peta barunya akan
menghasilkan poligon baru berisi atribut lereng dan curah hujan. Teknik yang
digunakan untuk overlay peta dalam SIG ada dua yakni union dan intersect. Jika
dianalogikan dengan bahasa matematika, maka union adalah gabungan, intersect
adalah irisan. Hati-hati menggunakan union dengan maksud overlay antara peta
penduduk dan ketinggian. Secara teknik bisa dilakukan, tetapi secara konsep
overlay tidak.
METODE PERCOBAAN