Anda di halaman 1dari 17

Isu Kesehatan Gender

Humaira Anggie Nauli, SKM, MKM


Pertemuan 12. Gender dan Kesehatan Kerja FIKES UIKA Bogor 2021
Gender dan Produktivitas Kerja

• Adanya kesadaran manajemen perusahaan bahwa


perbedaan citra/sifat, peran dan posisi menimbulkan
ketidaksetaraan salah satu jenis kelamin untuk mendapatkan
hak-hak dasar

• Ketidaksetaraan di tempat kerja ➔ ketidakadilan sosial

• Akar masalah ketidakadilan yakni masih adanya perilaku


yang diskriminatif (stereotype, subordinasi, marjinalisasi,
beban ganda/berlebih, kekerasan)
Tujuan 8 Sustainable Development
Goals (SDGs):
Mendukung pertumbuhan ekonomi yang
inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja
penuh dan produktif dan pekerjaan yang
layak bagi semua.
Tolak Ukur Health Development Index (HDI)

Pendidikan: Tingkat Buta Huruf


Kesehatan: Tingkat Kematian (Ibu, Bayi, Balita)
Ekonomi : Tingkat Kemiskinan
Sosial :
• Kesetaraan Gender
• Pelestarian lingkungan
Kesehatan Kerja ➔ masalah kesehatan yang timbul karena
pekerjaan yang dilakukan perorang / kelompok (Phoon, 1988)

Jabatan / Pekerjaan

Kesehatan

Beban Kerja + Lingkungan Kerja


Mempelajari kemungkinan-kemungkinan buruk akibat
hubungan interaktif antara 3 kelompok objek kajian, yaitu :
(Achmad, 1991)
a. Kapasitas atau kondisi tubuh seseorang / masyarakat.
b. Beban kerja dan jenis pekerjaan
c. Lingkungan kerja
Interaksi secara serasi

Norma kesehatan yang berkaitan dengan pekerjaan


Tujuan

Melindungi pekerja dari ancaman penyakit dari pekerjaan


Dasar Hukum Relasi Gender di Tempat Kerja

• UU No. 3 Thn 1951 tentang Pernyataan berlakunya UU Pengawasan


Perburuhan Tahun 1948 No.23 dari RI untuk seluruh Indonesia;

• UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

• Kepmennaker No.224/Men/2003 ttg Kewajiban Pengusaha yang


Mempekerjakan Perempuan pada Malam Hari ;

• Konv.ILO No.100 (UU No.80/57) Pengupahan Bagi Laki-laki & Wanita untuk
Pekerjaan yang Sama Nilainya ;

• Konv.ILO No.111 (UU No.21/99) Diskriminasi Dalam Pekerjaan & Jabatan ;

• Konv.PBB (UU No.7/84) Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan ;

• UU no.39 tahun 2004 ttg Penempatan Tenaga Kerja ke LN


Sifat Kebijakan Perlindungan Pekerja Perempuan :

PROTECTIVE :
Kebijakan-kebijakan yang diarahkan pada perlindungan fungsi
reproduksi

CORRECTIVE :
Kebijakan-kebijakan yang diarahkan pada peningkatan kedudukan
pekerja perempuan (pemberdayaan pekerja perempuan)

NON DISKRIMINATIF :
Kebijakan-kebijakan yang diarahkan pada kesetaraan hak &
kewajiban

8
Protective, meliputi:
1. Perlindungan Pada Masa Haid (pasal 81)

Pekerja perempuan tdk diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua pada
waktu haid, dengan ketentuan :
- Merasakan sakit;
- Memberitahu Pengusaha;
- Pelaksanaan diatur dalam PK, PP, PKB.

2. Perlindungan Sebelum & Sesudah Melahirkan (pasal 82)

Pekerja perempuan berhak istirahat 1,5 bulan sebelum saatnya melahirkan & 1,5
bulan sesudah melahirkan (berdasarkan perkiraan dokter/bidan) …..> lamanya
istirahat dpt diperpanjang berdasarkan surat keterangan dr/bidan baik sblm
maupun sesdh melahirkan

9
3. Perlindungan sesudah gugur kandung
• Pekerja perempuan diberi waktu istirahat 1,5 bulan
sesudah gugur kandung (berdasarkan surat
keterangan dokter kandungan atau bidan)
4. Kesempatan untuk menyusui (psl 83)
• Pekerja/buruh perempuan yg anaknya masih
menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk
menyusui anaknya, jika hal itu harus dilakukan
selama waktu kerja.
5. Larangan kerja malam bagi pekerja perempuan
yang hamil
• Pekerja perempuan hamil dilarang bekerja antara pukul
23.00 s.d. pukul 7.00 jika menurut keterangan dokter
hal itu berbahaya bagi dirinya dan kandungannya
10
Corective, meliputi:
1. Larangan PHK bagi pekerja perempuan karena
menikah, hamil, melahirkan,gugur kandungan, atau
menyusui bayinya (psl 153)

2. Perlindungan pada saat bekerja dimalam hari ;


Pengusaha yang mempekerjakan pekerja perempuan
pada malam hari berkewajiban utk:
a) Memberikan makanan dan minuman bergizi (1400
kalori) ;
b) Menjaga kesusilaan dan keamanaan ;
c) Menyediakan angkutan antar jemput ;
d) Usia pekerja 18 tahun keatas.

3. Perlindungan terhadap pekerja perempuan yang


bekerja keluar negeri (dalam mencegah traficking)

11
Non Diskriminatif, meliputi:

1. Adanya kesempatan yang sama untuk memperoleh


pekerjaan dan adanya perlakuan yang sama tanpa
diskriminasi dari pengusaha.
(pasal 5 dan 6 UU No.13/2003)

2. Adanya pengupahan yang sama bagi pekerja laki-laki dan


wanita untuk pekerjaan yang sama nilainya (Konv.ILO
No.100 / UU No.80 Th 57)

3. Adanya kesempatan yang sama dalam pekerjaan dan


jabatan tanpa membedakan ras, warna kulit, jenis
kelamin, agama, politik dan asal dalam masyarakat
(Konv.ILO No.111 / UU No.21 Th 99)

12
4. Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap
perempuan pada lapangan pekerjaan meliputi:

a. Hak untuk bekerja (sebagai hak azasi) ;


b. Hak atas kesempatan kerja yg sama termasuk kriteria
seleksi dalam penerimaan pegawai;
c. Hak untuk memilih profesi dan pekerjaan, hak
promosi, jaminan pekerjaan serta memperoleh
pelatihan kejuruan ;
d. Hak untuk menerima upah yg sama dengan pekerja
laki-laki atas pekerjaan yang sama nilainya ;

13
e). Hak atas jaminan sosial, khususnya dalam hal
pensiun, pengangguran, sakit, cacat, lanjut
usia dan cuti yang dibayar ;
f). Hak atas perlindungan K3 termasuk fungsi
reproduksi

14
Gambar Interaksi tempat kerja & pekerja

Tempat Kerja : Pekerja


•Lingkungan kerja
•Pekerjaan (alat & Mesin)
•Organisasi
Pajanan

Efek Kesehatan
Lingkungan Kerja

PELAYANAN
KESEHATAN
AGENT
FAKTOR LAIN

KESEHATAN & KESELAMATAN


KERJA

OUTCOME
Hatur nuhun
Humaira Anggie Nauli

E-mail : humaira@uika-bogor.ac.id

Department of Public Health

Faculty of Health Sciences

Universitas Ibn Khaldun

Bogor, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai