Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH INSTRUMENTASI KIMIA

ELEKTROKIMIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : Ariel Kevin Lapondu (011900003)


Silvia Happy Jelita (011900023)
Zafira Naja Sakina (011900028)
KELOMPOK : 8
PROGRAM STUDI : D-IV TEKNOKIMIA NUKLIR
JURUSAN : TEKNOKIMIA NUKLIR
DOSEN : Edy Giri Rachman Putra, Ph.D
Nilats Tsurayya, M.Sc

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2021

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Elektrokimia adalah ilmu yang mempelajari aspek elektronik dan reaksi kimia. Elemen
yang digunakan dalam reaksi elektrokimia di karakterisasikan dengan banyaknya elektron
yang dimiliki. Dengan kata lain adalah cabang ilmu kimia yang berhubungan dengan arus
listrik dan potensi. Elektrokimia dapat diaplikasikan dalam berbagai keperluan manusia,
seperti keperluan sehari-hari dalam skala rumah tangga dan industri-industri besar seperti
industri yang memproduksi bahan-bahan kimia baik organik maupun anorganik, farmasi,
polimer, otomotif, perhiasan, pertambangan, pengolahan limbah dan bidang analisis.

Metode elektrokimia adalah metode yang didasarkan pada reaksi redoks, yakni
gabungan dari reaksi reduksi dan oksidasi, yang berlangsung pada elektroda yang sama/
berbeda dalam suatu sistem elektrokimia. Sistem elektrokimia meliputi sel elektrokimia
dan reaksi elektrokimia.

Sel elektrolisis merupakan pemanfaatan arus listrik untuk menghasilkan reaksi redoks.
Oleh karena itu, elektrolisis adalah proses penguraian suatu senyawa dengan pengaliran
arus listrik yang melaluinya. Dalam elektrolisis terjadi perubahan energi listrik menjadi
energi kimia. Sel elektrolisis merupakan kebalikan dari sel volta karena listrik digunakan
untuk melangsungkan reaksi redoks tak spontan. Proses elektrolisis dimulai dengan
masuknya elektron dari arus listrik searah ke dalam larutan melalui kutub negatif.
Sehingga, diharapkan makalah ini dapat membahas secara lebih detail tentang sel
elektrokimia.

Secara garis besar, sel elektrokimia dapat digolongkan menjadi dua yaitu Sel Galvani,
Sel Elektrolisis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan analisis elektrokimia?

2. Apa saja macam analisis elektrokimia dan aplikasi elektrokimia dalam kehidupan?

3. Bagaimana aplikasi elektrokimia dituangkan dalam jurnal?

2
1.3 Tujuan

1. Mengetahui yang dimaksud dengan analisis elektrokimia

2. Mengetahui macam analisis elektrokimia dan aplikasi elektrokimia dalam kehidupan

3. Mengetahui aplikasi elektrokimia dituangkan dalam jurnal

3
BAB II
PEMBAHASAN

Analisis elektrokimia adalah salah satu metode analisis yang mencakup sekelompok
metode analisis kualitatif dan kuantitatif berdasarkan sifat kelistrikan larutan analit ketika
dijadikan bagian dari sel elektrokimia. Teknik analisis elektrokimia mampu menghasilkan
batas deteksi yang rendah dan banyak informasi karakterisasi yang menggambarkan sistem
yang dapat diakses secara elektrokimia. Informasi tersebut termasuk stoikiometri dan laju
transfer muatan antarmuka, laju perpindahan massa, tingkat adsorpsi atau kemisorpsi, dan laju
serta konstanta kesetimbangan untuk reaksi kimia.

Salah satu aplikasi elektrokimia dalam industri adalah menurunkan zat pencemar
lingkungan seperti COD dan TSS. Hal ini dituangkan dalam jurnal PENERAPAN METODE
ELEKTROKIMIA UNTUK PENURUNAN CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN
TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU oleh Suyata, dkk.

Jurnal Elektrokimia

PENERAPAN METODE ELEKTROKIMIA UNTUK PENURUNAN CHEMICAL


OXYGEN DEMAND (COD) DAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) LIMBAH CAIR
INDUSTRI TAHU

Tujuan : Untuk mengetahui kondisi optimum untuk penurunan COD dan TSS melalui variasi
voltase, jarak elektroda, pH, dan waktu elektrolisis.

Metode :

Bagan reaktor elektrolisis.

Reaktor elektrolisis terdiri dari adaptor (1), lempeng Pb sebagai katoda (2)yang ditempatkan
sejajar dengan lempengPbO2 sebagai anoda (4) dengan jarak 1 cm. Rangkaian ini kemudian

4
dipasangkan padabeker gelas 500 mL (3) sebagai tempat larutan sampel dan dihubungkan
dengan sumber arus DC.

Limbah cair industri tahu sebanyak 500 mL dimasukkan ke dalam reaktor, kemudian
ditambahkan 0,71 g Na2SO4 sebagai elektrolit. pH larutan diatur menggunakan NaOH dan
atau H2SO4 1 M. Lempeng PbO2 dan Pb dimasukkan ke dalam reaktor dengan jarak 1 cm.
Larutan dielektrolisis pada variasi waktu 0 sampai 120 menit dengan selang waktu 30 menit
pada voltase 4 V dan rapat arus 9 A/dm2. Nilai COD dan TSS ditentukan sebelum dan setelah
elektrolisis. Dengan prosedur yang sama dilakukan untuk variasi voltase dari 4 sampai 12 Volt,
variasi jarak elektroda 0,5 ; 1; 1,5 cm, dan variasi pH 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13.

Hasil:

Penurunan nilai COD dan TSS maksimum terjadi pada voltase 12 volt dengan waktu
elektrolisis selama 120 menit. Nilai COD menjadi 76,98 mg/L dan TSS menjadi 290 mg/L.
Persentase penurunan nilai COD dan TSS berturut-turut adalah 96,19% dan 77,83%.

Penurunan nilai COD dan TSS meningkat dengan bertambahnya voltase. Hal ini disebabkan
karena apabila voltase diperbesar maka reaksi reduksi dan oksidasi (redoks) akan semakin
cepat terjadi. Semakin cepat reaksi redoks maka jumlah senyawa organik yang teroksidasi juga
semakin banyak.

5
Penurunan optimum terjadi pada jarak elektroda 1 cm. Pada jarak elektroda optimum ini terjadi
penurunan nilai COD dan TSS paling maksimum. Nilai COD turun menjadi 76,98 mg/L dan
TSS turun menjadi 290 mg/L. Persentase penurunan nilai COD dan TSS berturut-turut adalah
96,19% dan 77,83%. Pada jarak elektroda optimum, radikal OH yang dihasilkan selama proses
elektrolisis berada di permukaan anoda PbO2 lebih banyak dan merata. Semakin banyak
jumlah radikal OH di permukaan anoda PbO2, semakin banyak senyawa organik yang
teroksidasi dan semakin besar penurunan nilai COD dan TSS.

6
Penurunan COD dan TSS optimum terjadi pada pH asam yaitu pH 1. Nilai COD yaitu 96 mg/L
dengan persentase penurunannya 96,33%. Nilai TSS 310 mg/L dengan persentase
penurunannya 87,87%.

Penurunan nilai COD dan TSS maksimum terjadi pada suasana asam. Hal ini disebabkan
karena jumlah H+ yang terkandung dalam larutan lebih banyak. Jumlah H+ sebanding dengan
jumlah radikal OH, sehingga menyebabkan oksidasi senyawa organik dalam limbah cair
industri tahu menjadi lebih banyak dibandingkan dengan pH yang lebih besar.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dibawah kondisi optimum pada voltase
12V, jarak elektroda 1 cm, pH 1 dan waktu elektrolisis selama 120 menit, penurunan nilai COD
dan TSS mencapai 96,33% dan 87,87%

1. Potensiometer

Potensiometri adalah metode analisa kimia untuk menentukan potensial listrik dengan
menggunakan elektroda dan alat yang digunakan dalam potensiometri ini adalah
potensiometer. Potensiometer merupakan aplikasi langsung dari perasaan Nernst dengan cara
pengukuran potensial dua elektroda tidak terpolarisasi pada kondisi arus nol. Persamaan Nernst
memberikan hubungan antara potensial relative suatu elektroda dan konsentrasi spesies
ioniknya yang sesuai dengan larutan. Dengan pengukuran potensial reversible suatu
elektroda,maka perhitungan aktifitas atau konsentrasi suatu komponen dapat dilakukan.

Potensiometer dan pH meter merupakan suatu metode analisis kimia yangdidasarkan pada
pengukuran beda potensial. Namun, output dari kedua alat ini berbeda,pH meter menunjukan
pH (tingkat keasaman) suatu larutan, sedangkan potensiometermenunjukkan tegangan (beda
potensial) suatu larutan. Kedua instrumen atau alat ini dapatmenggantikan peran indikator pada
metode volumetrik (titrasi). Karena dengan kedua alatini kita dapat mengetahui titik ekuivalen

7
antara analit dan titran. Sehingga tujuan darimetode volumetrik, yaitu menentukan kadar analit
dapat dicapai dengan memasukkandata titik ekuivalen ke dalam persamaan.

Prinsip kerja dari pH meter hampirsama dengan potensiometer, yaitu pengukuran didasarkan
pada perbedaan potensialelektroda. Namun, pada pH meter output nya berupa
pembacaan pH sedangkanpotensiometer pembacaan nya berupa beda potensial. Di dalam
pH meter terdapat elektrode gelas yang berfungsi sebagai elektrodaindikator. Elektroda
indikator adalah elektroda yang potensialnya bergantung padakonsentrasi ion yang akan
ditetapkan atau bisa disebut merupakan fungsi darikonsentrasi analit. Karena pada
percobaan ini yang ditetapkan adalah pH yangmemiliki hubungan dengan konsentrasi
ion H+ maka digunakan elektroda indikator yangpotensialnya bergantung pada konsentrasi ion
H+ yaitu elektrode glas

Prinsip kerja pH meter adalah didasarkan pada potensial elektro kimia yang terjadi antara
larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas yang telah diketahui dengan larutan yang
terdapat di luar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari
gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif.

Elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen atau di
istilahkan dengan potential of hidrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan suatu
elektroda pembanding. Sebagai catatan, alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya
mengukur tegangan.

2. Konduktometer

Konduktometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan daya hantar suatu larutan dan
mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit dalam udara dengan cara menentukan
hambatan suatu kolom cairan selain itu konduktometer memiliki kegunaan lain yaitu mengukur
daya hantar listrik yang diakibatkan oleh gerakan partikel di dalam sebuah larutan. Menurut
literatur faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar adalah perubahan suhu dan konsentrasi.
Dimana jika semakin besar suhunya maka daya hantar pun akan semakin besar dan semakin
kecil suhu yang digunakan maka sangat kecil pula daya yang dihasilkan dan begitu dengan
sebaliknya antara konsentrasi dan daya hantar. Oleh sebab itu pengaruh suhu dan konsentrasi
dapat mempengaruhi daya hantar.

Prinsip kerja konduktometer adalah bagian konduktor atau yang di celupkan dalam suatu
larutan akan menerima rangsang dari suatu ion-ion yang dipanggil ke suatu konduktor, lalu

8
hasilnya akan berhenti dan diproses pada outputnya yakni berupa angka. Semakin banyak
konsentrasi suatu misel dalam larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin
banyak ion-ion dari suatu larutan yang konduktor dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka
semakin besar nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada lingkungan
yang suhunya semakin bertambah maka pertikel tersebut secara tidak lansung akan mendapat
tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel yang lebih
tinggi (gerakan molekil semakin cepat).

Konduktometri adalah metode analisis yang menggunakan dua elektroda inert (platinum yang
terplatinasi) untuk mengukur konduktansi/daya hantar larutan elektrolit antara kedua elektroda
tersebut. Biasanya digunakan arus bolak balik dan alat penyeimbang jembatan
Wheatstone. Konduktometri merupakan salah satu cara elektroanalisa, yang mengukur
konduktivitas larutan dengan elektroda khusus. Konduktivitas berbanding terbalik terbalik
tahanan listrik dalam larutan, yaitu semakin besar tahanan listrik, semakin kecil konduktivitas.

Konduktivitas mempunyai siemens per cm. konduktivitas larutan kimia lazimnya berkisar
antara 0,1-2000 mili siemens per cm (ms/cm). kalau dua elektroda direndam dalam larutan
yang mengandung ion-ion, maka akan mengalir arus listrik antara kedua elektroda tersebut,
apabila terdapat beda tegangan listrik antara kedua elektroda tersebut. Arus mengalir dari
katoda yang bermuatan negative ke anoda yang bermuatan positif. Sebagai pembawa arus
adalah ion-ion dalam larutan. Selisih potensial antara kedua elektroda tersebut tidak boleh
terlalu besar agar tidak terjadi elektrolisa.

Besarnya arus yang mengalir ditentukan oleh parameter-parameter sebagai berikut :

· Beda tegangan antara kedua elektroda.

· Konsentrasi ion-ion.

· Sifat ion seperti besarnya muatan, derajat disosiasi, besarnya ion, kompleksasi dengan
molekul lain dan sebagainya.

· Suhu larutan.

· Luas permukaan masing-masing elektroda.

· Jarak antara katoda dan anoda.

Konduktometri ini merupakan metode analisis kimia berdasarkan daya hantar listrik suatu
larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di

9
dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan
ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Daya hantar listrik (G)
merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1
. Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda, maka daya hantar
listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaanelektroda (A) dan berbanding terbalik
dengan jarak kedua elektroda

G = l/R = k (A / l) (7)

dimana k adalah daya hantar jenis dalam satuan ohm -1 cm -1. Daya Hantar Ekivalen
(Equivalen Conductance) . Kemampuan suatu zat terlarut untuk menghantarkan arus listrik
disebut daya hantar ekivalen (^) yang didefinisikan sebagai daya hantar satu gram ekivalen zat
terlarut di antara dua elektroda dengan jarak kedua electroda 1cm. Yang dimaksud dengan berat
ekuivalen adalah berat molekul dibagi jumlah muatan positif atau negatif. Contoh berat
ekivalen BaCl2 adalah BM BaCl2 dibagi dua. Volume larutan (cm3) yang mengandung satu
gram ekivalen zat terlarut.

Dengan C adalah konsentrasi (ekivalen per cm-3), bilangan 1000 menunjukkan 1 liter = 1000
cm3. Volume dapat juga dinyatakan sebagai hasil kali luas (A) dan jarak kedua elektroda (1).

V= l A (8)

Dengan l sama dengan 1 cm

V = A = 100 / C (9)

Substitusi persamaan ini ke dalam persamaan G diperoleh,

G = 1/R = 1000k/C (10)

Menurut hukum Ohm I = E/Reaksi; di mana: I = arus dalam ampere, E = tegangan dalam
volt, Reaksi = tahanan dalam ohm. Hukum di atas berlaku bila difusi dan reaksi elektroda tidak
terjadi. Konduktansi sendiri didefinisikan sebagai kebalikan dari tahanan sehingga I = EL.
Satuan dari hantaran (konduktansi) adalah mho. Hantaran L suatu larutan berbanding lurus
pada luas permukaan elektroda a, konsentrasi ion persatuan volume larutan Ci, pada hantaran
ekivalen ionik S1, tetapi berbanding terbalik dengan jarak elektroda d, sehingga:

L = a/d x S Ci S1 (11)

10
Tanda S menyatakan bahwa sumbangan berbagai ion terhadap konduktansi bersifat aditif.
Karena a, dan d dalam satuan cm, maka konsentrasi C tentunya dalam ml. Bila konsentrasi
dinyatakan dalam normalitas, maka harus dikalikan faktor 1000. nilai d/a = S merupakan faktor
geometri selnya dan nilainya konstan untuk suatu sel tertentu sehingga disebut tetapan sel.
Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh dalam sebuah sel, yang tetapan
selnya telah ditetapkan dengan kalibrasi dengan suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui
dengan tepat, misal, suatu larutan kalium klorida standar. Sel ditaruh dalam satu lengan dari
rangkaian jembatan Wheatstone dan resistansnya diukur. Pengaliran arus melalui larutan suatu
elektrolit dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam komposisi larutan di dekat sekali
dengan elektrode-elektrode, begitulah potensial-potensial dapat timbul pada elektrode-
elektrode, dengan akibat terbawanya sesatan-sesatan serius dalam pengukuran-pengukuran
konduktivitas, kecuali kalau efek-efek polarisasi demikian dapat dikurangi sampai proporsi
yang terabaikan

Daya hantar ekivalen (^) akan sama dengan daya hantar listrik (G) bila 1 gram ekivalen larutan
terdapat di antara dua elektroda dengan jarak 1 cm.^ = 1000k/C Daya hantar ekivalen pada
larutan encer diberi simbol yang harganya tertentu untuk setiap ion. Pengukuran Daya Hantar
Listrik. Pengukuran daya hantar memerlukan sumber listrik, sel untuk menyimpan larutan dan
jembatan (rangkaian elektronik) untuk mengukur tahanan larutan. Parameter harus
dipertahankan tetap sama selama pengukuran konduktivitas adalah suhu larutan. Sebaiknya
digunakan wadah titrasi yang dindingnya berlapis dua, sehingga dalam dinding tersebut dapat
dialirkan air pada suhu tertentu dari thermostat.

Perubahan konduktivitas terhadap suhu berbeda-beda untuk setiap senyawa. Setiap senyawa
mempunyai koefisien suhu. Koefisien suhu bergantung pula pada konsentrasi zat. Koefisien
suhu dapat ditentukan sendiri dengan mengukur konduktivitas pada suhu 20 oC dan pada suhu
yang lain (misalnya 30 °C).

Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap temperatur hanya bergantung pada ion-ion
yang ada, dan konsentrasi ion-ion tersebut. Bila larutan suatu elektrolit diencerkan,
konduktivitas akan turun karena lebih sedikit ion berada per cm3 larutan untuk membawa arus.
Jika semua larutan itu ditaruh antara dua elektrode yang terpisah 1 cm satu sama lain dan cukup
besar untuk mencakup seluruh larutan, konduktans akan naik selagi larutan diencerkan. Ini
sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya efek-efek antar-ionik untuk elektrolit-elektrolit
kuat dan oleh kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah.

11
Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit lain pada kondisi-kondisi yang tak
menghasilkan perubahan volume yang berarti akan mempengaruhi konduktans (hantaran)
larutan, tergantung apakah ada tidaknya terjadi reaksi-reaksi ionik. Jika tak terjadi reaksi ionik,
seperti pada penambahan satu garam sederhana kepada garam sederhana lain (misal, kalium
klorida kepada natrium nitrat), konduktans hanya akan naik semata-mata. Jika terjadi reaksi
ionik, konduktans dapat naik atau turn; begitulah pada penambahan suatu basa kepada suatu
asam kuat, hantaran turun disebabkan oleh penggantian ion hidrogen yang konduktivitasnya
tinggi oleh kation lain yang konduktivitasnya lebih rendah. Ini adalah prinsip yang mendasari
titrasi-titrasi konduktometri yaitu, substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion
dengan konduktivitas yang lain.

Biasanya konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah


prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika
perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan
sel harus diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak elektroda harus tetap.
Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran akan
menyebabkan hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi. Hendaknya
diperhatikan pentingnya pengendalian temperatur dalam pengukuran-pengukuran konduktans.
Sementara penggunaan termostat tidaklah sangat penting dalam titrasi konduktometri,
kekonstanan dalam temperatur dituntut, tetapi biasanya kita hanya perlu menaruh sel
konduktivitas itu dalam bejana besar penuh air pada temperatur laboratorium. Penambahan
relatif (dari) konduktivitas larutan selama reaksi dan pada penambahan reagensia dengan
berlebih, sangat menentukan ketepatan titrasi; pada kondisi optimum kira-kira 0,5 persen.
Elektrolit asing dalam jumlah besar, yang tak ambil bagian dalam reaksi, tak boleh ada, karena
zat-zat ini mempunyai efek yang besar sekali pada ketepatan. Akibatnya, metode
konduktometri memiliki aplikasi yang jauh lebih terbatas ketimbang prosedur-prosedur visual,
potensiometri ataupun amperometri.

Jurnal konduktometer

Jurnal analisis konduktivitas produksi bioflokulan-DYT sebagai penganti flokulan


sintesis

Tujuan : mengkaji sifat senyawa aktif bioflokulan-DYT berdasarkan pengukuran konduktivitas


pada berbagai variasi konsentrasi. Sehingga dapat dibuktikan kecenderungan nilai hantaran

12
molar kristal bioflokulan-DYT sebagai nilai yang akan mempengaruhi kemampuannya dalam
berinteraksi dengan ion logam

Metode: Digunakan metode dengan pendekatan kuantitatif di mana data diperoleh dari sampel
melipuri data konsentrasi dan data hantaran molar. Pengukuran konduktivitas menunjukkan
mobilitas ion yang ada dalam larutan. Di mana dalam kristal bioflokulan DYT mengandung
gugus fungsi O-H, C-H dan C=O yang dapat menyebabkan ikatan hidrogen dan gaya Van der
Walls. Apabila dilarutkan dalam air maka akan menjadi larutan elektrolit yang dapat direspon
oleh konduktometer.

Hasil :

13
Digunakan kristal bioflokulan-DYT 2 gram dilarutkan dalam air dengan variasi pengenceran
0,25,50,75,100,125,150,175, dan 200 ml. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan
kenaikan konsentrasi berbanding terbalik dengan nilai hantaran molar yang semakin menurun.
Hal ini disebabkan karena terganggunya mobilitas ion yang terdapat dalam larutan menjadi
semakin rendah. penurunan ini menandakan ketika konsentrasi ion meningkat berpotensi
mengakibatkan penurunan mobilitas ion yang terdapat pada larutan bioflokulan dyt.

Hal itu diakibatkan karena terganggunya mobilitas ion yang terdapat di dalam larutan kondisi
ini berbanding terbalik dengan pengenceran larutan elektrolit di mana semakin rendah nilai
konsentrasi yang diperoleh mengakibatkan masing-masing ion dari larutan elektrolit bergerak
lebih bebas karena pengaruh ion lawannya akan kecil akibatnya hantaran moral yang didapat
akan mengalami peningkatan. Penurunan nilai hantaran molar sesuai dengan teori di mana
interpretasi turunnya daya hantar dengan naiknya konsentrasi disebabkan dua hal yaitu efek
relaksasi atmosfer ion dan efek electrophoretic atau dapat dikatakan energi potensial suatu ion
dalam larutan bergantung pada kekuatan ion larutan. Diperoleh pengaruh konsentrasi terhadap
nilai penurunan hantaran molar sebesar 88, 15% dengan demikian terdapat sekitar 11,805%
faktor lain yang berpotensi mempengaruhi nilai hantaran molar. Menunjukkan pada
konsentrasi rendah, senyawa akan berpotensi membentuk ion kompleks, diperkuat dengan
adanya gugus O-H, C-H, dan C=O. Sehingga terindikasi bahwa senyawa bioflokulan-DYT

14
dapat berperan sebagai ligan yang dapat berinteraksi dalam pembentukan senyawa kompleks
dengan ion logam.

15
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Analisis elektrokimia adalah salah satu metode analisis baik kualitatif maupun
kuantitatif berdasarkan sifat kelistrikan larutan analit ketika dijadikan bagian dari sel
elektrokimia.
2. Macam analisis elektrokimia terbagi menjadi dua, yaitu Sel Volta dan Sel Elektrolisis,
selain itu aplikasi elektrokimia dalam kehidupan antara lain bidang lingkungan, bidang
kimia baik organik maupun anorganik, farmasi, polimer, otomotif, perhiasan,
pertambangan, pengolahan limbah dan bidang analisis.
3. Elektrokimia dapat diaplikasikan di berbagai macam antara lain di Penerapan Metode
Elektrokimia Untuk Penurunan Chemical Oxygen Demand (COD) dan Total
Suspended Solid (TSS) Limbah Cair Industri Tahu) dan Jurnal Analisis Konduktivitas
Poduksi Bioflokulan-DYT Sebagai Penganti Flokulan Sintesis.

16

Anda mungkin juga menyukai