(KUANTITATIF DAN
KUALITATIF)
SESI 4 : PROSES PENELITIAN KUANTITATIF
(DESAIN STUDI)
OLEH : Sevrima Anggraini, S.K.M,M.K.M
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
TAHUN 2021
DESAIN STUDI DALAM PENELITIAN KUANTITATIF
1. Deskriptif
Studi Kasus (Case Report)
Kasus berseri (Case Series)
2. Analitik
Potong Lintang (Cross Sectional)
Kohort
Case Control
3. Eksperimen
1. PENELITIAN DESKRIPTIF
A. STUDI KASUS (CASE REPORT)
Sebuah penelitian yang menggambarkan pengalaman/kasus pasien/sesorang.
Penelitian yang paling sederhana
Penelitian ini melaporkan suatu data dari satu subjek yang diteliti
Misalnya penelitian tentang seorang kepala Puskemas yang memiliki penghargaan
atau tentang sebuah R.S yang memiliki kinerja yang baik
Studi kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus
yang terdiri dari unit tunggal
Unit tunggal disini dapat berarti satu orang atau suatu kelompok penduduk yang
mengalami keracunan misalnya. Atau suatu kelompok masyarakat disuatu daerah atau
institusi pelayanan kesehatan masyarakat seperti R.S atau Puskesmas.
Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi yang
berhubungan dengan keadaan kasus itu sendiri atau faktor-faktor yang mempengaruhi,
kejadian-kejadian khusus yang muncul sehubungan dengan kasus maupun tindakan
dan reaksi kasus terhadap suatu perlakuaan atau pemaparan tertentu
KEUNTUNGAN CASE REPORT :
1. Dapat sebagai petunjuk pertama dalam mengidentifikasi suatu penyakit
2. Dapat untuk memformulasikan suatu hipotesis
KELEMAHAN CASE REPORT :
1. Tidak dapat digunakan untuk mengetes hipotesis karena tidak ada kelompok
pengontrol atau pembanding
2. Terdiri dari satu kasus dan tidak ada kelompok pembanding sehingga tidak dapat
dilakukan uji hubungan asosiasi secara statistik
B. CASE SERIES
Penelitian deskriptif yang dilakukan terhadap beberapa kasus (lebih dari satu)
disebut sebagai seri kasus atau (case series). Penelitian ini sudah jarang dilakukan
KEGUNAAN :
Sebagai petunjuk pertama dalam mengidentifikasi suatu penyakit baru
Untuk memformulasikan suatu hipotesis atau dugaan
KELEMAHAN :
Studi ini tidak dapat digunakan untuk mengetes suatu hipotesis karena tidak ada
kelompok pembanding
Tidak dapat melihat hubungan asosiasi walaupun terdiri dari beberapa kasus. Hal
ini kerena tidak ada kelompok pembanding
2. PENELITIAN ANALITIK
A. CROSS SECTIONAL
Merupakan suatu penelitian yang
mempelajari hubungan antara factor risiko
(independent) dengan factor efek (dependen).
Dimana observasi dan pengukuran dilakukan
sekali dan sekaligus pada waktu yang sama.
Waktu yang sama maksudnya setiap
responden hanya diukur/diobservasi satu kali
saja
Analisis dalam cross sectional :
Analisis dalam penelitian cross sectional untuk memperoleh perbandingan antara
prevalens efek (dependen) pada kelompok dengan risiko dengan prevalens efek
kelompok tanpa risiko.
Pada penelitian cross sectional perbandingan tersebut diperoleh dengan
menghitung Prevalens Odd Rasio (POR)
Yang dimaksud dengan POR adalah perbandingan antara jumlah responden
dengan kasus kejadian penyakit (lama dan baru) pada satu saat dengan seluruh
responden yang ada.
Karena penelitia cross sectional hanya dapat mengukur prevalens, maka studi ini
disebut juga studi prevalens. Prevalens odd rasio dapat dihitung dengan
menggunakan table 2x2
Faktor risiko Faktor efek Jumlah
+ -
+ A B A+B
- C D C+D
Keterangan :
A : Responden dengan factor
risiko yang mengalami efek
B : Responden dengan factor 𝑨/(𝑨+𝑩)
risiko yang mengalami efek POR = 𝑪/(𝑪+𝑫)
C : Responden tanpa factor
risiko yang mengalami efek
D : Responden tanpa factor
risiko yang tidak mengalami
efek
Interpretasi POR :
a. POR = 1, maka tidak ada pengaruh antara factor risiko terhadap terjadinya efek / netral, dan
bukan merupakan factor risiko efek
b. POR > 1 dengan tingkat kepercayaan 95% CI tidak melewati angka 1, maka variable yang
diduga menjadi factor risiko ternayat benar merupakan factor risiko terjadinya efek
c. POR>1 dengan tingkat kepercayaan 95% CI melewati angka 1, maka variable yang diduga
mejadi factor risiko ternyata tidak ada pengaruhnya terhadap terjadinya efek, dengan kata lain
bersifat netral dan bukan merupakan factor risiko.
d. Bila POR<1 dengan tingkat kepercayaan 95%CI tidak melewati angka 1, maka variable yang
diteliti merupakan factor protektif atau justru dapat mengurangi kejadian penyakit
e. Bila POR<1 dengan tingkat kepercayaan 95%CI melewati angka 1, maka variable yang diteliti
belum tentu benar merupakan factor protektif
POR = 2,5 (95% CI 1,5-3)= IBU YANG HIPERTENSI BERISIKO 2,5 KALI LEBIH BESAR UNTUK
MEGALAMI PERDARAHAN POSTPARTUM DIBANDINGKAN IBU YANG TIDAK HIPERTENSI
Langkah-langkah dalam penelitian cross sectional :
1. Membuat rumusan masalah
2. Membuat tujuan penelitian
3. Membuat hipotesis penelitian
4. Menetapkan variable independen dan dependen
5. Menetapkan populasi dan sampel penelitian
6. Melaksanakan penelitian dan pengukuran
Kelebihan penelitian cross sectional : Kekurangan penelitian cross sectional :
1. Diperlukan responden yang banyak
1. mudah, murah dan penelitian
2. Tidak dapat menggambarkan
cepat perkembangan penyakit secara
2. Dapat meneliti untuk banyak akurat
variable 3. Kurang tepat untuk memprediksi suatu
3. Responden tidak terancam drop kecenderungan
out 4. Tidak oraktis untuk meneliti kasus yang
4. Populasi dapat dari populasi jarang, kecuali dilakukan didaerah
umum, tidak hanya yang sedang endemic atau kelompok risiko tinggi
daripada memilih populasi umum
berobat sehingga generalisasinya
5. Kesimpulan hubungan antara variable
memadai independen dan dependen paling
5. Sebagai dasar penelitian kohort lemah, karena pengambilan data
dan eksperimen variabel independen
B. CASE CONTROL
Merupakan suatu penelitian yang
mempelajari factor risiko dengan
pendekatan retrospektif, artinya penelitian
dimulai dengan mengidentifikasi kelompok
yang terkena penyakit atau efek tertentu
(kasus) dan kelompok tanpa efek (control)
Kemudian mengidentifikasi factor risiko
terjadinya pada waktu yang lalu, sehingga
dapat menerangkan mengapa kasus
terkena efek, sedangkan control tidak
terkena efek
ANALISIS DALAM PENELITIAN CASE CONTROL :
Analisis pada desain case control yaitu menentukan Odss Ratio. Cara analisis ditentukan
oleh apa yang akan diteliti, bagaimana peneliti mengambil control (apakah matching atau
tidak) dan terdapat variable yang mengganggu atau tidak.
1. Penelitian case control tanpa matching
Pada penelitian kasus control penelitian dimulai dengan mengambil kelompok kasus
(A+C) dan kelompok control (B+D), oleh karena control dipilih mereka yang tidak sakit
maka tidak dapat dihitung kejadian penyakit dan tidak diketahui proporsi kasus dan
control terhadap keadaan sebenarnya pada populasi, sehingga kita tidak dapat
menghitung insidens pada kasus maupun control.
Pada penelitian kasus control yang dapat dinilai adalah berap seringnya terdapat
pajanan pada kasus dibandingkan pada control, yaitu dengan menghitung odss ratio
(OR). OR dapat dihitung dengan menghitung table 2x2
Faktor
Faktorrisiko
risiko Faktor
Faktor
efekefek
(dependen) Jumlah
jumlah
(independen) ++ - -
+ AA B B A+B A+B
- CC D D C+DC+D
Jumlah A+C B+D A+B+C+D
Keterangan :
A: Kasus yang mengalami
pajanan
B: Kontrol yang mengalami
𝐴/(𝐴+𝐵) 𝐶/(𝐶+𝐷) 𝐴/𝐵 𝐴𝐷
pajanan OR = 𝐵/(𝐴+𝐵) : 𝐷/(𝐶+𝐷) = 𝐶/𝐷)=𝐵𝐶
C: Kasus yang tidak mengalami
pajanan
D: Kontrol yang tidak mengalami
pajanan
2. Penelitian case control dengan matching
Pada penelitian case control dengan matching dilakukan dengan cara matching individual,
maka harus dilakukan analisis dengan manjadikan kasus dan control sebagai pasangan-
pasangan.
Misalnya, apabila pada penelitian terdapat 70 kasus yang masing-masing berpasangan
dengan 70 control maka yang harus dilakukan adalah mengelompokkan menjadi 70
pasangan
OR = B/C
Kasus Kontrol
Sel A: kasus mengalami pajanan dan
control mengalami pajanan
Risiko (+) Risiko (-) Sel B : Kasus mengalami pajanan dan
control tidak mengalami pajanan
Risiko (+) A B Sel C : Kasus tidak mengalami pajanan
dan control mengalami pajanan
Risiko (-) C D Sel D : Kasus tidak mengalami pajanan
dan control tidak mengalami pajanan
Walaupun OR tidak sama dengan RR tetapi dapat digunakan sebagai indicator adanya
kemungkinan hubungan sebab akibat antara factor risiko dengan efek
Interpretasi hasil OR :
1. Bila OR=1 maka variable yang diduga menjadi factor risiko ternyata tidak ada pengaruhnya
terhadap terjadinya efek, dengan kata lain bersifat netral dan bukan merupakan factor risiko
terjadinya efek
2. Bila OR>1 dengan tingkat kepercayaan 95% CI tidak melewati angka 1 maka variable yang
diduga menjadi factor risiko ternnyata benar merupakan factor risiko terjadinya efek
3. Bila OR>1 dengan tingkat kepercayaan 95% CI melewati angka 1 maka variable yang
diduga menjadi factor risiko ternyata tidak ada terhadap terjadinya efek dengan kata lai
bersifat netral dan bukan merupakan factor risiko terjadinya efek
4. Bila OR<1 dengan tingkat kepercayaan 95%CI tidak melewati angka 1 maka variable yang
diteliti merupakan factor protektifatau justrudapat mengurangi kejadian penyakit
5. Bila OR<1 dengan tingkat kepercayaan 95%CI melewati angka 1 maka variable yang diteliti
belum tentu benar merupakan factor protektif
Kelebihan penelitian Case cotrol:
1. Dapat untuk meneliti kasus yang
jarang terjadi
2. Penelitian dapat dilakukan
dengan cepat Kekurangan penelitian Case Control:
3. Biaya relatif kecil 1. Recall bias
4. Tidak memerlukan responden 2. Ketepatan informasi sulit diperoleh
3. Sulitnya memilih control yang sesuai
yang banyak dengan kasus karena banyak nya
5. Dapat meneliti beberapa factor factor risiko yang harus dikendalikan
risiko sekaligus 4. Tidak dapat menerangkan incidence
6. Adanya kesamaan waktu ukuran rates
antara kelompok kasus dan
control
7. Faktor risiko dikendalikan atau
dibatasi sehingga hasil penelitian
nya lebih tajam
3. PENELITIAN KOHORT
Merupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan
antara factor risiko dengan efek melalui pendekatan
longitudinal kedepan (prospektif) atau kebelakang
(retrospektif)
Pada kohort prospektif factor risiko diidentifikasi terlebih
dahulu kemudian objek diikuti sampai periode tertentu untuk
melihat adanya efek atau tidak
Pada kohor retrospektif outcome sudah terjadi dan ditelusuri
kebelakang terkait factor risiko yang ada.
Disain Studi Kohort Prospektif
D+
population
E+
Free of out D-
come
“time to follow up”
(disease)
D+
sample E-
D-
Steps
• Tentukan populasi studi
• pilih sampel dari populasi studi dgn
• mengukur status keterpaparan terhadap “exposure”
• kelompok E +(sampel E +)
• kelompok E – (sampel E -)
• “follow -up” kedua kelompok
• ukur “outcome” (D+ atau D-) pada masing-masing kelompok 19
• bandingkan “outcome” pada kedua kelompok
Disain Studi Kohort Retrospektif
D+
population
E+
Free of out D-
come
“time to follow up”
(disease)
D+
sample E-
D-